Anda di halaman 1dari 10

Hanya 4 Bank yang Kuasai Jaringan ATM

JAKARTA, KOMPAS.com Bank Indone- tercatat dilakukan keempat bank tersebut. Hingga sia menyebutkan hanya empat bank besar di akhir kuartal I-2013, jumlah jaringan ATM yang Indonesia yang menguasai jaringan anjungan dimiliki BRI tercatat 14.397 unit, BCA 12.026 tunai mandiri (ATM). Catatan BI mendapatkan unit, Bank Mandiri 10.986 unit, dan BNI 8.279 bersama empat bank besar ini hanya dua bank unit. lain yang masih mengembangkan jaringan ATM dalam skala besar dan berkelanSaat ini, di Indonesia, terdapat empat jutan. bank pemerintah, 31 bank swasta nasional devisa, 24 bank "Empat bank besar itu swasta nasional nonmenguasai hampir devisa, 26 bank dua pertiga pembangunan total ATM daerah (BPD), di Tanah 14 bank camAir," kata puran, 10 bank Direktur Ekasing, 11 bank sekutif Akuntsyariah atau unit ing dan Sistem syariah, dan sekitar Pembayaran BI 1.655 bank perkredBoedi Armanto, itan rakyat (BPR). Senin (6/5/2013). Setiap bank terseKeempat bank itu but juga memiliki adalah Bank Rakyat layanan ATM, tetapi Indonesia, Bank kebanyakan bekerja Central Asia, Bank sama dengan peruMandiri, dan sahaan jasa jarinBNI. gan (switching) ATM tertentu. Budi mengatakan, pada rentang 1998 sampai 2011, hanya enam bank yang secara kontinu melakukan investasi terminal ATM dengan mesin ATM di atas 2.000 unit. Namun, pertumbuhan jaringan ATM paling pesat hanya Bank Indonesia (BI) mendorong semua perusahaan penyedia jaringan anjungan tunai mandiri atau ATM (switching) agar bisa melakukan interkoneksi. Hal ini akan memudahkan nasabah melakukan transaksi khususnya transfer antarbank yang sampai saat ini masih dibatasi. Fakta tersebut, menurut Budi, merupakan alasan BI mendorong segera terealisasinya sistem interoperabilitas atau interkoneksi antar-jaringan ATM tersebut. Minimal tahun ini bisa digunakan untuk layanan transfer, ujar dia. Penandatanganan kerja sama interkoneksi antar-ATM akan dilakukan pagi ini, Senin (6/5/2013). Namun, realisasi dari kerja sama tersebut baru akan terealisasi pada Juli 2013. Sampai kini, ada tiga perusahaan switching besar yang ada di Indonesia. Mereka, yaitu PT Artajasa Pembayaran Elektronis (ATM Bersama), PT Rintis Sejatera (ATM Prima), dan PT Daya Network Lestari (ATM Alto). Satu lagi, perusahaan switching milik bank milik pemerintah yaitu PT Sigma Cipta Caraka (ATM Link). Dari ketiga perusahaan switching besar itu, belum semuanya bisa terhubung satu dengan yang lain. Akibatnya, untuk melakukan transfer antarbank di ATM belum bisa dilakukan, khususnya bank pemerintah ke bank swasta.

Kini Transfer ke Semua Bank Bisa di ATM

Contohnya saja, baru di awal tahun ini, transfer antarbank dari BCA ke Mandiri baru bisa dilakukan. Sebelumnya layanan transfer ini belum bisa. Begitu juga perbankan pemerintah seperti BNI, BRI, dan BTN juga belum bisa melakukan transfer ke BCA. Namun sebentar lagi, transfer ke semua bank mana pun di Indonesia bisa dilakukan. Direktur Eksekutif Akunting dan Sistem Pembayaran BI Boedi Armanto mengatakan, dengan penyatuan sistem interkoneksi antar perusahaan switching ini nasabah tiap-tiap bank akan semakin terbantu dalam bertransaksi di perbankan, khususnya melalui ATM. "Nantinya, ATM ini tidak hanya berfungsi sebagai teller yang hanya bisa mengambil uang saja, tapi juga transfer antarbank," kata Budi di Jakarta, Senin (6/5/2013). Berdasarkan data BI yang diambil dari perusahaan switching, perbandingan jumlah transaksi tunai dan transfer di tiga perusahaan switching masih didominasi oleh transaksi transfer. Di jaringan ATM Alto saja, perbandingannya sudah 26 persen dan 74 persen. Sementara di jaringan ATM Bersama, perbandingannya sudah 30 persen dan 70 persen. Adapun di jaringan ATM Prima sudah 14 persen dan 84 persen. "Artinya masyarakat lebih suka menggunakan ATM sebagai media untuk transfer ke antarbank maupun interbank," tambahnya. Selain bermanfaat bagi nasabah sendiri, dengan penyatuan sistem jaringan ATM ini tentu saja akan meningkatkan transaksi tunai maupun nontunai di ATM. Harapannya, perbankan juga bisa meningkatkan pendapatan nonbunga (fee based income) dari transaksi tersebut. Di sisi lain, pihak perbankan sendiri juga bisa mengurangi biaya-biaya baik pendirian ATM baru atau pun harus bekerja sama dengan perusahaan switching tertentu. Perbankan juga bisa mengoptimalkan mesin ATM yang ada, sehingga tidak perlu menambah mesin ATM baru untuk menuju interkoneksi ini. "Selain biaya bisa ditekan, efisiensi bank makin meningkat. Akhirnya kita bisa bersaing dengan bank asing," tambahnya. Pelaksanaan proses interkoneksi jaringan ATM ini telah dilakukan sejak Januari 2010 lalu. Namun baru akhir tahun 2012 ini, perusahaan switching dan pihak perbankan akhirnya mau bersepakat membentuk interkoneksi sistem antarjaringan di ATM. Saat ini uji coba pengembangan hampir semuanya rampung dan dapat dipastikan dalam dua bulan ke depan ini pengujian akhir bisa segera selesai. "Juli nanti harus bisa terealisasi," tambahnya. Pemilihan waktu Juli sebagai waktu yang tepat untuk interkoneksi ini disebabkan karena saat itu masyarakat sudah masuk bulan puasa, menyambut lebaran, dan sekaligus liburan sekolah. "Tentu saja transaksi akan besar di waktu itu," katanya. Bank Indonesia menjamin bahwa biaya transaksi untuk transfer antarbank ini akan memiliki biaya yang sama dengan biaya transfer antarbank saat ini yaitu sekitar Rp 5.000 per transaksi.

Anda mungkin juga menyukai