Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MODUL 1 BLOK 17 DASAR-DASAR GIGI TIRUAN PENUH

Oleh : Kelompok 3 Amalia P Yusril Anggi Trianita Annisa Desva Elia Dirahma Tulaila Fildzah Nurul Fajrin Firstadeina Rezki Annisa Hanza Liana Liza Puspita Sari Puteri Ranti Santi Engla Sari Vixy Pratiwi Rahmat Putera Pharmaheru Tutor : drg. Nelvi Yohanna

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS 2013

Scenario 1
Dicetak lagi Pak Gipal (65 tahun) dating ke RSGMP untuk melanjutkan pembuatan gigi palsunya. Dari pemeriksaan klinis sebelumnya, diketahui edentulous dan resorbsi linggir yang menyeluruh pada mandibula dan posterior maksila. Struktur anatomi dalam rongga mulut terlihat cukup adekuat untuk dibuatkan gigi tiruan penuh. Dokter gigi menjelaskan bahwa dalam kunjungan ini akan dilakukan pencetakan fisiologis dan muscle trimming. Setelah dilakukan pencetakan, Pak Gipal mengamati sekeliling ruang praktek sambil menunggu dokter gigi menulis rekam medisnya,perhatian Pak Gipal tertuju pada lembaran lilin berwarna merah dan menanyakannya kepada dokter gigi kegunaannya. Dokter gigi lalu menjelaskan bahwa lilin tersebut digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan yang merupakan bagian dalam tahap pembuatan protesanya. Bagaimana saudara membantu dokter gigi untuk menjelaskan lebih lanjut kepada Pak Gipal tentang pembuatan gigi tiruannya?

Terminologi
1. Muscle trimming : salah satu teknik pencetakan fisiologis dengan cara memanipulasi jaringan lunak rongga mulut untuk mendapatkan batas mukosa bergerak dan tidak bergerak. 2. GTP : gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi dan struktur jaringan disekitarnya pada rahang atas dan rahang bawah. 3. Edentulous : suatu istilah yang menggambarkan daerah tak bergigi dalam rongga mulut. 4. Pencetakan fisiologis : pencetakan yang dilakukan untuk mendapatkan jaringan pendukung dengan memperhatikan batas mukosa bergerak dan tidak bergerak yang mendapat tekanan minimal,biasanya digunakan sendok cetak individual.

Masalah
1. 2. 3. 4. 5. Apa akibat edentulous dan resorbsi linggir yang menyeluruh? Apa tujuan pembuatan GTP? Apa saja indikasi dan kontra indikasi pembuatan GTP? Seperti apakah struktur anatomi yang cukup adekuatn untuk pembuatan GTP? Kenapa dilakukan pencetakan fisiologis dan muscle trimming,serta bagaimana tahaptahap pencetakan fisiologis tersebut untuk kasus GTP? 6. Bagaimana cara muscle trimming dan apakah setiap pencetakan harus melakukan muscle trimming?

7. Bagaimana kriteria keberhasilan pencetakan dan apa saja yang harus masuk ke dalam cetakan? 8. Bagaimana tahap pembuatan basis GTP, apakah ada bedanya dengan pembuatan basis GTSL? 9. Apa saja yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi GTP?

Analisa Masalah
1. Akibat edentulous dan resorbsi linggir alveolar adalah : *fungsi pengunyahan terganggu *pengucapan menjadi kurang jelas *perubahan estetis/penampilan (menjadi kempot) *relasi RB menjadi lebih maju dari RA *bisa timbul angular cheilitis *terganggunya fungsi TMJ *beban yang berlebihan pada jaringan pendukung. 2. Tujuan pembuatan GTP yaitu : *memperbaiki dari semua akibat edentulous *memperbaiki fungsi mastikasi,fonetik,estetik,dan oklusi *merehabilitasi seluruh gigi yang telah hilang *memperbaiki kelainan,gangguan,dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous *mencegah pengerutan / atrofi proccessus alveolaris (residual ridge) *mencegah berkurangnya VD yang disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik. 3. Indikasi dan kontra indikasi pembuatan GTP adalah : Indikasi *edentulous ridge *pasien yang seluruh giginya telah tanggal / dicabut *kondisi umum baik *pasien setuju untuk dibuatkan GTP *jika dibuatkan GTSL kemungkinan prognosisnya buruk Kontra indikasi *pasien tidak kooperatif *adanya penyakit sistemik *jika gigi masi dapat dipertahankan * OH pasien buruk * alergi bahan GTP *keinginan pasien tidak ada 4. Struktur anatomi yang adekuat untuk GTP diantaranya adalah : Terdapat alveolar ridge yang cukup

