Anda di halaman 1dari 6

Konsep Akuisisi Data Berbasis Komputer (PC) bagian Satu Sistem Akuisisi Data dapat didefinisikan sebagai suatu

sistem yang berfungsi untuk mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan data, hingga memprosesnya untuk menghasilkan data yang dikehendaki. Jenis serta metode yang dipilih pada umumnya bertujuan untuk menyederhanakan setiap langkah yang dilaksanakan pada keseluruhan proses. Sebelum ditemukannya instrumentasi digital dan komputer (pc), proses pengolahan data dilakukan secara manual hampir 100% oleh manusia. Sehingga pada saat itu besaran fisik diubah menjadi kebesaran yang langsung dapat diamati oleh panca indera manusia. Selanjutnya dengan adanya teknologi dibidang elektrikal, kebesaran fisik yang diukur sebagai data tersebut dikonversikan kedalam sinyal listrik dan ditampilkan dalam bentuk simpangan jarum, pendaran cahaya, dan sebagainya. Sejak ditemukannya teknologi digital dan komputer, sistem akuisisi data mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat signifikan baik pada cara pengambilan data, mengumpulkan data, menyimpannya hingga mengolahnya menjadi data yang siap untuk diproses lebih lanjut. Berikut ini elemen-elemen dasar dari sistem atau konsep akuisisi data berbasis komputer (PC) : 1. Fenomena fisik Fenomena Fisik yang diukur bisa seperti suhu, tegangan, posisi, laju atau kecepatan, gaya, tekanan, radioaktivitas, intenstitas cahaya, resistansi, kelembaban, konsentrasi gas, medan magnet, frekuensi, level suara dan lain sebagainya dan ditangkap oleh transduser. 2. Transduser Transduser atau sensor berfungsi mendeteksi fenomena fisik (baik suhu, tekanan dan lainnya) kemudian mengubahnya menjadi sinyal-sinyal listrik. Misalnya termokopel, RTD (Resistive Temperature Detectors), thermistor, flow-meter, photocoupler dan lain-lain. Pada masing-masing kasus, adakalanya sinyal listrik yang dihasilkan sebanding dengan parameter fisik yang dialami/diamati. 3. Pengkondisi Sinyal Pengkondisi sinyal pada sistem akuisisi data tahap awal biasanya akan melakukan penguatan (amplification). Hal tersebut dikarenakan sinyal-sinyal listrik yang dihasilkan oleh transduser harus dikonversi ke dalam bentuk yang dikenali oleh papan akuisisi data yang dipakai. Penguatan sinyal sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan resolusi pengukuran sehingga diperoleh hasil pengukuran lebih teliti, misalnya sinyal-sinyal lemah yang berasal dari termokopel. Sebaiknya penguat ditempatkan sedekat mungkin dengan transduser untuk menekan gangguan atau interferensi yang timbul pada kabel penghubung antara transduser dengan komputer (pc) Selain melakukan penguatan sinyal, pengkondisi sinyal juga bertugas melakukan linearisasi. Aplikasi lainnya dari pengkondisi sinyal adalah melakukan isolasi sinyal dari transduser terhadap komputer untuk keamanan, seperti pada pengamatan tegangan tinggi atau medan elektromagnetik tingkat tinggi yang dapat merusak komputer atau bahkan melukai operatornya. Adakalanya pengkondisi sinyal melakukan penapisan sinyal yang diamati. Misalnya sebuah pengkondisi sinyal dilengkapi dengan Tapis-Lolos-Bawah digunakan untuk meloloskan sinyal-sinyal frekuensi rendah dan menahan (meredam) sinyal-sinyal frekuensi tinggi sehingga keluarannya benar-benar bersih dari interferensi sinyal yang tidak dikehendaki.

4. Perangkat Keras Akuisisi Data 4.1. Masukan Analog. Spesifikasi dari perangkat keras sistem akuisisi data meliputi jumlah kanal, laju pencuplikan, resolusi, jangkauan, ketepatan (akurasi), derau dan ketidak-linieran, yang semuanya berpengaruh pada kualitas sinyal yang terdigitasi. Sesuai jumlah kanal masukan analog ada dua sistem yaitusistem kanal-tunggal dan sistem kanalbanyak. Sistem kanal tunggal merupakan yang paling sederhana karena hanya melibatkan satu masukan analog. Sedangkan pada sistem kanal banyak jumlah masukan bisa terdiri dari dua atau lebih sehingga dibutuhkan multiplexer yang diletakkan tepat sebelum ADC (Analog to Digital Converter) pada papan akuisisi data. ADC yang bersangkutan mencuplik sebuah kanal, kemudian berganti ke kanal berikutnya dan mencuplik kanal tersebut, berganti lagi ke kanal berikutnya dan seterusnya. Karena menggunakan sebuah ADC untuk mencuplik beberapa kanal, maka laju efektif pencuplikan pada masing-masing kanal berbanding terbalik dengan jumlah kanal yang dicuplik. Misalnya sebuah papan akuisisi data mampu mencuplik dengan laju pencuplikan 150-kcuplik/detik pada 10 kanal, maka masingmasing kanal secara efektif memilki laju pencuplikan : 150/10 = 15 kcuplik/detik Dengan kata lain laju pencuplikan menurun seiring dengan bertambahnya kanal yang di multiplex. Laju pencuplikan yang cepat akan menghasilkan data yang lebih banyak dan akan menghasilkan penyajian-ulang sinyal asli yang lebih baik. Menurut Teorema Pencuplikan Nyquist bahwa Laju atau Frekuensi Pencuplikan harus Lebih Besar dari Dua Kali Komponen Frekuensi Maksimum yang ingin di Deteksi (di Akuisisi). Dengan demikian kita bisa memilih atau mengatur laju pencuplikan perangkat keras akuisisi data sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh, sebuah perangkat keras akuisisi data dengan laju pencuplikan rendah sudah mencukupi untuk digunakan pada akuisisi data suhu/temperatur karena suhu/temperatur tidak akan berubah secara cepat (pada kebanyakan aplikasi). Namun tidak demikian pada akuisisi data sinyal audio yang memiliki komponen frekuensi hingga 20 kHz. Untuk mendigitasi sinyal ini maka diperlukan perangkat keras akuisisi data dengan frekuensi pencuplikan lebih dari 40 kHz (40.000 cuplikan per detik). Pada banyak penerapan digunakan laju pencuplikan 44,1 kHz (44.100 cuplikan per detik). Selain dari laju pencuplikan, Resolusi juga merupakan salah satu hal yang cukup penting pada ADC. Resolusi adalah istilah untuk jumlah atau lebar bit yang digunakan oleh ADC dalam penyajian-ulang sinyal analog. Semakin besar resolusi ADC maka semakin besar pembagi jangkauan tegangan masukan sehingga semakin kecil perubahan tegangan yang bisa dideteksi sehingga pengukuran oleh komputer (pc) lebih optimal. Sebagai contoh, sebuah masukan analog 0 10 Volt DC akan diubah menjadi Digital oleh ADC. Maka Sebuah ADC dengan Resolusi 3 bit hanya mampu melakukan konversi masukan analog ke digital sebanyak (2 pangkat 3) = 8 perubahan. Sedangkan sebuah ADC dengan Resolusi 8 bit akan mampu melakukan konversi masukan analog ke digital sebanyak (2 pangkat 8) = 256 perubahan. Dengan demikian : ADC 3 bit hanya akan mampu menghasilkan akurasi perubahan tegangan analog yang bisa dideteksi sebesar : 10/8 = 1,25 Volt

Sedangkan ADC 8 bit akan mampu menghasilkan akurasi perubahan tegangan analog yang bisa dideteksi sebesar : 10/256 = 0.039 Volt Pada papan akuisisi data ragam-fungsi biasanya memiliki jangkauan yang bisa dipilih sedemikian rupa sehingga mampu dikonfigurasi untuk menangani berbagai macam jangkauan tegangan yang berbeda-beda. Jangkauan ini berkaitan dengan tegangan minimum dan maksimum yang bisa ditangani oleh ADC yang bersangkutan. Selain jangkauan dan resolusi, penguatan (gain) pada papan-akuisisi data juga menentukan seberapa kecil perubahan tegangan yang mampu dideteksi. Perubahan tegangan ini menyatakan 1 LSB (Least Significant Bit) pada nilai digital dan sering dinamakan sebagai Lebar_Kode (Code Width) yang nilai idealnya ditentukan menggunakan persamaan : Lebar_Kode_ideal = jangkauan_tegangan/(penguatan x jumlah_konversi) Contoh : Jika diketahui jangkauan tegangan 0 sampai 10 Volt dan penguatan 100 dan resolusi 8 bit, maka diperoleh : Lebar_Kode_ideal = 10/(100 x 256) = 390 mikro Volt 2.2. Rangkaian Keluaran Analog sambungan Bagian 1 Rangkaian keluaran analog dibutuhkan untuk menstimulus suatu proses atau unit yang diuji pada sistem akuisisi data. Spesifikasi DAC yang menentukan kualitas sinyal keluaran adalah Settling Time, Slew Rate dan Resolusi. Settling Time dan Slew Rate bersama-sama menentukan seberapa cepat DAC dapat mengubah aras sinyal keluaran. Settling Time adalah waktu yang dibutuhkan oleh keluaran agar stabil dalam durasi tertentu. Sedangkan Slew Rate adalah laju perubahan maksimum agar DAC bisa menghasilkan keluaran. Dengan demikian,Settling Time yang kecil dan Slew Rate yang besar dapat menghasilkan sinyal-sinyal dengan frekuensi tinggi karena hanya dibutuhkan waktu sebentar untuk mengubah keluaran ke aras tegangan baru secara akurat. Hal tersebut sangat diperlukan pada penerapan DAC pada pembangkit sinyal-sinyal audio. Pada penerapan tersebut dibutuhkan DAC dengan Slew Rate yang tinggi dan Settling Time yang kecil agar menghasilkan frekuensi pencuplikan tinggi yang cukup untuk mencakup jangkauan audio. Sebaliknya, pada aplikasi sumber tegangan yang digunakan untuk mengontrol pemanas (heater) tidak dibutuhkan konversi D/A yang cepat karena pemanas tidak mampu merespon secara cepat perubahan tegangan. Resolusi keluaran mirip dengan resolusi masukan. Yaitu jumlah bit kode digital yang (nantinya) akan menghasilkan keluaran analog. Semakin banyak jumlah bit resolusinya maka semakin kecil perubahan tegangan yang mampu dideteksi, sehingga dimungkinkan untuk menghasilkan perubahan siyal yang halus. Aplikasi yang membutuhkan jangkauan dinamis yang lebar dengan perubahan kenaikan tegangan yang kecil pada keluaran sinyal analog membutuhkan keluaran tegangan dengan resolusi tinggi. 2.3. Pemicuan Pada banyak aplikasi akuisisi data dibutuhkan pemicuan eksternal yang digunakan untuk memulai dan menghentikan operasi akuisisi data. Pemicuan digital mensinkronkan antara akuisisi dan pembangkit tegangan ke suatu pulsa digital eksternal. Pada pemicu analog, yang banyak digunakan pada operasi masukan analog, akan memulai atau menghentikan operasi akuisisi data saat suatu sinyal masukan mencapai suatu aras dan slope suatu tegangan analog. 2.4. Digital I/O

Antarmuka digital I/O sering digunakan pada sistem akuisisi data PC untuk mengontrol proses-proses, membangkitkan pola-pola pengujian dan untuk berkomunikasi dengan perangkat lain. Pada tiap-tiap kasus, parameter-parameter yang penting mencakup jumlah jalur digital yang tersedia, laju pemasukan dan pengeluaran data digital pada jalur-jalur tersebut dan kemampuan penggeraknya. Jika suatu jalur digital digunakan untuk mengontrol suatu kejadian seperti menghidupkan dan mematikan pemanas, motor atau lampu, maka tidak dibutuhkan laju data yang tinggi karena peralatan-peralatan tersebut tidak dapat merespon dangan cepat. Suatu aplikasi umum lainnya adalah memindahkan data antara satu komputer dengan peralatan lain seperti data logger, pemroses data dan printer. Karena alatalat ini biasanya mentransfer data dalam satuan byte atau 8 bit maka masingmasing jalur digital pada papan digital I/O dibentuk dalam kelompok 8. Selain itu beberapa papan memiliki rangkaianhand-shaking untuk tujuan sinkronisasi komunikasi. Jumlah kanal data dan kebutuhan hand-shaking harus sesuai (disesuaikan) dengan aplikasi yang dibutuhkan. 2.5. Pewaktuan I/O Rangkaian pencacah/timer berguna untuk berbagai macam aplikasi, termasuk menghitung jumlah kejadian-kejadian (event), mengukur pewaktu pulsa digital serta membangkitkan gelombang kotak. Semua hal tersebut dapat diimplementasikan menggunakan 3 sinyal pencacah/timer yaitu gerbang, sumber dan keluaran. Gerbang adalah suatu masukan digital yang digunakan untuk mengaktifkan dan mematikan fungsi pencacah. Sumber adalah masukan digital yang menyediakan pulsa-pulsa untuk menaikkan isi pencacah. Keluaran dari pencacah dapat berupa gelombang kotak atau pulsa-pulsa digital. Spesifikasi yang terkait dalam operasi pencacah/timer adalah resolusi dan frekuensi detak. Resolusi adalah jumlah bit pada pencacah. Semakin besar resolusinya mengakibatkan jumlah pencacahan semakin banyak. Sedangkan frekuensi detak menentukan seberapa cepat kerja dari pencacah/timer, artinya semakin tinggi frekuensinya semakin cepat pencacah itu bekerja sehingga mampu mendeteksi sinyal-sinyal masukan serta mampu menghasilkan pulsa dan gelombang kotak dengan frekuensi tinggi. 3. Perangkat Keras Analisa Data Kemampuan komputer saat ini telah mengalami peningkatan sedemikian rupa sehingga mencapai suatu tingkatan kemampuan untuk melakukan akuisisi dan pemrosesan (analisa) data yang kompleks. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan unjuk-kerja yang tinggi, seringkali komputer tidak mampu lagi untuk melakukan pemrosesan data dengan cukup cepat. Hal tersebut kaitannya dalam merespon sinyal-sinyal waktu-nyata (real-time). Sehingga dibutuhkan perangkat keras tambahan yang harus dipasang pada komputer yang bersangkutan. Prosessor sinyal digital (Digital Signal Processor) dapat melakukan komputasi atau pemrosesan data lebih cepat dibandingkan dengan mikroprosessor pada umumnya, karena prosessor khusus tersebut mampu melakukan proses akumulasi dan multiplikasi data dalam satu siklus detak, sedangkan mikroprosessor kebanyakan membutuhkan lebih dari satu siklus detak. Saat ini prosessor sinyal digital telah tersedia dalam berbagai macam format dan tingkat akurasi. Misalnya prosessor sinyal digital 32-bit dengan format penyimpangan data floating-point (bilangan pecahan), memiliki jangkauan dinamis yang lebih tinggi dibandingkan dengan prosessor dengan format fixed-point (bilangan bulat). Sehingga aplikasi-aplikasi yang dikembangkan menggunakan prosessor floating-point tidak memerlukan

