Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas tidak memadai merupakan salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari masalah pengangguran, kesehatan, pendidikan, kekurangan pangan, sampai dengan kerusakan lingkungan dan bencana alam akhir-akhir ini sering terdengar. Oleh karena itu, disamping upaya pembangunan di bidang ekonomi yang semakin ditingkatkan, pengendalian jumlah penduduk agar tidak bertambah terlalu cepat harus tetap menjadi perhatian (Nasrin, 2008). Isu kependudukan merupakan isu yang mendesak, mengingat jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 yang mencapai 219 juta jiwa, mengharuskan pemerintah untuk memberikan perhatian khusus pada masalah ini. Selain itu, Indonesia menyandang peringkat 111 dari 117 negara pada Human development Indeks (HDI) 2005 yang membuktikan bahwa peningkatan jumlah penduduk tersebut tidak diikuti oleh peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk ini melalui Program Keluarga Berencana (KB). (Dwijayanti, 2006) Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2007, penduduk Indonesia berjumlah sekitar 224,9 juta jiwa, terbanyak keempat di dunia. (Sirait, 2008). Dari segi pemakaian jumlah kontrasepsi, terdapat 35,2% pengguna kontrasepsi suntikan, 28,1% pengguna kontrasepsi pil, 18,8% pengguna

Universitas Sumatera Utara

IUD, 14,2% pengguna implan, 5,5% sterilisasi, dan 1,0% pengguna kontrasepsi lain. (Bur, 2006). BKKBN Nanggroe Aceh Darussalam bersama 6388 pos KB Gampong dan 422.286 peserta KB Aktif yang tersebar di seluruh Aceh terus memsosialisasikan program KB. Pemakaian alat kontrasepsi ini masih didominasi kaum wanita sebagai peserta KB aktif. Kaum wanita masih memilih alat kontrasepsi suntikan dan pil sebagai pilihan utama. Wanita yang memakai Pil mencapai 191.499 atau 62% sedangkan yang menggunakan suntikan mencapai 191.461 atau 45,4%. Sedangkan yang memakai IUD, MOP, MOW Implant masih di bawah 2%. (Nasrin, 2008). Di Kota Langsa jumlah pemakaian alat kontrasepsi masih rendah yaitu sebesar 52%, dibandingkan dengan kota / kabupaten lainnya di wilayah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang mencapai 75%. Pada rencana pembangunan nasional ditegaskan bahwa selain

pengendalian kelahiran dan penurunan kematian, diperlukan peningkatan kualitas program KB agar terwujud penduduk Indonesia yang berkualitas. Dengan demikian sangat tepat apabila dalam paradigma baru program KB difokuskan pada upayaupaya baru yang lebih efektif untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Sebagai perwujudan pelaksanaan paradigma baru program KB nasional, maka visi mewujudkan NKKBS telah diganti dengan Visi Keluarga Berkualitas tahun 2015. (Depkes RI, 2005). Salah satu langkah yang penting guna menunjang dan menyadarkan penduduk tentang tujuan program Keluarga Berencana, yaitu melalui pendidikan.

Universitas Sumatera Utara

Sebab pada prinsipnya bahwa pendidikan selalu membawa penduduk ke arah perubahan pemikiran yang positif dalam menunjang pembangunan, yaitu peningkatan taraf hidup penduduk guna mencapai tujuan pembangunan nasional. (Soedharto, 2000). Pengetahuan mengenai cara memilih alat kontrasepsi yang tepat merupakan hal penting dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Minimnya pengetahuan tersebut akan berdampak terhadap

peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin, angka kehamilan yang tidak diinginkan, dan angka kejadian penyakit menular seksual, serta angka kejadian gangguan kesehatan akibat efek samping kontrasepsi. (BKKBN, 2006) Dari data di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa terdapat 6545 jiwa penduduk, dengan jumlah pasangan usia subur 605 orang yang tersebar dalam lima lingkungan. Dari jumlah tersebut terdapat diantaranya 280 orang tidak menggunakan alat kontrasepsi. Studi pendahuluan yang penulis lakukan di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa menunjukkan bahwa sebagian besar pasang usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi disebabkan pengetahuan yang minim dan rendahnya tingkat pendidikan mereka. Melihat data di atas maka faktor dasar yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi adalah pengetahuan dan pendidikan ibu, dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Pertanyaan Penelitian Dari uraian latar belakang di atas, pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi. b. Mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Profesi Sebagai masukan dalam memberikan informasi tentang pelaksanaan program KB di masyarakat desa 1.4.2 Bagi Program D-IV Bidan Pendidik Sebagai referensi dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya

Universitas Sumatera Utara

1.4.3

Bagi Masyarakat Menjadi masukan dan bahan informasi bagi masyarakat tentang pentingnya masalah kontrasepsi

1.4.4

Bagi Peneliti Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai