Anda di halaman 1dari 15

Tuesday, November 4, 2008

PERAWATAN KOLOSTOMI
Pengertian

Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feses (Randy, 1987) Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce, 1993)

Jenis jenis kolostomi Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara.

Kolostomi Permanen Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang) Kolostomi temporer/ sementara Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses. Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien. Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi pada

dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi. Pendidikan pada pasien Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen. Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien adalah:

Teknik penggantian/ pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma Waktu penggantian kantong kolostomi Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika apsien sudah dirawat dirumah) Berobat/ control ke dokter secara teratur Makanan yang tinggi serat

Komplikasi kolostomi 1.Obstruksi/ penyumbatan Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi. 2.Infeksi Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi. 3.Retraksi stoma/ mengkerut Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan. 4.Prolaps pada stoma

Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan. 5.Stenosis Penyempitan dari lumen stoma 6.Perdarahan stoma
Post operasi tutup kolostomi merupakan suatu rangkaian tindakan pembedahan pada post kolostomi sementara. Perjalanan dan riwayat tindakan. Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon, kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon (asecenden, transversum dan sigmoid). Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen. Kolostomi asenden dan transversum bersifat sementara , sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen.

Kolostomi yang bersifat sementara akan dilakukan penutupan . Berdasarkan lubang kolostomi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu: 1. Single barreled stoma, yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup. 2. Double barreled, biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung dari kolon yang direksesi dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan dua stoma. Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan feses. 3. Kolostomi lop-lop, yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat dengan glass rod. Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat di permukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada klien dengan post kolostomi: - Irigasi diperlukan untuk mengatur defekasi - Pembersihan usus diperlukan sebelum pemeriksaan kontras barium saluran GI. Rencana Keperawatan terintegrasi: 1. Perawatan pascaoperasi 2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit 3. Terapi intra vena 4. Imobilitas 5. Nyeri.

Perawatan kolostomi Pengertian Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan. Tujuan Menjaga kebersihan pasien Mencegah terjadinya infeksi

Mencegah iritasi kulit sekitar stoma Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

Persiapan pasien

Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan, dll Mengatur posisi tidur pasien (supinasi) Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur (k/P), mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi pasien

PERSIAPAN ALAT 1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain persegi empat 2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl 3. Kapas kering atau tissue 4. 1 pasang sarung tangan bersih 5. Kantong untuk balutan kotor 6. Baju ruangan / celemek 7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi 8. Zink salep 9. Perlak dan alasnya 10. Plester dan gunting 11. Bila perlu obat desinfektan 12. bengkok 13. Set ganti balut

PERSIAPAN KLIEN 1. Memberitahu klien 2. Menyiapkan lingkungan klien 3. Mengatur posisi tidur klien

PROSEDUR KERJA 1. Cuci tangan 2. Gunakan sarung tangan 3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma 4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien 5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll) 6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan kiri menekan kulit pasien 7. Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok 8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma 9. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas sublimat / kapas hangat (air hangat)/ NaCl 10. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan kassa steril 11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma 12. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy 13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan pasien 14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi 15. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya 16. Merapikan klien dan lingkungannya 17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran 18. Melepas sarung tangan

19. Mencuci tangan 20. Membuat laporan

PERAWATAN KOLABORATIF : KLIEN DENGAN KOLOSTOMI TEAM PERAWATAN PUSAT PERAWATAN KLIEN Gastroenterologist Bedah Umum Oncologist Terapist Enterostomal Pekerja Sosial Dietititan RN dan Perawat Kesehatan Team Komunikasi Dokter konsul utama. Dapat dilakukan endoskopi bila ada indikasi Pengkajian preoperative, mengangkat penyakit di usus dan membuat kolostomi, menangani postoperative, monitor hasil pembedahan. Bagi klien dengan diagnosis kanker, membuat rekomendasi pembedahan, radiasi, dan/atau kemiterapi, monitor respon terhadap terapi Preoperative, evaluasi kebutuhan klien akan ostomi untuk posisi stoma. Postoperative membantu klien dan keluarga untuk menangani ostomi dan memberikan pengajaran berhubungan dengan perawatan stomal. Memberikan kantong yang dibutuhkan, mengajarkan perawatan kulit, dan aplikasi dan mengosongkan kantong luar. Mensuplai kebutuhan-kebutuhan. Mengatur kunjungan perawat untuk membantu perawatan stoma dan balutan. Merujuk klien dan keluarga ke organisasi kanker dan stoma. Membuat rekomendasi tentang terapi nutrisi seperti total nutrisi parenteral, enteral feeding, vitamin-vitamin, dan mineral-mineral. Memberi pengajran tentang strategi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan menghindari produk makanan yang mengandung gas. Melaporkan distensi abdominal, nyeri berat, mual atau muntah, tanda dan gejala perdarahan atau infeksi kepada dokter. Konsultasi dengan terapist enterostomal tentang kemajuan / kelanjutan klien dengan pendidikan dan perawatan mandiri ostomi. Diskusi antisipasi kebutuhan perawatan di rumah dengan klien. Kolaborasi dengan dietitian untuk memberikan diet yang seimbang untuk di konsumsi oleh klien. PERAWATAN KLIEN DENGAN KOLOSTOMI PREOPERATIF 1. Hubungi perawat terapist enterostomal (ET) untuk memberikan rekomendasi lokasi stoma dan pengajaran yang diperlukan. Perawat ET terutama yang di latih untuk bekerja dengan klien dalam merencanakan penanganan kolostomi. Factor-

faktor seperti berat badan klien, cara berpakaian klien, dan garis pinggang dipertimbangkan dalam penempatan stoma untuk memfasilitasi rasa nyaman dalam perawatan jangka panjang dan mempermudah penanganan. 2. Jawab pertanyaan-pertanyaan klien langsung, berikan klarifikasi dari informasi yang diperlukan. Klien yang memahami perawatan preoperative dan postoperative dengan baik akan berkurang rasa cemas dan mampu bekerjasama dalam penanganan dengan lebih baik. 3. Rujuk ke kelompok ostomi sesuai kebutuhan klien. Berbicara dengan seseorang yang telah memakai ostomi dapat menolong klien menjadi lebih nyaman dengan kolostomi. POSTOPERATIF 1. Kaji lokasi dan tipe kolostomi yang dibentuk. Lokasi stoma adalah indicator letak lokasi pemotongan usus dan predictor tipe drainasi fekal. 2. Kaji tampilan stoma dan kondisi kulit disekitarnya dengan rutin. Pengkajian stoma dan kondisi kulit penting diawal periode postoperative, kalau-kalau terkadi komplikasi untuk segera ditangani. 3. Posisi kantong penampung drain diatas stoma. Biasanya drainase dapat berisi lebih banyak mucus dan cairan serosangrineous dari pada material fekal. Mulainya usus berfungsi, fekal akan menjadi normal. Konsistensi drainase tergantung pada stoma di bagian lokasi usus. 4. Kolostomi desending atau sigmoid dapat ditangani dengan menggunakan kantong drainable atau irigasi. Pola eliminasi dari kolostomi sigmoid hampir sama dengan pola eliminasi normal klien sebelum operasi. Banyak klien akan buang air besar tiap hari dan tidak terus menerus menggunakan kantong atau sistem drainase. Untuk lebih aman gunakan kantong transparan. 5. Bila perlu, berikan kantong kolostomi irigasi, masukkan air ke dalam kolon sesuai prosedur irigasi kolostomi. Air akan merangsang pengosongan kolon. Klien dapat melakukan irigasi kolon tiap hari. 6. Bila dianjurkan irigasi kolostomi untuk klien dengan double-barrel atau kolostomi loop, irigasi stoma di bagian proksimal. Pengkajian digital / dengan jari pada usus langsung dari stoma dapat menolong membedakan yang mana stoma proksimal. Usus bagian distal tidak mengandung fekal dan tidak perlu diirigasi. Kadang-kadang dapat diirigasi hanya untuk membersihkan terutama reanastomosa. 7. Pengosongan kantong drainable atau penggantian kantong kolostomi bila diperlukan atau saat telah penuh 1/3 bagian kantong. Bila kantong kepenuhan, beratnya dapat merusak kantong dan perekat dan menyebabkan kebocoran. 8. Klien dengan kolostomi asending atau transverse tidak dilakukan irigasi. Hanya sebagian kolon yang berfungsi, dan drainase fekal umumnya cair dan terus menerus. 9. Berikan perawatan stoma dan kulit klien. Perawatan kulit dan stoma yang baik penting untuk mempertahankan integritas kulit dan fungsi untuk pertahanan utama terhadap infeksi. 10. Gunakan bahan-bahan dempul, seperti perekat stoma (stomahesive) atau karaya paste, dan wafer (bubuk obat) yang dibutuhkan untuk menjaga

keamanan kantong ostomi. Ini kadang-kadang penting bagi klien dengan kolostomi loop. Tantangan bagi klien dengan kolostomi loop transverse adalah untuk menjaga keamanan kantong stoma diatas jembatan plastik. 11. Sebuah lubang pada kantong kolostomi akan menyalurkan flatus keluar. Lubang ini dapat ditutup dengan Band-Aid an dibuka hanya bila klien mandi untuk kontrol bau. Kantong ostomi dapat menggembung keluar, merusak integritas kulit, bila gas terkumpul terlalu banyak

