Anda di halaman 1dari 6

JALUR GUNUNG PUTRI Untuk menuju Gunung Putri dari Jakarta naik bus jurusan Bandung / Cianjur turun

di Pasar Cipanas. Dari belakang Pasar yang merangkap terminal ini kita naik mobil angkot ke Gunung Putri. Sebelum melakukan pendakian kita harus booking terlebih dahulu 3-30 hari sebelum hari pendakian di Kantor Pusat Taman Nasional yang terletak di Cibodas. Di Pos Penjagaan Gunung Putri (1.450 mdpl), pendaki wajib melapor dan menunjukkan surat - surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang-barang bawaan. Untuk barang yg dilarang seperti pisau, radio, sabun, odol, dll. akan diminta oleh petugas. Pada saat keluar Taman Nasional juga akan dilakukan pemeriksaan kembali serta wajib memperlihatkan sampah yang dibawa turun sisa-sisa pemakaian kita sendiri. Di setiap pintu taman ada tempat untuk membuang sampah. Pendakian via Gunung putri Pendakian awal berupa jalan setapak yang melintasi kebun penduduk, yang selanjutnya akan menyeberangi sungai kecil. Setelah melewati sungai jalur mulai menanjak dan kita akan menemukan pipa air minum yang disalurkan untuk keperluan penduduk sekitar. Satu jam perjalanan dari pipa air pendaki akan sampai di Pos Tanah Merah yang berupa bangunan bekas kantor Taman Nasional yang sudah tidak terpakai di ketinggian 1.850 mdpl. Beberapa dinding kayu sudah hilang dan lantai kayunyapun sudah pada berlobang, namun atapnya masih bagus sehingga dapat digunakan untuk berteduh. Jalur semakin menanjak dan melintasi akar-akar pepohonan, suasana hutan semakin lebat dan mencekam, setelah berjalan sekitar 1,5 jam akan sampai di Pos Legok Lenca diketinggian 2.150 mdpl. Jalur berikutnya semakin curam dan licin terutama di musim penghujan, di beberapa tempat medan sempit sehingga pendaki harus ke pinggir bila berjumpa dengan pendaki dari arah berlawanan. Pos berikutnya adalah Buntut Lutung yang berada di ketinggian 2.300 mdpl. Tempat ini agak lega sehingga bisa beristirahat rame-rame setelah melintasi jalur sempit. Jarang sekali ada pendaki yang membuka tenda di pos-pos di sepanjang jalur gunung putri. Selain tempatnya sempit dan tidak ada sumber air, pendaki lebih suka bersusah payah sekuat tenaga untuk sampai di AlunAlun Surya kencana dan berkemah di sana. Sebelum sampai di lapangan terbuka Surya Kencana kita masih harus melewati dua pos lagi yakni Pos Lawang Seketeng (2.500 mdpl) dengan medan yang semakin terjal dan semakin menguras tenaga, serta Pos Simpang Maleber (2.625 mdpl). Pos yang ada berupa bangunan untuk duduk yang dilengkapi dengan atap yang disangga satu tiang seperti payung. Seperti pos-pos yang lainnya tiang penyangga atap sudah roboh semua. Dari Pos Simpang Maleber lintasan sudah landai alun-alun Surya Kencana sudah nampak di depan mata. Untuk menuju Pusat Keramaian Alun-Alun ( Kilometer Nol ) kita harus berjalan ke arah kanan mengikuti aliran sungai kecil yang berada tepat di tengah-tengah lapangan. Selanjutnya dari Km-0 kita ke kanan mendaki bukit terjal berbatu yang banyak ditumbuhi edelweis untuk menuju puncak Gn. Gede. Sedangkan untuk turun kembali lewat jalur Selabintana kita harus berjalan lurus.

Pendakian Puncak Gede-Pangrango Jalur Putri


Posted Maret 18, 2012 by dianalvaro in Uncategorized. Ditandai:gunung gede pangrango, puncak gede. 4 Komentar

Aku cinta padamu Pangrango Karena aku cinta pada keberanian hidup. -Gie ( Jakarta 19-7-1966) Berbeda dengan gunung-gunung yang lain, bila ingin melakukan pendakian ke puncak Gede-Pangrango, harus booking terlebih dahulu untuk dapat mengantongi surat izin, seminggu sebelum melakukan pendakian, karena Kepala Besar TNGGP di sini, menerapkan sistim kuota per harinya untuk pendakian ke gunung ini, dan perizinan di berikan pada satu grup umum, dengan jumlah minimal 3 orang,dan maksimal 20 orang, dan masing-masing pendaki di kenakan biaya tiket sebesar Rp.2500,-per orang dan diwajibkan membeli asuransi sebesar Rp.2000,-per orang. Ada tiga jalur resmi untuk melakukan pendakian ke puncak gunung Gede-Pangrango ini, yaitu jalur Cibodas, Gunung Putri dan Salabintana. Untuk pendakian kali ini saya ingin mencoba naik melalui jalur Gunung Putri. Ini kali keduanya saya melakukan pendakian ke puncak Gede-Pangrango, pertama kali ke

gunung ini, saya memakai jalur Cibodas. Selain menambah pengalaman, memakai jalur Gunung Putri ini, juga saya dan teman-teman lainnya mempunyai misi untuk mencapai dua puncak sekaligus, yaitu puncak Gede, dengan ketinggian 2958 Mdpl, dan puncak Pangrango dengan ketinggian 3019 Mdpl. Jadi saya sarankan, untuk yang ingin mencapai dua puncak sekaligus, bisa melewati jalur ini. Dari terminal bis Kampung Rambutan-Jakarta, saya berangkat dengan menggunakan bis jurusan Bandung, kemudian turun di Cipanas-Cianjur. Tarif ongkos Jakarta-Cipanas, kami di kenakan tarif Rp.15000,-per orang. Dilanjutkan dari Cipanas menuju pos Gunung Putri kami menaiki angkot dengan tarif Rp. 3000,-per orang. Sampai di pos Gunung Putri (1450 Mdpl) sekitar jam sebelas malam, kebetulan cuaca saat itu cerah. Kamipun langsung melapor kepada petugas yang ada di pos Gunung Putri. Barangbarang bawaan harus di periksa terlebih dahulu, barang-barang yang mengandung busa, seperti sabun, odol dll, harus ditinggalkan di pos, termasuk benda-benda tajam lainnya. Setelah menumpang shalat Isya, kamipun siap-siap melakukan perjalanan kami kembali menuju puncak Gede. Perjalanan kami di awali dengan berjalan diantara perkebunan penduduk, kemudian melewati sungai kecil, yang kebetulan saat itu airnya tidak begitu besar, menurut cerita temen saya, bila saatnya musim hujan, air di sungai ini lumayan besar, bisa sampai selutut orang dewasa. Karena jalanan yang mulai cukup curam dengan tanah-tanah dan juga akar-akar, sehingga lumayan menguras tenaga kami. Butuh waktu sekitar 4-5 jam buat kami untuk sampai di Alun-Alun Surya Kencana, setelah melewati beberapa pos yang ada di jalur Gunung Putri ini, diantaranya pos Legok Lenca (2150 Mdpl), pos Buntut Lutung (2300 Mdpl), pos Lawang Seketel (2500 Mdpl) dan juga pos Simpang Maleber (2625 Mdpl). Ada lagi yang unik buat kami ketika melewati jalur ini, kami di susul sama sekelompok orang yang berjalan dengan kecepatan yang sangat tinggi, padahal saat itu kami sudah mulai kelelahan, karena jalur yang kami lalui, awalnya sangkaan kami, mereka sama-sama pendaki seperti kami, ternyata mereka adalah TIMNASDUK (Tim Nasi Uduk) yang memang kadang banyak di temui, penduduk sekitar yang berjualan nasi uduk di Alun-Alun Surya Kencana ini. Sekitar jam setengah enam pagi, kami sampai di Surya Kencana, tepat dengan mulai terbitnya matahari pada saat itu. Cuaca pagi itu di alun-alun Surya Kencana lumayan terasa dingin, sehingga cukup untuk membekukan embun-embun di daun menjadi butiran-butiran es yang memutih. Surya Kencana merupakan salah satu lembah, yang menyerupai lapangan luas dengan keindahan yang luar biasa. Disini juga banyak sekali terdapat bunga-bunga Edelwais, yang merupakan bunga khas dataran tinggi. Selain menawarkan keindahan lembahnya, di alun-alun Surya Kencana ini juga terdapat mata air, sehingga merupakan tempat favorit para pendaki gunung Gede, untuk mendirikan tenda di sini. Kamipun mulai mencari tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda, dan beristirahat sebentar setelah melakukan

perjalanan semalaman kami.

Alun-Alun Surya Kencana

Setelah terasa cukup istirahat, sambil menikmati keindahan lembah Surya Kencana, sekitar jam setengah satu siang, kamipun mulai melanjutkan kembali perjalanan, menuju puncak gunung Gede. Trek yang kami lalui dari Surya Kencana menuju puncak gunung Gede, lumayan cukup menanjak dan juga berbatu. Satu jam buat kami untuk sampai di puncak Gede. Sampai di puncak gunung Gede, kami di sambut oleh keindahan dari kawah gunung Gede, dan semua kelelahan kami untuk bisa sampai di tempat ini hilang, terbayar oleh semua keindahan dan kekaguman kami saat melihat semua keindahan yang di tawarkan Sang Pencipta, lewat puncak gunung Gede ini.

Kawah Gede

Kawah Gede

Setelah puas menikmati keindahan puncak Gede, kami mulai menyusuri kawah Gede, dan mulai turun melewati tanjakan setan, yang merupakan salah satu tanjakan yang lumayan menantang bila kita memulai pendakian melalui jalur Cibodas. Selain kemiringannya, juga oleh pihak TNGGP, di sediakan tali, agar memudahkan para pendaki untuk memanjat tanjakan setan ini. Sampai di pos Kandang Badak, sudah hampir gelap, kami memutuskan untuk mendirikan tenda di pos Kandang Badak ini, dan melanjutkan perjalanan kami kembali keesokan harinya menuju puncak Pangrango. Pos Kandang Badak, merupakan pos terakhir bila kita mendaki melalui jalur Cibodas, dan juga merupakan persimpangan antara jalan menuju puncak Gede dan juga puncak Pangrango.

Tanjakan Setan

Pagi-pagi sekali dan juga matahari yang belum menampakkan sinarnya, kami telah di sibukkan dengan memakai peralatan yang akan kami bawa untuk menuju puncak Pangrango. Jaket yang kami pakai, untuk menghalau hawa dingin di sekitar kami dan juga headlamp, karena suasana di sekitar kami masih gelap, dan sedikit perbekalan makanan, minuman serta obat-obatan yang akan kami bawa. Tenda sengaja kami tinggalkan di pos Kandang Badak ini, karena kami berniat turun kembali dari puncak Pangrango, tanpa bermalam di atas. Hari yang mulai terang di tengah perjalanan kami, menampilkan pemandangan puncak dari gunung Gede di hadapan kami. Dua jam setengah kami sudah sampai di puncak Pangrango ini, di tandai dengan tugu, yang menandakan kami sekarang berada di puncak Pangrango. Belok ke kanan, menuruni jalanan setapak, sampai juga kami di salah satu lembah favoritenya Soe Hok Gie Lembah Mandalawangi.

Puncak Gede dari Pangrango

Tugu Puncak Pangrango

Lembah Mandalawangi memang tidak seluas Surya Kencana, tapi masing-masing menawarkan keindahan yang sama, damai yang sama, dan juga bunga-bunga yang sama, pantas saja Soe Hok Gie, sampai mengungkapkan kecintaannya kepada lembah Mandalawangi ini melalui puisi. Karena keindahan, kedamaian dan ketenangan bisa kita dapatkan di tempat ini.

Lembah Mandalawangi

Bunga Edelweiss dan Lembah Mandalawangi

Sore harinya kita sampai juga di gerbang Cibodas, setelah sebelumnya kami melewati pos Kandang Batu, dan berendam air panas, di pos air panas, dan juga santai sejenak di jembatan kayu selepas persimpangan pos Panyancangan, sambil menikmati keindahan puncak Pangrango yang terlihat lancip dari sini.

Trek Air Panas

Menikmati istirahat di Jembatan

Anda mungkin juga menyukai