Residual ridge yang datar tidak menguntungkan,runcing tidak baik retensi yang didapatkan,ovoid sangat baik dukungannya Frenulum,jika mencapai ujung margin gingiva kurang adekuat Palatum berbentuk U cukup adekuat dibandingkan palatum yang sempit Tulang sebaiknya tidak ada yang tajam pasca pencabutan,minimal 21 mm sisa tinggi tulang untuk GTP Oklusi ideal klas I Linggir alveolar yang tebal cukup adekuat,jika linggir alveolar kecil sayap depan GTP akan menjadi kecil sehingga kurang menguntungkan Kesejajaran linggir RA dan RB 5. Pencetakan fisiologis dengan muscle trimming dilakukan pada pembuatan GTP karena pencetakan ini menggunakan sendok cetak individual dengan bahan yang viskositasnya rendah sehingga membutuhkan sedikit tekanan pada mukosa agar didapat batas mukosa bergerak dan tidak bergerak yang detail sebagai batas dari tepi sayap GTP. Teknik pencetakan fisiologis diantaranya adalah open mouth teknik,closed mouth teknik,single impression,dan mucostatis. 6. Untuk teknik muscle trimming,operator dapat melakukan trimming pada otot pipi,bibir,dan lidah pasien. Pasien juga bisa diinstruksikan mengucapkan aah untuk mendapatkan batas AH line. Tidak setiap pencetakan dilakukan muscle trimming,tergantung pada jenis cetakan apa yang ingin diperoleh,jika cetakannya adalah cetakan fisiologis maka pencetakan yang dilakukan adalah pencetakan fisiologis dengan muscle trimming,sedangkan cetakan anatomis dapat dilakukan pencetakan anatomis tanpa muscle trimming. 7. Criteria keberhasilan pencetakan rahang mencakup seluruh batas anatomi RA dan RB, pinggiran cetakan harus membulat,halus,dan tidak berporous, harus menggambarkan daerah forniks dan ridge. Batas anatomi RA mencakup : frenulum labialis,frenulum bukalis,ridge,maxillary tuberositas,daerah sutura palatine,rugae dan papilla insisivus, hamular notch, fovea palatine, vertibular, palatum, muccobuccal fold. Batas anatomi RB mencakup : frenulum labialis,frenulum bukalis,ridge, retromolar pad, internal dan eksternal obligue ridge, frenulum lingualis, retromylohyoid, vestibular, dan muccobuccal fold. 8. Tahap pembuatan basis GTP adalah : *pada model kerja buatkan batas forniks untuk tepi sayap GTP, lalu lilin dipanaskan sampai lunak dan adaptasikan ke model kerja. Base plate dibuat pas pada batas forniks, semua frenulum dibebaskan, pada bagian oklusal di tinggikan untuk membentuk oklusal

rim,kemudian pasang ke rongga mulut pasien untuk mendapatkan VD pasien, setelah itu baru dipasang ke articulator untuk penyusunan gigi. Beda pembuatan basis GTP dan GTSL adalah bite rim GTP difiksasi dalam mulut pasien untuk menentukan VD baru dipasang ke articulator. Bite rim anteriortinggi = 12 mm Lebar 4 mm Bite rim posterior tinggi = 10-11 mm Lebar = 6-7 mm 9. Hal yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi pada GTP adalah : *gaya adhesi --- dari cairan saliva dan basis *gaya kohesi --- dari saliva di mukosa dan saliva di GTP *desain yang tepat *hasil dan kualitas cetakan fisiologis

Skema

Pak Gipal (65 th)

RSGMP

Pemeriksaan : edentulous dan resorbsi linggir yang menyeluruh pada mandibula dan post maxilla, struktur anatomi cukup adekuat.

Dasar-dasar GTP

Pembuatan GTP

Akibat edentulous

Tujuan pembuatan

Indikasi dan kontra indikasi

Pencetakan

Pembuatan basis GTP

Struktur anatomi & fisiologis yang berkaitan

Teknik

Learning Objective
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang akibat edentulous. 2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tujuan pembuatan GTP. 3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang indikasi dan kontra indikasi pembuatan GTP. 4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencetakan dalam GTP (muscle trimming). 5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang struktur dan anatomi jaringan pada pembuatan GTP dan struktur anatomi RM yang adekuat untuk GTP. 6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pembuatan basis GTP (oklusal rim,penentuan VD,dan relasi sentrik).

