Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN

BUKTI AUDIT
DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 9

NAMA

JULI ANGGRAINI ANISTYA PUTRI RIYANTI SYARISTA SITI SAKDIAH EVA SANTY

100503151 100503154 100503159 100503168

Universitas Sumatera Utara Medan 2012

BAB I PENDAHULUAN
Pemeriksaan adalah suatu proses sistematik yang dilakukan oleh orang yang independen untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai sejumlah informasi yang berhubungan dengan kesatuan ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara sejumlah informasi tersebut dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan. Sebagai dasar untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksanya, akuntan publik harus mengumpulkan bukti-bukti dalam pemeriksaannya. Meskipun catatan kwitansi menyediakan bukti pemeriksaan yang cukup untuk mendukung pendapat anditor, namun catatan tersebut bukan satu-satunya bukti pemeriksaan yang dikumpulkan oleh auditor. Pengumpulan bukti pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap aktiva, wawancara, serta melalui berbagai sumber di luar pemeriksaan klien. Standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Ukuran keabsahan bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Ketepatan sasaran, objektivitas, ketepatan waktu dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.

BAB II ISI BUKTI AUDIT


Pengertian Bukti Bukti adalah sesuatu yg menyatakan kebenaran suatu peristiwa Pengertian Audit Audit adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk meyakinkan tingkat kesesuaian antara suatu kondisi yang menyangkut kegiatan dari suatu entitas dengan kriterianya, dilakukan oleh auditor yang kompeten dan independen dengan mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti pendukungnya secara sistematis, analitis, kritis dan selektif guna memberikan pendapat atau simpulan dan rekomendasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sehingga definisi dari bukti audit tersebut adalah segala informasi yang mendukung kebenaran data yang disajikan dalam laporan keuangan , yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya , yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut

TUJUAN AUDIT
Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran , dalam semua hal yang material , posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini , auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup , auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Di samping itu pilihan akan bukti audit dipengaruhi oleh : 1. 2. 3. 4. Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien. Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan catatan klien. Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan. Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian.

Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut , auditor akan dapat mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun , dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut. Tujuan spesifik audit lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pos pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen.

Asersi Manajemen dalam Laporan Keuangan SA Seksi 326 paragraf 03 menyebutkan berbagai asersi yang terkandung dalam laporan keuangan . Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan . Pernyataan tersebut dapat bersifat implicit atau eksplisit. Sebagai contoh , di dalam Neraca PT AB tanggal 31 Desember 2011 dicantumkan akun kas sebesar Rp 50.535.000.000 . Dalam melaporkan akun kas tersebut , manajemen membuat dua asersi eksplisit berikut ini : 1. Bahwa kas tersebut benar- benar ada pada tanggal 31 Desember 2011, dan 2. Bahwa jumlah kas tersebut yang benar adalah sebesar Rp 50.535.000.000 . Di samping dua asersi eksplisit tersebut , manajemen juga membuat asersi implicit berikut ini : 1. Bahwa semua kas yang seharusnya dilaporkan telah dimasukkan dalam jumkah tersebut. 2. Bahwa semua kas yang dilaporkan dimiliki oleh PT ABC pada tanggal 31 Desember 2011 tersebut 3. Bahwa tidak ada batasan apapun terhadap penggunan kas yang dilaporkan terseb Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklarifikasikan berdasarkan penggolongan besar berikut ini : a. b. c. d. e. Keberadaan atau keterjadian ( existence or occurrence ) Kelengkapan ( completeness ) Hak dan Kewajiban ( right and obligation ) Penilaian ( valuation ) atau alokasi Penyajian dan pengungkapan ( presentation and disclosure )

Asersi Keberadaan dan Keterjadian Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang entitas ada pada tangal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu . Sebagai contoh , manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual pada tnggal neraca Begitu pula, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba- rugi menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain ( misalnya piutang usaha ) dengan cusyomer selama periode tertentu. Asersi Kelengkapan Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan . Sebagai contoh , manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barangg dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan . Demikian pula , manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraa telah mencakup semua kewajiban perusahaan kepada pemasok pada tanggal neraca tersebut.

Asersi Hak dan Kewajiban Asersi tentang hak dan kewajiban berlangsung dengan apakah aktia merupakan hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu . Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (lease ) yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai pemerolehan hak perusahaan atas kekayaan yang disewa- guna-usahakan (leased) dan utang sewa guna usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban perusahaan pada tanggal neraca tersebut . Asersi Penilaian atau Alokasi Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen- komponen aktiva , kewajiban , pendapatan, dan biaya sudah dicntumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh , manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan kas pemerolehannya ( acquisition cost ) dan kas pemerolehan tersebut secara sitematik dialokasikan ke dalam periode- periode akuntansi yang semestinya. Daikian pula, manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercatum di neraca dinyatkan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasi ( net realizable value ) pada tanggal neraa tersebut . Asersi Penyajian dan Pengungkapan Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen- komponen tertentu laporan keuangan diklarifikasikan , dijelaskan , dan diungkapnkan semestinya . Misalnya , manajemen membuat asersi bahwa kewajiban yang diklarifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraa tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun . Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba- rugi diklarifikasikan dan diungkapkan semesinya.

ASERSI MANAJEMEN DAN TUJUAN AUDIT


Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar , dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Karena kewajaran laporan keuangan sangat ditentukan integritas berbagai asersi manajemen terkandung dalam laporan keuangan , maka hubungan anata asersi manajemen dengan tujuan umum audit dapat dilukiskan pada gambar berikut ini . Tujuan umum audit dibawah ini , merupakan titik awal untuk mengembangkan tujuan khusus audit . Asersi Manajemen Keberadaan atau keterjadian Tujuan Umum Audit Aktiva dan kewajiban ada pada tanggal tertentu, dan transaksi pendapatan dan biaya terjadi dalam periode tertentu Semua transaksi dan akun yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan Aktiva adalah hak entitas dan utang adalah kewajiban entitas pada tanggal tertentu Komponen aktiva, kewajiban , pendapatan , dan biaya telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya

Kelengkapan Hak dan Kewajiban Penilaian atau alokasi

Penyajian dan pengungkapan

Komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan , digambarkan , dan diungkapkan secara semestinya.

