Anda di halaman 1dari 22

I-0

ABSTRAK
Filtrasi adalah pemisahan dari campuran fluida-solid yang meliputi lintasan banyak/sebagian besar fluida yang akan segera siap melewati tumpukan porous yang menahan sebagian besar dari partikel solid yang terkandung dalam campuran. Filtrasi adalah terminal dari operasi teknik kimia. Sebuah filter bagian peralatan unit operasi yang ditunjukkan oleh filtrasi. Media filter atau septum adalah penghalang yang membiarkan cairan melewati ketika menahan sebagian besar solid. Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi filterability number. Serta menentukan dan membandingkan filterability number dari CaCO3 dengan variasi ukuran media. Prosedur percoabaan ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: percobaan pendahuluan, persiapan media, persiapan larutan suspensi sampai test filterability. Dengan variasi ukuran media pasir kuarsa ukuran ayakan 710 micron dan 500 micron. Percobaan pertama dengan menggunakan pasir ukuran ayak 500 micron filterability number sebesar 5,13 x 10-6 dan menggunakan pasir ukuran ayak 710 micron menghasilkan filterability number sebesar 2,994x 10-6. Nilai F yang rendah menunjukkan bahwa filtrasi berjalan dengan baik. Hasil yang diperoleh pada ukuran 500 micron lebih besar, jadi dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh saat percobaan tidak sesuai dengan teori. Kata kunci: larutan suspensi, media filter, filtrasi, filterability,

I-1

PERCOBAAN 1 FILTRASI 1.1 1.1.1 PENDAHULUAN Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi Filterability number. 2. Menentukan dan membandingkan filterability number dari suspensi CaCO3 dengan media filter pasir kuarsa dan pasir silika hasil ayakan yang lolos pada 710 micron dan tertahan di 500 micron.

1.1.2

Latar Belakang Dalam proses filtrasi (penyaringan) suatu suspense aka nada peristiwa

dimana fluida melewati suatu filter medium yang disusun dari butiran-butiran tertentu dengan diameter serta ketebalan tertentu. Dalam skala laboratorium, proses filtrasi ini biasanya menggunakan operasi secara (batch). Dimana setelah proses ini selesai maka kita dapat memperoleh data mengenai konsentrasi (c), kecepatan, dan waktu. Dari data yang sudah kita peroleh ini dapat dihitung Filterability Number, yaitu suatu bilangan tidak berdimensi untuk menentukan baik atau tidaknya suatu filtrasi. Aplikasi dalam bidang industri untuk proses filtrasi ini biasanya dilakukan secara kontinyu, misalnya proses penyaringan menggunakan kain kanvas, wol, kain gelas, kertas dan lain-lain sebagai medium filternya. Contoh aplikasi ini terdapat pada industry CPO dengan menggunakan filter press untuk mendapatkan CPKO (crude palm kernel oil) kemudian proses akhir dalam penyaringan limbah industri serta yang paling banyak adalah pengolahan bahan minuman. Manfaat dari dilakukannya percobaan ini adalah praktikan dapat mengetahui jenis-jenis pasir yang dapat menjadi media filtrasi yaitu psir silika dan kuarsa. Dalam hasil percobaan dapat kita tentukan besar Filterability Number dari kedua jenis pasir ini. Selain itu juga percobaan ini bermanfaat untuk praktikan agar dapat diterapkan die skala pabrik.

I-2

1.2

DASAR TEORI Filtrasi atau penyaringan (filtration) adalah pemisahan partikel zat padat

dari fluida dengan jalan melewatkan fluida itu melalui suatu media penyaring atau septum, di mana zat padat tertahan. Dalam industri, filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai dari penapisan sederhana sampai seperasi yang amat rumit. Fluida mungkin berupa zat cair atau gas, aliran yang digunakan mungkin fluidanya, tetapi bisa juga zat padatannya, atau bahkan keduanya yang tidak digunakan, seperti limbah padat yang harus dipisahkan dari limbah cair sebelum dibuang (Mc Cabe,1999 : 393). Filtrasi adalah salah satu metode yang paling baik dalam memisahkan partikel padat dari suatu larutan suspensi (slurry). Dalam industri filtrasi, kandungan zat padat berkisar dari runutan sampai persen yang tinggi. Dalam hal ini, larutan suspensi dialirkan melalui medium berpori/yang menyerupai saringan dengan luas pori-pori harus lebih besar sedikit dari ukuran partikel padat dan proses filtrasi akan mulai bekerja dengan efisien setelah adanya partikel-partikel yang telah terkumpul pada medium penyaringnya. Dalam filtrasi, suspensi partikel padat dalam suatu fluida cair atau gas adalah yang di pindahkan secara fisik atau mekanis dengan mengunakn suatu medium berpori dengan menahan partikel pada fase pemisahan atau cake dan melewati filtrat jernih.

suspensi Cake / padatan Penyangga saringan

Gambar 1.1 Prinsip Proses Filtrasi (sumber Mc Cabe, 1999).

Umpan atau larutan slurry mungkin mengandung partikel padat dalam jumlah besar ataupun dalam jumlah yang sangat kecil. Saat konsentrasi sangat

I-3

rendah, filter beroperasi dalam jangka waktu yang sangat lama sebelum filter tersebut dibersihkan. Oleh karena adanya keragaman masalah filtrasi, maka dikembangkan berbagai jenis filter. Peralatan filtrasi dalam industri berbeda dengan yang digunakan didalam laboratorium, yaitu berkaitan dengan jumlah material yang harus ditangani dan keperluan akan operasi berbiaya rendah, contoh peralatan filtrasi dilaboratorium adalah buchner funnel (Geankoplis,1997 : 801). Berdasarkan Geankoplis tahun 1997, klasifikasi Filter dibedakan menjadi: 1. Filter Klarifikasi Filter klarifikasi dikenal juga sebagai filter hamparan tebal karena partikelpartikel zat padat dianggap di dalam medium filter dan biasanya tidak ada lapisan zat padat yang terlihat dari permukaan medium. 2. Filter Ampas Filter ampas adalah untuk memisahkan zat padat yang kuantitasnya besar dalam bentuk ampas, kristal atau lumpur. 3. Filter Pelat dan Frame Press Filter jenis ini diatur berlapis satu dengan yang dan didukung sepasang jalur (rel). Bagian plat mempunyai pemukaan bergaris-garis dan bagian tepinya lebih tebal sedikit yang harus dibuat dengan hati-hati. Sedang frame yang tidak terisi bagian tengahnya dipasang di samping plate dengan meletakkan kertas/kain saring ditengahnya dan dirapatkan dengan sekrup pemutar oleh tangan disebut press. 4. Filter Daun Filter jenis ini biasanya dilakukan pada tekanan yang lebih tinggi daripada filter press serta menghemat tenaga manusia. 5. Filter Kontinu Dalam filter ini, misalnya pada jenis tromol-putar, umpan, filtrat, dan ampas bergerak pada laju tetap dan steady. Sedangkan berdasarkan gaya pendorongnya tipe filter dibedakan atas : 1. Gravity filter 2. Plate and frame filter 3. Batch leaf filter

I-4

4. Continous rotary vacuum filters Medium filter adalah filter pembantu dalam penyaringan yang dapat menahan zat padat. Dalam proses filtrasi terdapat dua macam medium filter yang digunakan, yaitu: 1. Medium filter primer, yaitu filter pembantu yang dapat berupa kain, kanvas, kertas saring dan lain-lain. 2. Medium filter sekunder, yaitu medium filter sesungguhnya yang terbentuk karena adanya padatan yang tertahan oleh medium primer. Pada awal proses filtrasi yang berperan adalah filter primer, tapi dengan semakin bertambahnya tebal cake maka medium filter yang lebih efektif adalah filter sekunder karena cake memberikan tahanan filtrasi yang semakin besar (Brown, 1956 : 241). Berdasarkan Perry tahun 1997, Filtrasi dan filter dapat diklarifikasikan dalam beberapa cara: 1. Dengan Driving Force. Filtrat dialirkan dengan mengalirkan melewati medium filter oleh Hydrostatic head (gravity), tekanan diberikan di hulu medium filter, vacuum atau dihasilkan oleh tekanan di bagian hilir. 2. Dengan mekanisme filtrasi. Meskipun, mekanisme untuk pemisahan dan akumulasi dari solid tidak terlalu dimengerti tapi ada teori dasar dalam aplikasi teori dari proses filtrasi. Ketika solid dihentikan di permukaan medium filter dan menumpuk di atas yang lainnya dan membentuk suatu lapisan dari penebalan yang meningkat, pemisahannya disebut cake filtration. Ketika solid terjebak dalam antara pori atau tubuh dari medium, itu adalah depth- filter-medium, atau clarrying filtration. 3. Dengan objective. Tujuan proses filtrasi mungkin solid kering, clarified liquid,atau keduanya. Solid yang bagus menyelubungi adalah yang didapatkan oleh lapisan filtrasi (cake filtration). 4. Dengan mengoperasikan siklus. Filtrasi dapat berlangsung dengan batch atau kontinyu. 5. Dengan solid yang compressible dan atau incompressible.

I-5

Septum atau medium penyaring pada setiap filter harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (Mc Cabe,1999 : 395) 1. Harus dapat menahan zat padat yang akan disaring dan menghasilkan filtrat yang cukup jernih. 2. Tidak mudah tersumbat. 3. Harus tahan secara kimiawi dan kuat secara fisik dalam kondisi operasi. 4. Harus memungkinkan penumpukan cake dan pengeluaran cake secara total dan bersih. 5. Tidak mahal Liquid atau cairan yang menyebabkan mengalir melewati lapisan filter oleh sebuah vacuum di atas pintu keluaran. Slurry terdiri dari liquid dan partikel yang tersuspensikan. Sebuah tipe dari peralatan filtrasi laboratorium ditunjukkan dalam gambar berikut.

Gambar 1.2 Simple laboratory filtration apparatus (sumber Geankoplis, 1997) Pengujian secara sederhana filterability suatu cairan berguna untuk mengetahui apakah filtrasi sesuai atau tidak serta menentukan jenis pre-treatmant dan filter media yang diperlukan. Cara normal seperti analisis kimia dan fisika, (suspended solids content), turbidity (kekeruhan), warna dll. Bisa juga digunakan untuk penentuan filterability suatu suspensi namun cara tersebut tidak memberikan pengukuran secara langsung pada alat ini.

Filterability bukan merupakan sifat khusus dari suspensi tetapi merupakan sifat yang saling mempengaruhi antara suspensi dengan filter media. Jika salah satu sifat dari suspensi atau filter media dijaga konstan, sebagai contoh: penggunaan filter media yang standar, maka perubahan dari filterability hanya

I-6

mencerminkan perubahan suspensi. Suatu suspensi akan dianggap mudah disaring jika dapat melewati porous media dengan cepat, menghasilkan filtrat yang jernih dengan sedikit sumbatan pada filter media. Penyumbatan tersebut biasanya dinyatakan sebagai loss of permeability, yang menunjukan penambahan pressure drop atau head loss. Filterability Number (F), dapat dihitung berdasarkan rumus:

HC vC o t

(1.1)

Di mana: H = head loss (tekanan terukur) C = konsentrasi rata-rata filtrat Co = konsentrasi inlet suspension v t = kecepatan rata-rata (volumetric flow rate per waktu) = waktu operasi penyaringan

Nilai F adalah tidak berdimensi (tidak mempunyai satuan). Untuk hasil penyaringan yang baik, pembilang sebaiknya rendah, dengan head loss (clogging) dan konsentrasi filtrat yang rendah, sebaliknya, penyebut harus tinggi dengan kecepatan aliran (approach velocity) dan konsentrasi inlet yang tinggi dalam waktu pengoperasian yang lama. Dengan demikian, filterability yang baik ditunjukkan dengan nilai F rendah.Peralatan untuk menghitung filterability number seharusnya mempunyai fasilitas untuk mengontrol dan menghitung flow rate (v), head loss (H) dan sampel suspensi dan filtrat untuk pengukuran konsentrasi (Co dan C) (Tim Dosen Teknik Kimia, 2008: I-2).

I-7

1.3 1.3.1

METODOLOGI PERCOBAAN Alat yang Digunakan dan Deskripsi Alat

1.3.1.1 Alat utama Alat utama yang digunakan dalam percobaan ini adalah W4 Filterability index apparatus.
B

D A

Keterangan alat: Keterangan alat: A. Perspex column A. Perspex colum n B. Storange funnel B. Storage funnel C. Flowcontrol control valve C. Flow valve D. Flowm eter D. Flow meter E. M anom eter E. Manometer

Drain

450

Gambar 1.3 Rangkaian Alat W4 Filterability Index Aparatus

1.3.1.2 Alat Pendukung Alat-alat pendukung yang diperlukan adalah: Gelas piala 1000m Corong Sudip Gelas ukur 1000 ml dan 100 ml Kertas saring Botol semprot Gelas arloji Cawan porselin Penjepit Neraca analitik Oven Ayakan Desikator Stopwatch

I-8

1.3.2

Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:

Serbuk CaCO3 Akuades Pasir kuarsa yang lolos pada ayakan 710 micron dan tertahan 500 micron Pasir silika yang lolos pada ayakan 710 micron dan tertahan 500 micron

1.3.3

Prosedur kerja

1.3.3.1 Percobaan Pendahuluan (Preliminary) 1. Mengisi peralatan dengan cairan jernih (air) secara reverse flow filling melalui drain outlet tube dengan bantuan small funnel untuk menghilangkan gelembung udara. 2. Membuka flow control valve dan manometer air release plug pada saat pengisian agar air dapat mengisi manometer tubes hingga tinggi air manometer seimbang. 3. Menutup manometer air release plug setelah ketinggian air 240 mm 260mm. 4. Menutup flow control valve dan memasukkan drain tube ke dalam gelas piala penampung. Menghilangkan gelembung udara yang tertinggal dalam manometer connecting tube dengan cara membuka air release screw pada sumbat atas perspex column dan mendesak tabung untuk memaksa gelembung udara keluar melalui screw hole. 5. Mengisi inlet funnel dengan akuades dengan flow control valve tertutup, tinggi cairan pada kedua kaki manometer harus sama dengan kondisi tidak ada aliran. 6. Membuka flow control valve untuk melakukan pengecekan terhadap aliran air. 7. Menghitung waktu pengosongan dan volume pengosongan akuades dalam perspex working column.

I-9

1.3.3.2 Persiapan Media (Preparation of Media) 1. Mengayak pasir kuarsa dengan hasil ayakan yang lolos pada ukurn 710 micron dan tertahan die ayakan 500 micron. 2. Mencuci pasir kuarsa dan membasahi dengan akuades. Kemudian

memasukkan pasir kuarsa tersebut ke dalam perspex column setinggi 40 mm sedikit demi sedikit dan memastikan tidak ada udara yang terperangkap dalam filter media. 3. Merangkai kembali perspex column dan mengencangkan pada sumbat setelah dipastikan tidak adabutiran yang tertinggal dalam kolom. 4. Mengisi peralatan dengan akuades dengan cara reverse flow filling melalui drain tube untuk memenuhi perspex column dan media basah. Pengisian cairan dilakukan sampai ketinggian mencapai dasar inlet funnel, setelah itu menutup drain valve.

1.3.3.3 Persiapan Suspensi 1. Memasukkan 10 gram CaCO3 ke dalam gelaspiala 1000 ml yang sudah terisi akauades sebnayak 1000 ml. 2. Mengaduk larutan tersebut hingga homogen dengan menggunakan sudip.

1.3.3.4 Test Filterability 1. Mengisi peralatan dengan larutan CaCO3 melalui inlet funnel. 2. Membuka flow control valve untuk melakukan test filterability dengan media pasir kuarsa. 3. Memasukkan drain outlet tube ke dalam gelas ukur 1000 ml untuk menampung filtrat. 4. Mencatat waktu total dan volume filtrat total serta beda ketinggian kedua manometer. 5. Menghentikan perhitungan waktu setelah seluruh suspensi melewati filter media dalam perspex column. 6. Menutup flow control valve. 7. Mengukur volume filtrat dan menyaringnya dengan kertas saring.

I-10

8. Melakukan analisis filtrat dengan mengukur berat endapan basah dan bert endapan kering untuk mengetahui konsentrasi akhir filtrat (c). 9. Mengganti filter media menjadi pasir silika dan mengulangi langkah 1-8.