pemrograman yang kompleks (dibanding fixed-point) untuk menangani data-data pecahan. DSP (Digital Signal Processor) Board dari AMD Bagian yang bertugas melakukan proses floating-point ini dinamakan Unit Titik Mengambang atau Satuan Titik Mengambang (Inggris: Floating Point Unitdisingkat FPU) adalah sebutan untuk unit pemroses dalam mikroprosesor yang mampu menangani bilangan mengambang (floating-point) (bilangan yang memiliki koma dan pangkat). FPU digunakan pada sebagian besar permainankomputer (video game playstation), program tabel berlajur (spreadsheet), serta aplikasi ComputerAided Design (CAD). Pada prosesor-prosesor Intel x86 sebelum Intel 80486 mereka tidak memilikiFloating-Point Unit, melainkan diimplementasikan pada sebuah chip terpisah yang dinamakan dengan Math co-processor. Prosesor Intel 80486 atau yang lebih baru telah mengimplementasikan FPU secara internal dalam prosesornya, sehingga kinerjanya pun semakin tinggi. ISA Slot DSP TMS320C30 dari Texas Instrument Kemampuan komputasi atau kalkulasi dari prosessor sinyal digital dinyatakan dalam jumlah operasi (komputasi) floating-point yang dapat dikerjakan dalam satu detik dan dikenal dengan istilah MFLOPS (Million Floating-point Operations Per Second). Sebagai contoh, prosessor TMS320C30 dari Texas Instrument di atas, mampu melakukan 33 juta floating-point dalam satu detik atau dapat menangani 33 juta operasi bilangan pecahan (bilangan dengan koma dan pangkat) dalam 1 detik. 4. Perangkat Lunak Akuisisi Data . dari Bagian 2 Untuk dapat melakukan fungsinya sebagai peralatan akuisisi data, sebuah komputer yang sudah dilengkapi perangkat keras akuisisi data harus juga dilengkapi dengan perangkat lunak untuk menjalankan fungsi tersebut. Perangkat lunak dan perangkat keras akuisisi data dapat merubah komputer PC menjadi suatu sistem akuisisi, pemroses (analisa) dan penampil data yang terpadu (Data Acquisition System). Untuk menjalankan Komputer PC yang sudah terpasang didalamnya perangkat keras akuisisi data sebenarnya dapat dilakukan dengan melakukan pemrograman langsung pada tingkat register pada papan akuisisi data dan ini merupakan tingkat pemrograman yang paling sulit dan memerlukan waktu paling lama dalam pengembangan perangkat lunak akuisisi data. Dikatakan demikian karena harus ditentukan nilai biner yang tepat dan benar yang harus dituliskan pada registerregister tersebut. Selain itu, bahasa pemrograman yang digunakan harus mampu melakukan pembacaan dan penulisan data dari atau ke papan akuisisi data yang terpasang pada komputer PC. Perangkat lunak akuisisi data dibagi menjadi dua : 1. Perangkat Lunak Tingkat-Penggerak (driver level). Perangkat lunak yang menyederhanakan pemrograman akuisisi data dengan cara menangani secara langsung pemrograman tingkat-rendah (low level program) dan memberikan berbagai fungsi tingkat-tinggi (high level functions) yang dapat dipanggil dalam bahasa pemrograman yang digunakan. Pada perangkat lunak jenis ini biasanya pemrograman dilakukan menggunakan bahasa tingkat rendah yang setingkat atau beberapa tingkat diatas bahasa mesin. Yang termasuk dalam hal ini

adalah seperti bahasa Assembly padapemrograman microcontroller atau yang lebih tinggi lagi yaitu Turbo Pascal, C++, Visual Basic, Delphi, dsb. 2. Perangkat Lunak Tingkat-Aplikasi (application level). Perangkat lunak akuisisi data yang langsung dapat digunakan tanpa melalui proses pemrograman. Sebenarnya pemrograman masih tetap dilakukan namun hanya sebatas pada penentuan atau perancangan proses kerja atau alur kerja. Pemrograman ini berdasarkan flow-cart dan full-graphic sehingga pengguna dapat dengan mudah menggunakannya tanpa harus mempelajari bahasa pemrograman yang rumit. Yang termasuk dalam hal ini adalah LabView, LabWindows atau StamPlot-Home-Edu Edition (freeware), dsb.

Anda mungkin juga menyukai