Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
= +
A
(5)
dC
C P
dt
|
= +
A
(6)
Solusi akhir persamaan 5 dan 6 adalah:
0 0 0
0
0 0 0
( ) exp exp P t P t t
| |
| | |
( | | | | | | | |
~
( | | | |
A
\ .
\ . \ . \ .
(7)
P(t) : Power relative;
: Konstanta prekursor netron tunda;
: Tetapan disintegrasi;
: Fraksi netron tunda;
: Mean generation time.
UTOP and ULOF Accident
Analisis kecelakaan ULOF dan UTOP
dilakukan dengan menggunakan model
quasistatic, yang berawal dari persamaan poin
kinetic serta persamaan reaktivitas total:
(8)
Coolant & Fuel average temperatur:
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Keterangan:
: Reaktivitas total;
ex
: Reaktivitas eksternal;
RD
: Reaktivitas feedback radial fuel;
co
: Reaktivitas feedback coolant;
D
: Reaktivitas feedback efek Doppler ;
FAX
: Reaktivitas feedback axial fuel;
T
co
: Temperatur pendingin;
T
Fu
: Temperatur fuel;
Tin: Temperatur inlet;
Tout: Temperatur outlet
p(t): Relative power;
P
0
: Rapat daya awal;
F
0
: Flow rate;
f(t): Relative flow rate;
A
pin
: Luas penampang pin fuel;
B: Faktor buckling;
C
p
: Kapasitansi panas coolant;
K
Fu
: Konduktivitas termal fuel;
H: Tinggi teras reaktor
- UTOP
Pada saat terjadi UTOP accident, Power
akan naik, menyebabkan kenaikan temperatur
coolant dan fuel. Kenaikan temperatur coolant
dan fuel menimbulkan feedback negatif untuk
mengkompensasi reaktivitas eksternal.
Temperatur akhir tergantung konstanta-
konstanta feedback dan juga karakteristik
termal terutama c
p
coolant dan konduktivitas
termal fuel.
(14)
- ULOF
Pada saat terjadi ULOF Accident flow rate
turun karena hilangnya daya pompa. Ini
menyebabkan kenaikan temperatur coolant
karena ketidakseimbangan daya dan coolant.
Temperatur coolant dan fuel menimbulkan
feedback negative yang menyebabkan
penurunan daya. Penurunan daya
menyebabkan penurunan temperatur coolant
telah seimbang dengan reaktivitas positif hasil
akibat penurunan temperatur fuel.
Temperatur akhir tergantung konstanta-
konstanta feedback dan juga karakteristik
termal terutama kapasitansi panas coolant
dan konduktivitas termal fuel.
II. Metode Percobaan
Metoda yang digunakan dalam praktikum
kali ini adalah metoda yang digunakan Einstein
saat menemukan teori nya atau lebih dikenal
dengan metoda gedanken eksperimen.
Dengan mendiskritisasi persamaan peluruhan
xenon dan Iodine, sehingga dapat di plot
kurva perubahan jumlah xenon terhadap
waktu, jumlah iodine terhadap waktu, dan
kerapatan xenon terhadap waktu. Dengan
mengambil jumlah xenon saat fluks netronnya
konstan selama 200 jam sehingga dapat di
dapatkan kurva perubahan populasi xenon
saat start up maupun shutdown. Selanjutnya
memvariasi perubahan fluks netron secara
mendadak dari 0% ke 5%, 25% dan 50%.
Pada percobaan simulasi kecelakaan ULOF
dan UTOP digunakan simulasi untuk reactor
tipe LMFBR, PWR, dan HTGR. Pada LMFBR
digunakan parameter kerapatan daya
50,75,100 dan 200 W/cc masing-masing untuk
kecelakaan UTOP serta untuk kecelakaan ULOF
dengan siklus alamiahnya 0.01 sampai 0.75
untuk masing masing bahan bakar nitride,
oksida dan metal. Selanjutnya untuk reactor
jenis PWR dimana pendinginnya menggunakan
air, parameter kerapatan daya yang
divariasikan dari 30,40,50,75,100 W/cc
masing-masing untuk kecelakaan UTOP.
Sedangakan untuk kecelakaan ULOF rentang
yang digunakan 0.01-0.75 untuk bhan bakar
nitride da oksida. Pada simulasi HTGR
parameter yang digunakan pendingin yang
digunakan gas, varisai kerapatan dayanya
2,3,4,7.5 10 W/cc masing-masing untuk
kecelakaan UTOP. Sedangakan untuk
kecelakaan ULOF sama dengan metoda pada
PWR.
Dari metoda yang digunakan ini diharapkan
didapat hubungan osilasi xenon dengan
reaktivitas yang dihasilkan serta Reaktivitas
yang sebanding dengan kenaikan temperature
coolant dan fuel pada analisis kecelakaan
UTOP serta hubungan terbalik antara
temperature coolant dan Fuel pada
kecelakaann ULOF.
III. Data dan Pengolahan
Reaktorb LMFBR
- Efek Xenon
Dari gambar 2 dan persamaan 1 dan 2 kita
dapatkan persamaan diskritisasinya sebagai
berikut
) (
1 m
I f I
m m
I E + I = I
+
| (15)
(16)
Dari persamaan 15 dan 16 didapat kurva
perubahan jumlah Iodine dan Xenon terhadap
waktu, dengan konstanta yang digunakan
Table 1. data nilai konsanta yang digumakan
dalam perhitungan
Konstanta Nilai Satuan
t 0.1 Jam
ax 2.65E-18 cm-2
I 0.10548 Jam-1
x 0.07596 Jam-1
I 0.06386 -
x 0.00228 -
f 0.1 cm-1
a 0.09 cm-1
1.125E+17 cm-2xjam-1
Gambar 2 . Kurva perubahan jumlah Iodine
terhadap waktu dengan variasi daya
Gambar 3. Kurva perubahan jumlah Xenon
terhadap waktu dengan variasi daya daya.
Dan dari persamaan 4 dapat didapatkan
Xenon terhadap waktu
Gambar 4. Kurva perubahan delta rho terhadap
waktu dengan variasi daya.
Gambar 5. Kurva hubungan antara rho total
terhadap waktu dengan variasi daya.
Selanjutnya dari data yang telah didapat,
dapat kita tentukan nilai dari daya serta
kapasitas panas dari reactor tersebut
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
Dengan nilai konstanta yang digunakan
Tabel 2. Nilai Konstanta-konstanta yang digunakan
Konstanta Nilai Satuan
t 1.0E-04 s
2.0E-04
8.0E-02
7.0E-03
x 6.0E-02
air 1.0E+03 kgxm-3
cp 4.2E+03
p0 1.0E+08
wattxm-
2
-1.0E-03
T in 3.3E+02 K
Gambar 6. Kurva perubahan C, P, fb, Tout
terhadap waktu
- ULOF & UTOP Accident
Reaktor HTGR
UTOP
Gambar 7. UTOP nitride HTGR 2 watt
Gambar 8. UTOP nitride HTGR 3 watt
Gambar 9. UTOP nitride HTGR 4 watt
Gambar 10. UTOP nitride HTGR 5 watt
Gambar 11. UTOP nitride HTGR 7.5 watt
Gambar 12 . UTOP nitride HTGR 10 watt
Gambar 13. UTOP oxyde HTGR 2 watt
Gambar 14. UTOP oxyde HTGR 3 watt
Gambar 15. UTOP oxyde HTGR 4 watt
Gambar 16. UTOP oxyde HTGR 5 watt
Gambar 17. UTOP oxyde HTGR 7.5 watt
Gambar 18. UTOP oxyde HTGR 10 watt
ULOF
Gambar 19. ULOF nitride HTGR 2 watt
Gambar 20 . ULOF nitride HTGR 3 watt
Gambar 21. ULOF nitride HTGR 4 watt
Gambar 22. ULOF nitride HTGR 5 watt
Gambar 23 . ULOF nitride HTGR 7.5 watt
Gambar 24. ULOF nitride HTGR 10 watt
Gambar 25. ULOF oxyde HTGR 2 watt
Gambar 26. ULOF oxyde HTGR 3 watt
Gambar 27. ULOF oxyde HTGR 4 watt
Gambar 28. ULOF oxyde HTGR 5 watt
Gambar 29. ULOF oxyde HTGR 7.5 watt
Gambar 30. ULOF oxyde HTGR 10 watt
- Reaktor PWR
UTOP
Gambar 31. UTOP nitride PWR 30 watt
Gambar 32. UTOP nitride PWR 40 watt
Gambar 33 . UTOP nitride PWR 50 watt
Gambar 34 . UTOP nitride PWR 75 watt
Gambar 35. UTOP nitride PWR 100 watt
Gambar 36 . UTOP oxyde PWR 30 watt
Gambar 37. UTOP oxyde PWR 40 watt
Gambar 38. UTOP oxyde PWR 50 watt
Gambar 39. UTOP oxyde PWR 75 watt
Gambar 40 . UTOP oxyde PWR 100 watt
ULOF
Gambar 41 . ULOF nitride PWR 30 watt
Gambar 42. ULOF nitride PWR 40 watt
Gambar 43. ULOF nitride PWR 50 watt
Gambar 44. ULOF nitride PWR 75 watt
Gambar 45. ULOF nitride PWR 100 watt
Gambar 46. ULOF oxyde PWR 30 watt
Gambar 47. ULOF oxyde PWR 40 watt
Gambar 48. ULOF oxyde PWR 50 watt
Gambar 49. ULOF oxyde PWR 75 watt
Gambar 50. ULOF oxyde PWR 100 watt
Reaktor LMFBR
UTOP
Gambar 51. UTOP metal LMFBR 50 watt
Gambar 52. UTOP metal LMFBR 75 watt
Gambar 53. UTOP metal LMFBR 100 watt
Gambar 54. UTOP metal LMFBR 150 watt
Gambar 55 . UTOP metal LMFBR 200 watt
Gambar 56 . UTOP nitride LMFBR 50 watt
Gambar 57. UTOP nitride LMFBR 75 watt
Gambar 58. UTOP nitride LMFBR 100 watt
Gambar 59 . UTOP nitride LMFBR 150 watt
Gambar 60. UTOP nitride LMFBR 200 watt
Gambar 61. UTOP oxyde LMFBR 50 watt
Gambar 62. UTOP oxyde LMFBR 75 watt
Gambar 63. UTOP oxyde LMFBR 100 watt
Gambar 64 . UTOP oxyde LMFBR 150 watt
Gambar 65 . UTOP oxyde LMFBR 200 watt
ULOF
Gambar 66. ULOF metal LMFBR 50 watt
Gambar 67. ULOF metal LMFBR 75 watt
Gambar 68. ULOF metal LMFBR 100 watt
Gambar 69. ULOF metal LMFBR 150 watt
Gambar 70. ULOF metal LMFBR 200 watt
Gambar 71. ULOF oxyde LMFBR 50 watt
Gambar 72. ULOF oxyde LMFBR 75 watt
Gambar 73. ULOF oxyde LMFBR 100 watt
Gambar 74. ULOF oxyde LMFBR 150 watt
Gambar 75 . ULOF oxyde LMFBR 200 watt
Gambar 76. ULOF nitride LMFBR 50 watt
Gambar 77. ULOF nitride LMFBR 75 watt
Gambar 78. ULOF nitride LMFBR 100 watt
Gambar 79. ULOF nitride LMFBR 150 watt
Gambar 80. ULOF nitride LMFBR 200 watt
IV. Pembahasan
Xenon mempunyai luas penampang
penangkapan netron yang besar sekitar 2jt
barn sehingga sangat kuat dalam menangkap
netron dibandingkan dengan uranium. Netron
yang seharusnya digunakan untuk menumbuk
nranium, sebagian besar habis diserap oleh
Xenon, sehingga energy fisi berkurang.
Berkurangnya energy ini mengakibatkan
penuruan daya yang dihasilkan oleh reactor
secara drastic.Penurunan daya yang drastic
inilah yang membuat Xenon berosilasi.
Pada gambar 4 ( grafik hubungan antara
jumlah Xe dengan Waktu ) terlihat bahwa saat
reactor dimatikan terjadi kenaikan Xe secara
kuadratik kemudian turun seiring
bertambahnya waktu. Kenaikan jumlah Xenon
pada saat reactor dimatikan ini menyebabkan
penurunan daya reactor yang dihasilkan, hal
ini dikarenakan netron yang seharusnya
digunakan untuk menumbuk uranium,
sebagian besar habis diserap oleh jumlah
Xenon yang semakin banyak itu.
Osilasi daya akibat osilasi Xenon dapat
menyebabkan terjadinya kegagalan system
thermal hidrolik. Saat daya berosilasi maka
temperature serta kalor baik pada coolant dan
fuel dapat mengalami kondisi yang tidak stabil.
Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada
reactor tersebut.
Waktu yang paling aman untuk menyalakan
kembali reactor adalah saat jumlah xenon
mulai mengalami penurunan sehingga tidak
terjadi reaktivitas eksternal. Dari gambar 3
terlihat waktu yang aman adalah sekitar
setelah 20 jam setelah reactor di shutdown.
Perbedaann dari rekator thermal dengan
reactor cepat hanyalah dalam reaksi fisi yang
digunakan. Dalam fast reactor digunakan hasil
reaksi fisi yang menhasilkan netron yang
cepat. Sehingga pengaruh dari Xenon terhadap
fast reactor yaitu xenon dapat menangkap
netron cepat tersebut sehingga jumlah netron
yang ditangkap akan semakin banyak. Semakin
banyak jumlah netron yang ditangkap maka
akan semakin tinggi reaktivitas eksternalnya
sehingga temperature fuel dan coolant akan
meningkat dan dapt membahayakan
Pengaruh rapat daya terhadap daya relativ
adalah semakin besar rapat dayanya semakin
besar reaktivitasnya sehingga semakin besar
nilai temperature fuel dan coolantnya.
Semakin besar rapat daya perbedaan antar
gradient kemiringan temperature coolant
dengan temperatur Fuel semakin besar.
Temperature Fuel makin cepat mengalami
peningkatan dibandingkan dengan
temperature coolant. Namun berbeda dengan
daya relativnya, untuk reaktivitas yang sama
semakin besar rapat dayanya semakin kecil
daya relativ nya.
Dari simulasi utop didapatkan hubungan
bahwa rekativitas meningkat seiring dengan
meningkatnya daya relativ. Hal ini
berpengaruh terhadap temperature dari
Coolant dan fuel. Seiring dengan menaiknya
daya dalam hal ini kelebihan daya maka akan
menyebabkan naiknya temperature coolant
dan fuel.
Jika batas reaktivitas eksternalnya lebih
dari 0.004 dk/k maka daya relative nya akan
meningkat sehingga menyebabkan
temperature dari coolant dan fuel akan
meningkat semakin besar. Hal ini lama
kelamaan dapat menyebabkan reactor
meledak.
Dari simulasi ULOF didapatkan hasil
semakin besar dari rapat daya rata rata maka
akan meningkatkan nilai dari daya relative
untuk flow rate yang sama dan untuk daya
relativ yang sama flow ratenya turun sehingga
akan menyebabkan temperature coolant naik
dan temperature fuel turun. Namun kenaikan
temperature Coolant saat flow rateya naik
lebih cepat dibandingkan dengan penurunan
nilai tempertaur Fuel.
V. Simpulan
Dari hasil percobaan yang kami lakukan dapat
diambil kesimpulan bahawa, osilasi Xenon
diakibatkan karena penurunan daya secara
drastic akibat meningkatnya jumlah Xenon
akibat pemadaman dari reactor.
Analisis UTOP dapat digunakan dalam
analisis model kuasitatik untuk kasus daya
berlebih.
Pada analisis kecelaakaan ULOF,
kenaikan rapat daya menyebabkan naiknya
daya reatif dan juga menaikkan temperatur
coolant dan fuel. Turunnya flow rate reaktor
menyebabkan turunnya daya relatif
sedangkan temperatur coolant akan naik
dengan hubungan yang parabolik, semantara
temperatur fuel relatif stabil.
VI. Pustaka
[1] Zaki S. Sistem Analisa Kecelakaan Reaktor
Cepat Berpendingin Logam Cair Dengan
Tingkat Kompleksitas Berjenjang. Risalah
Lokakarya Komputasi dalam Sains dan
Teknologi Nuklir XVII. Agustus 2006.
[2]http://www.batan.go.id/ptrkn/file/tkpfn16/
Makalah_peserta/Kel_B/18.P.Made.U,%20B14
3-150,rev.pdf diakses pada 24 Maret 2013
pukul 20.30 WIB.
LAMPIRAN
1. Hendaknya untuk praktikum kali ini dibagi bagi masing masing jenis analisis sehingga tidak
terlalu banyak laporannya.
2. Variasi simulasi dalam praktikum ini terlalu banyak, hendaknya di kurangi tapi tanpa
mengurangi makna dari praktikum itu sendiri.
3. Jika tetap mempertahankan format praktikum seperti yang telah kami jalani, alangkah lebih
bijaknya kalau diberi tambahan waktu dalam pengerjaan laporan.