I-11

1.4 1.4.1

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Filtrasi Ukuran media filter Kuarsa Silika Berat suspensi (g) 14 14 Volume suspensi (ml) 1000 1000 Manometer (cm) h1 41,5 38 h2 10 13,8 h3 31,5 24,2 Ttotal 76 75,7 Waktu (s) Tpengosongan 10 7,35 Tfiltrasi 66 58,35

Tabel 1.1 Lanjutan


Ukuran media filter Massa kertas saring (g) Kuarsa Silika 106,5 106,5 Massa endapan + kertas saring (g) Basah 106,5 106,5 kering 102,8 102,4 Massa endapan (g) basah 16,5 16,2 kering 12,8 12,3 Volume pengosongan (ml) 72 66 Volume filtrasi (ml) 1074 1054

1.4.2

Hasil Perhitungan

Tabel 1.2 Hasil Perhitungan Filtrasi Ukuran media filter Kuarsa silika H C Co V t filtrasi 3 3 (cm) (g/cm ) (g/cm ) (cm/s) (s) 31,5 0,0127 0,014 53,9210 66 24,2 0,0124 0,014 60,1536 58,35 F 8,0467 x 10-3 6,1067 x 10-3

1.4.3

Pembahasan Tujuan percobaan ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

filterability number dan menentukan besar filterability number dari suspensi CaCO3. Dengan mengetahui besar filterability number dari suspensi CaCO3 ini kita dapat menentukan apakah filtrasi sudh sesuai apa belum, serta dapat menentukan media apa yang sesuai untuk suspensi tersebut. Dalam filtrasi yang dilakukan adapun media yang digunakan dalam percobaan ini adalah pasir silika

I-12

dan pasir kuarsa yang keduanya memilikiukurab sama, yakni lolos pada ayakan 710 micron dan tertahan di ayakan ukuran 500 micron. Media yang digunakan (baik pasir kuarsa atau pasir silika) harus dibasahi dengan sedikit akuades hingga mengenai seluruh permukaan pasir. Hal ini bertujuan agar tidak ada udara bebas yang masuk dan menghilangkan zat-zat pengotor. Apabila ada beberapa pori-pori media yang belum tersentuh air, maka akan terjadi ketidakstabilan media filter yang berada dalam perspex column. Faktor yang mempengaruhi filterability number (F) adalah head loss, konsentrsi filtrat, waktu penyaringan, dan volume penyaringan (hasil filtrasi). Head loss adalah perbedaan tekanan antara tekanan di atas media dengan di bawah media merupakan sebuah tanda bahwa operasi penyaringan sedang berlangsung. Adanya perubahan tekanan ini dapat dilihat dari manometer, dimana diupayakan tidak ada gelembung udara di dalam manometer agar tidak ada perubahan tekanan dalam kedua pipa manometer karena pengaruh udara tersebut. Dalam hasil pengamatan diperoleh nilai H untuk suspensi CaCO3 dengan menggunakan pasir kuarsa lebih besar daripada menggunakan pasir silika, yaitu dengan media pasir silika sebesar 24,2 cm dan media pasir kuarsa sebesar 31,5 cm. pada teori, nilai H yang lebih kecil menyatakan lebih sedikit padatan yang difiltrasi karena penumpukan cake yang lebih banyak, hal ini dikarenkan perbedaan tekanan di atas dan di bawah (headloss) tidak terlalu besar sehingga aliran air tidak terlalu lancer alirannya melalui drain tube. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa pasir silika tersebut memiliki nilai headloss yang lebih baik daripada pasir kuarsa. Konsentrasi dari filtrat juga sangat mempengaruhi filterability number (F), dimana bila konsentrasi filtrat ini bernilai semakin pekat (tinggi) maka operasi filtrasinya akan semakin tinggi, karena secara teori nilai F berbanding lurus dengan konsentrasi filtrat CaCO3. Pada media filter pasir kuarsa diperoleh konsentrasi filtrate sebesar 0,012727 gr/cm3 dan pasir silika 0,0124 gr/cm3. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa pasir silika lebih baik dibandingkan dengan kuarsa.

I-13

Setelah itu, waktu filtrasi (penyaringan) juga mempengaruhi besar filterability number. Waktu operasi filtrasi pada pasir kuarsa lebih lama daripada pasir silika, yaitu sebesar 66 sekon dan 58,35 sekon. Hal ini dikarenakan CaCO3 ini cepat berkumpul dan mengendap hingga tertahan pada funnel dan terjadi penyumbatan (clogging) serta diperlukan waktu yang lama untuk filtrasi. Hal ini sudah sesuai dengan teori karena pasir kuarsa lebih baik disbanding pasir silika sebagai filter. Volume penyaringan (hasil filtrasi) juga mempengaruhi filterability number pada dua jenis pasir berbeda. Secara teorinya semakin banyak volume penyaringan, maka menyatakan bahwa proses filtrasinya kurang baik. Sedangkan semakin sedikit volume penyaringan, maka semakin baik operasi penyaringannya dikarenakan banyak suspensi yang terahan di media filter. Dalam hasil pengamatan diperoleh pasir kuarsa sebesar 1074 ml dan pasir silika 1054 ml. hal ini sesuai dengan teori, yang menyatakan pasir silika lebih baik disbanding pasir kuarsa dalam penggunan sebagai media filter. Selain hal di atas, debit (Q) dan kecepatan filtrasi juga mempengaruhi filterability number. Pada media filter kuarsa, debit (Q) diperoleh sebesar 15,2831 cm3/s sedangkan pada pasir silika sebesar 16,9994 cm3/s. Q pasir kuarsa lebih kecil daripada pasir silika disebabkan oleh waktu filtrasi yang besar dan volume filtrat yang besar, sebaliknya pada pasir silika memiliki waktu filrasi yang kecil dengan volume filtrat yang kecil. Secara teori, nilai debit (Q) yang besar akan menimbukan adanya ruang dan jarak antar partikel hingga suspensi lebih mudah melewati dan lolos pada media pasir silika dengan nilai debit yang besar dibandingkan pasir kuarsa. Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa besarnya flowrate pada media filter akan membuat proses filtrasi semakin baik menyatakan bahwa pasir silika lebih baik disbanding kuarsa. Filterability number juga dipengaruhi oleh kecepatan rata-rata aliran. Semakin besar nilai kecepatan rata-rata operasi filtrasi berlangsung, maka akan semakin baik medium filternya. Kecepatan filtrasi CaCO3 dengan menggunakan pasir kuarsa lebih kecil yaitu sebesar 53,9210 cm/s disbanding pasir silika 60,1536 cm/s. ini dikarenakan suspensi CaCO3 yang difiltrasi mengalami

I-14

penyumbatan sehingga semakin lancar melalui media filter dengan waktu yang lebih singkat. Hasil percobaan sudah sesuai dengan teorinya bahwa pasir silika memiliki kecepatan yang lebih baik dibanding pasir kuarsa. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi filterability number di atas, dapat dibuat perhitungan sehingga diperoleh nilai F untuk pasir silika sebesar 6,1067 x 10-3 dan pasir kuarsa adalah 8,0467 x 10-3. Semakin kecil nilai F, maka semakin baik pula kemampuan filter tersebut melakukan filtrasi. Hal ini dikarenakan medianya lebih kecil dan pori-pori dari structural kumpulan pasir tersebut dapat menahan endapan lebih baik. Dalam teorinya menyatakan pasir kuarsa memiliki nilai F yang lebih besar dibandingkan silika. Dan hasil perhitungan yang didapat dari persamaan rumus (1.1) diperoleh nilai F dari pasir silika lebih kecil dibandingkan pasir kuarsa. Hal ini sudah sesuai dengan teori karena dalam proses filtrasi memiliki kesesuaian antara suspensi dan medium yang digunakan, apabila menggunakan suspensi dari CaCO3 maka akan lebih baik menggunakan pasir silika dengan mediumnya.

I-15

1.5 1.5.1

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulakan

bahwa: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi filterability number adalah konsentrasi dan jenis suspensi, konsentrasi filtrat, jenis media filter, headloss, waktu filtrasi, debit, dan kecepatan rata-rata filtrasi. 2. Nilai filterability number untuk media pasir kuarsa sebesar 8,0467 x 10-3. 3. Nilai filterability number untuk media pasir silika sebesar 6,1067 x 10-3.

1.5.2

Saran Saran yang diberikan dalam percobaan ini adalah sebaiknya lebih teliti

dalam perhitungan waktu dengan volume penampungan serta mengamati ketinggian manometer.

I-16

DAFTAR PUSTAKA Brown, Martin. G. 1956. Unit Operation. John Willey and Sons, Inc: New York. Geankoplis, J. C. 1997. Transport Processes and Unit Operations 3rd Edition. Prentice-Hall of India: New York. Mc Cabe, W. L. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid 2 Edisi Keempat. Erlangga: Jakarta. Perry, Robert H. 1997. Perrys Chemical Engineers Handbook 7th Edition. Mc Graw-Hill Book Companies: New York. Tim Dosen Teknik Kimia. 2008. Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia. UNLAM: Banjarbaru.

I-17

DAFTAR NOTASI A = Luas permukaan tube C = Konsentrasi rata-rata filtrat Co = Konsentrasi inlet suspension d = Diameter tube (cm2) (g/mL) (g/mL) (m)

F = Filterability number H = Head loss h = Tinggi manometer (cm) (g) (g/cm3) (cm3/s) (oC) (s) (mL) (cm/s)

m = Massa = Rapat massa

Q = Debit T = Temperatur t = Waktu

V = Volume v = Kecepatan rata-rata

I-18

LAMPIRAN Perhitungan : A. Perhitungan filterability number dari CaCO3 untuk ukuran pasir kuarsa yang lolos pad ayakan 710 micron dan tertahan di ayakan 500 micron Diketahui: h1 h2 m CaCO3 V akuades m endapan basah m endapan kering akuades V pengosongan V filtrasi Diameter pipa t filtrasi = 415 mm = 41,5 cm = 100 mm = 10 cm = 10 gram = 1000 ml = 16,5 gram = 12,8 gram = 0,996 g/cm3 = 72 ml = 1074 ml = 0,6 cm = 66 sekon

Ditanya: Filterability Number (F) ? Jawab : Menentukan Head Loss (H) H = H = h1 h2 = 41,5 cm 10 cm = 31,5 cm

Menentukan konsentrasi inlet suspension (Co) Co = m CaCO3 / V akuades = 14 gram/1000 ml = 0,014 g/ml V air yang menguap = =
m padatan basah-m padatan kering air ( 1) g ml

= 3,359 ml

I-19

V total

= V filtrat + V air yang menguap = (1059+3,359) ml = 1062,359 ml

Q =

1 s

ml

= 15,856 ml/s = 15,856 cm3/s v= Co = = C = = =


1 cm s cm

= 56,1 cm/s

m a
air

1g 1 m a ml

= 1x10-4 g/ml
endapan kering

filtrat total

1g 1 ml

= 3,859x10-6 g/ml

F =
(cm)
g 1 - ( ) ml
1
-

cm 1( ) s

(g)
ml

= 5,13 x 10-6

I-20

B. Perhitungan filterability number dari CaCO3 untuk ukuran media filter 710 micron Diketahui: m CaCO3 V air t pengosongan t filtrasi V akhir filtrasi d dalam pipa m kertas saring 1 m kertas saring 2 m kertas saring + padatan - Basah - Kering m padatan - Basah - Kering V pengosongan H =h1-h2 = (64-39) mm = 25 mm = 2,5 cm A pipa = D2 = x 3,14 x (0,6)2 = 0,2826 cm2 T air Ditanya: F =..? Jawab t total = t filtrasi t pengosongan = (62-3) s = 59 s = 28oC = 0,99624 g/ml (dari tabel A.2-3 density of liquid water, = 3,4521 g = 0,0005 g = 28 ml = 4,4286 g = 0,977 g = 0,1 g = 1000 ml =3s = 62 s = 1110 ml = 0,6 cm = 0,916 g = 0,97659 g

Geankoplis, 1997: 855).

I-21

V filtrat

= V filtrasi-V pengosongan = (1110-28) ml = 1082 ml

V air yang menguap =

m padatan basah - m padatan kering air

1g ml

= 3,4647 ml V total = V filtrat + V air yang menguap = (1082+3,4647) ml = 1085,4647 ml Q =


1 s ml

= 18,398 ml/s = 18,398 cm3/s v = =


1 cm s cm

= 65,10 cm/s Co = =
1

m a
air

1g
ml

= 1x10-4 g/ml
endapan kering filtrat total

C = =

m a

= 4,6x10-7 g/ml
H.
o .v.t

F =

) ) ( )

= 2,994x 10-6

Anda mungkin juga menyukai