PERAWATAN PAYUDARA (BREAST CARE)

PERAWATAN PAYUDARA (BREAST CARE) Konsep tentang Payudara Selama Kehamilan Pembesaran, peningkatan sensitivitas, padat dan dada terasa padat merupakan tanda awal dari kehamilan, sebagai respon dari terhadap peningkatan estrogen dan progesteron. Tanda diatas merupakan tanda presumtif dari kehamilan. Tarjadinya perubahan sensitivitas berkisar dari rasa tegang hingga nyeri. Puting dan areola menjadi hiperpigmentasi dan puting menjadi lebih tegang dan menonjol (Lowdermilk, 1995 hal 193). Pembesaran dari kelenjar sebaseus terbanyak di daerah areola yang disebut dengan Montgomerys tubercles. Yang melingkar disekitar areola. Kelenjar ini mempertahankan puting tetap basah sebagai lubrikasi selama minum ASI. Kelembutan dari nipple akan terancam jika puting susu dibersihkan dengan sabun. Selama kehamilan trimester kedua hingga ketiga perkembangan kelenjar mama akan progresiif yang menyebabkan payudara membesar lebih cepat. Kadar hormon luteal dan plasenta akan terjadinya proliferasi dari kelenjar ductus lactiferus dan jaringan lobus alveoral. Sehingga pada palpasi payudara secara umum ditemukan nodul yang agak keras. Pengembangan jaringan connective menyebabkan terjadinya jaringan menjadi lembut dan longgar. Meskipun perkembangan mamae sudah sempurna pada pertengahan masa kehamilan, namun laktasi tetap terhambat hingga penurunan kadar estrogen pada saat menjelang kelahiran. Pada saat itu akan dijumpai kondisi mamae yang kulitnya tipis, tranparan, dan mengeluarkan materi yang agak kental ( pre kolestrum ). Prekolstrum ini sudah bisa ditemukan dalam sel asini pada bulan ketiga dari kehamilan.

Colestrum merupakan cairan yang berwarna putih kekuningan dan oranye yang merupakan bentuk mula dari ASI. Pengertian Perawatan Payudara Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk memeliharan kesehatan payudara waktu hamil dengan tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada waktu post partum Manfaat Perawatan Payudara Selama Hamil Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin selama kehamilan dalam upaya mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara sebelum terjadi laktas. Jika persipan kurang dapat terjadi gangguan penghisapan pada bayi akibat ukuran puting yang kecil atau mendelep. Akibat lain bisa terjadi produksi Asi akan terlambat serta kondisi kebersihan payudara ibu tidak terjamin sehingga dapat membahayakan kesehatan bayi. Dipihak ibu, akibat perawatan yang kurang pada saat persalinan ibu belum siap menyusui sehingga jika bayi disusukan ibu akan merasakan geli atau perih pada payudaranya. Akibat jika tidak dilakukan perawatan payudara Berbagai dampak negatif dapat tibul jika tidak dilakukan perawatan payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi : 1. Puting susu mendelep 2. Anak susah menyusui 3. ASI lama keluar 4. Produksi ASI terbatas 5. Pembengkakan pada payudara 6. Payudara meradang 7. Payudara kotor 8. Ibu belum siap menyusui 9. Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet. Persiapan untuk perawatan payudara selama hamil. 1. .Persipan Alat : 2. Minyak kelapa . 3. Kapas 4. Handuk. 5. Waslap. 6. Air dalam kom . Cara perawatan payudara: 1. Kompres puting susu dengan kapas minyak 2 menit untuk melemaskan sekaligus mengangkat kotoran pada puting susu 2. Bersihkan saluran air susu pada puting susu dengan kapas lembab. 3. Tarik puting kedua puting susu bersama-sama,dan putar kedalam kemudian keluar sebanyak 20 kali . 4. Untuk puting susu datar atau masuk kedalam dengan jari telunjuk dan ibu jari mengurut

daerah sekitar puting susu kearah berlawanan merata. 5. Basahi kedua telapak tangan dengan minyak , tarik kedua putting susu bersama-sama dan putar kedalam kemudian keluar sebanyak 20 kali. 6. Puting susu dirangsang dengan ujung waslap handuk kering yang digerakkan keatas dan kebawah.

PENATALAKSANAAN ALERGI MAKANAN

ALERGI MAKANAN DEFINISI : Adalah gejala klinis yang timbul setelah makan sesuatu makanan karena reaksi badan yang abnormal terhadap makanan atau terhadap bahan tambahan dari makanan tersebut. PATOFISIOLOGI : Ada 4 faktor yang berperan : 1. Faktor mukosa saluran cerna belum dewasa, penyerapan alergen bertambah, hal ini dapat disebabkan karena :

Kekurangan IgA sekretorik Barier mukosa tidak efisien, misalnya akibat infeksi, inflamasi, perubahan pH dari lumen.

2. Faktor imunologik pembentukan IgE spesifik terhadap alergen makanan. Timbul reaksi tipe segera. Terbentuk pula IgG, IgM spesifik, dapat terjadi reaksi tipe III atau dapat terjadi reaksi tipe lambat bila sel limfosit sensitif. 3. Faktor non imunologik reaksi terhadap zat toksin yang terdapat dalam makanan, reaksi terhadap bahan warna. 4. Faktor genetik seseorang dengan HLA B8, DW3, cenderung mendapat alergi makanan. 5. Faktor lain : makanan padat terlalu awal pada bayi Pemberian susu buatan.
ETIOLOGI : Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut prevalensinya

Ikan 15,4 % Telur 12,7 % Susu 12,2 % Kacang 5,3 % Gandum 4,7 %

Apel 4,7 % Kentang 2,6 % Coklat 2,1 % Babi 1,5 % Sapi 3,1 %

Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat menimbulkan reaksi alergi. GEJALA KLINIS : Pada umumnya menifestasi klinis alergi makanan terdapat di : 1. Oropharynx dan gastrointestinal yaitu : edema dan gatal, di bibir dan mukosa mulut, mual, muntah, kejang perut dan diare. 2. Kulit : urtikaria akut, angioedema, pruritus, eritema, karena peningkatan histamin plasma. 3. Saluran napas : asma bronkial, rinitis biasanya menunjukkan alergi terhadap aeroalergen/inhalan tetapi hasil penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan alegi makanan dengan asma bronkial, rinitis dan lain-lain, terutama pada anak. Seperti : susu, telor, coklat, kacang, ikan, udang. 4. Manifestasi vaskuler : pusing, migren dapat disebabkan oleh : keju, anggur, kerang, tomat, kopi kacang, susu, coklat, kenari, natrium sitrat atau makanan yang mengandung pressoramin yang lain. 5. Manifestasi muskuloskeletal : adanya hubungan erat antara alergi makanan dan penyakit rematik yaitu : kenari, tembakau, kacang, ekstrak makanan, natrium sitrat, bahan petrokimia, susu, tartrazine, debu rumah, dan lain-lain. 6. Manifestasi psikologik : reaksi ansietas dan skizofrenia ada hubungannya dengan susu cereal, kacang-kacangan, penyebabnya belum jelas. DIAGNOSA : Anamnesa : Dasar diagnosa yang terpenting adalah anamnesa yang cermat meliputi jenis makanan yang dimakan, selang waktu timbulnya gejala, jumlah makanan yang dimakan, riwayat penyakit atopi / riwayat keluarga dengan penyakitnya. Macam makanan, pada umumnya makanan yang dimasak, kurang alergenitas dibanding dengan yang mentah, dan sering terjadi reaksi silang antara makanan sejenis.

Dicari apakah ada bahan pengawet yang dipakai dalam makanan tersebut. Gejala dapat timbul - 48 jam sesudah makan.

Pemeriksaan Fisik : Mencari tanda-tanda alergi, adanya urtikaria, asma, tanda-tanda shock anafilaktik dan gejala

gastrointestinal, vsakuler, muskuloskeletal dan lain-lain. Pemeriksaan Laboratorium : Adanya peningkatan kadar eosinofil dan IgE spesifik dalam darah menunjukkan adanya alergi. Tes kulit : tes gores untuk mencari alergen penyebab. Ada korelasi yang baik antara tes kulit dengan alergen makanan seperti : susu, telor, coklat, ikan, kacang, udang, dan lainlain apabila diameter bintul +/- 3 mm.

Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya. Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif. Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food chalenge didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit intraepitelial dan IgM. IgE ( dengan mikroskop imunofluoresen ). Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus. Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk diagnosa pasti.

DIAGNOSA BANDING : Gastrointestinal refluks, ulkus peptikum, sindrom malabsorbsi, gangguan psikologik, pankreatitis, keracunan obat ( teofilin ). Intoleransi makanan : reaksi non imunologik yang abnormal, namun masih merupakan reaksi fisiologik.

Idiosinkrasi makanan : reaksi terhadap makanan tidak berlandaskan reaksi imunologik. Biasanya terhadap bahan pengawet atau bahan warna yang terkandung dalam makanan. Keracunan makanan : reaksi timbul dan mengenai semua yang makan makanan tersebut, karena makanan mengandung bahan toksik atau terkontaminasi oleh bakteri yang membuat toksin.

PENATALAKSANAAN : Diit Eliminasi Berdasarkan riwayat penyakit dan tes buta ganda, harus dievaluasi sesudah beberapa lama, kalau perlu konsultasi dengan ahli diit. Setelah diit selama 6 bulan dapat dirangsang dengan makanan diit coba ( chalenge ) lagi. Makanan yang boleh dimakan : nasi, pepaya, kambing, ayam, daging sapi, wortel, sayur, ubi, singkong, jagung, minyak, garam, gula, madu, dan cuka. Makanan yang tidak boleh dimakan : semua makanan yang dicurigai dapat menyebabkan reaksi alergi : merica, bumbu-bumbu dapur, kopi, teh, permen, udang, ikan laut, telor, coklat, dan sebagainya.

Obat-obatan Antihistamin dapat dipakai Chlortrimetan 2 4 mg/ hari atau antihistamin lain, obat-obatan golongan adrenergik/ epinephrin 1/1000 0,3 cc/subkutan : bila timbul reaksi anafilaktik. Dapat diberi Kortikosteroid, Prednison 5 mg 3 x 1 2 tablet/hari, kemudian dosis diturunkan.

KESEHATAN LANSIA DI INDONESIA

KESEHATAN LANSIA DI INDONESIA SIFAT-SIFAT PENYAKIT PADA LANJUT USIA Sifat-sifat penyakit pada lansia perlu sekali untuk dikenali supaya kita tidak salah ataupun lambat dalam menegakkan diagnosis, sehingga terapi dan tindakan lainnya yang mengikutinya dengan segera dapat dilaksanakan. Hal ini akan menyangkut beberapa aspek, yaitu; etiologi, diagnosis dan perjalanan penyakit: ETIOLOGI

Sebab penyakit pada lansia lebih bersifat endogen daripan eksogen. Hal ini disebabkan menurunnya berbagai fungsi tubuh karena proses menua. Etiologi sering kali tersembunyi (Occult) Sebab penyakit bersifat ganda (multiple) dan kumulatif, terlepas satu sama lain ataupun saling mempengaruhi.

DIAGNOSIS Diagnosis penyakit pada lansia umumnya lebih sukar dari pada remaja/dewasa. Karena sering kali tidak khsa gejalanya dan keluhan-keluhan tidak has dan tidak jelas PERJALANAN PENYAKIT Pada umumnya perjalanan penyakit adalah kronik (menahun) diselingi dengan eksaserbasi akut. Penyakit bersifat progresif, dan sering menyebabkan kecacatan (invalide)

Disabilitas dan invaliditas Sebagai kriteria mundurnya kemandirian WHO (1989) mengembangkan pengertian/konsep secara bertingkat; Penyakit/ gangguan (intrinsic) | | v Hambatan (impairment) (exteriorized) | | v Disabilitas (Objectified) | | v Handicap (socialized) Imapirment adalah setiap kehilangan atau kelainan, baik psikologik, fisiologik atupun struktur atau fungsi anatomik. Disabilitas adalah semua retriksi atau kekurangan dalam kemampuan untuk melakukan kegiatan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang normal. Handicap adalah suatu ketidakmampuan seseorang sebagai akibat impairment atau disabilitas sehingga membatasinya untuk melaksakan peranan hidup secara normal. Kemunduran dan kelemahan yang diderita lansia. Immobility Instability (falls) Intelectual impairment (dementia) Isolation (depresion) Incontinence Immuno-defeciency Ifection Inanition (malnutrition) Impaction (constipation) Iatrogenesis Insomnia Impairment of (vision, hearing, taste, smell, communication, convalenscence, skin integrity.) Data penyakit pada lansia di Indonesia (disease pattern of people >55 years)

Diseases Cardiovascular disease Musculoskeletal disease Tuberculosius of lung Bronchitis, asthma & dis. Respiratory Acute respir. Tract infection Tetth, mouth & digestive system Nervous system disease Skin infections Malaria Other infection

Per 100 patients 15.7 14.5 13.6 12.1 10.2 10.2 5.9 5.2 3.3 2.4

Anda mungkin juga menyukai