Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 4 MINGGU KE-3

PENCERNAAN, METABOLISME, DAN HORMON


KELOMPOK A-5 Dra. Daryati Madja, Apt
Ketua : Hadi oktafiano

Sekretaris 1 : Miftahul Jannah Afdhal Sekretaris 2 : Harris Putra Reza

Anggota: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Marisya Bagus Sedayu Ega Purnamasari RD Nailatul Fadhilla Mahmudah Anita Yulistiani Nur Syazwani

MEDICAL EDUCATION UNIT MEDICAL FACULTY ANDALAS UNIVERSITY 2009

MODUL 3

SKENARIO 3 : MENGAPA TUTI SEMAKIN KURUS

Tuti, 20 tahun, seorang mahasiswi PTN merasa heran dengan keadaan yang dialaaminya dalam satu bulan terakhir ini. Berat badannya turun sampai 4 kg, padahal makannya banyak, bahkan cenderung selalu merasa lapar. Selain itu, dia banyak mengeluarkan keringat dan sering merasa gerah, meskipun cuaca dingin. Adiknya juga sering mengatakan bahwa badan Tuti terasa panas, seolah sedang demam. Tuti pergi menemui dokter keluarga dan menjelaskan keluhan yang dialaminya. Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dokter mengatakan bahwa kemungkinan keadaan yang dialami Tuti terjadi karena peningkatan kecepatan metabolism akibat pengaruh hormone. Dokter menyarankan agar Tuti menjalani pemeriksaan Basal Metabolism Rate (BMR) serta memeriksa kadar Free T4 dan TSHs serta radioactive iodine uptake. Bagaimana anda menjelaskan proses metabolism, pembentukan energy serta kaitannya dengan pengaturan suhu tubuh?

I. TERMINOLOGI

a) Hormon

Zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan secara spesifik.

b) BMR

Pemeriksaan yang berguna untuk membandingkan kecepatan metabolisme seseorang dengan orang lain; energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi fisiologis normal pada saat istirahat..

c) Metabolisme

Cara tubuh menggunakan karbohidrat, lemak, dan protein untuk membentuk energy yang digunakan oleh tubuh.

d) Radioactive Iodine Uptake

Radioaktif yodium yang digunakan untuk mengukur jumlah radioaktif yodium yang diambil oleh kelenjar tiroid.

e) Demam

Peningikatan suhu tubuh diatas normal yang dapat disebabkan oleh kelainan di batang otak atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengendali suhu, stress fisiologik seperti ovulsi, sekresi hormon tiroid berlebih, olahraga berat dan lain-lain.

f) TSHs

Tiroid Stimulating Hormone yang akan dikirimkan kedalam aliran darah dan tergantung pada jumlah T4, jika T4 kurang maka TSH akan memproduksi lebih banyak untuk menghasilkan T4 lebih banyak lagi.

g) T4

Hormon Tiroksin yang mengandung 4 atom yodium dan dikeluarkan oleh kelenjar tiroid tiroksin.

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana proses metabolisme dan berapa kadar normalnya ? 2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme ? (terutama hormon, sebutkan!) 3. Apakah metoda, tujuan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi BMR, serta berapa kadar normal BMR ? 4. Mengapa Tuti mengalami gejala-gejala seperti cenderung lapar padahal makannya banyak, berat badan turun hingga empat kilogram, banyak mengeluarkan keringat dan gerah walaupun cuaca dingin, panas seperti demam, dan apakah keterkaitan gejala-gejala tersebut ? 5. Apa hubungan laju metabolisme jika dikaitkan dengan usia ? 6. Diantara pemeriksaan fisik di skenario yakni BMR, free T4, TSHs, dan radioactive iodine uptake manakah yang terbaik ?

III. ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana proses metabolisme dan berapa kadar normalnya ? a. Pembakaran karbohidrat : terutama glukosa, namun juga gula lain dalam jumlah yang lebih sedikit, seperti fruktosa; pembakaran tersebut berlangsung di dalam sitoplasma sel melalui proses anaerobic glikolisis dan di dalam mitokondria sel melalui siklus krebs aerobic. b. Pembakaran asam lemak di dalam mitokondria sel oleh oksidasi-beta. c. Pembakaran protein, yang membutuhkan hidrolisis pada komponen asam amino dan pemecahan asam amino tersebut menjadi senyawa intermedia pada siklus asam sitrat yang kemudian menjadi asetil koenzim A dan karbondioksida. d. Proses metabolisme adalah untuk menghasilkan ATP, yang dibentuk dari pembakaran karbohidrat, lemak, dan protein. ATP dipakai dalam sintesis glukosa dari asam laktat dan dalam sintesis asam lemak dari asetil Koenzim A.

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme ? (terutama hormon, sebutkan!) a. Hormone TSH yang berguna untuk mengevaluasi tiroid dan gejala hiper atau hipotiroidisme. b. Hormon tiroid Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh. Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara: 1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein 2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu

eleman yang terdapat di dalam makanan dan air. Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid. Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:

1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh. 2. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu triiodo-tironin (T3).

Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri. Tiroksin bukan hanya mencegah agar sel-sel bekerja tak terlalu lambat, tetapi juga mencegah sel-sel bekerja terlalu cepat. Karena hormon ini dilepaskan dalam jumlah tertentu, kecepatan kerja sel tetap seimbang. Jika sel-sel di dalam tubuh bekerja lebih cepat daripada seharusnya, "gondok beracun" akan terbentuk, menyebabkan pelepasan tiroksin berlebihan. Gejala-gejala penyakit ini meliputi peningkatan kecepatan metabolisme, peningkatan suhu tubuh dan tekanan darah, penurunan berat badan, keringat berlebihan, dan secara umum kegelisahan. Mata membengkak di dalam rongganya dan, pada tingkat parah penyakit ini, kebutaan dan bahkan kematian (karena kurangnya daya dukung jantung) dapat terjadi.

3. Apakah metoda, tujuan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi BMR, serta berapa kadar normal BMR ? Faktor-faktor yang memepengaruhi BMR : a. Jenis kelamin (BMR pria lebih besar) b. Suhu tubuh (meningkat pada demam) c. Suhu lingkungan (meningkat pada cuaca dingin) d. Status hormone tiroid (meningkat pada penderita hipertiroidisme)

Hormon tiroid meningkatkan konsumsi oksigen, sintesis protein, dan degradasi yang merupakan aktivitas termogenesis. Peningkatan BMR merupakan hal yang klasik pada hipertiroid dan menurun pada penurunan kadar tiroid. e. Kehamilan dan menyusui (BMR meningkat) f. Usia (anak-anak lebih tinggi BMR, lalu semakin tua semakin menurun) BMR seorang anak umumnya lebih tinggi daripada orang dewasa, karena anak memerlukan lebih banyak energi selama masa pertumbuhan. Wanita hamil dan menyusui juga memiliki BMR yang lebih tinggi. Demam meningkatkan BMR. Orang yang berotot memiliki BMR lebih tinggi daripada orang yang gemuk. g. Makanan Makanan kaya protein akan lebih meningkatkan BMR daripada makanan kaya lipid atau karbohidrat. Hal ini mungkin terjadi karena deaminasi asam amino terjadi relatif cepat. h. Aktivitas saraf simpatis Pemberian agonis simpatis juga meningkatkan BMR. Sistem saraf simpatis secara langsung melalui nervus vagus ke hati mengaktivasi pembentukan glukosa dari glikogen. Sehingga aktivitas saraf simpatis meningkatkan BMR. i. Latihan Latihan membutuhkan kalori ekstra dari makanan. Jika makanan lebih banyak mengandung energi, maka berat badan akan meningkat. Jika penggunaan energi lebih banyak dari yang tersedia dalam makanan, maka tubuh akan memakai simpanan lemak yang ada dan mungkin akan menurunkan berat badan. Metode BMR mengukur penggunaan kecepatan oksigen selama waktu yang ditentukan dengan ketentuan : Orang yang akan diperiksa tidak boleh makan paling sedikit 12 jam terakhir Tidur semalaman penuh Tidak melakukan pekerjaan berat selama setidak-tidaknya 1 jam sebelum pengujian dan tidak diizinkan melakukan aktivitas selama pemeriksaan Semua faktor fisik dan psikis yang menimbulkan rangsangan harus dihilangkan.

Suhu kiamar harus nyaman ; 24-250C.

Kadar BMR normal : 65-70 kalori/jam pada pria dengan massa 70 kg. Intinya tergantung kepada jumlah otot rangka dan ukuran tubuh. BMR bervariasi, tergantung pada berat badan yang diperiksa dan kebutuhan kalori berdasarkan umur

4. Mengapa Tuti mengalami gejala-gejala seperti cenderung lapar padahal makannya banyak, berat badan turun hingga empat kilogram, banyak mengeluarkan keringat dan gerah walaupun cuaca dingin, panas seperti demam, dan apakah keterkaitan gejala-gejala tersebut ? Kecepatan metabolism nya meningkat, hal ini disebabkan oleh karena aktivitas nya yang berat sebagai mahasiswa. Makannya banyak tetapi cenderung merasa lapar karena metabolism yang meningkat dan ia diduga mengalami malabsorpsi sehingga makanan yang ia makan tidak semua yang diserap usus ada gangguan pada penyerapan bahan tertentu. Antara asupan makanan yang diserap tubuh dan aktivitas nya tidak seimbang maka Tuti mengalami penurunan barat badan 4 kg.

5. Apa hubungan laju metabolisme jika dikaitkan dengan usia ?

Penambahan usia megakibatkan BMR menurun karena kehilangan massa otot, maka pada orang dewasa tua kecepatan metabolism nya lebih rendah dibandingkan dewasa muda, apalagi dibandingkan anak-anak.

6. Diantara pemeriksaan fisik di skenario yakni BMR, free T4, TSHs, dan radioactive iodine uptake manakah yang terbaik ? Tergantung situasi dan kondisi pasien.

IV.

SISTEMATIKA

METABOLISME

Proses

Anabolisme

Katabolisme

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju

Pemeriksaan laju

Hormon

Faktor lainnya

BMR

V. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses metabolisme 2. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju metabolisme 3. Mahasiswa mampu menjelaskan indicator kecepatan metabolisme dan cara pemeriksaan 4. Mahasiswa mampu menjelaskan hormon-hormon yang mempengaruhi proses anabolisme dan katabolime

VI. BERBAGI INFORMASI

1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses metabolisme Metabolisme adalah keseluruhan reaksi kimia yang berlangsung di dalam tubuh organisme. Reaksi-reaksi tersebut adalah dasar dari kehidupan, yang membuat sel dapat tumbuh dan bereproduksi, mempertahankan strukturnya, dan merespon lingkungannya yang bertanggung jawab terhadap pengaturan materi dan sumber energi dari sel. Metabolisme hanya dapat berlangsung jika terdapat zat yang bereaksi, energi yakni ATP dan enzim. ATP (Adenosin Trifosfat) adalah molekul nukleotida berenergi tinggi pada ikatan antara gugus fosfat 1 dan 2 serta 2 dan 3 yang tersusun atas gula pentosa, basa nitrogen adenin, dan mengikat tiga gugus fosfat (trifosfat). Kedua ikatan fosfat ini bersifat labil. Jika gugus 3 dilepas, akan dihasilkan Adenosin Difosfat (ADP) dan dibebaskan energi, jika gugus 2 juga dilepas, akan dihasilkan Adenosin Monofosfat (AMP) dan juga dibebaskan energi.

Tahap-tahap metabolisme : a. Pembentukan energi dari oksidasi bahan bakar. b. Perubahan energi tadi menjadi ATP c. Penggunaan energi pada ikatan fosfat ATP untuk menjalankan proses

Secara umum, metabolisme terbagi atas 3 reaksi :

Katabolisme (reaksi pemecahan) Anabolisme (reaksi penyusunan) Amphibolic (gabungan reaksi anabolisme dan katabolisme)

Katabolisme Katabolisme adalah serangkaian reaksi meliputi proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan energi. Termasuk reaksi pemecahan dan oksidasi molekul makanan. Pada setiap organisme, untuk menghasilkan energi tersebut dapat dibagi dalam dua cara, yaitu sebagai berikut : a. Respirasi aerob, yaitu proses pemecahan molekul yang menggunakan oksigen sebagai bahan bakar organik, diantaranya glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron. Secara umum keseluruhan proses pada respirasi seluler berlangsung sebagai berikut.

Senyawa organik + O2 CO2 + H2O + Energi

b. Respirasi anaerob ; fermentasi, yaitu proses pemecahan tanpa bantuan oksigen. Termasuk ke dalam fermentasi adalah fermentasi asam laktat, fermentasi alkohol, dan fermentasi asam cuka.

A. Glikolisis

heksokinase

fosfoglukosa isomerase fosfofruktoki nase

aldolase

triosa fosfat isomerase

gliseraldehid 3fosfat dehidrogenase fosfogliserat kinase fosfoglisero mutase enolase

Proses-proses pada glikolisis : 1. Glukosa mendapat tambahan satu gugus fosfat (mengalami fosforilasi) dari satu molekul ATP ketika memasuki sel sehingga glukosa tetap bertahan di dalam sel untuk selanjutnya mengalami glikolisis terurai jadi ATP sehingga membentuk glukosa 6-fosfat dengan dikatalisis oleh enzim heksokinase (glukokinase di hati). 2. Glukosa 6-fosfat diubah gugus fungsinya (mengalami isomerase) oleh enzim fosfoglukosa isomerase menjadi fruktosa 6-fosfat. Isomerase menempatkan sebuah gugus keto disamping karbon 3 (untuk penguraian selanjutnya ikatan antara 3 dan 4).

3. Satu molekul ATP yang lain memberikan satu gugus fosfat kepada fruktosa 6-fosfat, dan ATP diubah menjadi ADP, sehingga menghasilkan fruktosa 1,6 difosfat dengan dikatalisis oleh fosfofruktokinase. 4. Fruktosa 1,6 difosfat dipecah menjadi dihidroksiaseton fosfat dan gliseraldehid 3-fosfat dengan dikatalisis oleh enzim aldolase. Dihidroksiaseton fosfat mengalami isomerase dengan dikatalisis oleh enzim triosa fosfat isomerase menjadi gliseraldehid 3-fosfat, akibatnya terbentuk 2 molekul gliseraldehid 3-fosfat. 5. Masing-masing molekul gliseraldehid 3-fosfat mengalami oksidasi dan mereduksi NAD+ sehingga terbentuk NADH dan mengalami penambahan molekul fosfat anorganik dengan dikatalisis oleh gliseral-dehid 3-fosfat dehidrogenase sehingga terbentuk 1,3 bisfosfogliserat. 6. Masing-masing 1,3 bisfosfogliserat melepaskan satu gugus fosfatnya dan berubah menjadi 3fosfogliserat dengan dikatalisis oleh enzim fosfogliserat kinase, dimana gugus fosfat yang dilepas oleh masing-masing 1,3 di fosfogliserat dipindahkan kedua molekul ADP dan mebentuk dua molekul ATP. 7. 3-fosfogliserat mengalami isomerisasi dengan dikatalalisis oleh enzim fosfoglisero mutase menjadi 2-fosfogliserat. 8. Masing-masing 2 molekul 2-fosfogliserat melepaskan 1 molekul H2O dengan dikatalisis oleh enzim enolase menjadi fosfoenol piruvat. 9. Masing-masing fosfoenol piruvat melepaskan gugus fosfat terakhirnya yang kemudian diterima oleh 2 molekul ADP menjadi ATP dan terbentuk 2 molekul asam piruvat. Hasil Glikolisis : 2 asam piruvat + 2 NADH + 4 ATP + 2 molekul H2O

B. Siklus Krebs

Siklus Krebs atau siklus asam sitrat adalah reaksi antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat yang terjadi di matriks mitokondria.

Proses siklus krebs : kondensasi gugus asetil aktif dan oksaloasetat untuk membentuk zat antara 6-karbon yaitu sitrat, yang dikatalisis oleh enzim sitrat sintase Setelah mengantar asetil aktif masuk ke dalam siklus krebs, KoA memisahkan diri dan keluar dari siklus Asam sitrat mengalami pengurangan dan penambahan satu molekul H2O dengan dikatalisis oleh enzim akonitase menjadi asam isositrat

Asam isositrat mengalami oksidasi dengan melepas ion H kemudian mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan 1 molekul CO2 membentuk asam -ketoglutarat dengan dikatralisis oleh enzim isositrat dehidrogenase

-ketoglutarat kembali melepaskan CO2, dan teroksidasi dengan melepaskan 1 mol ion H+ yang kembali mereduksi NAD+ menjadi NADH -ketoglutarat mendapatkan satu KoA dan membentuk suksinil KoA dengan bantuan enzim -ketoglutarat dehidrogenase. KoA meninggalkan suksinil KoA sehingga terbentuk asam suksinat. Pelepasan KoA dan perubahan suksinil KoA menjadi asam suksinat menghasilkan cukup energi untuk meggabungkan satu molekul ADP dan gugus fosfat anorganik menjadi ATP.

Asam suksinat mengalami oksidasi dan melepaskan dua molekul ion H+ yang kemudian diterima oleh FAD menjadi FADH2 sehingga terbentuk asam fumarat dengan dikatalisis oeh enzim suksinat dehidrogenase.

Satu molekul H2O kemudian ditambahkan ke asam fumarat dikatalisis oleh fumarase menjadi asam malat Asam malat mengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu ion H+, diterima oleh NAD+ menjadi NADH dan asam oksaloasetat dikatalisis oleh malat dehidrogenase Asam oksaloasetat kembali terbentuk dan kembali mengikat asetil KoA dan menjalani siklus krebs. Hasil Siklus Krebs : 3 NADH + 2 FADH + 1 ATP + 2CO2

C. Transpor elektron (Sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal) Transpor elektron berlangsung pada krista mitokondria. Molekul penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2 (dihasilkan pada reaksi glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus krebs), molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), dan sitokrom a, b, c.

NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi yang dihasilkan ketika melepaskan elektronnya menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP.

Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan elektron, koenzim Q juga melepaskan 2 ion H+. Sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom c. Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP

Sitokrom c mereduksi sitokrom a Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, Setelah menerima elektron, oksigen kemudian bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom b membentuk H2O. Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat menyatukan ADP dan gugus fosfat organik menjadi ATP.

HASIL RESPIRASI AEROB = 36 ATP Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH dan FADH2 sebanyak 10 dan 2 molekul. Dalam transpor elektron ini, semua molekul NADH dan FADH2 mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut.

Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP, dan 2 ATP untuk setiap FADH2. Jadi, dalam transpor elektron dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari hasil glikolisis dan siklus Krebs menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP.

Suhu tubuh, Pengaturan Suhu Tubuh, Demam. Suhu tubuh normal. Suhu inti dan suhu kulit. Suhu dari inti sangat dipertahankan konstan, sekitar 10F (0,60C) dari hari ke hari. Suhu kulit, berbeda dengan suhu inti, dapat naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan. Suhu inti normal rata-rata secara umum adalah 98,00F dan 98,60F bila diukur per oral, dan kira-kira 10F lebih tinggi bila diukur per rektal.

Pembentukan panas Faktor-faktor yang menentukan laju pembentukan panas: 1. Laju metabolisme basal semua sel tubuh. 2. Laju metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktivitas otot. 3. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin (dan sebagian kecil hormon lain, seperti hormon pertumbuhan dan testosteron). 4. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh epinefrin, norepinefrin dan perangsangan simpatis terhadap sel. 5. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi di dalam sel sendiri. 6. Metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan, absorpsi dan penyimpanan makanan. Kehilangan Panas. Dipengaruhi 2 faktor: 1. Seberapa cepat panas yang dapat dikonduksi dari tempat asal panas dihasilkan, yakni dari dalam inti tubuh ke kulit. 2. Seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke lingkungan. Pengaturan konduksi panas ke kulit oleh sistem saraf simpatis. Konduksi panas ke kulit oleh darah di atur oleh derajat vasokonstriksi arteriol dan anastomosis arteriovenosa yang menyuplai darah ke pleksus venosus kulit. Vasokonstriksi ini hampir seluruhnya dikontrol oleh sistem saraf simpatis yang memberikan respons terhadap perubahan suhu inti tubuh dan perubahan suhu lingkungan. Fisika dasar mengenai bagaimana panas menghilang dari permukaan kulit. Radiasi (60%). Kehilangan panas melalui radiasi berarti kehilangan dalam bentuk gelombang panas infra merah, suatu jenis gelombang elektromagnetik. Sebagian besar gelombang panas infra merah yang