Uji sintesa

1.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang akibat edentulous. Akibat Edentulous : a. Fungsi pengunyahan terganggu Makanan yang kurang lumat akan mengakibatkan pencernaan terganggu sehingga timbul sakit lokal di lambung maupun hingga sakit sistemik. Rangsangan dan cita rasa terhadap makanan juga ikut berkurang pada waktu makanan berada di dalam mulut. b. Fungsi fonetik terganggu Labio-dental(f,v), linguo-dental (t,th),bilabial (m,p,b),linguo-palatal (d,t) pada gigi yang tidak ada pengucapan huruf tersebut akan menjadi tidak jelas. Bibir atas dan bawah akan kendor sehingga huruf yang dihasilkan akan berubah bunyi. c. Perubahan penampilan (estetik) Posisi bibir dan pipi akan tertarik ke dalam,yang mana posisi bibir dan pipi seharusnya didukung oleh bentuk lengkung gigi (protrusif,bimax,progeni). Relasi rahang bawah terhadap rahang atas juga terlihat lebih maju dan tertarik ke atas (corpus dan ramus). d. Meningkatnya penyakit di rongga mulut e. Gangguan TMJ

f. Lidah sebagai kumpulan otot-otot yang sangat dinamis karena kehilangan gigi akan mengisi ruang selebar mungkin sehingga lidah menjadi besar dan nantinya akan menyulitkan ketika pembuatan GTP g. Berpengaruh pada senyum dan rasa percaya diri seseorang h. Pada pasien yang telah lama kehilangan gigi akan terjadi resorbsi linggir alveolar. Diduga lamanya tekanan yang terjadi pada permukaan tulang akan berpengaruh pula pada respon yang akan timbul di jaringan tulang yang bersangkutan sehingga mengakibatkan linggir alveolar menjadi datar atau jaringan lunak disekitarnya yang flabby. Dengan demikian, akan mengakibatkan gangguan kenyamanan secara psikologik,fisiologik, dan lama waktu pemakaian GT. Menurut hasil penelitian, resorbsi residual ridge pada RB 4 kali lebih besar dari RA. Menurut Atwood, kecepatan resorbsi tulang alveolar bervariasi antar individu. Resorbsi paling besar terjadi 6 bulan pertama pasca pencabutan gigi anterior atas dan bawah. Pada RA, sesudah 3 tahun resorbsi sangat kecil dibandingkan RB. i. Perubahan ukuran lengkung rahang Kebanyakan disertai oleh proses penuaan dengan perubahan-perubahan osteoporosis tulang. Menurut Boucher 1982, inklinasi aksial gigi pada tengkorak manusia yang diikuti oleh kehilangan giginya, merupakan salah satu pertimbangan dari awal berkurangnya tinggi tulang alveolar. Umumnya, inklinasi gigi RA arahnya ke bawah dan keluar, maka pengurangan tulangnya terjadi umumnya ke arah atas dan dalam. Karena lempeng kortikalis tulang bagian luar lebih tipis daripada bagian dalam,sehingga resorbsi bagian luar lempeng kortikalis tulang berjalan lebih banyak dan cepat yang mengakibatkan lengkung maksila akan berkurang menjadi lebih kecil dalam seluruh dimensi dan juga permukaan landasan gigi. Pada RB, inklinasi gigi anterior umumnya ke atas dan ke depan dari bidang oklusal, sedangkan gigi posterior lebih vertikal atau sedikit miring ke arah lingual. Permukaan luar lempeng kortikalis tulang lebih tebal dari permukaan lingual, kecuali pada daerah molar, juga tepi bawah mandibula merupakan lapisan kortikalis paling tebal, sehingga arah tanggul gigitan pada mandibula terlihat lebih ke lingual dan ke bawah pada daerah anterior dan ke bukal pada daerah posterior. Resorbsi tulang alveolar mandibula terjadi ke arah bawah dan belakang, kemudian ke depan, sehingga terjadi perubahan pada otototot sekitar mulut,hubungan jarak antara mandibula dan maxilla,serta perubahan ruangan dari posisi mandibula dan maxilla.

2.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tujuan pembuatan GTP. Tujuan Pembuatan GTP : a.Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis, dan psikis b.Memperbaiki kelainan, gangguan, dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous c.Mencegah pengerutan atau atropi proc. Alveolaris d.Mencegah berkurangnya dimensi vertikal yang disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak adanya penyangga dan hilangnya oklusi sentrik e.Memperbaiki fungsi stomatognatik f.Mempertahankan struktur jaringan pendukung yang ada.

3.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang indikasi dan kontra indikasi pembuatan GTP. Indikasi:

a. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut b. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kesehatan atau kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki c. Bila dibuatkan gigi tiruan sebagian, gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya d. Kondisi umum dan kondisi mulut sehat e. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya, dan prognosa yang akan diperoleh f. Resorbsi tulang yang berlebihan. Kontraindikasi:

a. Pasien yang tidak kooperatif b.Pasien dengan usia lanjut, harus memepertimbangkan sifat dan kondisi pasien tersebut c. OH yang buruk d. Riwayat alergi bahan

4.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencetakan dalam GTP (muscle trimming). Pencetakan dalam Pembuatan GTP Mencetak adalah suatu tindakan membuat suatu bentuk negatif dari gigi atau jaringan lain dari rongga mulut menggunakan bahan plastis yang relatif menjadi keras atau mengeras pada saat berkontak dengan jaringan tersebut,yang berfungsi sebagai pendukung gigi tiruan yang akan dibuat.Kemudian gips putih atau gips keras dituangkan ke dalam cetakan guna mendapatkan model atau bentuk positif dari jaringan pendukung gigi tiruan.

Cetakan gigi tiruan penuh adalah cetakan negatif dari seluruh jaringan pendukung dan daerah tepi rahang atas dan rahang bawah pasien yang telah kehilangan semua gigi geligi , yang nantinya akan menjadi pendukung bagi gigi tiruan penuh. Apabila diinginkan model dengan kecermatan maksimal ,perlu dilakuakan suatu prosedur pencetakan dua tahap. Mula-mula dibuat cetakan pendahuluan dengan menggunakan sendok cetak siap pakai dan kedua ,cetakan kerja yang lebih akurat menggunakan sendok cetak khusus yang dibuat dengan ukuran masing-masing pasein,pada model yang didapatkan dari cetakan pendahuluan.

Tujuan pembuatan cetakan rahang atas dan rahang bawah adalah untuk mencatat semua permukaan yang mempunyai potensi untuk mendukung gigi tiruan. Cetakan juga berperan sebagai dasar untuk meningkatkan estetis bibir dan mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Tujuan mencetak juga untuk memperoleh retensi,stabilisasi.

Teknik mencetak harus dipilih berdasarkan faktor biologis. Faktor biologis dari kesehatan jaringan mulut harus diikuti sebelum cetakan akhir dibuat antara lain adalah : Cetakan meluas meliputi seluruh daerah pendukung dalam batas kesehatan dan fungsi jaringan pendukung dan jaringan pembatasnya. Tepi tepinya sesuai dengan batas-batas anatomis dan fisiologis jaringan mulut. Fisiologis dari prosedur pembentukan tepi dilakukan oleh dokter gigi dengan pasien Sediakan ruangan yang cukup antara sendok cetak dengan bahan cetak yang akan digunakan. Teknik tekanan digunakan pada daerah pendukung waktu cetakan akhir.

Cetakan dapat dilepas dari dalam mulut tanpa melukai membran mukosa sisa alveolar. Sendok cetak dan cetakan akhir dibuat dari bahan dengan dimensi yang stabil. Bentuk luar dari cetakan akhir sama dengan bentuk luar dari gigi tiruan yang telah selesai.

Keberhasilan Pencetakan Keberhasilan mencetak dengan memperhatikan beberapa faktor antara lain : a. Memelihara linggir alveolaris Memelihara sisa ridge adalah tujuan utama pembuatan gigi tiruan ,disamping mengembalikan sistem stomatognatik.Secara fisiologis dapat diterima bahwa dengan hilangnya stimulasi gigi asli,prosesus alveolaris mengalami resorbsi. Proses ini bervariasi untuk masing masing individu. Teknik dan bahan cetak dapat berpengaruh pada bentuk dan kecekatan basis gigi tiruan, hal ini dapat berpengaruh pada kelanjutan kesehatan jaringan lunak dan keras rahang. b. Memberi dukungan Merupakan ketahanan jaringan pendukung terhadap gaya mastikasi. Makin luas jaringan pendukung gigi tiruan ,maka makin luas daerah yang menerima gaya mastikasi,sehingga beban yang diterima oleh jaringan pendukung perunit area menjadi makin kecil. Keadaan ini akan membantu kestabilan dan retensi gigi tiruan,yang sekaligus juga membantu pemeliharaan kesehatan jaringan pendukung. c. Memberikan penampilan wajah Penampilan yang alami dapat diperoleh mulai dari saat mencetak. Ketebalan tepi gigi tiruan yang dapat mengembalikan dukungan bai otot-otot bibir dan pipi,ketebalanya bervariasi tergantung pada hilangnya sisa alveolar. Ketebalan optimal dapat diperoleh waktu melakukan border molding / muscle trimming. Forniks vestibulum harus tercetak penuh tercetak penuh untuk memperbaiki bentuk wajah,dan dapat diperoleh waktu melakukan cetakan terakhir.

1.Cetak Anatomis Bahan mencetak : Hydrokoloid irreversible/alginate Sendok mencetak : Stock tray yang berlubang dan tanpa sudut

Teknik mencetak : Mukostatis Tujuan mencetak : untuk mendapatkan model studi dan mendapatkan sendok cetak fisiologis

Evaluasi hasil cetakan anatomis: Hasil cetakan tidak boleh poreus, robek atau terlipat Hasil cetakan harus mencakup batas anatomis Tepi cetakan harus bulat Tepi sendok cetak tidak boleh terlihat Semua bagian ridge dan daerah jaringan lunak sampai batas mukosa bergerak dan tidak bergerak tercetak dengan baik Pengecoran dengan dental stone (gips tipe III)

2.Cetak Fisiologis a.Membuat sendok cetak buatan/individual Alat dan bahan: self curing akrilik, api spiritus, scalpel/lecron, bur, malam merah Gambar 2 batas pada model studi dengan pensil yaitu batas untuk muscle triming tepat difornik pada model dan batas untuk untuk sendok cetak buatan yaitu 2 mm dari fornik. Selapis lembar malam merah diatas permukaan jaringan sebagai wax spacer untuk bahan cetak Buat lobang pada malam di daerah molar dan caninus kiri atau kanan untuk stop vertical Aduk resin akrilik dan letakkan adonan merata di atas malam dan lubang stop vertical serta meliputi garis tepi Buat tangkai dari resin, untuk rahang atas cukup satu ditengah bagian anterior dengan posisi tangkai kearah bawah supaya tidak mengganggu pada saat muscle trimming Setelah resing mengeras lepaskan sendok cetak perotangan dari model Sempurnakan tepi sendok cetak

Mencoba sendok cetak perorangan dalam mulut pasien dan periksa apakah sendok cetak perlu disempurnakan sebelum dilakukan border molding/muscle trimming

b.Border molding/muscle trimming Rahang Atas Letakkan green stick compound yang telah dipaskan pada tepi sendok cetak, dari ujung distal atau hamular notch ke frenulum bukalis. Panaskan lagi diatas api spiritus kemudian celupkan kedalam air hangat/tampering. Sendok cetak dengan GSC yang hangat tadi dimasukkan kedalam mulut pasien yang dibuka lebar, gerakkan rahang bawah ke kanan, kiri dan protrusive. Daerah frenulum bukalis secara unilateral, tarik pipi keluar ke bawah kemudian kedepan, ke belakang, ulangi pada posisi berlawanan. Lunakkan lagi compound pada frenulum bukalis secara unilateral. Sayap labial secara unilateral, lunakkan compound, tarik bibir keluar dan ke bawah atau pasien diminta melakukan gerakan menghisap. Lunakkan compound pada frenulum labialis serta tarik bibir atas ke depan. Rahang Bawah Sayap disto lingual dan area buccal self Daerah disto lingual dan post mylohyoid secara bilateral Lunakkan compound, masukkan ke mulut dan lidah, ditekan di distal palatum, kemudian ke vestibulum bukalis kanan dan kiri

Trimming otot pipi Pipi kanan Dengan jari telunjuk tangan kanan operator diletakan pada permukaan dalam pipi kanan dan ibu jari pada permukaan luar. Pipi kanan digerakkan ke arah atas dan keluar, sedangkan sendok cetak difiksasi dengan jari telunjuk dan jari tengah kiri yang ditempatkan di daerah puncak ridge sendok cetak. Pipi kiri Kebalikan dari trimming pipi kanan peletakan jarinya

Trimming otot bibir Bibir atas Pasien diminta untuk menurunkan / menarik bibirnya ke bawah kuat-kuat. Bibir bawah Dengan cara menarik bibir bawah ke atas.

Trimming otot lidah Pasien diminta untuk meletakkan lidahnya di palatum paling anterior.

Muscle Trimming Rahang Atas

Muscle Trimming Rahang Bawah

c.Membuat lubang pada sendok cetak Tujuan pembuatan lubang adalah untuk mengurangi tekanan waktu mencetak dan sebagai retensi bahan cetak terhadap sendok cetak serta mengalirkan sisa bahan cetak. Lubang dibuat setelah sendok cetak siap untuk dicetak,karna jika dibuat lubang dulu,daerah yang nenerima tekanan berlebihan tidak dapat dikontrol (tekanan hidrolok terbebas)

Teknik pembuatannya: Setelah sendok cetak dudukan tepat dan tepi sempurna, maka buatlah lubang pada: di atas puncak ridge molar atas dan bawah, daerah palatum keras sekitar garis tengah, daerah mukosa rahang yang mudah bergerak (flabby) untuk mencegah distorsi jaringan tersebut Lubang dibuat dengan bur bulat no.8 Berjarak tiap lubang 5mm

d.Boxing dan Beading Tujuannya adalah untuk mempertahankan bentuk tepi hasil yang tercatat pada model kerja. Bentuk tepi dari hasil cetakan akan direproduksi menjadi bentuk tepi gigi tiruan. Teknik pembuatannya : Siapkan gulungan lilin atau beading wax setebal lebih 3-5 mm kemudian dicetakan dibawah ditepi seluruh hasil cetakan. Untuk rahang atas penempelan beading wax berakhir dibelakang prossesus alveolar bagian posterior sebelah kiri kanan.untuk rahang bawah meliputi seluruh tepi hasil cetakan bagian labial,bukal dan lingual. Untuk bagian lingual ,tempat lidah ditutupi dengan selembar wax yang digabung dengan beading wax yang sudah dicetakan. dibagian luar beading wax diletakkan untuk membentuk basis dari model. Kemudian hasil cetakan yang dilakukan boxing dicor dengan gips stone untuk mendapatkan model kerja (model). Beading dan boxing juga menggunakan wax sebelum diisi dengan gips dan metode ini yang lebih sering digunakan.

5.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang struktur dan anatomi jaringan pada pembuatan GTP dan struktur anatomi RM yang adekuat untuk GTP. Anatomi yang harus ada pada work model : Maxilla : Frenulum labialis dan bucalis Ridge Maxillary tuberosity Sutura palatine Rugae palatine Papilla insisivum Hamular notch Fovea palatine Vestibulum Mandibula Frenulum labialis dan bucalis Ridge Retromolar pad Internal oblique ridge External oblique ridge Frenulum lingualis Vestibulum Struktur anatomi yang adekuat untuk dibuatkan gigi tiruan penuh : 1. Bentuk Lengkung Rahang Persegi : berbentuk hamper sejajar dan dangkal Lancip : bagian anterior sempit dan lebih dalam Lonjong : agak dalam dan membulat di anterior dan posterior. Bentuk rahang berhubungan dengan kemantapan dan kekokohan gigi tiruan. Bentuk lengkunga rahang yang persegi dan lonjong lebih kokoh.

2. Besar lengkung rahang Besar / sedang / kecil. Makin besar makin baik 3. Bentuk linggir Bentuk linggir tergantung pada tulang dan ada atau tidaknya resorpsi.Ukurannya bias inggi /sedang/cukup/rendah /datar .Semakin tinggi linggir maka akan semakan kokoh . Namun ketinggian akan mempengaruhi besar ruang antar rahang terutama tuberositas maksilaris. Bentuknya ada 3 macam :

*U :permukaan bucal/ labial sejajar lingual/palatal. Bentuk U paling menguntungkan dibandingkan bentuk yang lainnya. Makin lebar puncaknya,maka akan makin dapat menahan daya kunyah. Sisi yang sejajar menahan daya ungkit dan perpindahan tempat akibat daya horizontal . *V : berpuncak sempit.Kurang menguntungkan karena menimbulkan rasa sakit karena mukoperiosteum sekitar linggir akan terjepit. Jadi perlu peredaan bagian anatomi landasan di daerah sekitarnya . *Bulbous : membesar / melebar di puncaknya ,terdapat undercut. Karena undercut tersebut,akan sakit kalau melepas pasang ,dan tidak bias dilakukan relief karena akan terjadi tempat penimbunan makanan dan kebocoran karena terganggunya seal. Jika terdapat linggir seperti ini dikoreksi dengan bedah. 4. Hubungan rahang atas dan bawah Hubungan puncak linggir atas dan rahang bawah di anterior maupun di posterior dilihat pada saat istirahat. Anterior : Klas I,II,dan III Posterior : puncak linggir rahang bawah o Tepat di bawah linggir rahang atas o Lebih ke bucal o Lebih ke lingual Hubungan rahang dilihat untuk member pedoman pada paenyusunan gigi dengan tidak mengganggu estetik dan fungsi.

5. Kesejajaran linggir rahang atas dan bawah o Sejajar o Konvergen o Divergen Jarak nya kurang lebih 10-15 mm Apabila jarak kesejajaran antar linggir : o >15 mm/ 10 mm : masalah saat menyusun gigi o < 10 mm : tidak bisa menggunakan anasir dari porselen karena cepat pecah. o Bila jarak terlalu besar akan menyebabkan ungkitan rahang atas o Makin dekat ke oklusal gigi pada linggir .maka gigi tiruan semakinmantap kedudukannya 6. Tuberositas Maksila Tuberositas maksila bias besar/kecil/sedang, 1 sisi atau 2 sisi. Terkadang membesar kea rah oklusal sampai menyentuh linggir rahang bawah. Ukuran tuberositas yang besar bias berguna sebagai retensi,namun : Jika terdapat di kedua sisi walaupun tidak terlalu besar daerah gerongnya akan menyulitkan

pemasangan dan pelepasan gigi tiruan sehingga harus ditangani dengan perawatan bedah. Jika terdapat di 1 sisi saja dapat ditanggulangi dengan mencari arah pasang gigi tiruan.

7. Eksostosis Adalah tonjolan tulang .bentuknya membulat seperti torus maksila dan mandibula atau tajam akibat pencabutan gigi geligi. Torus palatines yang terlalu besar akan mengganggu pembuatan landasan gigi tiruan terutama yang melewati AH line sehingga mengganggu kemantapan gigi tiruan ,menghilangkan retensi atmosferik karena post dam tidak dapat dibuat dengan cermat.

8. Batas jaringan bergerak dan tak bergerak. Adalah batas [erluasan maksimal landasan gigi tiruan sekitar rahang yang membatasi pinggiran gigi tiruan. a) Batas palatum durum dan palatum mole Batas posterior gigi tiruan penuh harus tepat pada batas langit-langit keras dan lunak ,jadi di sana lah akan dibuat post dam. b) Frenulum / sulcus Jika frenulum berlebih akan menurangi kekokohan tulang. Jika kurang, GTP akan gampang lepas. Frenulum yang terlalu mendekati servikal,dapat dikurangi dengan frenektomi. Apabila sulcus terlalu dangkal dapat diperdalam dengan vestibulektomi. 9. Tahanan jaringan Sesuai dengan ketebalan jaringan yang meliputi tulang rahang sebagai jaringan pendukung gigi tiruan (besar/sedang/kecil) . Dapat diperiksa dengan burnisher dengan menekan beberapa tempat sehingga dapat dirasakan perbedaan kekenyalan jaringan. Menurut House ,ketebalan normal adalah 2 mm. Gigi tiruan yang terletak di atas jaringan tahanan normal lebih berfungsi dengan baik. Jika daerah dengan ketebalan <2mm : Torus palatines/mandibularis : jaringan akan mudah bergerak,torus beraksi sebagai fulcrum. Bagian tengah GT akan mudah retak. Jadi solusinya adalah dengan relief torus. Puncak linggir : tahanan jaringan yang kecil karena diliputi jaringan kecil seperti eksostosis. Daerah dengan ketebalan > 2mm- 4 mm adalah papilla insisivum, retromolar pad bagian anterior, batas palatum durum dan mole, foramen palatine anterior. Jika daerah tebal >4mm ,gigi tiruannya tidak memuaskan. Jadi solusinya adalah : Saat dicetak harus tidak menekan /mendesak jaringan Memilih gigi yang tidak berbonjol /bonjol rendah untuk dapat kontak maksimal Bedah 10. Lidah Ukuran lidah (besar/normal/kecil),aktif/pasif. Bentuk :

Normal ,lancip dan aktif : memberikan tempat perluasan dengan gigi tiruan sehingga kokoh. Jadi bagian gigi tiruan dibentuk konkaf sehingga perlekatan lidah membantu gigi tiruan untuk tetap pada tempatnya Jika terlalu kecil : tidak mengganggu gigi tiruan tapi tidak dapat menahan GT di tempatnya dengan baik Jika terlalu lebar,besar, dan pasif yang sering ditemukan pada lansia yang sudah terlalu lama mengalami masa edentulous ,landasan GT dibuat setipis mungkin

11. Saliva Saliva yang encer & banyak akan membasahi permukaan anatomis gigi tiruan sehingga meningkatkan daya permukaan. Saliva yang kental dan banyak akan menyulitkan saat mencetak rahang bawah.

6.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pembuatan basis GTP (oklusal rim,penentuan VD,dan relasi sentrik). Pasien yang sudah kehilangan seluruh giginya berarti sudah kehilangan : 1. Bidang oklusal; 2. Tinggi gigitan/dimensi vertical 3. Oklusi sentrik Ketiga hal ini harus kita cari saat membuat geligi tiruan lengkap dengan media tanggul gigitan/galangan gigit/occlusal bite rim.

Fungsi tanggul gigitan ialah untuk : 1. Menentukan dimensi vertical; 2. Mendapatkan dukungan bibir dan pipi pasien, pasien harus tampak wajar saat tanggul gigitan dipasang Bidang orientasi adalah bidang oklusal dalam tanggul gigitan. Tanggul gigitan terdiri dari : 1. Bentuk landasan; 2. Galangan malam

Tahapan yaitu : 1. Membuat Bentuk Landasan

Landasan dibuat dengan shelac base plate yang telah dilunakan dan ditekan pada model. Kemudian malam ditekan sedemikian rupa lalu dipotong sesuai keadaan anatomi model. Potongan tersebut tepat pada perbatasan mukosa bergerak dan tidak bergerak. 2. Membuat Tanggul Malam Cara membuat tanggul ada 2, yaitu : a. Dengan wax rims former Potongan malam dicairkan lalu dituangkan pada wax rims former dan dikeluarkan ketika malam sudah mengeras. b. Dengan lembaran malam yang digulung Pertama kita lunakan selembar malam di atas lampu spiritus pada sebelah sisi, kemudian sisi ini kita gulung (dalam gulungan ada malam cair, untuk penyatu). Lembaran malam dipanasi lagi, lalu digulung lagi sampai membentuk sebuah silinder. Harus diperhatikan bahwa setiap digulung malam tersebut harus melekat satu dengan yang lainnya. Gulungan malam yang berbentuk silinder dibentuk bentuk tapal kuda dengan tebal 10-12 mm.

3. Membuat Tanggul Gigitan Meletakan tanggul malam di atas bentuk landasan dengan patokan : a. Membuat titik A (titik di bawah tanggul malam yang merupakan titik pertemuan garis tengah tanggul dengan tengah-tengah tanggul anterior) berhimpit dengan titik B (titik pertemuan puncak lingir anterior dengan garis tengah model rahang kerja). b. Garis puncak lingir model kerja pada tanggul malam sehingga garis puncak lingir rahang letaknya pada tanggul malam rahang atas : c. Panjang tanggul malam sampai bagian distal gigi molar pertama. d. Lalu kontur bukal tanggul gigitan diselesaikan dengan menggunakan pisau gips. e. Lunakan tanggul gigitan bidang orientasi di atas sebuah glass slab/kape yang telah diminyaki pada sebuah sisinya (yang berhadapan dengan bidang orientasi) dan hangat. Agar diperoleh bidang oklusal/orientasi yang datar dengan tinggi tanggul: depan 12 mm dan belakang 10-11 mm.

4. Uji Coba Tanggul Gigitan Rahang Atas dan Bawah Pasien diminta duduk dengan enak dan posisi tegak, lalu tanggul gigitan malam rahang atas dimasukkan ke dalam mulut pasien dan dilakukan uji coba tanggul gigitan rahang atas dengan pedoman: a. Adaptasi landasan Landasan harus diam di tempat, tidak boleh mudah lupas ataupun bergerak karena akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya. Pinggiran landasan gigi tiruan harus merapat dengan jaringan pendukung. Pinggiran landasan tepat, tidak terlalu panjang atau terlalu pendek.

b. Dukungan bibir dan pipi Setelah tanggul gigitan dipasang di dalam mulut, Pasien harus tampak normal seakan akan seperti bergigi. Penilaiannya pada sulkus naso-labialis dan philtrum pasien tampak tidak terlalu dalam atau hilang alurnya. Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cembung atau cekung. Mengukur 1/3 panjang muka dan dimensi vertikal dengan Boley gauge atau jangka sorong. Mengukur kesejajaran bidang orientasi dengan Fox bite gauge. c. Panjang tanggul gigitan Sebagai pedoman untuk tanggul gigitan atas adalah low lip line yaitu pada saat pasien istirahat, garis insisal/bidang oklusal/bidang orientasi tanggul gigitan atas setinggi garis bawah bibir atas dilihat dari muka dan dilihat dari lateral, sejajar garis ala nasi-tragus (seolah-olah tidak terlihat tanggul gigitan). Sedangkan pada saat tersenyum garis insisal/bidang orientasi tanggul gigitan ini terlihat kira-kira 2 cm di bawah sudut bibir. Panjang tanggul gigitan atas dan bawah berdasarkan pedoman : glabela-subnasion = subnasion-gnathion = pupil-sudut bibir. d. Bidang orientasi Kita cari bidang orientasi dengan mensejajarkan : bagian anterior dengan garis pupil dengan bagian porterior garis Camper yang berjalan dari ala nasi ke tragus/porion. Kemudian kita lakukan uji coba tanggul gigitan rahang bawah dengan pedoman :

a) Adaptasi landasan Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas/bergerak. Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasan yang lebih sempit dan gangguan gerakan lidah. b) Tanggul gigitan, yang hasus diperhatikan ialah : Bidang orientasi tanggul gigitan rahang bawah harus merapat (tidak boleh ada celah) dengan bidang orientasi tanggul gigitan rahang atas. Permukaan labial/bukal tanggul gigitan harus sebidang dengan yang atas. Bila kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus ditambah. Posisi rahang atas dan bawah dalam gigitan sentrik sementara yang disebut juga dengan tentatif. Tarik garis median pada tanggul gigitan sesuai dengan garis median pasien.

5. Penerapan Rumus Dimensi Vertikal Pasien ompong telah kehilangan dimensi vertikalnya dan kita harus cari kembali dengan menerapkan rumus yaitu : Dimensi vertikal = Physiological Rest Free Way Space Pertama kita ukur dimensi/jarak vertikal pasien dalam keadaan istirahat tanpa tanggul gigitan dalam mulut (misal 70 mm). Free way space besarnya antara 2-3 mm maka dimensi vertikalnya 70-3=67 mm. Pengukuran dilakukan dengan alat jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm atau dengan mistar. P.F.N. (posisi fisiologis nonaktif) dapat digunakan sebagai petunjuk untuk memperoleh dimensi vertikal pada pembuatan gigi tiruan lengkap. Posisinya diambil waktu wax bite block/tanggul gigit malam dimasukkan ke dalam mulut tanpa mengganggu posisi istirahat; bibir penderita dibuka perlahan-lahan untuk melihat apakah ada ruang bebas antar tanggul gigit malam atas dan bawah; yang biasanya 2-4 mm.

Pengukuran dimensi vertikal ada 2 cara : a. Dengan Willis Bite Gauge Pada alat ini ada 3 bagian penting : Fixed arm, yang diletakkan di bawah hidung. Sliding arm, yang dapat dogeser dan mempunyai sekrup, diletakkan di bawah dagu. Vertical orientation gauge, yang mempunyai skala dalam mm atau cm, ditempatkan sejajar dengan sumbu vertikal dari muka. b. Two Dot Technique

Anda mungkin juga menyukai