Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara bersih yang dibutuhkan untuk kehidupan di bumi merupakan gas yang tidak nampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh, khususnya di daerah yang banyak industri. Kebutuhan akan udara bersih semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di dunia, hal ini perlu diantisipasi agar tidak krisis udara yang sehat oleh karena itu udara perlu dijaga dan di perhatikan kesehatannya. Udara dikatakan normal dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya terdiri dari sekitar 78% nitrogen; 20% oksigen; 0,93% argon; 0,03% karbon dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen (H2). Apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka udara dikatakan sudah tercemar. Pencemaran udara merupakan pencemaran lingkungan yang sedang bergejolak pada masa sekarang sebagai akibat pertumbuhan manusia, perkembangan teknologi, serta aktifitas manusia sehari-hari. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan keinginan setiap orang. Di samping kualitas udara ambien, kualitas udara dalam ruangan juga merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Sudah sejak lama diketahui bahwa gas karbon monoksida (CO) dalam jumlah banyak atau konsentrasi tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan juga dapat menimbulkan kematian, inilah dampak karbon monoksida terhadap kesehatan. Karbon monoksida apabila terhirup ke dalam paru-paru akan mengikuti peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas karbon monoksida bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Ikatan karbon monoksida dengan darah atau karboksihemoglobin lebih stabil dari pada ikatan oksigen dengan darah atau oksihemoglobin.

Universitas Sumatera Utara

Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0% dan rata-rata sekitar 0,5%. Disamping itu kadar gas CO dalam darah dapat seimbang selama kadar gas CO di atmosfer tidak meningkat dan kecepatan pernafasan tetap konstan (H. J. Mukono, 1997). Keracunan gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing, rasa tidak enak pada mata, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot, gangguan pada sistem kardiovaskuler dan serangan jantung sampai pada kematian. Gas karbon monoksida dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari pembakaran bahan bakar fosil. Nilai ambang batas zat pencemar karbon monoksida dalam udara adalah 26 ppm dalam pengukuran satu jam. Kadar pencemar diudara selain dipengaruhi oleh jumlah sumber pencemar, parameter meteorologi juga mempengaruhi kadar pencemar di udara sehingga kondisi lingkungan tidak dapat diabaikan. Kecepatan angin dan suhu udara adalah bagian dari parameter meteorologi yang dapat mempengaruhi kadar pencemar udara di luar gedung. Selain pencemaran di luar gedung ada juga

pencemaran di dalam gedung (Arya wardhana, 2001). Suatu ruangan membutuhkan sirkulasi udara bersih yang cukup sehingga dapat menjamin udara kotor didalamnya dapat digantikan dengan udara bersih secara mencukupi. Tingginya konsentrasi pencemar yang terakumulasi akan terasa oleh orang-orang yang berada dalam ruangan tersebut, dari bau dan tingginya temperatur ruangan, dimana akan terasa menurunnya tingkat kenyamanan saat berada dalam ruangan tersebut. Udara didalam gedung (indoor air) biasanya digunakan untuk lingkungan dalam gedung non-industry seperti perkantoran, gedung umum misalnya sekolah, rumah sakit. Kondisi kontaminan pada udara didalam gedung biasanya sama dengan yang terdapat pada udara luar gedung. Kualitas udara dalam gedung merupakan rangkaian dari beberapa variabel, termasuk kualitas udara luar gedung, desain ventilasi dan sistem penyejuk udara, kehadiran sumber kontaminan dan besarnya serta sistem pemeliharaan dalam gedung. Bahan pencemar dalam ruangan dapat muncul dalam wujud gas, uap organik dan anorganik. Bahan pencemar kimia yang sering ditemukan dalam ruangan adalah:

Universitas Sumatera Utara

1. Karbon dioksida (CO2), yang merupakan produk metabolisme dan sering digunakan sebagai indikator tingkat pencemaran yang berhubungan dengan kehadiran manusia di dalam gedung. 2. Kabon monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx) dan Sulfur dioksida ( SO2), yang merupakan gas anorganik hasil pembakaran serta ozone (O3) yang merupakan produk dari proses photochemical. 3. Senyawa organik, yang berasal dari beragam sumber di dalam dan di luar gedung. Selain jenis kontaminan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dalam kualitas udara dalam gedung adalah tingkat kebauan (smell). Kombinasi bau tertentu dengan sedikit pengaruh iritasi dari senyawa pada udara di dalam ruang menuntun kita untuk menentukan kualitasnya sebagai bersih atau tercemar. Jadi untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya pencegahan diawali dengan pemberitahuan kepada masyarakat tentang tingkat pencemaran udara di dalam gedung. Kualitas udara dapat dievaluasi dengan melakukan pengukuran konsentrasi pencemar udara dalam gedung. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul analisis pengaruh kualitas udara terhadap kadar gas CO dalam gedung auditorium Universitas Sumatera Utara Medan.

1.2. Permasalahan Permasalahan yang diajukan adalah bagaimana pengaruh kadar gas CO terhadap kualitas udara dalam gedung auditorium Universitas Sumatera Utara Medan.

1.3. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah mengukur kecepatan alir udara, suhu udara dan kelembaban udara di gedung auditorium Universitas Sumatera Utara Medan pada lantai dasar.

1.4. Tujuan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

1. Mengetahui besar kadar gas karbon monoksida di udara pada gedung Auditorium Universitas Sumatera Utara Medan. 2. Untuk memantau pengaruh kecepatan alir udara, suhu udara dan kelembaban udara terhadap kadar gas pencemar karbon monoksida. 3. Mengetahui kualitas udara dalam ruang Auditorium Universitas Sumatera Utara memenuhi standar bagi kesehatan menurut keputusan kesehatan No. 1405/menkes/SK/XI/2002.

1.5. MANFAAT PENELITIAN 1. Memberikan informasi tentang kualitas udara terhadap ruangan. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi berbagai pihak yang terkait terhadap pencemaran udara.

1.6. TEMPAT PENELITIAN Auditorium Universitas Sumatera Utara, Medan

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan masing-masing bab adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Bab ini mencakup latar belakang penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, tempat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian. BAB III Metodologi Penelitian Bab ini membahas tentang alat-alat yang digunakan dalam penelitian, diagram alir penelitian, prosedur penelitian, denah lokasi penelitian dan teknik analisa data.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

Hasil dan Pembahasan Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian.

BAB V

Kesimpulan dan Saran Menyimpulkan hasil-hasil yang didapat dari penelitian dan memberikan saran untuk penelitian lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai