Anda di halaman 1dari 4

IMPORT PRODUK ASING CERIMN KEMATIAN Refleksi Hari Kebangkitan Nasional 2013.

Sudah berapa sering Indonesia mengimport jeruk dari luar negeri? Sudah berapa sering Indonesia merogoh kantong lebih dalam hanya untuk mengimport sapi dari luar negeri? Kerja sama memang kerja sama, tetapi selama negara ini punya sumber daya yang luar biasa, mengapa tidak dimanfaatkan? Inilah tanda kematian jiwa nasionalisme merah putih. Kebangkitan merah putih, apakah tetap terus berkibar? Bangkit Bangkit, kata yang kerap terngiang di telinga. Menurut hemat penulis, bangkit merupakan suatu proses perpindahan dari keadaan awal yang kurang layak menuju ke keadaan yang baru dan meninggalkan segala keterpurukan yang ada. Sudah bangkit berarti sudah bebas, sudah lepas dari segala penderitaan. Sudah bangkit, artinya mau meninggalkan segala kegagalan dan keterpurukan, mencoba menjadi lebih baik dan mau meraih segala impian besar dengan tekad yang bulat. Kebangkitan nasional Kebangkitan nasional diperingati setiap tanggal 20 Mei 1908 dan mulai dari masa inilah bangsa Indonesia mulai menyadari rasa nasionalisme, rasa persatuan dan semangat membela tanah air dan juga cinta tanah air. Sejak berdirinya Boedi Utomo yang dipelopori oleh Dr. Soetomo, dari situlah timbul rasa bangkit, rasa untuk selalu memperjuangkan sebuah kemerdekaan. Betapa besarnya perjuangan orang dahulu. Betapa bulatnya tekad mereka untuk membawa bangsa Indonesia kepada kebangkitan nasional yang sesungguhnya. Import Indonesia adalah negara beriklim tropis yang kaya dengan sumber daya alam, dan manusia. Negara subur yang tidak jarang menimbulkan kecemburuan pada negara lain. Negara kepulauan ini benar-benar suatu anugerah yang patut disyukuri. Dewasa ini, sudah sering Indonesia mengimport produk luar negeri. Ironinya, bangsa kita sering mengimport buah-buahan misalnya jeruk dan tak jarang bangsa ini mengimport sapi. Sungguh memprihatinkan. Tidakkah kita syukuri kekayaan bangsa yang sungguh luar biasa ini? Tidak maukah bangsa ini memanfaatkan kekayaan sendiri untuk mengisi

kekosongan perut? Harus dan perlukah bangsa ini merogoh kantong lebih dalam untuk mengimport produk/makanan yang nyatanya bisa diproduksi di negara sendiri? Import Cermin Kematian Negara boleh saja mengimport, tetapi patut dipikirkan juga produk apa yang akan diimport. Jika produk yang akan diimport bisa didapat dan dihasilkan ibu pertiwi, mengapa perlu mendatangkan dari tanah orang? Indonesia belum bangkit. Sudah sering negara ini mengimport produk luar negeri. Bahkan seolah-olah negara ini tergantung dengan berbagai produk import. Tetapi sadarkah bangsa kita bahwa kita berada di ujung tanduk? Sadarkah kita bahwa jiwa nasionalisme bangsa ini mulai pudar dan akan mati? Kebangkitan nasional berarti adanya semangat bela tanah air, semangat cinta tanah air/nasionalisme, semangat mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh.

Kemerdekaan itu bagaikan berlian. Orang yang sudah mendapatkan berlian tidak mungkin mau melepaskannya. Apakah dengan mudahnya bangsa ini melepaskan berlian merah putih jatuh ke tangan bangsa lain karena matinya jiwa cinta tanah air? Jaman sekarang, gengsi seseorang memang besar. Tingginya gengsi ini karena juga faktor sosial. Entah mengapa banyak orang lebih bangga dan merasa lebih kaya jika menggunakan produk import/produk luar negeri. Hei para mereka yang bangga dengan produk import, sadarkah kalian bahwa penyakit non nasionalisme sedang menggerogoti pikiran dan tubuh kalian? Inilah cermin kematian. Kematian jiwa nasionalisme. Kematian semangat untuk terus mempertahankan kemerdekaan. Kita lebih bangga menggunakan produk luar negeri. Kita bangga memakan jeruk import, sapi import, tapi apakah kita sadar bahwa bangsa ini punya kualitas jeruk yang lebih bagus? Semakin terus kita mengimport, semakin terus kita membiarkan jiwa nasionalisme kita pergi begitu saja. Semakin kita terus mengimport, kita semakin mencintai produk luar negeri. Kita semakin dibodohi dan dijajah. Bangsa Indoneisa akan di cap bangsa yang tidak mandiri, tidak bisa menghasilkan apa-apa. Maukah kita dianggap remeh seperti itu? Dan masih maukah kita terus mempertahankan gengsi kita yang hanya sementara? Negara Indonesia belum merdeka. Negara ini berada di ambang kematian. Para generasi penerus bangsa saat ini kurang memaknai arti dari kebangkitan nasional. Kita masih dijajah oleh bangsa lain tanpa kita sadari. Bangsa Indonesia seperti batita yang sedang belajar jalan dan belajar berbicara, butuh tuntunan dan bergantung pada bangsa lain. Padahal bangsa