memancar dari tubuh memiliki panjang gelombang 5-20 mikrometer, sekitar 10 sampai 30 kali panjang gelombang cahaya. Semua benda yang tidak berada pada suhu nol absolut memancarkan panas seperti gelombang tersebut. Tubuh manusia menyebarkan gelombang panas ke segala penjuru. Konduksi. Sejumlah kecil panas, yakni sekitar 3% yang biasanya hilang dari tubuh melalui konduksi langsung dari permukaan tubuh ke benda-benda padat. Seperti kursi dan tempat tidur. Sebaliknya, kehilangan panas melalui konduksi ke udara mencerminkan kehilangan panas tubuh yang cukup besar (kira-kira 15%) walaupun dalam keadaan normal. Konveksi Perpindahan panas dari tubuh melalui aliran udara konveksi secara umum. Sejumlah kecil konveksi hampir selalu terjadi di sekitar tubuh akibat kecendrungan udara di sekitar kulit untuk naik sewaktu menjadi panas. Contoh: efek pendinginan oleh angin. Evaporasi. Bila air berevaporasi dari permukaan tubuh, panas sebesar 0,58 kalori akan hilang untuk setiap satu gram air yang mengalami evaporasi. Bahkan bila orang tersebut tidak berkeringat, air masih berevaporasi secara tidak kelihatan dari kulit dan paru dengan kecepatan sekitar 600-700 ml/hari. Pengaturan Suhu Tubuh-Peranan Hipotalamus. Peranan area preoptik-hipotalamik anterior dalam mendeteksi suhu termostatik. Dengan menggunakan thermode, area preoptik-hipotalamus anterior diketahui mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas yang jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif terhadap dingin. Neuron-neuron yang sensitif terhadap panas ini meningkatkan kecepatan kerjanya hingga 2-10 kali lipat sebagai respon terhadap kenaikan suhu tubuh sebesar 100C. Neuron yang sensitif terhadap dingin, sebaliknya, meningkatkan kecepatan kerjanya saat suhu tubuh turun. Mekanisme Efektor Neuron yang Menurunkan atau Meningkatkan Suhu Tubuh.

Mekanisme Penurunan suhu bila Tubuh terlalu Panas. Vasodilatasi Pembuluh Darah Kulit. Pada hampir semua area di dalam tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan pusat simpatis di hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokonstriksi. Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat. Berkeringat. Peningkatan suhu tubuh tambahan sebesar 10C, menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak untuk membuang 10 kali kecepatan pembentukan panas tubuh basal. Penurunan Pembentukan Panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas yang berlebihan, seperti menggigil dan termogenesis kimia, dihambat dengan kuat.

Mekanisme Peningkatan Suhu saat Tubuh Terlalu Dingin. Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh rangsangan dari pusat simpatis hipotalamus posterior. Piloereksi. Rambut berdiri pada akarnya. Rangsangan simpatis menyebabkan otot arektor pili yang melekat ke folikel rambut berkontraksi, yang menyebabkan rambut berdiri tegak. Pada hewan, berdirinya rambut memungkinkan hewan tersebut untuk membentuk lapisan tebal (isolator udara) yang bersebelahan dengan kulit, sehingga pemindahan panas ke lingkungan sangat ditekan. Peningkatan Termogenesis. Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat dengan memicu terjadinya menggigil, rangsangan simpatis untuk pembentukan panas dan sekresi tiroksin.

2. Mahasiswa metabolisme

mampu

menjelaskan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

laju

a. Hormon Tiroid Apabila kelenjar tiroid menyekresikan tiroksin dalam jumlah maksimal, kecepatan metabolisme kadang meningkat 50 sampai 100 persen di atas normal. Apabila tiroid yang dihasilkan sedikit, maka dapat menurunkan metabolism 40-60% dari batas normal. Tiroksin meningkatkan reaksi kimia pada sel tubuh sehingga metabolism meningkat. Adaptasi kelenjar tiroid juga dipengaruhi oleh iklim. Sekresi tiroid akan meningkat pada iklim dingin dan menurun pad iklim panas. Orang pada Kutub Utara BMR nya lebih tinggi 10-20% daripada orang tropis.

b. Hormon kelamin pria Testoteron meingkatkan metabolisme basal 10-15%. Pada wanita juga meningkat, tapi sedikit sekali sehingga tidak bermakna. Hoemon kelamin pria mempunyai efek anabolikna terhadap meningkatkan massa otot rangka.

c. Hormon kelamin wanita Hormone kelamin wanita dapat meningkatkan BMR dalam jumlah sedikit, tapi biasanya tidak cukup bermakna.

d. Hormon pertumbuhan Hormon pertumbuhan dapat meningkatkan kecepatan metabolism 15 sampai 20 persen sebagai akibat rangsangan langsung pada metabolisme selular.

e. Demam. Demam, tanpa melihat penyebabnya, meningkatkan kecepatan reaksi kimia rata-rata 120 persen untuk setiap peningkatan temperature 10o C.

f. Tidur

Kecepatan metabolisme menurun 10 sampai 15 persen di bawah normal selama tidur. Penurunan ini diduga oleh beberapa faktor : Penurunan tonus otot rangka selama tidur Penurunan aktivitas sistem saraf simpatis Malnutrisi menurunkan kecepatan metabolisme. Malnutrisi lama dapat menurunkan kecepatan metabolism 20 sampai 30 persen, penurunan ini diduga disebabkan oleh tidak adanya zat makanan yang dibutuhkan di dalam sel. g. Malnutrisi menurunkan kecepatan metabolism. Menurunkan kecepatan metabolism 20-30% karena tidak adanya zat makanan yang dibutuhkan di dalam sel. h. Energy yang digunakan untuk aktivitas fisik. Semakin keras aktivitas fisik yang dilakukan maka kecepatan metabolism juga akan meningkat.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan indikator kecepatan metabolisme dan cara pemeriksaan

KECEPATAN METABOLISME Metabolisme tubuh secara sederhana berarti semua reaksi kimia di dalam semua sel tubuh, dan kecepatan metabolisme dalam keadaan normal dinyatakan dengan istilah kecepatan pembebasan panas selama reaksi kimia. PENGUKURAN KECEPATAN METABOLISME TUBUH 1. Kalorimetri langsung, mengukur panas yang dilepaskan dari tubuh. Kecepatan metabolisme dapat ditentukan secara sederhana hanya dengan mengukur jumlah panas total yang dibebaskan dari tubuh pada suatu waktu dengan kalorimeter besar yang dirancang khusus. Orang tersebut ditempatkan di dalam ruang yang berisi udara yang terisolasi dengan baik sehingga tidak ada panas yang hilang melalui dinding ruangan. Panas yang dibentuk oleh tubuh orang tersebut memanaskan udara dalam ruangan. Akan tetapi, suhu udara dalam ruang dipertahankan agar konstan dengan mendorong udara melalui pipa

dalam air dingin. Kecepatan perolehan panas oleh penampungan air, yang diukur dengan termometer yang sesuai, sama dengan kecepatan pembebasan panas dari tubuh orang tersebut. Kalorimetri langsung secara fisik sukar untuk dilakukan dan hanya dipakai untuk tujuan penelitian.

2. Kalorimetri tidak langsung, mengukur penggunaan (konsumsi) oksigen dan kemudian menghitung nilai kalori dari konsumsi tersebut. Karena lebih dari 95 persen energi yang dikeluarkan di dalam tubuh berasal dari reaksi oksigen dengan makanan yang berbeda, kecepatan metabolisme seluruh tubuh dapat juga dihitung dengan tingkat ketepatan tinggi kecepatan pemakaian oksigen. Bila 1 liter oksigen dimetabolisme dengan glukosa, dilepaskan 5,01 Kalori; dengan karbohidrat 5,06 Kalori; dengan lemak 4,70 Kalori; dan dengan protein 4,60 Kalori. Dengan menggunakan gambaran tersebut, jumlah energi yang dibebaskan tiap liter oksigen mendekati ekuivalen, tanpa memeprhatikan jenis makanan yang dimetabolisme. Untuk diet rata-rata, jumlah energi yang dibebaskan tiap liter oksigen yang dipakai di dalam tubuh rata-rata mendekati 4,825 Kalori. Ini disebut ekuivalen energi dari oksigen; dengan memakai ekuivalen energi ini, seseorang dapat menghitung dengan tepat kecepatan pembebasan panas tubuh dari jumlah oksigen yang dipakai dalam suatu waktu.

KECEPATAN METABOLISME BASAL (BMR)

Ketika seseorang benar-benar dalam keadaan beristirahat, sejumlah energi tetap dibutuhkan untuk mengerjakan seluruh reaksi kimia tubuh. Tingkat energi minimum yang diperlukan untuk bertahan hidup tersebut dinamakan kecepatan metabolik basal (BMR) dan mencakup sekitar 50 sampai 70 persen dari energi harian yang dipakai pada kebanyakan individu yang tidak aktif (sedentary). Karena tingkat aktivitas fisik sangat bervariasi di antara individu yang berbeda, pengukuran BMR dapat berfungsi sebagai perangkat yang berguna dalam membandingkan kecepatan metabolisme seseorang dengan orang lain. Metode yang biasa digunakan untuk menentukan BMR adalah dengan mengukur kecepatan penggunaan oksigen selama waktu yang ditentukan di bawah kondisi-kondisi berikut: 1. Seseorang tidak boleh makan paling sedikit 12 jam terakhir. 2. Kecepatan metabolisme basal ditentukan setelah tidur penuh semalaman. 3. Tidak melakukan pekerjaan berat selama setidaknya 1 jam sebelum pengujian. 4. Semua faktor fisik dan psikis yang menimbulkan rangsangan harus dihilangkan. 5. Suhu kamar harus nyaman dan berkisar antara 68oF dan 80oF. 6. Selama pengujian, tidak diijinkan melakukan aktivitas fisik apapun.