Gambar di bawah ii menggambarkan tujuan khusus audit terhadap kas yang dikembangkan berdasarkan tujuan umum audit Asersi Manajemen Keberadaan atau keterjadian Tujuan Khusus Audit terhadap Kas Kas di bank, dana kas kecil , las yang belum disetor ke bank, dan unsure kas lain yang disajikan sebagi kas dalam neraca ada pada tanggal neraca Kas yang disajikan dalam neraca menakup semua dana kas kecil , kas yang belum disetor ke bank , dan semua kas yang ada di tangan , serta saldo kas yang ada di bank yang tidak dibatasi pemakaiannya Semua unsure yang dimasukkan ke dalam kas dimiliki oleh entitas pada tanggal neraca Semua unsur yang dimasukkan dalam kas telah dijumlah secara benar Jurnal penerimaan dan pengeluaran kas secara matematik benar dan telah dibukukan dengan semestinya ke dalam akun buku besar yang bersangkutan. Kas di tangan telah dihitung dengan benar Kas di bank telah direkonsiliasi dengan catatan akuntansi Semua unsure yang dimasukkan ke dalam kas tidak dibatasi penggunaannya dan disediakan untuk operasi entitas Pengungkapan yang diwajibkan telah dipenuhi

Kelengkapan

Hak dan Kewajiban Penilaian atau alokasi

Penyajian dan pengungkapan

STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN KETIGA


Pembahasan tentang bukti audit ini didasarkan atas standar pekerjaan lapangan ketiga yang berbunyi : Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi , pengamatan , permintaan , keterangan , dan konfirmasi sebagai dasar uang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Ada empat kata penting dalam standar tersebut yang perlu dijelaskan , yaitu 1. Bukti

2. Cukup 3. Kompeten 4. Sebagai dasar yang layak Bukti Audit Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka- angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan , yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya . Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari : data akuntansi dan semua informasi penguat ( corroborating information ) yang tersedia bagi auditor. Data Akuntansi Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi. Jurnal , buku besar , dan buku pembantu , serta buku pedoman akuntansi , memorandum , dan catatan tidak resmi , seperti daftar lembaran kerja ( worksheet ) yang mendukung alokasi biaya , perhitungan , dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup suatu laporan keuangan ; di pihak lain , tanpa dilandasi oleh kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan tidak akan terjamin. Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan (1) menganalisis dan me- review , (2) menelusuri kembali langkah- langkah prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi dan dalam proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang bersangkutan ,(3) menghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah- jumlah yang berhubungan dengan penerpan informasi yang sama . Dalam suatu sitem akuntansi yang dirancang dan diselenggarakan dengan baik , akan terdapat konsisten intern . Konsistensi ini dapat ditemukan melalui prosedur yang menghasilkan bkti bahwa laporan keuangan meyajikan secara wajar , dalam semua hal yang material , posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia. Informasi Penguat Tipe bukti audit lain yang dikumpulkan oleh auditor sebagai dasar pernyataan pendapatnya atas laporan keuangan adalah informasi penguat . Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek , faktur, surat kontrak , notulen rapat , konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui. Informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan , pengamatan , inspeksi , dan pemeriksaan fisik ; serta informasi lain dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat . Dokumen yang relevan yang menunjang pencatatan dalam akun- akun dan asersi dalam laporan keuangan , biasanya disimpan dalam arsip perusahaan dan tersedia bagi auditor untuk diaudit. Baik di dalam maupun di luar organisasi perusahaan dan terdapat orang orang yang berpengetahuan cukup, yang dapat dimintai keterangan oleh auditor independen. Aktiva yang mempunyai wujud fisik dapat diinspeksi oleh auditor untuk membuktikan asersi tentang keberadaannya. Kegiatan pegawai perusahaan dapat diamati untuk membuktikan asersi keterjadian suatu transaksi . Berdasarkan atas kondisi atau keadaan tertentu yang diamati oleh auditor, misalnya tingkat risiko pengendalian yang rendah , ia dapat sampai pada kesimpulan tentang keabsahan berbagai asersi dalam laporan keuangan. Cukup atau Tidaknya Bukti Audit

Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor. Dalam penentuan ukup atau tidaknya jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor, pertimbangan professional auditor memegang peranan yang penting . Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah : a. Materialitas dan risiko b. Faktor ekonomi c. Ukuran dan karakteristik populasi Materialitas dan Risiko Secara umum, untuk akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan diperlukan jumlah bukti audit yang lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo tidak material. Dengan demikian, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor dalam memeriksa sediaan di perusahaan manufaktur akan lebih banyak bila dibandingkan dengen bukti aduti yang dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap surat berharga. Untuk akun yang memiliki kemungkinan tinggi untuk disajikan salah dalam laporan keuangan , jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang memiliki kemungkinan kecil untuk salah disajikan dalam laporan keuangan. Karena penyajian sediaan dalam neraca memerlukan penentuan data kuantitas sediaan dan nilai sediaan pada tanggal neraca, risiko salah saji sediaan dalam neraca lebih tinggi bila dibandingkan dengan risiko salah saji tanah . Faktor Ekonomi Pengumpulan bukti audit yang dilakukan oleh auditor dibatasi oleh dua faktor waktu dan biaya . Auditor harus mempertimbangkan faktor ekonomi did alam menetukan jumlah dan kompetensi bukti audit yang dikumpulkan , Jika dengan memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan yag sama tingginya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, auditor memilih untuk memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit berdasrakna pertimbangan ekonomi biaya dan manfaat . ( cost and benefit ) Ukuran dan Karakteristik Populasi Dalam pemeriksaan atas unsur - unsur tertentu laporan keuangan , auditor seringkali menggunakan sampling audit . Dalam sampling audit , auditor memilih secara acak sebagian anggota populasi untuk diperiksa karakteristiknya . Umumnya, semakin besar populasi , semakin banyak jumlah bukti audit yang diperiksa oleh auditor. Karakteristik populasi ditentukan oleh homogeitas anggota populasi . Jika auditor menghadapi populasi dengan anggota yang homogeny , jumlah ukti audit yang dipilih dari populasi tersebut lebih kecil dibandingkan dengan populasi yang beranggotakan hiterogen . Kompetensi Bukti Audit Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan informasi penguat.

