Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Pendahuluan Pengayakan merupakan proses pemisahan campuran partikel padat yang mempunyai ukuran yang berbeda dengan menggunakan mesh (kawat ayakan). Padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil akan lolos pada mesh dan padatan yang tidak lolos akan tertahan pada permukaan mesh. Bahan yang tertahan pada permukaan mesh akan dilakukan penggilingan kembali. Pengayakan memudahkan kita untuk mendapatkan tepung dengan ukuran yang seragam. Dengan demikian pengayakan dapat didefinisikan sebagai suatu metode pemisahan berbagai campuran partikel padat sehingga didapat ukuran partikel yang seragam dan terpisah dari kontaminan yang memiliki ukuran berbeda dengan menggunakan alat pengayakan. Pengayakan merupakan satuan operasi pemisahan dari berbagai ukuran bahanuntuk dipisahkan kedalam dua atau tiga praksi dengan menggunakan ayakan.Setiap praksi yang keluar dari ayakan mempunyai ukuran yang seragam (Fellow,1988) Yang menjadi ciri ayakan antara lain: 1. Ukuran dalam mata jala 2. Jumlah mata jala (mesh) per satuan panjang, misalnya per cm atau per inchi (sering dengan nomor ayakan) 3. Jumlah mata jala per satuan luas, umumnya cm2 1.2 Tujuan Mengukur dan mengamati pengecilan ukuran bahan hasil pertanian dengan mengkaji performansi mesin dan rendemen hasil pengecilan ukuran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam pengecilan ukuran ada usaha penggunaan alat mekanis tanpa merubah stuktur kimia dari bahan, dan keseragaman ukuran dan bentuk dari satuan bijian yang diinginkan pada akhir proses, tetapi jarang tercapai (Henderson dan Perry, 1976). Menurut Hall dan Davis (1978), penggilingan hasil pertanian bertujuan untuk: 1. Menghaluskan sampai derajat kehalusan tertentu, hal ini berguna untuk meningkatkan kelezatan hasil pertanian tersebut 2. Meningkatkan daya cerna hasil pertanian bagi manusia dan hewan ternak, mempermudah pencampuran bahan lain, 3. Mempermudah penanganan dan penyimpanan. 4. Menghilangkan benda-benda asing dan benih rerumputan yang ikut terpanen, dan memperkecil resiko bahan-bahan yang terbuang. Penampilan kerja suatu mesin untuk mengecilkan ukuran suatu bahan ditentukan oleh kapasitas, tenaga yang diperlukan per satuan bahan, ukuran dan bentuk sebelum dan sesudah pengecilan serta kisaran ukuran dan bentuk akhir. Ukuran dan bentuk butir dalam massa bahan tergantung pada sifat fisik bahan, riwayat bahan, dan metode pengecilannya. Terdapat tiga gaya yang dapat diterapkan dalam pengecilan ukuran, yaitu: a) Gaya tekan b) Gaya geser c) Gaya tumbuk Ketika semua gaya bekerja pada bahan maka akan menghasilkan sebuah regangan internal yang akan menyebabkan perubahan bentuk jaringan di dalam bahan. Berdasarkan jenis dan cara kerjanya, mesin pengecil ukuran dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu: hammer mills, burr mils, crusher, roller crusher dan cumbling mills. Burr mills dan attrition mills adalah mesin pengecil yang kasar, bekerja dengan cara gesekan, pelat yang satu bergerak secara rotasi sedangkan pelat yang satunya stasioner.

Beberapa kriteria ukuran karakteristik bahan hasil pengecil ukuran antara lain: nisbah reduksi (reduction ratio), ayakan tyler, modulus kehalusan (fineness modulus), dan indeks keseragaman (uniformity index). Salah satu moetoda yang digunakan untuk penentuan kinerja atau performansi mesin pengecil ukuran pada penggilingan biji-bijian adalah penentuan modulus kehalusan. Dimana nilai modulus kehalusan dapat menunjukkan nilai rata-rata ukuran diameter bahan dari hasil pengecilan ukuran. Modulus kehalusan didefinisikan sebagai jumlah fraksi dari bahan yang tertahan oleh masing masing ukuran ayakan dibagi dengan 100. Ayakan Tyler yang biasa digunakan memiliku ukuran 3/8 inchi, 4 mesh, 8 mesh, 28 mesh, 48 mesh dan 100 mesh. Setelah diketahui nilai modulus kehalusan maka rata tara diameter bahan hasil pengecilan ukuran dapat dihitung. Berbagai jenis alat pengayak yang dapat digunakan dalam proses sortasi bahan pangan, diklasifikasikan ke dalam dua bagian besar, diantaranya: 1. Ayakan dengan celah yang berubah ubah (Screen Aperture) seperti: roller screen (pemutar), belt screen (kabel kawat atau ban), belt and roller (ban dan pemutar), screw (baling baling). 2. Ayakan dengan celah tetap, seperti: stationary (tidak berubah), vibratory (bergetar), rotary atau gyratory (berputar), dan recipro cutting (timbal balik) Untuk memisahkan bahan yang telah dihancurkan berdasarkan keseragaman ukuran partikel bahan maka dilakukan pengayakan dengan menggunakan standar ayakan. Standar kawat ayakan dibagi: a) Tyler standar, ukuran 200 mesh, diameter 0,0029 inch dan SA 0,00021 inch b) British standar, ukuran 200 mesh, SA 0,003 inch dan SI 42 c) U.S. standar, ukuran 18 mesh, SA 1mm dan SI 42 Pengayak (screen) dengan berbagai desain telah digunakan secara luas pada proses pemisahan bahan pangan berdasarkan ukuran yang terdapat pada mesin sortasi, tetapi pengayak juga digunakan untuk alat pembersih, pemisah kontaminan yang berbeda ukurannya dari bahan baku. Rancangan pengayak ditemui dalam proses sortasi bahan pangan.

Klasifikasi tersebut sangat bermanfaat tetapi tidak bersifat kaku. Proses pembersihan dan sortasi untuk menghasilkan suatu pengkelasan mutu dan bebrapa kasus selalu melibatkan proses sortasi. Bagaimanapun, tingkatan operasi tersebut sangat berarti, terutama dalam penerapannya sebagai tujuan utama dari suatu kegiatan (Brennan, 1998) 2.1.1 Jenis Pengayakan 1. Pengayak (Screener) Pengayak screen dengan berbagai desain telah digunakan secara luas pada proses pemisahan bahan pangan berdasarkan ukuran yang terdapat pada mesin-mesin sortasi, tetapi pengayak juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisahan kontaminan yang berbeda ukurannya dari bahan baku. Istilah-istilah yang digunakan dalam pengayakan (screen) yaitu : a) Under size yaitu ukuran bahan yang melewati celah ayakan b) Over size yaitu ukuran bahan yang tertahan oleh ayakan c) Screen aperture yaitu bukaan antara individu dari kawat mesh ayakan d) Mesh number yaitu banyaknya lubang-lubang per 1 inch e) Screen interval yaitu hubungan antara diameter kawat kecil pada seri ayakan standar. Screener berfungsi sebagai pengayak yang di dalamnya mempunyai 2 lapis screen (saringan) yang disusun berlapis dimana screen bawah berukuran kecil dan screen atas berukuran besar. Ukuran partikel yang dikehendaki adalah yang tidak lolos dari screen bawah dan lolos dari screen atas karena bahan pellet masuk pertama kali ke dalam screener melalui screen atas. Ukuran bahan yang terlalu besar yaitu yang tidak bisa lolos ke screen bawah akan dikirim kembali ke crumbler untuk pemecahan ulang. Ukuran bahan yang terlalu halus langsung lolos melewati screen bawah dan dari plat dasar screener dikembalikan ke conditioner untuk proses pelleting ulang. Screener mempunyai posisi miring untuk mempercepat pergerakan bahan. Tipe gerakan screener terdapat dua jenis yaitu roto shaker dimana alat bergoyang dari satu titik, jenis lainnya vibrator dimana alat bergetar di 4 sisi. Ukuran screen ditentukan

sebagai satuan mesh, misalnya mesh 5 berarti dalam satu luasan inch terdapat 5 lubang ke samping dan 5 lubang ke bawah (total 25 lubang per inch) (Wirakartakusumah, 1992). Screener terbaik diletakkan di lantai teratas dari konstruksi feedmill dan hasil pilahannya langsung menuju ke bin produk. Screener model lama biasa ditempatkan di basement dan hasil pilahannya masih harus ditransfer ke lantai atas sebelum masuk ke bin produk. Cara terakhir ini lebih membuka peluang untuk bahan kembali pecah dan meningkatkan kadar tepung. Penyaring dengan lubang tetap merupakan tipe penyaring dengan lapisan yang bersifat permanen dengan badan pengayak yang terdiri dari lubang-lubang dengan bentuk dan ukurannya yang tetap. Berbagai jenis bahan dapat digunakan untuk pengayak jenis ini, tergantung pada aplikasinya. Misalnya, lembaran logam berlubang, susunan kawat-kawat membentuk lubang-lubang dengan berbagai ukuran, kain, dan tenunan sutera. Perlakuan pembersihan pada beberapa bahan pangan yang diikuti dengan proses sortasi yang berdasarkan ukuran dan berat, masih tetap ditentukan bahan- bahan yang tidak diinginkan yang terkandung pada bahan tersebut. Alat berbentuk piringan merupakan salah satu contoh dari alat sortasi berdasarkan bentuk. Prinsip kerjanya yaitu pengumpulan bahan dengan bentuk yang diinginkan didalam lekukan yang terletak diatas sisi-sisi pemutar dan piringan piringan vertikal tumpukan beberapa piringan disusun diatas sebuah penggerak. Sortasi berdasarkan bentuk dipengaruhi oleh pengambilan keberuntungan putaran partikel yang bergerak menuruni permukaan yang ditinggikan (Wirakartakusumah, 1992). 2. Pengayak Berbadan Datar (Flat Bad Screen) Pengayak jenis ini mempunyai bentuk yang sederhana, dan banyak ditemukan di areal pertanian pada saat proses awal sortasi pada kentang, wortel, dan lobak. Alat pengayak datar ganda ini digunakan secara luas dalam proses sortasi berdasarkan ukuran dari bahan baku (seperti biji bijian dan kacang kacangan) juga digunakan dalam proses pengolahan dan produk akhir seperti tepung jagung. Alat pengayak

datar secara umum terdiri dari satu atau lebih lembaran pengayak yang dipasang bersama sama dalam sebuah kotak yang tertutup rapat. 3. Pengayak Drum Pengayak drum dan alat yang digunakan pada proses sortasi berdasarkan bentuk dan ukuran kacang polong, jagung, kacang kedele, dan kacang lainnya yang sejenis. Bahan pangan tersebut akan menahan gerakan jatuh berguling yang dihasilkan oleh rotasi drum tersebut. Alat sortis drum biasanya diperlukan untuk memisahkan bahan pangan ke dalam dua atau lebih saluran, karena itu dibutuhkan dua atau lebih tingkatan pengayak. 4. Pengayakan Sortasi Selain menggunakan celah atau lubang yang bersifat tetap, ada juga pengayak sortasi dengan variable celah dengan system bertahap. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah jenis dari tipe sortasi roller belt dan sorter roller seperti tipe baling baling. 2.2 Mekanisme Pengayakan Untuk menganalisis hasil penghancuran bahan-bahan dilakukan dengan ayakan standar yang disusun secara seri dalam satu tumbukan, pada bagian bawah dari tumbukan susunan ayakan ditempatkan pan sebagai penampung produk akhir. Penyusunan ayakan dimulai dari ayakan yang mempunyai ukuran mesh kawat lebih besar sampai ke ukuran mesh yang lebih kecil. Penyaringan dengan lubang tetap tipe ini merupakan lapisan yang bersifat permanen dengan badan pengayakan yang terdiri dari lubang-lubang dengan bentuk dan ukuran yang tetap. Berbagai jenis bahan yang digunakan untuk pengayak seperti ini tergantung pada aplikasinya misalnya lembaran logam berlobang, susunan kawat-kawat membentuk lubang-lubang dengan berbagaiukuran kain, dan tenunan sutra. Pergerakan bahan pangan diatas pengayak dapat dihasilkan oleh pergerakan berputar atau gerakan dari rangka yang menyangga badan pengayak. Penyaring jenis ini dalam penggunaanya secara umum yaituuntuk sortasi bahan untuk dua grup tipe : badan datar ( flat ) dan tipe drum.

Penyusunan ayakan dimulai dari ayakan yang mempunyai ukuran mesh kawat lebih besar sampai keukuran mesh yang lebih kecil, ukuran mesh yang digunakan dalam percobaan ini disusun dari mulai ukuran 100 mesh, 80 mesh, 60mesh dan terakhir pan. Pengayak yang digunakan jenis ini bentuknya sederhana, banyak ditemukan di areal pertanian. Pengayak tipe ini merupakan pengayak berbadan datar dan digunakan secara luas dalam proses sortasi, berdasarkan ukuran dari bahan baku seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Juga digunakan dalam proses sortasi selama proses pengolahan dan produk akhir dari seperti tepung, gula, garam, bumbu-bumbu masak dan rempah-rempah. Pengayak ini mempunyai rancangan celah atau lubang yang tetap yang disebut fixed aperture. Yang mempunyai sifat seimbang atau tidak berubah dan bergetar (Wirakartakusumah, 1992).Proses pengayakan ini digunakan untuk memisahkan bahan pangan, yangmekanisasinya dapat memberikan nilai tambah yang tidak dapat disangkal lagidalam proses pengolahan pangan. Pengukuran ukuran ( size reduction) adalah unitoperasi dimana ukuran ratarata bahan pangan padat dikecilkan dengan alat penggiling ( grinding ). Keuntungan pengecilan ukuran bahan pangan adalah adanya kenaikan ratio luas permukaan dengan volume bahan pangan sehingga mempercepat laju pengeringan, pemanasan, dan pendinginan serta meningkatnya laju ekstraksi,adanya ukuran yang seragam, meningkatkan efisiensi pencampuran misalnya tepung sup dan kue, dan baik pada pengecilan maupun emulsi tidak menimbulkan efek pengawetan.Pemecahan bahan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil merupakan satu operasi yang penting didalam industri pangan. Dasar-dasar teori operasi ini relatif belum banyak dikembangkan, kebanyakan operasi didasarkan kepada pengalaman empiris dan sangat sering menyangkut mekanisasi operasi yang mulamuladilakukan dengan tangan.

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Wadah plastic 2. Timbangan 3. Ayakan Tyler 4. Cawan 3.1.2 Bahan 1. Tepung aci 100gr 2. Tepung beras 100gr 3. Tepung terigu 100gr 3.2 Prosedur Percobaan 1. Siapkan bahan lalu ukur kadar air bahan dengan moisture tester 2. Timbang bahan yang akan digiling dalam mesin pengecilan ukuran (a Kg) 3. Nyalakan mesin dan masukkan bahan 4. Catat waktu yang diperlukan selama proses pengecilan ukuran (x menit) 5. Timbang produk yang dihasilkan (b Kg) 6. Amati performansi mesin 7. Hitung rendemen penggilingan = x 100%

8. Letakkan produk yang dihasilkan pada ayakan teratas, tutup ayakan dan letakkan pan pada bagian bawah, goyangkan selama 15 menit, lakukan 2 kali pengulanan 9. Timbang bahan dalam setiap ayakan 10. Tentukan fineness modulus dengan cara:

Mesh No. 3/8 4 8 14 28 48 100 Pan Total

Ukuran Lobang (mm) 0.371 0.185 0.093 0.0464 0.0232 0.0116 0.0058

% Bahan Tertinggal X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 100

% Tertinggal Komulatif

X1 X1+X2 X1+X2+X3 X1+X2+X3+X4 X1+X2+X3+X4+X5 X1+X2+X3+X4+X5+X6 X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7