kita sendiri punya tuntunan dan pegangan yang lebih luar biasa dari bangsa lain. Pahlawan kia, semangat mereka adalah tuntunan yang tak pernah mati. Bangsa ini sedang dalam kegelapan dan belum meraih kebangkitan. Semangat dan jiwa nasionalisme para pahlawan yang telah memerdekakan bangsa inilah yang menuntun Indonesia pada seberkas cahaya terang yang kita sebut kebangkitan. Bangsa ini butuh kebangkitan abadi, bukan bayangan dari kebangkitan. Indonesia kaya tapi miskin Negara Indonesia subur, kaya, dan makmur. Air berlimpah, sapi banyak, jeruk apalagi. Kita kaya tetapi miskin mental. Mental bangsa ini adalah mental import. Mental bangsa yang tidak pernah percaya diri dengan produk sendiri. Jika kita bisa mengisi perut dengan hasil dari ladang sendiri? Mengapa harus membeli dan memperkaya orang lain? Padahal negara kita sendiri masih miskin tetapi terus memperkaya negara tetangga. Toh barang import belum tentu kualitasnya lebih bagus bila dibandingkan dengan barang dalam negeri. Sebaiknya dipikirkan berkali-kali jika ingin mengimport produk/makanan yang negara sendiri punya. Kita bisa lihat kasus yang terjadi saat ini. Masih banyak busung lapar, angka kemiskinan dan kesehatan masih sangat rendah. Sebenarnya jika kita melihat kembali dari aspek SDA dan SDM, kita dapat merubah cap miskin bangsa kita ini menjadi bangsa yang benar-benar kaya. Dengan adanya SDA, pasti dibutuhkan SDM untuk mengolah SDA. Dengan begitu, bukan saja SDA yang dimanfaatkan tetapi SDM juga dimanfaatkan dan jiwa nasionalisme Indonesia tidak akan pernah mati dibunuh oleh kata import karena semua kebutuhan dapat dipenuhi sendiri. Jika kita benar-benar menggunakan alam kita untuk pemenuhan sendiri, bangsa ini tidak akan pernah di cap bangsa yang tidak mandiri. SDM dan SDA benar-benar dimanfaatkan dan bangsa ini akan benar-benar bangkit dan merasakan makna kebangkitan nasional. Cintailah Produk-Produk dalam Negeri Cintailah produk-produk dalam negeri kalimat ini sudah sering terdengar bukan? Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri bahkan juga dapat memenuhi kebutuhan dunia. Lihatlah kembali jumlah kekayaan alam Indonesia entah di darat maupun di perairan. Lihatlah kembali SDM yang ada. Memang bangsa kita tidak hanya mendatangkan barang dari luar negeri, tetapi juga mendatangkan pekerja yang profesional.

SDM Indonesia banyak, coba dimanfaatkan, tidak akan terjadi pengangguran. Tidak akan ada lagi angka pendidikan rendah. SDM yang ada dapat dimanfaatkan untuk mengolah SDA. Dengan begitu, kekayaan alam benar-benar dimanfaatkan, dan masyarakat Indonesia pun dapat hidup makmur. Kebangkitan nasional pun menjadi lebih bermakna dan bangsa ini tidak akan dianggap remeh oleh bangsa lain. Bangsa ini tidak akan dianggap bangsa yang tidak mandiri/batita yang masih merangkak. Kebangkitan nasional akan lebih dimaknasi jika masyarakat kita sendiri menghargai bangsanya dan segala aspek didalamnya. Kebangkitan nasional berarti mempertahankan citra bangsa, mempertahankan kemerdekaan, mempertahankan semangat dan rasa cinta tanah air tanpa mengurangi rasa menghargai terhadap bangsa lain. Lusia Drikti Nini Gorantokan, penerima Beasiswa Unggulan Kemendikbud tahun 2013, mahasiswa prodi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai