Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS DISKUSI II Seorang Anak dengan Demam

Kelompok 9 Rose Tio Bunga Rosmana Apolla Putera Septiana Mirra Pratiwi Saphira Evani Savina Umar Bakadam Selvi Dyah Ayu Hendriyani Shabila Shamsa Sheila Sesarya Junya Sherly Malini Soraya Iriyanti F Stantley Suci Wulandari Susanti Tannia Pradnya Paramitha Tiara Agustina ( 03012241 ) ( 03012243 ) ( 03012245 ) ( 03012247 ) ( 03012249 ) ( 03012251 ) ( 03012253 ) ( 03012255 ) ( 03012257 ) ( 03012259 ) ( 03012261 ) ( 03012263 ) ( 03012265 ) ( 03012267 ) ( 03012269 )

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 2013

BAB I PENDAHULUAN
Pada seorang pasien, terutama pasien anak, sebagian besar data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis diperoleh dari anamnesis. Berdasarkan anamnesis sering dapat ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya faktorfaktor yang mungkin menjadi latar belakang penyakit, yang semuanya berguna dalam menentukan sikap untuk penatalaksanaan selanjutnya. Anamnesis merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam pemeriksaan klinis.1 Sistematika yang lazim dalam membuat anamnesis dimulai dengan identitas pasien, lalu keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu. Setelah hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sekarang ditanyakan, diteliti juga riwayat pasien ketika dalam kandungan. Selanjutnya riwayat kelahiran, riwayat makanan, riwayat imunisasi, riwayat tumbuh kembang dan riwayat keluarga. Setelah anamnesis lengkap, dilakukan pemeriksaan fisis yang teliti dan bila perlu juga pemeriksaan penunjang yang relevan. Dengan hasil dari serangkaian cara yang sudah dilakukan kita dapat menegakkan diagnosis.

BAB II LAPORAN KASUS


SESI I Status Pasien IDENTITAS Pasien Nama Kelamin Tempat/tangal lahir (umur) Agama Orang Tua Jenis Variabel Nama Umur Suku Bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Penghasilan / bulan Alamat Ibu Ny E 26 tahun Sulawesi Islam D3 Swasta Rp 3,000,000 Condet, Jakarta Timur Ayah Tn Z 34 tahun Sunda Islam S1 Swasta Rp 3,000,000 Condet, Jakarta Timur : ZS : Perempuan : 2 tahun : Islam

Hubungan anak & orang tua : anak kandung Riwayat Penyakit Seakarang: (Aloanamnesis dengan ibu pasien) Keluhan Utama: Demam sejak 5 hari sebelum mrs Keluhan tambahan: Batuk,pilek,sesak,bercak merah dan mencret Riwayat perjalanan penyakit:

Os dibawa ibu berobat ke poli Kes Anak RSUD BA dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari sebelum mrs, demam terus menerus dan suhu tidak pernah normal, tidak menggigil, tidak kejang, tidak mengigau. Selain demam os juga batuk berdahak tetapi tidak dapat dikeluarkan, serta pilek dengan ingus kental warna kuning. Sejak 2 hari sebelum mrs os mengalami mencret, sebanyak 4 kali sehari dengan tinja cair mengandung ampas, tidak ada darah atau lendir. Setiap habis makan os muntah berupa apa yang dimakan. Mata os juga terlihat merah banyak mengeluarkan air mata dan silau bila terkena sinar matahari. Bak adalah normal seperti biasa, tidak sakit, kemih warna kuning muda. Setelah dilakukan pemeriksaan, oleh koas jaga yang bertugas, os dianjurkan untuk dirawat di bangsal bagian Kesehatan Anak RSUD BA. Riwayat kehamilan dan kelahiran : Semasa hamil ibu diperiksa oleh bidan dan tidak mengalami penyakit apapun. Lahir ditolong oleh bidan, bayi segera menangis, berat lahir 3,250 g, panjang 51 cm, tidak biru, tidak kuning, gerakan aktif dan tidak ada cacat. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan: Kemampuan mengangkat kepala dan seterusnya sampai dapat bicara adalah normal. Riwayat makanan: Os sejak lahir sampai umur 12 bulan mendapat asi ditambah pasi dan makanan pendamping diberi sesuai dengan umur. Makanan pada umur diatas 1 tahun diberikan dalam kuantita dan kualita yang cukup memadai. Riwayat imunisasi: Pasien sudah mendapat imunisasi BCG 1x, DPT 3x, Polio 3x, dan Hepatitis B 2x Riwayat penyakit lampau: Os tidak pernah mengalami sakit seperti yang diderita saat ini, dan tidak pernah mengalami penyakit lain.