Persamaan untuk menghitung Fineness Modulus (FM): FM = 11. Hitung diameter rata rata (D) D = 0.0041 (2)FM 12. Hitung Geometric Mean Diameter (Dgw) Dgw = log-1

[ [

13. Hitung Geometric Standar Deviation (Sgw) Sgw = log -1 Keterangan: Wi: berat bahan tertinggal pada masing masing ayakan Di: diameter lubang ayakan ke-i 14. Buat plot grafik hubungan a. % bahan tertinggal kumulatif vs. log ukuran ayakan b. %bahan lewat vs. ukuran ayakan

BAB IV HASIL PERCOBAAN

4.1

Pengayakan Tepung Beras Menggunakan Mesin Ayakan Tyler Tabel 2. Hasil Pengayakan Tepung Beras Menggunakan Mesin Ayakan Tyler

Diameter Mesh lubang 20 40 50 60 70 100 Pan Total 0,841 0,420 0,297 0,250 0,210 0,149

Bahan Tertinggal Faktor tertinggal (w) kumulatif Penggali % gram % 0,06 0,06% 0,06% 6 0,42 0,42% 0,48% 5 0,49 0,49% 0,97% 4 9,87 9,87% 10,84% 3 21,33 21,33% 32,17% 2 53,87 53,87% 86,04% 1

Hasil 0,36 2,1 1,96 29,61 42,66 53,87 86,17

Bahan Lewat gram 99,56 99,52 99,03 89,16 67,83 13,96 % 99,56% 99,52% 99,03% 89,16% 67,83% 13,96%

Massa awal

: 100gram

Modulus Kehalusan (Fineless Modulus)

Diameter rata-rata (D) mm

4.2

Pengayakan Tepung Aci Menggunakan Mesin Ayakan Tyler Tabel 2. Hasil Pengayakan Tepung Aci Menggunakan Mesin Ayakan Tyler

Mesh 20 40 50 60 70 100 Pan Total

Diameter lubang 0,841 0,420 0,297 0,250 0,210 0,149

Bahan tertinggal (w) gram % 0,16 0,16% 0 0 0 0 0,05 0,05% 0 0 0,45 0,45%

Tertinggal Faktor kumulatif Hasil Penggali % 0,16% 6 0,96 0,16% 5 0,8 0,16% 4 0,64 0,21% 3 0,63 0,21% 2 0,42 0,66% 1 0,66 4,1

Bahan Lewat gram 99,58 99,58 98,58 98,53 97,76 97,31 % 99,58% 100% 98,99% 99,94% 99,21% 99,53%

Massa awal

: 100gram

Modulus Kehalusan (Fineless Modulus)

Diameter rata-rata (D) mm

4.3

Pengayakan Tepung Terigu Menggunakan Mesin Ayakan Tyler Tabel 3. Hasil Pengayakan Tepung Terigu Menggunakan Mesin Ayakan Tyler

Diameter Mesh lubang 20 40 50 60 70 100 Pan Total 0,841 0,420 0,297 0,250 0,210 0,149

Bahan tertinggal (w) gram % 0.16 0.16 0.94 0 1.12 0.08 34.18 0.94 0 1.12 0.08 34.18

Tertinggal Faktor kumulatif Penggali % 0.16 6 1.1 1.1 2.22 2.3 36.48 5 4 3 2 1

Hasil 0.96 5.5 4.4 6.66 4.6 36.48 58.6

Bahan Lewat gram 99.91 98.97 98.36 96.80 96.72 61.86 % 99.91 99.05 99.38 98.41 99.91 63.96

Massa awal

: 100gram

Modulus Kehalusan (Fineless Modulus)

Diameter rata-rata (D) mm

BAB V PEMBAHASAN Massa awal tepung terigu yang diketahui adalah sebesar 100gram. Setelah itu dilakukan pengayakan dengan menggunakan ayakan tyler sebanyak 6 kali dengan ukuran mesh yang berbeda setiap ayakannya, mulai dari 20 mesh, 40 mesh, 50 mesh, 60 mesh, 70 mesh, dan 100 mesh. Ukuran mesh pada ayakan akan mempengaruhi jumlah fraksi yang tertahan di setiap ayakan tersebut. Semakin besar angka mesh maka semakin sulit juga badan dapat menembus mesh tersebut. Pada ayakan tyler ukuran 20 mesh setelah dilakukan percobaan diperoleh 0.16gram tertinggal pada mesh atau 0.16% dari massa awal tepung terigu tertinggal pada mesh. Lalu setelah angka tersebut dikalikan dengan faktor pengali, yaitu 6 maka diperoleh hasil sebesar 0.96. Lalu pada ayakan tyler yang kedua, yaitu yang berukuran 40 mesh didapatkan 0.94gram tertinggal pada mesh atau 0.94% dari massa awal tepung terigu tertinggal pada mesh. Lalu setelah dikalikan dengan faktor pengali yaitu 5 maka diperoleh 5.5. Kemudian pada ayakan tyler berukuran 50 mesh ternyata tidak ada bahan yang tertinggal pada ayakan sehingga bahan yang tertinggal secara komulatif masih tidak bertambah, hal ini terjadi karena adanya kecerobohan pada saat melakukan praktikum sehingga tepung terigu tersebut ada kemungkinan berceceran. Dan setelah dikalikan dengan faktor pengali yaitu 4 maka didapatkan hasil sebesar 4.4 Pada ayakan tyler ukuran 60 mesh setelah dilakukan percobaan diperoleh 1.12gram tertinggal pada mesh atau 1.12% dari massa awal tepung terigu tertinggal pada mesh. Lalu setelah angka tersebut dikalikan dengan faktor pengali, yaitu 3 maka diperoleh hasil sebesar 6.66. Lalu pada ayakan tyler ukuran 70 mesh setelah dilakukan percobaan diperoleh 0.08gram tertinggal pada mesh atau 0.08% dari massa awal tepung terigu tertinggal pada mesh. Lalu setelah angka tersebut dikalikan dengan faktor pengali, yaitu 2 maka diperoleh hasil sebesar 4.6. Lalu ayakan yang terkahir, pada ayakan tyler ukuran 100 mesh setelah dilakukan percobaan diperoleh 34.18gram tertinggal pada mesh atau 34.18% dari massa awal tepung terigu tertinggal

pada mesh. Lalu setelah angka tersebut dikalikan dengan faktor pengali, yaitu 6 maka diperoleh hasil sebesar 36.48. Setelah dilakukannya 6 kali pengayakan dengan berbagai ukuran mesh, maka dapat dilihat semakin lama dalam waktu pengayakan karena diameter lubang mesh semakin kecil.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari percobaan mengenai pengukuran modulus kehalusan suatu

bahanpertanian dapat diambil kesimpulan yaitu: Ukuran mesh mempengaruhi persentase bahan yang tertinggal Ukuran mesh juga mempengaruhi waktu dalam proses pengayakan bahan Semakin besar ukuran mesh maka akan semakin sulit bagi bahan dapatmelewati lubang ayakan Persentase bahan tertinggal ditentukan oleh bahan yang tertinggal dalam ayakan, dibagi dengan total bahan awal. Fineless Modulus (FM) ditentukan dari jumlah bahan yang tertinggal dibagi dengan 100 5.2 Saran Dari percobaan mengenai penghitungan modulus kehalusan (fineness modulus) diharapkan dalam pemakaian peralatan percobaan lebih diperhatikan kebersihannya, sehingga tidak mengganggu dalam pelaksanaan percobaan itu sendiri. Sebagai contoh, ayakan tyler yang akan dipakai oleh kelompok setelah shift sebelumnya, tidak dibersihkan setelah dipakai, sehingga sisa-sisa dari percobaan itu akan menganggu percobaan yang akan dilakukan oleh shift berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai