Anda di halaman 1dari 48

By. Ns. Sujarwanto, S.

Kep

Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat (DR. Nursalam M. Nurs, 2006) Hemodialisis berasal dari kata hemo yang berarti darah dan dialysis yang berarti pemisahan atau filtrasi, melalui membrane semi-permeabel. Jadi hemodialisa adalah proses pemisahan atau filtrasi zatzat tertentu dari darah melalui membrane semipermeabel (Fery Erawati Burnama (Instalasi Dialisis RSUD Dr. Doris Silvanus)).

Setiap 1 juta penduduk terdapat 25-50 orang mengalami gagal ginjal terminal (GGT)/tahun.

Bila tidak diobati : meninggal dunia


Bila diobati dengan terapi pengganti (TP) : masih dapat hidup bertahun-tahun. Terapi Pengganti (TP) : 1. Hemodialisa

2. CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialisis)


3. Transplantasi ginjal

Ada tiga prinsip yang mendasari cara kerja hemodialisis, yaitu :


a) Difusi b) Osmosis c) Ultrafiltrasi

Toksik

dan limbah di dalam darah dialihkan melalui proses difusi. Melalui cara bergeraknya darah yang berkosentrasi tinggi ke cairan dialisat yang berkonsentrasi lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat secara tepat.

Air

yang berlebih dikeluarkan melalui proses osmosis. Keluarnya air dapat diatur dengan menciptakan gradien tekanan. Air bergerak dari tekanan yang lebih tinggi (tubuh) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat).

Peningkatan

gradien tekanan dengan penambahan tekanan negatif yang biasa disebut ultrafiltrasi pada mesin dialysis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini. Untuk meningkatkan kekuatan penghisap pada membrane dan memfasilitasi pengeluaran air. Kekuatan ini diperlukan hingga mencapai isovolemia (keseimbangan cairan).

Untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.

Penderita

yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan. Pengobatan biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu, menderita neuropati per ifer atau memperlihatkan gejalaklinis lainnya. Pen gobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria sedangkan pada wanita diatas 4 mg/100 ml.Selain itu, nilai kadar glomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit.Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan lagi

Menurut

konsensus Perhimpunan Nefrologi In donesia (PERNEFRI)(2003) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia atau malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapatmenjalani dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasikhusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia,asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.

Menurut Thiser dan Wilcox Hipotensi yang tak berespon terhadap Penyakit stadium terminal Sindrom otak organik

pressor

Menurut PERNEFRI Tidak didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit,instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindromhepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut.

Frekuensi

dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.

penderita

kembali menjalani hidup

normal penderita kembali menjalani diet yang normal jumlah sel darah merah dapat ditoleransi tekanan darah normal tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.

Demam Reaksi anafilaksis yg berakibat fatal (anafilaksis) Tekanan darah rendah Gangguan irama jantung Emboli udara Perdarahan usus, otak, mata atau perut

Persiapan

perlu dilakukan sebelum tindakan hemodialisis dija lankan agar perlakuan ini dapat berjalan dengan baik dan optimal. Persiapan ini dapat berupa non medik maupun medik

Persiapan

ini hanya dapat dilakukan bila pasi en sudah diketahuimenderita GGK sebelum mencapai GGK stadiumv
dari GGK perlu dijelaskan kepada pasien secara bijak agar mereka mengerti bahwa GGK bersifat progresi menuju GGK stadium V

Makna

Pengobatan

anemia pre dialisis perlu dilakukan agar pada saat dilakukan hemodialisis, perlakuan dialisis ini dapat dimulai dengan baik dan aman. Risiko kematian pada pasien dalam dialisis te rnyata menjadi lebih rendah terutama dalam 19 bulan pertama bila pada masa predialisis sudah diberikan eritropoetin, makin tinggi hematokrit pada saat dialisis dimula makin rendah risiko kematian.Anemia pada GGK sudah mulai terlihat padastadium III.

Arterial

Venouse Blood Line (AVBL) Dializer /ginjal buatan (artificial kidney) Water treatment Larutan Dialisat Mesin hemodialisis Jarum punksi( Single needle, AV Fistula)

AVBL terdiri dari : Arterial Blood Line (ABL) Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.

Venouse Blood Line Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen dialiser. Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung runcing,segmen pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat ,port darah/merah herah heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.

Adalah

suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen,yaitu: Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat.

Air

dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan dulu dengan cara "water treatment" sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 Liter.

Dialisat

adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free potassium, low calsium dan lainlain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).

Ada

bermacam-macam mesin hemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi prinsipnya sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dialisat circuit dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor.

Jarum

punksi, adalah jarum yang dipakai pada saat melakukan punksi akses vaskuler, macamnya :

Single needle Jarum yang dipakai hanya satu, tetapi mempunyai dua cabang, yang satu untuk darah masuk dan yang satu untuk darah keluar. Punksi hanya dilakukan sekali. AV Fistula Jarum yang bentuknya seperti wing needle tetapi ukurannya besar. Jika menggunakan AV Fistula ini, dilakukan dua kali penusukan.

Identitas

klien Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit infeksi Riwayat penykit batu/obstruksi Riwayat pemakaian obat-obatan Riwayat penyakit endokrin Riwayat penyakit vaskuler Riwayat penyakit jantung

Data interdialisis meliputi :


Berat

badan kering klien atau Dry Weight, yaitu : berat badan di mana klien merasa enak, tidak ada udema ekstrimitas, tidak merasa melayang dan tidak merasa sesak ataupun berat, nafsu makan baik, tidak anemis.

Berat

badan interdialisis : Berat badan hemodialisis sekarang Berat badan post hemodialisis yang lalu (Kg). terakhir hemodialisis.

Kapan

Keadaan umum klien Data subjektif : lemah badan, cepat lelah, melayang. Data objektif : nampak sakit, pucat keabuabuan, kurus, kadang kadang disertai edema ekstremitas, napas terengah-engah. Kepala Retinopati Konjunktiva anemis Sclera ikteric dan kadang kadang disertai mata merah (red eye syndrome). Rambut rontok Muka tampak sembab Bau mulut amoniak

Leher Vena jugularis meningkat/tidak Pembesaran kelenjar/tidak Dada Gerakkan napas kanan/kiri Ronckhi basah/kering Edema paru Abdomen Ketegangan Ascites (perhatikan penambahan lingkar perut pada kunjungan berikutnya). Kram perut Mual/muntah Ekstremitas Kelemahan gerak Kram Edema (ekstremitas atas/bawah) Ekstremitas atas : sudahkah operasi untuk akses vaskuler

Data

subjektif : sesak napas, sembab, batuk dengan dahak/riak, berdarah/tidak.


objektif : hipertensi, kardiomegali, nampak sembab dan susah bernapa

Data

Data

subjektif : merasa susah bernapas, mudah terengah-engah saat beraktifitas. Data objektif : edema paru, dispnea, ortopnea, kusmaul.

Data

subjektif napsu makan turun, mual/muntah, lidah hilang rasa, cegukan, diare (lender darah, encer) beberapa kali sehari.
objektif : cegukan, melena/tidak.

Data

Data

subjektif : tungkai lemah, parestesi, kram otot, daya konsentrasi turun, insomnia dan gelisah, nyeri/sakit kepala.
objektif : neuropati perifer, asteriksis dan mioklonus, nampak menahan nyeri.

Data

Data

subjektif : libido menurun, noktoria, oliguria/anuria, infertilitas (pada wanita).


objektif : edema pada system genital.

Data

Integritas ego

Stressor : financial, hubungan dan komunikasi Merasa tidak mampu dan lemah Denial, cemas, takut, marah, mudah tersinggung Perubahan body image Mekanisme koping klien/keluarga kurang efektif Pemahaman klien dan keluarga terhadap diagnosis, penyakit dan perawatannya, kadang masih kurang. Interaksi social Denial, menarik diri dari lingkungan Perubahan fungsi peran dikeluarga dan masyarakat.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sd anoreksia, hilangnya protein selama dialisis, pembatasan diet. Kerusakan mobilitas fisik sd terapi pembatasan, penurunan kekuatan/tahanan, gangguan persepsi/kognitif.

Kurang perawatan diri sd intoleransi aktivitas.


Risiko tinggi terhadap konstipasi sd penurunan masukkan cairan, perubahan pola diet, penurunan motilitas usus.

Ansietas sd krisis situasional, ancaman kematian.


Gangguan citra tubuh sd krisis situasional, penyakit kronis. Kurang pengetahuan sd kurang terpajan/mengingat, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.

Kaji masukkan dan haluaran pasien setiap hari. Anjurkan pasien mempertahankan masukkan makanan harian sesuai anjuran diet yang ditentukan. Ukur massa otot melalui lipatan trisep atau tonus otot. Perhatikan adanya mual/muntah. Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam perencanaan menu. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering. Kolaborasi, kebutuhan diet dengan ahli gizi. Kolaborasi, pemberian multivitamin.

Kaji

keterbatasan aktivitas Ubah posisi secara sering bila tirah baring; dukung bagian tubuh yang sakit/sendi dengan bantal. Pertahankan kebersihan dan kekeringan kulit, Bantu dalam latihan rentang gerak aktif/pasif. Buat dalam rencana program aktivitas dengan masukkan dari pasien.

Tentukan

skala kemampuan pasien untuk berpartisispasi dalam aktivitas perawatan diri (skala 0-4). Berikan bantuan aktivitas sesuai dengan yang diperlukan. Anjurkan untuk menggunakan teknik menghemat energi, melakukan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi. Jadwalkan aktivitas yang memungkinkan pasien

Menunjukkan berat badan stabil atau meningkat dengan nilai laboratorium normal. Mempertahankan mobillitas atau fungsi optimal yang dapat dilakukan. Berpartisispasi pada aktivitas sehari hari dalam tingkat kemampuan diri/keterbatasan penyakit. Mempertahankan pola fungsi usus normal. Mengenal perubahan dalam berpikir/perilaku dan menunjukkan perilaku untuk mencegah/meminimalkan perubahan. Menyatakan perasaan cemas berkurang/terkontrol, menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah dan penggunaan sumber secara efektif, tampak rileks/dapat tidur dan istirahat secara tepat. Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negative pada diri sendiri, menyatakan penerimaan terhadap situasi diri, menunjukkan adaptasi terhadap perubahan/kejadian yang telah terjadi. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan ; melakukan tindakan secara benar dan dapat menjelaskan alas an tindakan.

Gagal

Ginjal Kronik (CRF) atau penyakit ginja l tahap akhir adalahgangguan fungsi ginjal ya ng menahun bersifat progresif danirreversibel .Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mem pertahankanmetabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448)

Dari

data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2007- 2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi(20%) dan ginjal polikistik (10%) (Roesli, 2008)

Anda mungkin juga menyukai