Kompetensi Data Akuntansi Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan akuntansi dan bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Sebaliknya,pengendalian klien yang lemah seringkali tidak dapat mencegah atau mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam proses akuntansi. Kompetensi Informasi Penguat Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini: a. Relevansi. Faktor relevansi berarti bahwa bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. Jika tujuan audit adalah untuk menentukan eksistensi sediaan yang dicantumkan oleh klien dalam neraca,auditor harus memperoleh bukti dengan melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang dilaksanakan oleh klien. Namun, bukti audit tersebut tidak akan relevan dengan tujuan audit lain,seperti untuk menentukan kepemilikan (asersi hak dan kewajiban) serta asersi penilaian (asesri penilaian atau lokasi) sediaan. b. Sumber. Bukti audit yang berasal dari sumber diluar organisasi klien pada umumnya merupakan bukti yang kompetensinya dianggap tinggi. Dalam audit,auditor dapat memperoleh informasi secara langsung dengan cara pemeriksaan tangan pertama,pengamatan,dan perhitungan sendiri yang dilakukan oleh auditor tersebut. Auditor juga melakukan pemeriksaan secara tidak langsung,yaitu dengan mengumpulkan informasi tangan kedua. Bukti audit yang diperoleh dengan cara pertama relative lebih tinggi tingkat kompetensinya bila dibandingkan dengan bukti audit yang dikumpulkan dengan cara kedua. c. Ketepatan waktu. Ketepatan waktu berkaitan dengan tanggal berlakuknya bukti yang diperoleh auditor. Ketepatan waktu pemerolehan bukti audit sangat penting dalam memverifikasi aktiva lancar,utang lancer,dan saldo akan laba-rugi yang bersangkutan. Untuk akun-akun yang berkaitan dengan aktiva lancar,utang lancar,dan akun laba-rugi yang bersangkutan,auditor harus memperoleh bukti bahwa klien telah melakukan pisah batas semestinya (proper cutoff) transaksi kas,penjualan dan pembelian pada tanggal neraca. Pemerolehan bukti ini akan mudah dilakukan jika auditor menerapkan prosedur audit pada atau mendekati tanggal neraca. Demikian pula bukti audit yang diperoleh dan perhitungan fisik terhadap kas dan surat berharga yang ada di tangan klien pada tanggal neraca dibandingkan bila bukti tersebut diperoleh auditor pada tanggal lain. d. Objektivitas. Bukti yang bersifat umumnya dianggap lebih andal dibandingkan dengan bukti yang bersifat subjektif. Sebagai contoh,bukti tentang eksistensi aktiva tetap berwujud akan lebih kompeten biladiperoleh melalui inspeksi fisik,karena secara objektif bukti tersebut lebih konklusif. Bukti yang diperoleh dari pihak luar entitas yang diaudit dipandang lebih bersifat objektif dibandingkan dengan bukti yang hanya bersumber dari klien. Bukti yang mendukung estimasi manajemen tentang keusangan sediaan dan jaminan purna jual produk merupakan bukti yang subjektif sifatnya. Dalam menghadapi bukti yang bersifat subjektif ini,auditor harus 1. Mempertimbangkan kompetensi dan integritas karyawan yang diberi wewenang untuk melakukan estimasi dan, 2. Menilai apakah proses pengambilan keputusan yang semestinya telah dilakukan oleh klien dalam mempertimbangkan estimasi tersebut.

Bukti Audit sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor Kata penting yang terdapat dalam standar pekerjaan lapangan ketiga adalah sebagai dasar yang layak untuk menyatakan ataslaporan keuangan yang diaudit. standar pekerjaan lapangan ketiga ini tidak mengharuskan auditor untuk menjadikan bukti audit yang dikumpulkannya sebagai suatu dasar yang absolute bagi pendapat yang dinyatakan atas laporan keuangan auditan. Dasar yang layak dengan tingkat keyakinan secara keseluruhan yang diperlukan auditor untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Pertimbangan auditor tentang kelayakan buku audit yang dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini: 1. Pertimbangan profesional Pertimbangan profesional merupakan salah satu faktor yang menentukan keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indunosia berisi persyaratan tentang bukti audit dan memberika panduan tentang cara yang harus ditempuh oleh auditor untuk memenuhi persyaratan tersebut. Auditor diharuskan memberikan alas an setiap penyimpangan dari Pernyataan Standar Auditing. 2. Integritas Manajemen Manajemen bertanggung jawab atas asersi yang tercantum dalam laporan keuangan. Manajemen juga berada dalam posisi mengendalikan sebagian besar bukti penguat dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan. Oleh karena itu,auditor akan meminta bukti kompeten jika terdapat kerguan terhadap integritas manajemen. 3. Kepemilikan Publik Versus Terbatas Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam audit atas laporan keuangan perusahaan public (misalnya PT yang go public) dibandingkan dengan audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh kalangan terbatas (misalnya PT Tertutup). Hal ini disebabkan karena dalam audit ats laporan keuangan perusahaan public,laporan audit digunakan oleh pemakai dari kalangan lebih luas,dan pemakai laporan audit tersebut hanya mengandalkan pengambilan keputusan investasinya terutama atas laporan keuangan auditan. 4. Kondisi Keuangan Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan proses kebangkrutan, pihakpihak yang berkepentingan seperti kreditur,akan meletakkan kesalahan dipundak auditor,karena kegagalan auditor untuk memberikan peringatan sebelumnya mengenai memburuknya kondisi keuangan. Dalam keadaan ini,auditor harus mempertahankan pendapatnya atas laporan keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilakukan.

TIPE BUKTI AUDIT


Tipe bukti audit dapat dikelompokkan menjadi dua golongan berikut ini:

Tipe Data Akuntansi 1. Pengendalian intern 2. Catatan akuntansi Tipe informasi penguat 1. Bukti Fisik (Physical Evidence) 2. Bukti Dokumentasi (Docwnentary Evidence) 3. Bukti Matematis (Mathematical Evidence) / Perhitungan 4. Bukti Lisan (Oral Evidence) 5. Perbandingan dan ratio. 6. Bukti dari spesialis. 7. Bukti Elektronik (Electronic Evidence) 8. Pernyataan Tertulis ( Written Representations) 9. Bukti Analitis ( Analyttical Evidence ) Tipe Data Akuntansi Pengendalian Intern sebagai Bukti Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kesalahan yang timbul akan segera dan secara otomatis dapat diketahui dengan adanya pengecekan silang (cross check) dan cara-cara pembuktian (proof) yang dibentuk didalamnya. Oleh karena itu,jika auditor mengetahui bahwa klien telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakan dalam kegiatan usahanya setiap hari,hal ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Kuat atau lemahnya pengendalian intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti. Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang harus dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor. Jika pengendalian intern lemah, auditor harus mengumpulkan jumlah bukti audit yang lebih banyak. Catatan Akuntansi sebagai Bukti Jurnal,buku besar,dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan laporan keuangan. Oleh karena itu pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap suati jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan,ia akan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan demikian,catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh klien. Keandalan catatan akuntansi sebagai bukti audit tergantung pada pengendalian intern yang diterapkan dalam penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut. Sebagai contoh: 1) Jika buku pembantu dipegang oleh karyawan yang tidak memegang buku besar dan secara periodic diadakan rekonsiliasi antara buku pembantu dengan akun kontrol (controlling account) yang berkaitan dalam buku besar,dan

2) Semua jurnal umum harus mendapat persetujuan tertulis dari manajer akuntansi,maka auditor dapat mengangkat jurnal,buku besar dan buku pembantu sebagai audit yang andal,yang mendukung angka-angka dan laporan keuangan. Disamping jurnal,buku besar,dan buku pembantu,catatan akuntansi sebagai bukti audit meliputi pula,rekapitulasi biaya,penjualan dan rekapitulasi angka yang lain,daftar saldo,laporan keuangan intern dan laporan keuangan yang dibuat untuk kepentingan manajemn. Informasi Penguat Bukti Fisik Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan kas. Pemeriksaan terhadap surat berharga,piutang wesel,investasi jangka panjang dan aktiva berwujud juga memerlukan bukti fisik ini. Pemeriksaan secara fisik terhadap aktiva merupakan cara langsung untuk membuktikan kebenaran adanya aktiva tersebut. Oleh karena itu, untuk jenis aktiva tertentu, bukti fisik dianggap sebagai bukti audit yang paling andal dan bermanfaat. Pada umumnya pemeriksaan fisik aktiva merupakan cara objektif untuk menentukan kuantitas aktiva yang bersangkutan. Dalam hal tertentu pemeriksaan fisik juga merupakan metode yang bermanfaat untuk menilai kondisi dan mutu aktiva tertentu. Untuk aktiva tertentu,pemeriksaan fisik bukan merupakan bukti audit yang cukup untuk menentukan hak kepemilikan terhadap aktiva tersebut. Mobil yang digunakan oleh para manajer misalnya, mungkin bukan milik perusahaan,tetapi disewa dari perusahaan lain. Sering kali bukti fisik bukan merupakan bukti audit yang konklusif sifatnya. Sebagai contoh,kas yang ada di tangan, yang dihitung oleh auditor, terdiri dari uang dan cek yang diterima dan customer. Perhitungan kas tersebut tidak dapat memberikan jaminan bahwa semua cek dapat diuangkan pada saat disetorkan ke bank,karena kemungkinan cek tersebut kosong. Pengamatan (observasi) fisik terhadap suatu aktiva merupakan cara untuk mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa,untuk menentukan kuantitas,dan setidak-tidaknya merupakan suatu usaha untuk menentukan mutu atau keaslian kekayaan tersebut. Pengamatan fisik tidak dapat membuktikan adanya hak kepemilikan terhadap suatu aktiva. Oleh karena itu,meskipun bukti fisik merupakan hal yang penting dalam pemeriksaan terhadap aktiva, namun pada umumnya masih harus didukung oleh tipe bukti yang lain. Untuk jenis aktiva tertentu,seperti piutang masih harus didukung oleh tipe bukti audit yang lain. Untuk jenis aktiva tertentu seperti piutang usaha atau aktiva tidak berwujud,tidak mungkin bagi auditor untuk mengumpulkan bukti fisik.

Bukti Dokumenter Tipe bukti audit yang paling penting bagi auditor adalah bukti documenter. Tipe bukti ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya,bukti documenter dapat dibagi menjadi tiga golongan: 1. Bukti documenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor. 2. Bukti documenter yang dib uat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien.

3. Bukti documenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien. Dalam menilai keandalan bukti dokumen,auditor harus memperhatikan apakah dokumen tersebut dapat dengan mudah dipalsu atau dibuat oleh karyawan yang tidak jujur. Sebagai contoh,sertifikat saham yang dibuat dari kertas cetakkan dan cetakkan khusus merupakan bukti audit yang tidak mudah untuk dipalsu. Dilain pihak sertifikat wesel tagih akan mudah dibuat hanya dengan mengisi formulir standar yang telah tersedia. Mutu bukti documenter yang terbaik adalah yang dibuat oleh pihak luar yang bebas,yang dikirim langsung kepada auditor tanpa melalui tangan klien. Bukti audit ini diperoleh auditor melalui prosedur audit yang disebut konfirmasi. Konfirmasi adalah bukti penerimaan suatu jawaban tertulis dari pihak yang bebas,yang berisi verifikasi ketelitian informasi yang diminta oleh auditor. Konfirmasi termasuk bukti dokumentasi yang melibatkan jawaban langsung secara tertulis oleh pihak ke tiga atas pennintaan khusus berdasarkan fakta-fakta yang sesugguhnya. Konfirmasi yang diperoleh secara langsung oleh auditor dari pihak ke tiga yang independen, umumnya memiliki tingkat keandalan yang lebih tinggi. Akan tetapi biaya konfirmasi ini relatif cukup mahal dan kurang menyenangkan bagi pihak- pihak yang diminta . Oleh karena itu , konfirmasi ini tidak dilakukan pada setiap kesempatan . Standar pemeriksaaan mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti konfirmasi terhadapa piutang dagang apabila mungkin dan masuk diakal untuk dilaksanakan ( practical and reasonable ) . Persyaratan ini ditekankan oleh AICPA karena piutang dagang biasanya menyajikan saldo yang significant pada laporan keuangan dan konfirmasi merupakan bukti yang sangat diandalkan pada konfirmasi tersebut . Penggunaan konfirmasi untuk memperoleh informasi tergantung pada perlunya informasi yang andal dalam situasi tertentu dan tersedianya bukti alternative. Biasanya auditor tidak menggunakan konfirmasi untuk melakukan verifikasi tiap-tiap transaksi antar perusahaan secara individual,seperti transaksi penjualan,karena auditor dapat menggunakan dokumen untuk menentukan baik atau tidaknya system pencatatan informasi klien. Begitu juga dalam audit terhadap aktiva tetap,auditor jarang menggunakan konfirmasi karena aktiva tersebut dapat diverifikasi dengan pemeriksaan dokumen fisik aktiva tersebut.\ Dalam audit terhadap piutang usaha,auditor diharuskan melakukan konfirmasi dari sejumlah debitur klien. Jika hal ini dapat dilaksanakan dan jika ada alasan yang melandasi. Keharusan melakukan informasi ini di syaratkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia karena piutang yang andal untuk memverifikasi kewajaran saldo piutang usaha tersebut. Meskipun konfirmasi tidak merupakan keharusan untuk akun-akun selain piutang usaha,bukti documenter yang diperoleh dengan konfirmasi ini bermanfaat intuk memverifikasi berbagai informasi yang lain. Agar bukti dokumenter yang dihasilkan merupakan bukti audit yang andal, konfirmasi harus diawasi oleh auditor sejak saat pembuatannya sampai dengan diterimanya jawaban dari pihak yang dikonfirmasi. Jika klien mengatur pembuatan konfirmasi,pengiriman,dan penerimaan jawabannya, makan auditor akan kehilangan pengawasan terhadap konfirmasi tersebut,sehingga independensinya akan hilang dan bukti audit yang dihasilkan tidak andal. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar organisasi klien,yang diperlukan oleh auditor,umumnya disimpan dalam arsip klien. Contoh bukti ini adalah rekening Koran bank (bank statement),faktur dari penjual,sertifikat wesel tagih,order pembelian dari customer,sertifikat saham dan obligasi. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat kepercayaan terhadap jenis bukti dokumenter ini adalah apakah dokumen dokumen tersebut dapat dengan mudah diubah atau dibuat oleh karyawan dalam organisasi klien. Pada umumnya bukti audit yang berasal dari pihak luar dan disimpan

dalam arsip klien ini merupakan bukti audit yang relative lebih andal dibandingkan dengan bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien. Bagi auditor,bukti dokumenter yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekkan dari pihak luar yang bebas. Contoh bukti dokumenter ini adalah faktur penjualan,surat order pembelian,bukti pengiriman barang,laporan penerimaan barang,memo kredit dan berbagai macam dokumen yang lain. Tentu saja faktur penjualan dan surat order pembelian yang asli dikirim kepada customer atau pemasok,namun tembusan dokumen-dokumen tersebut,yang tersedia untuk auditor,tidak pernah meninggalkan organisasi klien,sehingga tidak pernah di cek kebenarannya oleh pihak luar. Kepercayaan auditor terhadap jenis yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi klien dipengaruhi oleh kekuatan pengendalian intern. Jika suatu dokumen dibuat oleh seorang karyawan dan di periksa oleh karyawan lain,serta mempunyai nomor urut tercetak dan urutan nomornya dipertanggungjawabkan,maka dokumen tersebut merupakan bukti dokumenter yang mutunya tinggi. Di pihak lain,jika pengendalian intern dalam organisasi klien lemah,auditor tidak dapat meletakkan kepercayaannya atas bukti-bukti dokumenter yang dibuat dalam organisasi tersebut,yang diperiksa oleh pihak luar. Informasi yang dikonfirmasi Aktiva 1. 2. 3. 4. Kas di bank Piutang usaha Piutang wesel Sediaan dititipkan kepada pihak luar Sebagai barang konsinyasi 5. Sediaan yang disimpan dalam gudang Pihak luar konfirmasi Diperoleh dari Bank Debitur Pembuat wesel Pihak yang dititipi barang Perusahaan pergudangan

Utang 6. Utang usaha 7. Utang wesel 8. Persekot dari customer 9. Utang hipotek 10. Utang obligasi Modal 11. Saham yang beredar Informasi lain 12. Jumlah pertanggungan asuransi 13. Utang bersyarat Kreditur Kreditur customer Kreditur Pemegang obligasi transfer agent Perusahaan asuransi Penasihat hukum perusahaan, bank,dan sebagainya. Kreditur

14. Surat berharga yang dijaminkan dalam penarikan utang

Bukti Matematis atau Perhitungan Bukti matematis berasal dari penghitungan kembali yang dilakukan oleh auditor dan membandingkannya dengan hasil perhitungan yang dibuat oleh klien. Pengecekan kembali ini dimaksudkan untuk menguji ketelitian klien dalam perhitungan matematis. Bukti matematis yang berasal dari auditor dapat diandalkan, biayanya relatif lebih murah, dan dapat dijadikan dasar bagi auditor dalam mengambil kesimpulan tentang penegasan mengenai penilaian ataupun pengalokasian Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit kuantitatif. Contoh bukti tipe audit ini adalah : 1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertical. 2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal. 3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan tariff depresiasi yang digunakan oleh klien. 4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha , laba per saham yang beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain. Bukti lisan Selama pemeriksaan, auditor menerima jawaban untuk berbagai pertanyaan yang dikemukannya kepada standard pegawai klien. Bukti lisan ini tidak dapat sangat diandalkan dengan sendirinya. Nilainya banyak tergantung kepada pengarahan anditor dalam mendapatkan bukti-bukti tersebut. Apabila bukti lisan memegang peranan penting dalam keputusan, sumber, sifat, dan tanggal diperolehnya bukti tersebut harus didokumentasikan pada kertas kerja auditor. Jika diperoleh dari pihak manajemen, auditor dapat meminta bukti lisan tersebut diperkuat dalam tulisan berupa surat pernyataan manajemen Dalam melaksanakan audit, auditor tidak berhubungan dengan angka, namun berhubungan dengan orang, terutama para manager. Oleh karena itu, dalam rangka mengumpulkan bukti audit, auditor banyak meminta keterangan secara lisan. Pemintaan keterangan secara lisan oleh auditor kepada karyawan kliennya tersebut akan menghasilkan informasi secara tertulis atau lisan. Keterangan yang diminta auditor akan meliputi masalah-masalah yang sangat luas, meliputi kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, alas an penggunaan prinsip akuntansi yang tidak diterima umum di Indonesia, kemungkinan pengumpulan piutang usaha yang sudah lama tidak tertagih dan kemungkinan adanya utang bersyarat. Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti lisan. Umumnya bukti lisan tidak cukup, tetapi bukti audit ini dapat menunjukkan situasi yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut atau pengumpulan bukti audit lain yang akan mengeluarkan bukti audit tersebut.

Bukti Spesialis Spesialis adalah seorang atas perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusu dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Contohnya adalah pengacara, insyinyur sipil dan penilai. Berbagai contoh tipe masalah yang kemungkinan menurut pertimbangan, yang memerlukan pekerjaan spesialisasi meliputi, namun tidak terbatas dalam hal-hal berikut ini : 1. Penilaian (misalnya, karya seni, obat-obatan khusus, dan reatricted securities). 2. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kauntitas yang tersedia atau kondisi (misalnya, cadangan mineral atau tumpukan bahan baku yang ada di gudang). 3. Penentuan niali yang dioeroleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus (misalnya, beberapa perhitungan actuarial). 4. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya, pengaruh potensial suatu kontrak atau dokumen hokum lainnya, atau hak atas property). Dalam audit terhadap sediaan, auditor bukan orang yang ahli dalam menentukan mutu sediaan. Begitu juga dalam hal penentuan besarnya cadangan sumber alam yang terkandung dalam tanah, auditor harus mengadakan konsultasi dengan spesialis yang sesuai, yaitu geologist. Pada umumnya spesialis yang digunakan oleh auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan persyaratan keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya berada di tangan auditor. Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh menerima begitu saja hasil-hasil penemuan spesialis tersebut. Ia harus memahami metode-metode dan asumsiasumsi yang digunakan oleh spesialis tersebut dan harus melakukan penguiian terhadap data akuntansi yang diserahkan oleh klien kepada spesialis tersebut. Auditor dapat menerima hasil penemuan spesialis tersebut sebagai bukti audit yang andal, kecuali jika menurut hasil pengujiannya menyebabkan ia berkesimpulan bahwa hasil penemuan spesialis tersebut tidak masuk akal. Jika auditor menerima hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika auditor puas dengan hasil penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut untuk mendukung alas an tidak diberikannya pendapat wajar dalam laporan auditnya. Bukti Elektronik Istilah ini dimaksudkan untuk informasi yang dihasilkan oleh alat elektronik yang digunakan oleh auditor sebagai dasar memberikan pendapat tentang penegasan. Dalam istilah ini termasuk antara lain penggunaan komputer, scannner, sensors, magnetic media, dan alat-alat elektronik lainnya yang berkaitan dengan penciptaan, manipulasi, transmisi dan penerimaan data

Pernyataan Tertulis Pernyataan tertulis (written representations) adalah pernyataan yang ditanda tangani oleh orang yang bertanggung jawab dan mengetahui mengenai sesuatu hal yang perlu ditegaskan. Jenis bukti ini dapat dibedakan dengan konfirmasi dalam hal bahwa bukti ini dapat berasal dari dalam atau dari luar perusahaan. Selain itu bukti ini mungkin lebih bersifat subjektif atau pendapat pribadi seseorang mengenai sesuatu hal daripada informasi yang sebenarnya. Auditor diharuskan oleh GAAS untuk mendapatkan pernyataan tertulis dari manajemen untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan. Pernyataan ini dapat mengungkapkan informasi yang tidak ditunjukkan dalam catatan akuntansi, seperti adanya ketidakpastian (contingencies) yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Bukti Analitis Bukti analitis adalah bukti yang diperoleh melalui perbandingan-perbandingan dan hubunganhubungan data untuk menentukan apakah saldo perkiraan yang ditunjukkan cukup masuk akal. Misalnya antara total pendapatan dengan return on assaets. Tingkat keandalan bukti analitis ini tergantung pada relevannya data yang diperbandingkan. Misalnya, jika tidak ada perubahan yang significant dari segi sifat maupun ukuran kegiatan operasi perusahaan, dan faktor-faktor lainnya dari tahun-tahun yang lain, maka suatu perbandingan historis penjualan bulanan dengan data penjualan bulanan periode sekarang dapat menghasilkan bukti analitis mengenai kewajaran total pendapatan yang dilaporkan untuk periode sekarang. Untuk perkiraan-perkiraan tertentu yang tidak materiil, mungkin hanya bukti analitis ini saja sudah cukup. Untukperkiraan-perkiraan yang lain, jenis bukti pemeriksaan yang lain dapat dikurangi bila bukti analitis menunjukkan bahwa suatu saldo perkiraan kelihatan cukup beralasan. Dalam beberapa hal, bukti analitis juga digunakan untuk memisahkan perkiraan-perkiraaan atan transaksi-transaksi yang harns diselidiki lebih lanjut untuk membantu dalam memutuskan apakah penyelidikan tambahan masih diperlukan. Misalnya, perbandingan antara jumlah biaya antara jumlah biaya reparasi tahun sekarang dengan tahun lalu dan penyelidikan perbedaan yang terjadi tmtuk menentukan penyebab kenaikan atau penurunannya Bukti analitis harus dilaksanakan pada awal pemeriksaan untuk membantu memutuskan perkiraan-perkiraan mana yang tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut dimana bukti dapat dikurangi, dan pada bagian mana yang harus dilakukan penyelidikan secara lengkap.

PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu pada audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut meliputi : inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi. Disamping auditor memakai prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut, auditor melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Prosedur audit lain tersebut

meliputi : penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan, dan scanning. Dengan demikian, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi : 1. Inspeksi 2. Pengamatan (observation) 3. Permintaan keterangan (enquiry) 4. Konfirmasi 5. Penelusuran 6. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) 7. Penghitungan 8. Scanning 9. Pelaksanaan ulang 10. Teknik audit berbantuan computer Inspeksi. melibatkan penelitian secara cermat terhadap dokumen dan catatan-catatan, serta pemeriksaan fisik terhadap sumber-sumber yang berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam pemeriksaan. Penyelidikan terhadap dokumen menyediakan suatu alat untuk mengevaluasi bukti dokumentasi. Jadi melalui inspeksi ini auditor dapat menaksir keaslian dokumen, atau mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang mungkin dilakukan. Pengamatan berhubungan dengan memperhatikan akan menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan alan proses. Kegiatan tersebut bisa merupakan proses yang rutin dari suatu jenis transaksi seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah pegawai melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebijaksanaan dan prosedur yang telah ditetapkan. . Contoh kegiatan yang biasa diamati oleh auditor dalam auditnya dalah : penghitungan fisik sediaan yang ada digudang klien, pembuatan dan persetujuan voucher, cara menyimpanan kas yang ada ditangan klien.pbjek yang diamati auditor adalah keryawan,prosedur dan proses . Selain itu anditor mungkin juga mengamati ketelitian pegawai dalam pelaksanaan persediaan fisik persediaan tahunan. Jadi dalam hal ini auditor hanya mengamati proses perhitungan fisik persediaan. Berbeda halnya dengan inspecting, auditor melakukan inspeksi atan memeriksa unsur-unsur persediaan tertentu untuk membuat penaksiran sendiri mengenai kondisi persediaan tersebut. Dari prosedur ini auditor mendapatkan sendiri pengetahuan secara langsung mengenai kegiatan perusahaan dalam bentuk bukti fisik Permintaan keterangan melibatkan pertanyaan baik lisan maupun tulisan oleh auditor. Pertanyaanpertanyaan ini dapat dibuat secara intern kepada manajemen atau pegawai klien, seperti pertanyaan tentang persediaan yang usang atau kemungkinan dapat ditagihnya piutang, atau secara eksternal menanyakan kepada pengacara yang berkaitan dengan kemungkinan hasil perkara. Pertanyaan ini menghasilkan baik bukti lisan maupun tulisan. Contoh prosedur audit adalah permintaan keterangan auditor mengenai tingkat keusangan sediaan yang ada di gudang, permintaan keterangan diajukan kepada penasehat hokum klien mengenai kemungkinan keputusan perkara pengadilan yang sedang ditangani oleh penasehat hukum tersebut.

Konfirmasi. adalah bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak luar yang independen. Dalam kasus ,yang biasa, klien membuat permohonan kepada pihak luar secara tertulis, tetapi untuk tujuan pengawasan, jawabannya dikirim langsung kepada auditor. Prosedur pemeriksaan ini menghasilkan bukti konfirmasi. Penelusuran. Dalam tracing, auditor (1) memilih dokumen yang dibuat ketika transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa infonnasi yang terdapat dalam dokumen itu telah dicatat secara wajar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian ini adalah dari dokumen ke catatan akuntansi. Karena prosedur ini memberi keyakinan dari bukti asli sampai akhirnya dimasukkan ke dalam perkiraan, maka prosedur ini terutama sangat bermanfaat untuk mendeteksi catatan akuntansi yang kerendahan. Jadi prosedur ini penting untuk mendapatkan bukti yang berhubungan dengan penegasan untuk kelengkapan. Contoh prosedur penelusuran dilakukan oleh auditor adalah pemeriksaan terhadap transaksi penjualan yang dimulai oleh auditor dengan memeriksa informasi dalam surat order dari customer, diusut kemudian dengan informasi yang berkaitan dalam surat order penjualan, laporan pengiriman barang, faktur penjualan, jurnal penjualan, dan akun piutang usaha dalam buku pembantu piutang usaha. Pemeriksaan dokumen pendukung. Pemeriksaan dokumen pendukung merupakan prosedur audit yang meliputi : (1) inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya, (2) pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan. Perhitungan(counting). Prosedur audit ini meliputi : (1) penghitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau sediaan ditangan, dan (2) pertanggungjawaban semua fomulir bernomor urut tercetak. Penghitungan fisik digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada ditangan, sedangkan pertanggungjawaban fomulir bernomor urut bercetak digunakan untuk mengevaluasi bukti documenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi. Scanning. Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi unsure-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan yang lebih mendalam. Pelaksanaan ulang. Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien. Contohnya adalah penghitungan ulang jumlah total dalam jurnal, perhitungan ulang biaya depresiasi, biaya bunga terutang, perkalian antara kuantitas dengan harga satuan dalam inventory summary sheets, dan penghitungan ulang penjumlahan dalan rekonsiliasi bank. Prosedur ini menghasilkan bukti matematis. Teknik Audit Berbantuan Komputer. Apabila catatan akuntansi klien menggunakan media elektronik, auditor dapat menggunakan teknik ini untuk membantu dalam pelaksanaan beberapa prosedur yang telah dibicarakan sebelumnya. Misalnya, Auditor dapat menggunakan software untuk melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan pada prosedur analitis, memilih sampel piutang untuk konfirmasi, melaksanakan penghitungan kembali berbagai macam perhitungan, dll.

Berikut gambar yang memperlihatkan hubungan antara tipe bukti audit dan prosedur audit yang biasa digunakan oleh auditor untuk mendapat bukti audit tersebut. Tipe bukti Bukti fisik Prosedur bukti Inspeksi penghitungan Konfirmasi inspeksi penelusuran Contoh penerapan prosedur audit Inspeksi mesin pabrik Penghitungan kas Konfirmasi saldo bank ,inspeksi faktur penjualan, menelusuri faktur penjualan kedalam kartu piutang usaha Wawancara dengan penasehat hokum klien yang menghasilkan surat pernyataan dari penasihat hokum tersebut Footing terhadap jurnal penjualan Cross footing terhadap jurnal pembelian Meminta keterangan tentang tingkat keusangan sediaan di gudang Membandingkan realisasi penjualan dengan anggarannya.

Bukti dokumenter

wawancara

Bukti penghitungan

Penghitungan kembali

Bukti lisan Bukti perbandingan

wawancara Prosedur analitik

SITUASI AUDIT YANG MENGANDUNG RESIKO BESAR


Dalam beberapa situasi resiko tejadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun dan di dalam laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh karena itu, seorang auditor harus waspada jika menghadapi situasi yang mengandung resiko besar seperti : Pengendalian Intern yang Lemah Pengendalian intern menentukan jumlah dan kualitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor. Dalam situasi yang pengendalian inten dalam suatu bidang lemah, auditor harus waspada dan mengumpulkan bentuk bukti audit rinci yang lain yang dapat mengganti bukti bukti yang dihasilkan oleh pengendalian intern yang lemah tersebut. Kondisi Keuangan yang Tidak Sehat Suatu perusahaan yang mengalami kerugian atau dalam posisi yang sulit untuk melunasi utangnya akan mempunyai kecenderungan untuk menunda penghapusan piutangnya yang sudah sulit untuk ditagih atau sediaan barang dagangannya yang sudah tidak laku dijual, atau lupa mencatat utangnya. Hal ini tidak mungkin terjadi dalam perusahaan yang keadaan keuangnnya baik.

Manajemen yang Tidak Dapat Dipercaya Sebelum menerima suatu perusahaan sebahai klien, auditor public harus memperoleh informasi mengenai latar belaqkang atau riwayat direktur dan para manajernya. Auditor harus waspada terhadap manajer yang pernyataan pernyataan lisannya ternyata sebagian atau seluruhnya tidak benar. Penggantian Auditor Klien yang mengganti auditornya tanpa alasan yang jelas, mungkin disebabkan oleh ketidakpuasan klien terhadap jasa yang diberikan oleh auditor lama. Tetapi, sering kali terjadinya penggantian auditor tersebut disebabkan oleh adanya perselisihan antara klien dengan auditor publiknya mengenai penyajian laporan keuangan dan pengungkapannya. Klien baru yang telah mengganti auditornya merupakan klien yang beresiko besar bagi auditor penggantinya. Perubahan Tarif atau Peraturan Pajak atas Laba Jika tarif pajak penghasilan tiba tiba sangat besar, maka reaksi wajar perusahaan yang terkena adalah mencari cara meminimumkan penghasilan atau laba kena pajak. Seringkali beban pajak ini menyebabkan pergantian prinsip akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan dan penafsiran transaksi perusahaan yang tidak konsisten dengan yang telah diikuti dalam bertahun tahun sebelumnya. Perubahan tariff pajak yang drastis akan mendorong perusahaan perusahaan untuk menggeser pengakuan pendapatan dalam periode yang pajaknya masih relative rendah. Usaha yang Bersifat Spekulatif Auditor yang melaksanakan audit terhadap laporan keuangan yang kegiatannya dalam usaha yang sifatnya spekulatif, akan menghadapi resiko yang besar bila dibandingkan dengan auditor yang melakukan audit terhadap perusahaan yang kegiatan usahanya relative stabil dalam jangka panjang. Transaksi Perusahaan yang Kompleks Klien yang kegiatannya menghasilkan transaksi yang sangat rumit merupakan klien yang mengandung resiko besar bagi auditor bila dibandingkan dengan klien yang kegiatannya bersifat konvensional.

KEPUTUSAN YANG HARUS DIAMBIL OLEH AUDITOR BERKAITAN DENGAN BUKTI AUDIT Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan 4 pengambilan keputusan yang saling berkaitan, yaitu :

1. 2. 3. 4.

Penentuan prosedur audit yang akan digunakan. Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tersebut.

Penentuan Proses Audit yang Akan Digunakan Untuk mengumpulkan bukti audit , auditor menggunakan prosedur audit. Contoh prosedur audit : 1. Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank. 2. Mintalah cut-off bank statement dari bank kora kira untuk jangka waktu dua minggu setelah tanggal neraca. 3. Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan oleh klien. Daftar prosedur audit untuk seluruh audit fisik sediaan yang diselenggarakan oleh klien. Umumnya program audit juga menyebutkan besarnya sampel, tanggal pelaksanaan prosedur audit, dan pelaksana prosedur audit tersebut. Penentuan Besarnya Sampel Jika prosedur audit ditetapkan, auditor dapat menentukan besarnya sampel yang berbeda dari unsur yang lain dalam populasi yang sedang diperiksa. Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuk setiap prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda beda di antara audit yang satu dengan audit yang lain dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus memutuskan unsure mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa. Sebagai contoh, auditor telah menemukan bahwa 400 faktur penjualan dari populasi sebesar 1500 akan diperiksa mengenai otorisasi dan ketelitian yang tercantum didalamnya. Auditor dapat menggunakan beberapa metode yang berbeda untuk memilih 400 faktur penjualan dari populasi tersebut. Tiga metode yang mungkin digunakan oleh auditor adalah : 1. Memilih minggu tertentu sebagai periode pengujian (test period) dan memeriksa 400 faktur penjualan pertama yang dibuat dalam minggu tersebut. 2. Memilih 400 faktur penjualan yang berisi total rupiah di atas Rp 40.000, 3. Memilih 400 faktur penjualan tersebut secara acak. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit

Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera setelah awal tahun. Dan karena audit biasanya baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau bulan setelah tanggal neraca, maka prosedur audit dapat digunakan pada awal tahun yang diaudit, akhir tahun yang diaudit, atau beberapa minggu atau bulan setelah ta nggal neraca. Umumnya, klien menghendaki audit diselesaikan dalam jangka waktu satu sampai tiga bulan setelah tanggal neraca. HUBUNGAN ANTARA ASERSI MANAJEMEN DALAM LAPORAN K KEUANGAN , TUJUAN KHUSUS AUDIT, DAN PENGUJIAN SUBSTANSIF Tujuan Khusus Audit Pengujian Substantif Keberadaan atau Keterjadian Sedian yang dicantumkan dalam neraca secara fisik ada Mengamati perhitungan fisik sediaan. Mendapatkan konfirmasi atas sediaan yang ditempatkan dilokasi luar perusahaan. Menguji transaksi sediaan di antara tanggal awal perhitungan fisik sediaan dengan tanggal neraca. Me-review kartu sediaan, catatan produksi, catatan pembelian sebagai petunjuk kegiatan yang bersangkutandengan sediaan. Membandingkan sediaan dengan catalog penjualan sekarang dengan laporan penjualan dan laporan pengiriman barang. Menggunakan jasa spesialis untuk menguatkan sifat produk yang khusus.

Sediaan merupakan unsur yang disimpan untuk dijual atau digunakan dalam kegiatan normal bisnis

Kelengkapan Sediaan meliputi semua produk, bahan baku dan bahan penolong, dan bahan habis pakai yang ada ditangan perusahaan

Kuantitas sediaan meliputi semua produk, bahan baku dan bahan penolong, dan bahan habis pakai yang dimiliki oleh perusahaan yang masih dalam perjalanan maupun yang disimpan di lokasi luar perusahaan.

Mengamati perhitungan fisik sediaan. Membandingkan hubungan antar saldo akaun sediaan dengan kegiatan pembelian, produksi, dan penjualan sekarang. Mengguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan, Mendapat konfirmasi atas sediaan yang ditempatkan di lokasi luar perusahaan . Membandingkan hubungan saldo akun sediaan dengan kegiatan pembelian, produksi dan penjualan sekarang.

Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan. Menelusuri hitung uji yang dicatat dalam kartu perhitungan fisik sediaan ke dalam daftar hasil perhitungan fisik sediaan. Meminta pertanggungjawaban semua kartu perhitungan fisik ( inventory tags ) dan daftar hasil perhitungan fisik ( count sheet / inventory summary sheet ) yang digunakan untuk mencatat hasil perhitungan fisik sedian. Merekonsiliasi hasil perhitungan fisik kartu sediaan dan saldo akun sediaan dalam buku besar serta menyelidiki fluktuasi yang signifikan

Hak dan Kewajiban Entitas memiliki hak milik secara hokum atau hak milik serupa terhadap sediaan. Sediaan tidak mencakup unsur yang telah ditagihkan kepada custumer atau dimiliki oleh pihak lain. Mengamati perhitung fisik sediaan. Mendapatkan konfirmasi atas sediaan yang ditempatkan di lokasi di luar perusahaan. Memeriksa faktur dari pemasok yang telah dibayar, perjanjian konsinyasi, dan kontrak . Memeriksa faktur dari pemasok yang telah dibayar, perjanjian konsinyasi, dan kontrak. Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan.

Penilaian atau Alokasi Sediaan dinyatakan secara semestinya pada kosnya ( at cost ), kecuali jika harga pasarnya lebih rendah.

Unsure sediaan yang lambat perputarannya, berlebihan, rusak, dan using yang dimasukkan ke dalam sediaan telah diidentifikasi.

Sediaan dikurangi, jika semstinya demikian, ke kos pengganti ( replacement cost ) atau nilai bersih yang dapat direalisasikan.

Memeriksa faktur dari pemasok. Me-review tariff upah karyawan langsung. Memeriksa analisis selisih harga pembelian dan selisih biaya produksi, Penyajian dan Pengungkapan

Memeriksa analisis perputaran sediaan. Me-review pengalaman masa lalu dan trend Membandingkan hubungan antara saldo industry yang bersangkutan sediaan dengan volume penjualan yang diperkirakan. Melakukan perjalanan peninjauan ke pabrik. Mengajukan pertanyaan kepada karyawan produksi dan penjualan tentang kemungkinan kelebihan atau keusangan sediaan. Mendapatkan nilai pasar sediaan sekarang. Me-review kos produksi sekarang. Memeriksa penjualan setelah akhir tahun dan kesanggupan membeli yang tercantum dalam surat order pembelian yang belum direalisasikan penerimaan barangnya.

Sediaan digolongkan dengan semestinya dalam neraca sebagai aktiva lancar Golongan besar sediaan dan dasar penilaian diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan Sediaan yang digadaikan atau dititipkan ke perusahaan lain diungkapkan secara mamadai Me-review draft laporan keuangan. Me-review draft laporan keuangan. Membandingkan pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan keuangan dengan yang ditetapkan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum. Mendapatkan konfirmasi tentang sediaan yang digadaikan dibawah kontrak penarikan pinjaman.

BAB III KESIMPULAN


Bukti audit merupakan segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangandan dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit memiliki dua tipe,salah satunya adalah data akuntansi yang meliputi jurnal,buku besar,dan buku pembantu serta buku pedoman akuntansi. Auditor harus menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dan menelusuri langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi dan proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang bersangkutan,juga menghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang berhubungan dengan penerapan informasi yang sama. Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan informasi penguat,keandalan dan kualitas bukti audit dipengaruhi pengendalian intern,pengendalian intern yang kuat akan menyebabkan keandalan catatan akuntansi dan bukti-bukti dalam organisasi klien. Namun sebaliknya jika pengendalian intern lemah maka tidak dapat mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam proses akuntansi. Cukup atau tidaknya bukti audit menyangkut kuantitas bukti yang harus diperoleh auditor dalam auditnya. Standar pekerjaan lapangan menyebutkan beberapa prosedur audit yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam mengumpulkan berbagai tipe bukti audit,prosedur audit ini adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti tertentu yang harus diperoleh saat tertentu dalam audit. Beberapa prosedur audit yang bisa dilakukan oleh auditor yaitu inspeksi,pengamatan,permintaan keterangan,konfirmasi,penelusuran,pemeriksaan bukti pendukung,perhitungan,scanning,pelaksanaan ulang,teknik audit komputer. Kesalahan penyajian dalam akun laporan keuangan akan menyebabkan risiko besar dibandingkan risiko biasa. Oleh karena itu auditor harus waspada menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar seperti pengendalian intern yang lemah, kondisi keuangan yang tidak sehat,manajemen yang tidak dapat dipercaya,penggantian auditor,perubahan tariff atau peraturan pajak atas laba,usaha yang bersifat spekulatif dan transaksi yang kompleks. Dalam proses pengumpulan bukti audit ini,auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan yaitu penentuan prosedur audit yang akan digunakan,penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu,penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi,dan penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit.

Anda mungkin juga menyukai