Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas). Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah. Dari permasalahan keperawatan jiwa yang dapat diambil yaitu harga diri rendah, kurang perawatan, koping individu tidak efektif, depresi, isolasi sosial, halusinasi, waham, perilaku kekerasan, serta ketidakberdayaan dan berduka. Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. a) Manusia Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumnuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. b) Lingkungan Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. c) Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.

d) Keperawatan Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan.

Untuk mengatasi masalah ini perlu mengetahui adanya permasalahan dalam keperawatan jiwa seperti masalah psiko-sosial. Masalah psiko-sosial terutama yang kami buat ini salah satunya masalah koping indvidu tidak efektif. Koping individu tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan ketidakmampuan dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia (Lazarus & Folkman,2002) B. Tujuan a. Tujuan Umum Setelah membaca makalah asuhan keperawatan pada pasien koping individu tidak efektif, diharapkan pembaca mampu memahami konsep tentang anemia.

b. Tujuan Khusus Mahasiswa mampu memahami 1. Pengertian ................. 2. Etiologi ..................... 3. Manifestasi Klinis ...................... 4. Model Stres Adaptasi (Stuart) .................... 5. Pemeriksaan penunjang anemia ................... 6. Asuhan keperawatan .......................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Koping Individu Tidak Efektif Koping individu tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan ketidakmampuan dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia (Lazarus & Folkman,2002) Koping yang ada pada diri individu berguna untuk mengarahkan individu tersebut agar tidak ambil pusing terhadap masalah tersebut atau bisa juga membuat mereka dapat menemukan solusi dari masalahnya. Secara umum cara menemukan pemecahan masalah tersebut bisa dari pengalamn sebelumnya tentang masalah tersebut atau curhat dengan sesorang yang dianggap dapat memberikan jalan keluar untuk masalah yang dihadapinya. Dengan koping masalah yang dihadapi bisa teratasi atau hilang untuk sementara dan akan muncul jika ada pencetusnya. Namun individu yang sudah melakukan koping adapula yang tidak hilang masalahnya sehingga mereka akan tidak dapat berbuat apapun selain memikirkan maslahnya.hal ini dapat membahayakan individu tersebut karena artinya individu ini pikirannya bisa terganggu dan mengalami gangguan jiwa. Koping individu tidak efektif adalah kerusakan perilaku-perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah dari seseorang didalam memenuhi kebutuhan dan peran hidup (Limbert,2001)

B. Etiologi - Krisis situasional - Krisis maturasi - Sistem pendukung yang tidak memadai - Model-model peran negatif - Kemunduran mental ringan sampai sedang - Abnormalitas SSP tertentu, seperti adanya neurotoksin, epilepsi, serebral palsi, atau penyimpangan perilaku neurologis lainnya. - Perkembangan ego terbelakang
3

- Harga diri rendah - Kelainan fungsi dan sistem keluarga - Lingkungan yang tidak terorganisir - Penganiayaan dan pengabaian anak

C. Manifestasi Klinis (Towsend,2002 : 134) Ansietas Tidak mampu menemukan peran yang diharapkan Ketidakmampuan menemukan kebutuhan dasar Nanda??? D. Model Stres Adaptasi (Stuart) 1. Faktor Predisposisi Semua kejadian, hal, atau peristiwa (baik biologis, psikologis dan atau sosial budaya) yang terjadi di sepanjang hidup manusia yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa pada manusia tersebut. a. Faktor biologis, contoh : riwayat lahir kembar monozigot, memiliki garis keturunan penderita gangguan jiwa, cacat badan, status nutrisi, paparan racun, dll. b. Faktor psikologis, contoh : tingkat intelegensia, tingkat moral, tipe kepribadian, pengalaman yang tidak menyenangkan, konsep diri, dll. c. Faktor sosial budaya, contoh : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama dan keyakinan, dukungan sosial, dll.

