A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara cukup atau memadai dalam kehidupan masyarakat (Hamalik 2003). Menurut BSNP (2006), pendidikan di Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki karakteristrik yaitu mencari tahu (inkuiri) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar (BSNP, 2006). 1
2 Biologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat besar pengaruhnya untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu Pengetahuan Alam juga berperan penting dalam usaha menciptakan manusia yang berkualitas. Menurut Yustini (2005), Biologi lebih menekankan pada kegiatan belajar mengajar, mengembangkan konsep dan keterampilan proses siswa dengan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan bahan kajian yang diajarkan. Namun pada kenyataannya, pembelajaran biologi yang dilakukan saat ini masih banyak yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) tanpa kurang memperhatikan aktifitas siswa. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang kegiatan pembelajarannya diharapkan dapat berpusat pada siswa (student center) (BSNP, 2006). Observasi yang dilakukan di SMAN 1 Malang menunjukkan bahwa aktifitas dan hasil belajar biologi masih rendah. Hal tersebut dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional. Metode yang digunakan dalam menyampaikan materi biasanya dengan ceramah yang berpusat pada guru tanpa memperhatikan aktifitas siswa. Sehingga hal tersebut menyebabkan pembelajaran biologi terkesan membosankan. Selain itu siswa juga kurang mampu untuk menarik konsep dari materi yang disampaikan guru. Berdasarkan hasl tersebut, perlu adanya model pembelajaran yang dapat melibatkan aktifitas siswa sehingga dapat mendukung proses pembelajaran. Keberhasilan proses dan hasil pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah guru dan siswa. Seorang guru seharusnya dapat menguasai materi dan strategi pembelajaran yang baik agar tercipta suasana kelas
3 yang baik dan kondusif. Suasana yang kondusif akan dapat menciptakan kondisi yang membuat siswa termotivasi aktif dalam belajar, sehingga hasil belajar akan meningkat. Strategi yang tepat dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu langkah untuk melakukan strategi tersebut adalah dengan menguasai teknik penyajian (metode pembelajaran. Metode yang diterapkan harus mampu memotivasi siswa sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran. Usaha untuk mengatasi rendahnya aktivitas belajar siswa, salah satunya adalah dengan memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Adanya proses pembelajaran yang lebih menyenangkan, tidak monoton, melibatkan siswa, dan bermakna bagi siswa diharapkan mampu menumbuhkan aktivitas belajar yang akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Johnson (2002) menyatakan pembelajaran dan pengajaran kontekstual sebagai sebuah sistem mengajar, didasarkan pada pikiran bahwa makna materi muncul dari hubungan isi dan konteksnya. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa dengan pembelajaran dan pengajaran kontekstual, siswa dapat memunculkan arti penting atau maksud materi yang sedang dipelajari. Siswa mampu menghubungkan bagian-bagian lain (konteks) yang tidak dijelaskan langsung dalam materi dikaitkan dengan isi materi yang sedang dipelajari. Contohnya, siswa mempelajari materi bumi meliputi air, tumbuhan, hewan, tanah beserta fungsinya. Terdapat banyak hubungan saling ketergantungan antar penghuni bumi yang tidak dijelaskan langsung dalam materi, hubungan ketergantungan tersebut dapat dikatakan sebagi konteks. Pembelajaran
4 dan dikaitkan dengan isi materi yaitu fungsi masing-masing. Semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, maka isinya akan semakin bermakna bagi siswa. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan materi pelajaran yang diperoleh di sekolah dengan konteks kehidupan nyata yang siswa hadapi dengan cara mengetahui, melihat, merasakan, bahkan mempraktekan langsung suatu kejadian dalam materi tersebut. Keunggulan Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang berlangsung secara ilmiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pengalaman nyata siswa melakukan kegiatan secara langsung dan pengetahuan tidak hanya berasal dari guru, mampu mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan manfaat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar 4.2 yaitu menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestraian lingkungan (BSNP, 2006). Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, materi yang harus dipelajari cukup banyak yang meliputi faktor-faktor penyebab terjadinya perusakan lingkungan, bahan-bahan polutan, pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. Selain itu komptetensi dasar tersebut merupakan salah satu kompetensi dasar yang dapat membawa dunia nyata ke dalam kelas. Kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan untuk mengajarkan materi tersebut adalah dengan metode ceramah, sehingga kurang memperhatikan aktifitas siswa. Hal ini mengakibatkan siswa
5 kurang untuk memperoleh konsep materi tersebut. Oleh karena itu perlu adanya model pembelajaran yang dapat menunjang aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Menumbuhkan aktivitas belajar siswa tentunya tidak hanya terfokus pada siswa tertentu, tetapi harus menyeluruh ke seluruh siswa yang ada. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran yang mampu memunculkan interaksi dan kerjasama yang saling membangun dan saling melengkapi seluruh siswa. Salah satu model pembelajaran yang mampu memfasilitasi hal tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Model Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan interaksi, meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dan akan meningkatkan motivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan dari model pembelajaraan Kooperatif adalah Pendekatan Struktural, pada pendekatan ini memberikan pemecahan pada penggunaan struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Diharapkan siswa bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih pada penghargaan kooperatif dan penghargaan individu (Yustini dan Mariani, 2005). Ada banyak pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan guru dalam kelas. Salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif adalah Two Stay Two Stray. Menurut Sari (2010), penerapan pembelajaran model TSTS dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi siswa kelas VII-A SMPN 2 Kertosono. Selain itu, hasil penelitian Susanti (2008 dalam Sari, 2010) menyatakan bahwa penerapan pola PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) dalam metode TSTS (Two Stay Two Stray) dapat
6 meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas X-2 SMAN 3 Malang. Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dikarenakan pada kegiatan belajar biasanya sering diwarnai dengan kegiatan individu dimana siswa tidak diperbolehkan melihat perkerjaan siswa lain. Padahal dalam kehidupan nyata di luar sekolah, manusia hidup dan bekerja sama dan saling tergantung satu sama lain. Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul, maka akan dilakukan suatu penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA N 1 Malang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Adakah perbedaan aktivitas antara siswa kelas X SMA N 1 Malang yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan siswa yang diajar secara konvensional? 2. Adakah perbedaan hasil belajar antara siswa kelas X SMA N 1 Malang yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan siswa yang diajar secara konvensional?
7 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui perbedaan aktivitas antara siswa kelas X SMA N 1 Malang yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang diajar secara konvensional. 2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa kelas X SMA N 1 Malang yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang diajar secara konvensional. D. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis yang dapat diajukan berdasarkan rumusan masalah yang dituliskan, yaitu sebagai berikut. 1. Terdapat perbedaan aktivitas antara siswa kelas X SMA N 1 Malang yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang diajar secara konvensional. 2. Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa kelas X SMA N 1 Malang yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang diajar secara konvensional. E. Manfaat Penelitian
8 Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi ilmu pengetahuan a. Dapat memberikan masukan dan pengembangan dunia pendidikan pada umumnya tentang penggunaan strategi pembelajaran untuk menyelenggarakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. 2. Bagi guru dan calon guru a. Dapat memberikan alternatif kepada guru atau calon guru Biologi dalam menentukan strategi, metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan. b. Dapat memberikan informasi kepada guru dan calon guru untuk lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 3. Bagi siswa a. Dapat meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang telah disampaikan oleh guru. b. Dapat meningkatkan hasil belajar yang sejalan dengan meningkatnya pemahaman siswa akan materi yang telah disampaikan oleh guru. 4. Bagi Sekolah a. Dapat digunakan sebagai masukan untuk mengetahui kondisi siswa dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Biologi sekolah. b. Menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah, yang mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
9 4. Bagi peneliti a. Peneliti memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada dan pengalaman langsung menerapkan pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran Biologi yang kelak dapat diterapkan saat telah terjun di lapangan. b. Sebagai sarana untuk mempraktikan teori-teori yang diperoleh selama dibangku kuliah dengan kenyataan di sekolah. F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah Supaya permasalahan dalam suatu penelitian tidak berkembang menjadi masalah yang lebih luas dan kompleks maka perlu membatasi pada hal-hal sebagai berikut. 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning. 2. Aktivitas siswa yang diamati adalah menghargai kontribusi/sumbangan pendapat anggota kelompok, melaksanakan giliran dan berbagi tugas, dan bertanya. 3. Hasil belajar siswa yang diamati hasil belajar kognitif yang diambil dari nilai pre test dan post test. 4. Ketuntasan hasil belajar siswa dilihat dari skor tes akhir siklus siswa yang diperoleh dari tes tulis akhir siklus dalam bentuk tes uraian. 5. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
10 G. Definisi Operasional 1. Contextual Teaching and Learning adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan guru menghadirkan dunia nyata ke dalam suatu kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. 2. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Ibrahim, 2000). 3. Pembelajaran kooperatif model TSTS adalah model pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompopk yang beranggotakan 4 orang, 2 orang bertugas sebagai tamu dan 2 orang anggota yang lain tetap di kelompoknya dan bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada 2 orang yang bertamu ke kelompok tersebut (Lie, 2002). 4. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai hasil belajar yang dapat diperolehnya dari pengamatan, pengalaman belajar, dan diskusi dengan rekan kerja yang meliputi menghargai kontribusi/sumbangan pendapat anggota kelompok, melaksanakan giliran dan berbagi tugas, bertanya, dan memeriksa ketepatan jawaban. Alat ukur yang
11 digunakan dalam mengukur aktivitas belajar siswa adalah rubrik penilaian afektif dan psikomotor. 5. Hasil belajar merupakan nilai dan skor yang didapat oleh siswa selama proses belajar dan akhir pembelajaran. Hasil belajar tercermin dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan, atau kecakapan terhadap ilmu yang dipelajari. Penilaian hasil belajar dilakukan pada tiga ranah yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif (Sudjana, 1999). Alat ukur yang digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa adalah dengan nilai tes.