Riwayat keluarga: Os adalah anak sati-satunya, abortus (-), lahir mati (-), meninggal (-). Ibu os sehat, ayah menderita penyakit jantung dan kolesterol tinggi. Riwayat lingkungan: Di sekitar/tetangga terdapat anak yang mengalami penyakit serupa. Kondisi lingkungan cukup bersih, air pam dan sumur, tersedia pembuangan sampah untuk limbah rumah tangga. Tugas Mahasiswa : 1. Berdasarkan anamnesis, masalah apa saja yang dialami oleh os? 2. Bagaimana menjelaskan mekanisme timbulnya serta akibat yang dapat terjadi pada setiap masalah tersebut? 3. Apakah diagnosis kerja dan diagnosis banding sesuai dengan masalah yang dapat diidentikasi dari anamnesis? 4. Apakah yang mungkin menjadi faktor risiko dari timbulnya penyakit tersebut pada butir 3 diatas? 5. Sesuai dengan diagnosis tersebut pada butir 3, maka temuan fisik apa saja yang mungkin dapat anda temukan? 6. Sebutkan pemeriksaan laboratorium penunjang yang anda perlukan untuk diagnosis kerja dan diagnosis banding tersebut pada butir 3, dan bagaimana perkiraan hasilnya? SESI II Status pasien( lanjutan) Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan umum:

Keadaan umum: Anak tampak sakit berat, kesadaran apati, gizi buruk Tanda vital: Laju nadi: 136 x/m Tekanan darah : 90/60 Data antropometri: Berat badan : 10 kg Tinggi badan : 90 cm kepala : 48 cm lengan atas : 15 cm laju nafas: 58 x/m suhu tubuh : 38,9 c

Pemeriksaan organ : Kepala: Bentuk dan besar : biasa, ubun-ubun menutup , deformitas (-) Rambut : Distribusi rata, warna hitam, keriting, tidak mudah dicabut, tidak rapuh Mata : Eksoptalamus (-), udem palpebra (-), konjungtiva pucat(+), fotofobia (+)/(+), sekret(+)warna kuning, reflek pupil langsung/tidak langsung: (+)/(+) Telinga: Bentuk normal dan letak normal, sekret (-), serumen(+), membran tidak dinilai Hidung: Bentuk biasa, deviasi septum(-), napas cuping hidung (+), sianosis(-), secret (+) warna kuning Mulut : Bibir kering, pecah-pecah (+), sianosis(-), mukosa mulut kering (+), afte (-), lidah kotor(-), tonsil: T1/T1, hiperemis(+), faring hiperemis (+) Leher: KGB tidak membesar, venajugularis tidak distensi, kaku kuduk (-) Torak : Simetri statis dan dinamis,nyeri tekan(-), tasbeh(-) Paru : Inspeksi simetrsis , retaksi (+) disela-sela iga, suprasternal dan epigastrium Palpasi:simetris(+), nafas tertinggal (+), vocal fremitus simetris(+) Perkusi : sonor kanan dan kiri (+)

Auskultasi : suara nafas vesikuler (+), ronki basah halus di paru kanan dan kiri (+), ronki kering (-), nising gesek plera (-)/(-) Jantung: Inspeksi : cembung prakordial (-), iktus tidak terlihat Palpasi: iktus di ICS 4, MCL kiri Perkusi : batas/ besar jantung tidak membesar Auskultasi : BJ 1 dan 2 reguler (+), murmur(-), gallop(-) Abdomen : Inspeksi: datar,tidak membesar, umbilicus biasa Palpasi: supel, nyeri (-), hepar :jari b.a.c, kenyal, rata, tidak nyeri, limpa tidak teraba Perkusi : timpani Anogenitalia : Tidak ada kelainan Kelenjar getah bening teraba didaerah leher atas, belakang telinga, ukuran kurang lebih 1cm,kenyal,tidak nyeri, dapat digerakkan Anggota gerak: Akral hangat, refill kapiler 2 detik,sianosis(-), udem pretibial(-) Tulang belakang : Gibus(-) Susunan saraf: Tonus otot (+)/(+) normal, reflek patologi (-)/(-), tanda brudzinski 1,2 (-)/(-) Kulit: Ruam kulit makulopapula diseluruh badan (+), kecuali telapak tangan dan kaki (-), hiperpigmentasi dan diskuamasi didahi, muka dan sebahagian dari leher

Pemeriksaan laboratorium /penunjang: Rutin

darah Hb 10g% SDP 4,800 SDM 3,200,000 HT 38% LED 12/1 JAM Dif 1/0/4/28/54/13 Tugas mahasiswa:

urin Kuning,jernih,SDP(-),SDM(-) , Epitel (-),kristal (-), torak (-)

feses Kuning, lembek, SDM 1-2, SDP 1-2, Amuba (-), telur cacing (-)

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisis dan penunjang, didapatkan masalah apa saja uang dialami oleh os? sebutkan cara melakukan pemeriksaan dari temuan fisis masing-masing. sebutkan interpretasi/penafsiran dari masing-masing temuan laboratorium. 2. Bagaimana menjelaskan mekanisme timbulnya serta akibat apa yang dapat terjadi dari setiap masalah tersebut? 3. Sebutkan diagnosis kerja dan diagnosis banding sesuai dengan terdapatnya masalah yang diidentikasi? sebutkan komplikasi (penyakit penyulit) dan penyakit penyerta yang terdapat pada pasien tersebut. sebutkan komplikasi apa lagi yang perlu diantisipasi pada penyakit tersebut. 4. Pemeriksaan penunjang apa lagi yang disarankan? apakah perkiraan hasilnya? 5. Apakah yang mungkin menjadi faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah-masalah tersebut di atas? 6. Sesuai dengan diagnosis tersebut pada butir 9, buatlah rencana

penatalaksanaan os tersebut secara garia besar dan selengkap mungkin.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Masalah yang dialami oleh os berdasarkan anamnesis Masalah yang dihadapi ialah demam terus menerus dan suhu yang tidak normal. Selain itu pasien juga mengalami batuk berdahak tetapi tidak dapat dikeluarkan, serta pilek dengan ingus kental berwarna kuning. Sejak 2 hari, sebelum mrs pasien mengalami mencret sebanyak 4 kali sehari dengan tinja cair yang mengandung ampas, tidak berdarah ataupun lendir. Pasien sehabis makan mengalami muntah berupa apa yang dimakan. Mata pasien terlihat merah dengan banyak mengeluarkan air mata dan silau bila terkena sinar matahari. 3.2 Mekanisme timbulnya masalah berdasarkan anamnesis pada os Dari anamnesis didapatkan bahwa keluhan utama pasien adalah demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Mekanisme demam sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin-1 (IL-1). Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan noninfeksi berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes. Pada kebanyakan anak demam disebabkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam hilang sesudah masa yang pendek. Demam juga ada akhirnya menyebabkan frekuensi nadi dan frekuensi napas meningkat. Adanya batuk pilek menunjukkan adanya mekanisme kerja dari saluran pernafasan terdiri atas laring, trakea, dan bronkus dimana terdapat jaringan epitel yang dilapisi mucus bersilia bersel goblet. Di jaringan epitel tersebut terdapat reseptor batuk yang peka terhadap rangsangan. Saat benda asing masuk ke saluran pernafasan, akan menempel di mucus saluran pernafasan. Selanjutnya akan terjadi iritasi pada reseptor batuk, sehingga terjadi aktifasi pusat batuk. Sedangkan pilek yang terjadi

merupakan mekanisme alergen yang masuk tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, saluran pencernaan dan lain-lain akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cells (APC) yang akan mempengaruhi IgE dan histamin yang kemudian menyebabkan vasodilatasi, penurunan tekanan kapiler dan permeabilitas serta sekresi mukus. Sekresi mukus yang berlebih itulah yang menghasilkan pilek. Kemudian terjadinya diare dikarenankan pada saat demam, peristaltik usus meningkat sehingga penyerapan cairan terhambat, air yang tidak diserap di usus tadi akan keluar bersama kotoran. Mata merah disebabkan karena tubuh pasien panas, sehingga pembuluh darah mata vasodilatasi, akan tetapi mata merah juga bisa disebabkan oleh adanya peradangan pada mata. Bercak-bercak merah yang timbul pada pasien masih diduga disebabkan oleh campak. 3.3 Diagnosis kerja dan diagnosis banding sesuai hasil anamnesis Diagnosis kerja yang terdapat pada masalah ini adalah campak atau disebut juga morbilin atau measles. Penyakit Campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan measles Dalam bahasa Inggris. Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi,yang disebabkan oleh virus rubeoia, ditandai dengan demam, korisa, konj'ungtivitis, batuk disertai enanthem spesifik(Koplik's spot) diikuti ruam makulopapular menyeluruh,yang timbul beberapa hari sesudah gejala awal.3 Diagnosis banding dari penyakit ini adalah demam berdarah. Penyakit demam berdarah sering mirip dengan penyakit campak karena timbulnya ruam pada kulit. Ruam yang terjadi dapat timbul pada saat awal panas yang berupa flushing, yaitu berupa kemerahan pada daerah muka, leher, dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercak-bercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Perbedaan khas yang terjadi, pada DBD biasanya ruang akan berkurang saat

hari ke 4 dan ke 5 dan akan menghilang setelah hari ke 6. Sedangkan pada campak, ruam timbul hari ke 3 setelah itu semakin banyak setelah hari ke 6-7 warna merah berubah menjadi kehitaman hingga seminggu. 3.4 Faktor risiko dari timbulnya penyakit 1. Umur Pasien 2 tahun : insiden tertinggi usia terkena campak adalah pada anak usia 1-2 tahun. 2. Pasien belum diberikan vaksin campak yaitu vaksin MMR (measles-mumps-rubella) yang pertama kali diberikan pada umur 12-15 serta yang kedua kali 4-6 tahun. 3. Tetangga ada anak yang mengalami penyakit serupa : Virus campak juga bisa menular ke orang lain melalui udara atau percikan dari air ludah, dari hidung, dari mulut maupun dari tenggorokan penderita yang terkena campak tersebut, bisa juga karena interaksi langsung dengan si penderita. 3.5 Temuan fisik yang mungkin ditemukan Pertama dengan inspeksi atau melihat, terlihat pasien lemah ,tampak sakit,sedikit dehidrasi, frekuensi nafas cepat, conjungtiva hiperemi ( merah ) dan kulitnya terdapat ruam atau berrcak merah. Kedua dengan palpasi atau meraba, raba bercaknya kasar atau halus, dada diraba terasa nafas cepat karena ada sesak nafas lalu jantung juga berdetak cepat. Ketiga dengan perkusi atau pengetukan pada toraks. Keempat dengan auskultasi atau mendengar menggunakan stetoskop, pada paru-paru akan terdengar bising nafas (ronchi ). Pada usus terdengar bunyi bising yang meningkat karena diare. 3.6 Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk menunjang diagnosis

kerja dan diagnosis banding Pertama pemeriksaan darah lengkap, seperti pemeriksaan Hb, SDP, SDM, HT, LED, dan Hitung jenis. Perkiraan hasilnya ialah Leukopenia atau tidak terjadi leukositosis, trombositnya normal karena terkena campak atau bila demam berdarah maka akan terjadi Trombositopenia. Kedua Tes Serologi untuk melihat serum IGM karena pasien terkena campak maka perkiraan hasil IGM > 70%. 3.7 Masalah yang dialami os berdasarkan hasil pemeriksaan fisis dan penunjang Dari keadaan umum anak nampak sakit berat, kesadaran apati dan gizi kurang. Pemerisaan tanda vital di dapatkan bahwa tekanan darah 90/60, laju napas 58 X/menit, dan suhu tubuh meningkat menjadi 38,9o C. Dari data atropometri di dapatkan berat badan 10 kg dan tinggi badan 90 cm yang berarti pasien kurus. Dari pemeriksaan organ mata, di temukan konjungtiva pucat, fotofobia (takut cahaya), di temukan adanya secret berwarna kuning. Pada pemeriksaan telinga ditemukan serumen (kotoran telinga), di hidung di temukan napas cuping hidung yang menandakan anak mengalami sesak napas, dan adanya secret yang berwarna kuning. Pada mulut,terlihat bibir kering, pecah-pecah, mukpsa mulut kering, tonsil T1/T1 hiperemis, dan faring hiperemis ( faring merah karena terjadi peradangan). Pada palpasi paru di temukan adanya napas tertinggal, pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus di paru kanan dan kiri yang menunjukkkan adanya radang. Pada pemeriksa hepar teraba kenyal, pada auskultasi terdengar bising usus meningkat.

Kelenjar getah bening teraba di daerah leher atas, belakang telinga , berukuran 1 cm, tidak nyeri dan bisa di gerakkan. Pada pemeriksaan anggota gerak, akral (ujung jari) hangat. Pemeriksaan kulit di dapatkan ruam kulit makulopapula (bintik-bintik merah) kecuali telapak tangan dan kaki, hiperpigmentasi dan diskuamasi di dahi, muka dan sebagian dari leher. Dari pemerisaan labolatorium di dapatkan hasil, Hb 10 g% (menurun), leukosit 4.800 (menurun), eritrosit 3.200.000 (menurun), HT 38%, LED 12/1 jam, hitung jenis 1/0/4/28/54/13 (dari hitung jenis di temukan eosinofilnya menurun, netrofilnya menurun yang terkait dengan daya tahan tubuh yang menurun, limfositnya meningkat di sebabkan karena infeksi virus atau bisa juga karena ada TBC, dan monositnya juga meningkat). 3.8 Mekanisme timbulnya masalah berdasarkan pemeriksaan fisis dan penunjang pada os Mekanisme timbulnya demam, batuk dan pilek sudah dijelaskan diatas sedangkan mekanisme timbulnya masalah lainnya ialah pada pemeriksaan organ mata yaitu ditemukan fotofobia (sensitivitas terhadap cahaya) yang merupakan gejala klinis yang ditandai dengan nyeri atau rasa tidak nyaman pada mata ketika terpapar cahaya yang terang atau lama. Adanya

konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva terinfeksi. P a d a p e r m u k a a n k o n j u n g t i v a y a n g b e r f u n g s i melarutkan

kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Pada pasien morbili, fokus infeksi sehingga pada tempat tersebut dapat

juga bisa terdapat pada saluran lakrimalis,

mengakibatkan peradangan yang memunculkan konjungtivitis.

Pada pemeriksaan organ mulut ditemukan bibir kering dan pecah-pecah serta mukosa mulut kering yang menandakan adanya dehidrasi karena kehilangan cairan dalam jumlah banyak akibat diare dan muntah-muntah yang dialaminya. Derajat dehidrasi dinilai dari tanda dan gejala yang menggambarkan kehilangan cairan tubuh. Pada tahap awal, yang ada hanya mulut kering dan rasa haus. Seiring meningkatnya dehidrasi, muncul tanda-tanda seperti: meningkatnya rasa haus, gelisah, elastisitas (turgor) kulit berkurang, membran mukosa kering, mata tampak cekung, ubun-ubun mencekung (pada bayi), dan tidak adanya air mata sekalipun menangis keras. Dehidrasi dapat dibagi menjadi dehidrasi minimal atau tanpa dehidrasi (kehilangan < 3% cairan tubuh), dehidrasi ringan sampai sedang (kehilangan 3 9% cairan tubuh), dehidrasi berat (kehilangan > 9% cairan tubuh)

. Sedangkan faring serta tonsil hiperemis menunjukkan adanya peradangan sebagai respon inflamasi yang disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma dan toksin. Pada pemeriksaan organ paru khususnya pada inspeksi adanya retraksi iga serta pada palpasi adanya napas tertinggal merupakan tanda pendukung dari sesak napas yang juga dikeluhkan pasien pada anamnesis. Pada auskultasi adanya ronki basah halus di paru kanan dan kiri bisa menunjukkan tanda komplikasi bronkopneumonia. Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman patogen masuk ke mukus jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme

dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler. Pada pemeriksaan auskultasi organ abdomen bising usus meningkat, hal ini sesuai pada keluhan sebelumnya yaitu pasien mengalami diare dan mntah-muntah. Nada peristaltik frekuensinya bertambah pada gastroenteritis. Diare dapat disebabkan karena gangguan motilitas usus. Pada pemeriksaan organ kulit ditemukan makulopapula diseluruh badan atau ruam kemerahan di kulit diserati papul. Timbulnya ruam merah ini akibat terjadi ploriferasi sel-sel endotel kalpiler di dalam korium, kemudian terjadi eksudasi serum dan kadang-kadang eritrosit dalam epidermis yang kemudian menimbulkan rash atau ruam kulit. Berkaitan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik lain yang ditemukan, makulopapula dapat dijadikan salah satu tanda penyakit morbili yang dikarenakan infeksi virus. Sedangkan masalah yang timbul dari hasil laboratorium yaitu leukosit yang jumlahnya lebih rendah dari normal serta hitung jenis segmen yang juga jauh menurun dibandingkan normal menunjukkan leukopeni dan neutropenia yang juga menunjukkan jumlah penurunan absolut neutrofil. Karena peran neutrofil sebagai pertahanan pejamu, maka jumlah tersebut merupakan predisposisi akibat infeksi.2 3.9 Diagnosis kerja dan diagnosis

Makulopapula
Sumber : http://textbookofbacteriology.net/themicr obialworld/Measles.html

banding sesuai hasil pemeriksaan

fisik dan penunjang, komplikasi dan penyakit penyerta Diagnosis kerja dan diagnosis banding kami masih sama seperti sebelumnya yaitu campak, dengan diagnosis banding demam berdarah. Komplikasi yang terjadi pada penyakit ini ialah Bronchopneumonia. Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru atau Pneumonia. Bronchopneumonia dapat disebabkan virus Campak sendiri atau oleh Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada saluran pernafasan maka Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan kurang kalori protein. Komplikasi yang kedua ialah Tonsilo faringitis. Tonsilofaringitis merupakan peradangan pada tonsil atau faring ataupun keduanya yang disebabkan oleh bakteri (seperti str. Beta hemolyticus, str. Viridans, dan str. Pyogenes) dan juga oleh virus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur.4 Penyakit penyerta pada pasien ini adalah pertama anemia. Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah. Pada kasus ini,pasien mwngalami penurunan kadar hemoglobin sebanyak 10 g % (normal 12-14 g%). Selain anemia pasien juga mengalami dehidrasi, Diare mengganggu keseimbangan elektrolit dan air dalam tubuh manusia. Padahal, bila tubuh sedang sehat, isi perut dan ginjal dapat mengatur kedua unsur itu dalam komposisi yang akurat agar organ tubuh berfungsi. Kehilangan air dan elektrolit inilah yang disebut dehidrasi. Kondisi ini semakin diperburuk bila bayi Anda juga menderita muntah-muntah. Pada pasien ini juga terjadi konjungtivitis atau lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva,

selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merahdan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Selain itu pasien juga menderita diare atau enteritis, hal ini biasa terdapat pada beberapa anak yang menderita campak, penderita mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus. 3.10 Pemeriksaan penunjang tambahan Pemeriksaan yang didapatkan dari data pasien adalah pemeriksaan laboratorium pada darah pasien yang meliputi ; Hb, SDP, SDM, HT, LED, dan Differential Count. Selain itu juga, didapatkan pada pemeriksaan laboratorium pada urin dan enteritis (pemeriksaan feses lengkap). Pemeriksaan penunjang yang lain dapat dilakukan pada pasien, seperti : 1. Foto Thorax Pemeriksaan untuk melihat adanya bronkopneumonia pada pasien. 2. Mantoux Test Tes kulit Tuberculosis, kadang disebut Mantoux adalah cara yang mudah dan tidak berbahaya untuk mengetahui apakah terkena infeksi TBC. Cara melakukan tes ini dengan menggunakan sebuah jarum kecil untuk menyuntikkan cairan tes yang tidak berbahaya yang disebut tuberculin pada subkutan untuk mengetahui ada atau tidaknya Tuberculosis. 3. Swab Tenggorokan Kultur usap tenggorolan adalah tes laboratorium yang dilakukan untuk

mengisolasi dan mengidentifikasi organisme yang dapat menyebabkan infeksi di tenggorokan. Tes ini dilakukan dengan memiringkan kepala ke belakang tenggorokan dan buka mulut lebar lebar lalu mengusapkan kapas yang steril di sepanjang bagian belakang tenggorokan dekat faring dan tonsil. 3.11 Faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah Melihat permasalahan yang ada, faktor risiko yang mungkin berpengaruh adalah masalah imunisasi dan daya tahan tubuh, karena pasien tersebut belum mendapatkan imunisasi campak sebelumnya. lalu faktor yang mungkin berpengaruh adalah keadaan lingkungan sosial ekonomi serta pola hidup dan status gizi pasien tersebut. 3.12 Penatalaksanaan Pengobatan bersifat suportif yaitu dengan memperbaiki kondisi umum pasien lalu mengatasi dehidrasinya dengan pemberian cairan yang cukup. Dan untuk masalah gizinya dapat memberikan suplemen nutrisi. Apabila terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik. Indikasi rawat inap jika terjadi hiperpireksia, dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya komplikasi, seperti dalam kasus ini terjadi bronkopneumoni. Pada penderita bronkopneumoni pasien harus diberikan antibiotika yang sesuai atau bila membutuhkan dapat diberi oksegen nasal atau dengan masker dan dapat juga mengkoreksi keseimbangan asam basa, gas dalam darah dan elektrolit. Selain pengobatan hal yang harus dilakukan ialah memperbaiki kondisi lingkungan sekitar tempat pasien tinggal.

BAB IV KESIMPULAN
Penyakit campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, ditandai dengan demam, batuk, pilek, konjungtivitis (peradangan selaput ikat

mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak pra sekolah dan anak-anak SD, meskipun tidak menutup kemungkinan menyerang orang dewasa yang belum pernah terkena penyakit ini. Jika orang sudah terkena campak maka sepanjang hidupnya tidak akan terkena penyakit ini lagi.Penyakit campak biasanya menyerang anak-anak. Campak akan sangat berbahaya jika menyerang ibu hamil, karena menyebabkan sindrom Rubella yang mengakibatkan janin tidak berkembang dengan baik. Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: Panas badan, nyeri tenggorokan, hidung mengeluarkan lendir (Coryza), batuk (Cough), Bercak Koplik, nyeri otot, mata merah ( konjungtivitis). Munculnya bintik berwarna kemerahan yang dan berair di seluruh tubuh. Bintik ini hanya akan muncul selama 5 hari pertama, selanjutnya akan kembali seperti semula seiring dengan masa pemulihan. Pemberian vaksin merupakan tindakan preventif sebagai upaya untuk mencegah penyakit campak. Vaksin MMR (measlessmumps-rubella), Vaksin tersebut mengandung virus-virus yang sudah dilemahkan.

Belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit campak. Yang dapat dilakukan sebagai tindakan kuratif adalah istirahat yang cukup dan minum obat penurun panas.

BAB V DAFTAR PUSTAKA

1. Latief A, Tumbelaka AR, Matondang CS, Chair I, Bisanto J, Abdoerrachman MH, dkk. Anamnesis. In: Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S, Editors. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto;2009.

2. Price SA. Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th Ed. 2005. Jakarta: EGC. p.271

3.

Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CIV, eds. Measles (Rubeola). Infectious Disease of Children. St Louis: The Mosby Co, 1992; 223-45

4. Mansjoer

A,

dkk.

Tenggorok

dalam

KAPITA

SELEKTA

KEDOKTERAN. Jilid I. Edisis ketiga. Media Aescalapius FKUI. Jakarta. 2001.

Anda mungkin juga menyukai