2. Stresor Presipitasi Merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan dan membutuhkan energi ekstra/sangat besar untuk mengatasinya. Karakteristik stresor presipitasi adalah sifat, asal, waktu dan jumlah. a. Sifat, sifat stresor presipitasi disini menunjukkan jenisnya (biologis, psikologis dan atau sosial budaya). b. Asal, asal stresor presipitasi bisa berasal dari dalam individu (contoh : persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya, sakit fisik, dll) dan atau dari luar individu (contoh : kurangnya dukungan sosial, pengalaman sosial yang tidak menyenangkan, dll). c. Waktu, waktu terjadinya stresor bisa terjadi dalam waktu dekat, waktu yang cukup lama, dan atau terjadi secara berulang.
4

d. Jumlah, jumlah stresor bisa satu atau lebih dari satu

3. Penilaian Terhadap Stresor Merupakan reaksi individu terhadap stresor presipitasi yang dihadapinya. Reaksi ini bisa berupa reaksi kognitif (contoh : merasa sedih, merasa marah, tidak berdaya, dll), fisiologis (contoh : perubahan pada tanda-tanda vital dan status fisiologis lainnya). penilaian terhadap stresor pada koping individu tidak efektif

4. Sumber Koping Semua hal yang bisa dijadikan alat untuk membantu individu mengatasi stresornya secara konstruktif atau sebaliknya dapat menjadikan individu menggunakan mekanisme pemecahan masalah yang salah. Terdiri dari : kemampuan personal (bakat, kepandaian, dll), dukungan sosial (punya sahabat sedikit atau banyak, dll), aset materi (kekayaan, punya asuransi atau tidak, dll), dan keyakinan positif (kepercayaan terhadap diri sendiri dan Tuhan, lebih berfokus kepada pengobatan daripada pencegahan, dll).

5. Mekanisme Koping Tiap upaya yang dilakukan untuk penatalaksanaan stres termasuk upaya penyelesaian masalah langsung (task oriented) dan mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri (ego orienred). Sebut dan jelaskan macam-macam ego oriented !!!

Diagnosa keperawatan : koping individu tidak efektif

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Identitas klien a. Nama b. Umur c. Pekerjaan d. Jenis Kelamin e. Status Perkawinan f. Agama g. Pendidikan h. Alamat i. Suku j. Penanggung Jawab : An. B : 15 Th : Pelajar : Laki - Laki : Belum Menikah : Islam : SMP : Jl. Siroto, Ungaran Barat : Jawa : Tn. A (Ayah)

B. Data Pengkajian 1. Keluhan Fisik : Post kecelakaan jam yang lalu, naik sepeda terserempet truk.

2. Alam Perasaan a. Sedih : Menurut ibu klien terkadang An. B merasakan sedih melihat kakinya ynag patah. b. Takut : Ibu klien melihat anaknya merasa takut setelah mendengar dari dokter bahwa kakinya harus dioperasi. c. Marah : Ibu klien mengatakan bahwa anaknya marah-marah saat kakinya mulai nyeri.
6

d. Masalah Keperawatan : Dapat disimpulkan bahwa An. B mengalami masalah Koping Individu Tidak Efektif

3. Mekanisme Koping Adaptif a. Bicara dengan orang lain : An. B tidak mau berbicara banyak dengan orang lain b. Mampu menyelesaikan masalah : An. B tidak mampu dalam meyelesaikan masalahnya c. Aktivitas Spritual : An. B jarang melakukan ibadah d. Olahraga : An. B tidak bisa berolahraga

4. Koping Maladaktif a. Minum Alkohol b. Malas Aktivitas c. Menghindar d. Putus Asa : Tidak ada : Ya : Tidak : Tidak

5. Masalah Psikososial a. Masalah dengan dukungan Keluarga : Ya b. Masalah Ekonomi : Ya c. Masalah dengan pelayanan dengan kesehatan : Tidak

C. Analisa Data DS : Ibu klien mengatakan An. B merasa sedih setelah terjadi kecelakaan. An. B sering berteriak karena kaki terasa nyeri. Ibu Klien merasa terpukul dengan peristiwa kecelakaan An. B. Ibu klien hanya bisa berdoa dan menangis.

DO : Wajah klien muram, An. B sering diam dan sedikit berbicara. An. B sering memarahi perawat saat melakukan pengkajian atau melakukan tindakan keperawatan.

Berdasarkan data diatas dapat di simpulkan masalah pada An. B yaitu Koping Individu Tidak Efektif

D. Rencana Intervensi Keperawatan Masalah Psikososial : Koping Individu Tidak Efektif 1. Intervensi untuk Klien a. Tujuan 1). Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 2). Klien dapat memahami peristiwa kecelakaan yang dialami klien 3). Klien dapat mengidentifikasi cara-cara koping individu yang adaptif 4). Klien dapat memanfaatkan faktor pendukung

b. Tindakan 1). Bina Hubungan saling percaya - Mengucapkan salam terapeutik - Berjabat tangan - Menjelaskan tujuan interaksi - Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien 2). Berdiskusi mengenai kondisi klien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik, sosial, dan spritual seblum atau sesudah mengalami peristiwa kecelakaan) 3). Berdiskusi mengenai cara mengatasi koping individu yang adaptif - Cara Verbal (Mengungkapkan perasaan) - Cara Sosial (Sharing melalui self help group) - Cara Spirital (Berdoa, Berserah diri) 4). Memberikan informasi tentang sumber komunitas yang tersedia untuk saling memberikan pengalaman 5). Membantu klien memasukan kegiatan dalam jadwal hari 6). Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa (Jika diperlukan)

2. Intervensi Untuk Keluarga a. Tujuan


8

1). Keluarga memahami cara merawat klien post operasi dirumah. 2). Keluarga dapat mempraktekkan cara merawat klien dirumah 3). Keluarga dapat memanfaatkan sumber yang tersedia dimasyarakat

b. Tindakan 1). Bina hubungan saling percaya - Mengucapkan salam terapeutik - Berjabat tangan - Menjelaskan tujuan interaksi - Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap bertemu keluarga 2). Bediskusi dengan keluarga tentang masalah koping individu tidak efektif dan dampaknya pada klien 3). Berdiskusi dengan keluarga tentang sumber-sumber bantuan yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi koping individu tidak efektif

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas didapatkan sebuah kesimpulan dari masalah ini yaitu keperawatan jiwa merupakan pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respon psiko-sosial yang maladaptif yang disebabakan oleh gangguan bio psiko

sosial,dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas). Dalam hal ini keperawatan jiwa pun menyangkup masalah dari psiko sosial yang mana masalah psiko sosial juga memeiliki sebuah karakteristik seperti harga diri rendah, kurang perawatan, koping individu tidak efektif, depresi, isolasi sosial, halusinasi, waham, perilaku kekerasan, serta ketidakberdayaan dan berduka. Tetapi dari banyaknya masalah tersebut yang termasuk dari bahasan kami adalah koping individu tidak efektif. Sehingga disini kami selaku perawat yaitu untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku koping indivu tidak efektif,dan memberikan dukungan dalam bentuk empati. Kemudian kami selaku perawat juga melakukan sebuah pendekatan melalui adanya kerja sama dalam keluarga dan individu itu sendiri dalam memberikan semangat,dukungan dan dorongan yang kuat terhadap pihak keluarga untuk memeberikan hasil yang baik dalam penanganan terhadap An. B tersebut.

B. Saran

10

Saran dari kelompok kami adalah semoga apa yang telah kami lakukan ini bermanfaat bagi pembaca, dan harapan kami makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menangani masalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Siswanto, S.Pi., Msi. Kesehatan Mental, konsep, cakupan dan perkembangannya, CV. Andi Offeset, Yogyakarta, 2007. Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental, CV. Mandar Maju, bandung, 2000 Rasmun, Skp., M.Kep, Stres, Koping dan Adaptasi, Sagung Seto, Jakarta,2004 http://ahyarwahyudi.wordpress.com/2010/02/11/konsep-diri-dan-mekanisme-koping-dalamproses-keperawatan/

11

Anda mungkin juga menyukai