Nilai BMR normalnya berkisar antara 65 sampai 70 Kalori per jam pada laki-laki kebanyakan yang berat badannya 70 kilogram. Walaupun kebanyakan BMR terpakai dalam aktivitas esensial sistem saraf pusat, jantung, ginjal, dan organ lainnya, variasi dalam BMR di antara individu yang berbeda terutama terkait pada perbedaan jumlah otot rangka dan ukuran tubuh. PEMERIKSAAN BMR Alat yang diperlukan: Spirometer Aika Benadist dengan Oksigen Kapas Alkohol 70% Tinta aparker merah Kertas

perlengkapannya Termometer klinik Sphygmomanometer Stetoskop

Perekat Barometer Stopwatch

Nomogram Termometer bola basah dan bola kering

Tata kerja pemeriksaan BMR yaitu: 1. Catatlah umur, jenis kelamin, suku bangsa, tinggi badan, dan berat badan orang percobaan. Jangan lupa mencatat suhu spirometer dan tekanan barometer untuk koreksi nilai. Sambil menunggu selama percobaan berlangsung nanti, tentukan luas tubuh orang percobaan dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan dengan Nomogram atau tabel Aub & Dubuis. 2. Suruhlah orang percobaan berbaring telentang dengan tenang sekurang-kurangnya 30 menit. Pada masa istirahat ini tetapkan suhu tubuh, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, tekanan darah, dan keadaan jiwa orang percobaan. 3. Sambil menunggu orang percobaan beristirahat, siapkanlah spirometernya: Isilah spirometer dengan oksigen. Jangan lupa membuka kran spirometer sebelum mengisi oksigen dan menutupnya kembali setelah selesai. Isilah penulisnya dengan tinta yang telah tersedia. Pasanglah kertas pada tromol pencatat. Hubungkan spirometer dengan arus listrik (120 V). Periksa apakah tromol pencatat berjalan dengan baik dengan cara memutar pengatur kecepatan pada 32 mm/menit. Siapkan mouth piece (pipa mulut) yang sudah dimasak atau dibersihkan dengan alkohol 70%. 4. Setelah masa istirahat 30 menit berakhir, hubungkan orang percobaan dengan spirometer melalui pipa mulut, kemudian jepitlah hidungnya dengan penjepit hidung. 5. Biarkan orang percobaan membiasakan diri bernapas dalam keadaan demikian untuk beberapa waktu. 6. Bila telah terlihat pernapasan teratur, jalankanlah tromol pencatat dengan kecepatan 32 mm/menit, kemudian putarlah kran spirometer searah jarum jam sehingga orang percobaan mulai bernapas melalui spirometer.

7. Teruskan percobaan ini sampai didapatkan kurva pernapasan yang baik dan teratur selama 6 menit, kemudian hentikan pencatatan. 8. Pada permulaan, pertengahan, dan akhir percobaan catatlah selalu frekuensi nadi orang percobaan. Fluktuasi dari nadi yang terlampau besar menunjukkan bahwa orang percobaan tidak dalam keadaan tenang, sehingga perlu diulangi lagi. 9. Bila pencatatan telah selesai, lepaskan pipa mulut dan bersihkan semua alat, kemudian lepaskan spirogram yang didapatkan. 10. Hitung taraf metabolisme basal dari kurva dan data yang didaptkan dengan cara melakukan tindakan di bawah ini:

Hitunglah penggunaan oksigen orang percobaan selama 1 jam. T.Grafik x 20,73 x 60/ W (mnt) KONS. O2 ( Lt./ JAM ) = S.A ( m )

Hitunglah besar metabolisme basal per meter persegi luas permukaan tubuh. BM CALCULATED = KONSUMSI O2 X GAS FAKTOR.

Hitunglah persentase BMR orang percobaan dengan membandingkan hasil sebelumnya dengan BMR standar orang percobaan. BMR = BM Calculated - BM Standart x 100%

BM. Standart Normal : -15 % s/d +15 %.

Kebutuhan kalori 24 jam = T.grafik x 20,73 x 60/w x gas faktor

4. Mahasiswa mampu menjelaskan hormon-hormon yang mempengaruhi proses anabolisme dan katabolime Hormone TIROID meningkat : kecepatan metabolisme meningkat 50-100 % diatas normal Hormon tiroid membutuhkan unsur yodium untuk aktivitas biologiknya. Tiroglobulin adalah prekusor T4 dan T3 dengan berat molekul 660.000. Karbohidrat menanggung 8- 10 % berat tiroglobulin dan yodium 0,2- 1%. 70 % yodium dalam tiroglobulin terdapat dalam prekusor inaktif yaitu monoiodotirosin(MIT) dan diiodotirosin(DIT) sedangkan 30 % ada dalam residu iodotironil T4 dan T3. Tiroglobulin terdiri atas 2 subunit yang berisi 115 residu tirosin. Jalan fisik metabolisme tiroid ada 2 arah : Disintesis dari bagian basal sel ke ke arah lumen Disimpan dalam koloid ekstra sel dan masuk kembali ke dalam sel dan bergerak ke arah basal selama hidrolisis menjadi hormon T3 dan T4 yang aktif. Asam amino untuk sintesis tiroglobulin membran basal RE tiroglobulin

Penambahan karbohidrat dari cisterna sampai Aparatus golgi (polimerisasi) Vesikel golgi hingga membran apeks sel tiroglobulin disekresi ke lumen folikel protease dan peptida asam T3 dan T4 dilepas ke bagian basal sel

Perangsangan tiroid oleh TSH (atau cAMP) amino hidrolisis tiroglobulin menjadi asam amino Fungsi metabolik hormon tiroid :

1. Meningkatkan konsumsi O2 (terihat pada semua organ kecuali otak, gonad, sistem retikuloendotelial). T4 dapat memecah fosforilasi oksidatif 2. Meningkatkan fungsi pompa Na K ATP-ase dengan menambah jumlah pompa 3. Menginduksi protein melalui mekanisme transkripsi gen yang bertambah T3 menambah sintesis protein umum dan menyebabkan keseimbangan nitrogen positif

Hormone tiroid menurun : metabolisme menurun 40-60% dari normal Tiroksin : meningkat reaksi kimia pada sel tubuh. Menyebabkan metabolisme meningkat. Adaptasi kelenjar tiroid : pada iklim dingin meningkat, pada musim panas menurun sekresi.

Hormon GLUKOKORTIKOID

a) Hormon ini dapat menambah produksi glukosa hati dengan cara : 1. Meningkatkan kecepatan glukoneogenesis 2. Melepas asam amino, substrat glukoneogenik dari jaringan tepi seperti sel otot dan limfoid melalui aksi katabolik 3. Mengizinkan hormon lain untuk merangsang proses metabolisme kunci termasuk glukoneogenesis dengan efisiensi maksimal. b) Glukokortikoid dapat meningkatkan penyimpanan glikogen dalam hati dengan menambah konversi glikogen sintase dari bentuk nonaktif menjadi aktif c) Menambah lipolisis pada bagian badan dan daerah lain jika bertambah jumlah glukokortikoid (penurunan produksi gliserol). Adanya peningkatan asam lemak bebas

plasma bergabung dengan peningkatan konversinya menjadi keton(mempermudah ketosis) d) Punya efek anabolik terhadap metabolisme RNA dan protein dalam hati (perangsangan

produk gen yang spesifik, peningkatan yang sesuai dalam kecepatan sintesis protein spesifik). e) Glukokortikoid mempengaruhi respon proliferasi limfosit terhadap antigen dan sejumlah kecil terhadap mitogen. f) menekan respon peradangan dengan meningkatkan pelepasan leukosit berinti banyak dari sum sum tulang dan menghambat penumpukan leukosit pada tempat peradangan menyebabkan zat yang terlibat dalam respon peradangan selain itu efek lain yang bisa ditimbulkan oleh hormon glukokortikoid : 1) Pemeliharaan tekanan darah normal dan cardiac output. 2) Dapat menghambat ADH, menaikkan tekanan darah, menambah retensi Na dan menyebabkan ekskresi K. 3) Mengurangi penyerapan Ca di usus, menghambat reabsorpsi Ca oleh ginjal, dan menambah pergerakan Ca dari ekstra sel ke dalam sel. 4) Menghambat replikasi sel dan fungsi tulang dan memperkuat efek PTH pada tulang. 5) Memperkuat efek beberapa hormon lain dalam pada proses biologik. Sebagai contoh glukoneogenesis(glukagon, glikogenesis(insulin), epinefrin), glikogenolisis(epinerin, GH, epinefrin), dan glikagon), fungsi

lipolisis(ACTH,

kardiovaskuler(katekolamin). 6) Lebih langsung terlibat dalam respon terhadap stress mendadak Hormon INSULIN Merupakan hormon anabolik utama. Hormon ini berfungsi :

Mendorong penyimpanan glikogen di hati dan di otot, sintesis asam lemak dan triasilgliserol serta penyimpanannya di jaringan adiposa.

Merangsang sintesis lebih dari 50 jenis protein di berbagai jaringan

Hormon GLUKAGON(kontrainsular) Kerja utama glukagon adalah mobilisasi cadangan bahan bakar dengan merangsang

glikogenolisis, glukoneogenesis, dan ketogenensis dengan merangsang pembentukan cAMP di dalam sel sasaran(di hati lebih dominan). Hormon ini disintesis dari proglukagon. Di pankreas, proglukagon mengalami pemutusan untuk menghasilkan glukagon yang membentuk 30 - 40% glukagon imunoreaktif dalam darah. Hormon SOMATOSTATIN Hormon ini menghambat pengeluaran insulin dan growth hormone yang dapat ditemukan pada hipotalamus, sel D pulau langerhans, sel lambung, duodenum, dan sel darah. Fungsi : Menurunkan penyerapan zat gizi dari usus dengan memperlama masa pengosongan lambung Menurunkan sekresi gastrin dan asam lambung Menurunkan aliran darah splanknik.

Hormon KATEKOLAMIN( Epinefrin, Norepinefrin, Dopamin) Adalah produk sekresi sistem simpatoadrenal yang diperlukan agar tubuh dapat beradaptasi dengan berbagai stress akut dan kronik. Hormon ini melawan kerja insulin dan menimbulkan efek metabolik yang ditujukan untuk mobilisasi bahan bakar dari tempat penyimpanan untuk oksidasi oleh sel selama stress akut maupun kronik. Selain itu hormon ini meningkatkan curah jantung dan tekanan darah sistemik

yaitu perubahan haemodinamik yang mempermudah penyaluran bahan bakar ke jaringan yang aktif selama metabolik. Hormone KELAMIN PRIA : testeron, meningkat metabolism 10-15% Hormone KELAMIN WANITA : meningkat sedikit tapi tidak bermakna Hormone PERTUMBUHAN meningkat kecepatan 15-20% akibat rangsangan langsung pada metabolism seluler.

DAFTAR PUSTAKA

(1). Guyton, C. Arthur and John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. (2). Kuliah pengantar dr. Izwar Wahab Minggu 3 tahun 2010. (3). Penuntun Praktikum Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. (4). Marks, Dawn B, Allan D. Marks, and Coleen M. Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai