Anda di halaman 1dari 5

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam Bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn. A dengan gangguan Sistem Reproduksi Benigna Prostat Hiperplasi yang di rawat di ruang E Rumah Sakit Dokter Soedarso Pontianak. Adapun lengkap pembahasan pada kasus ini adalah berdsarkan proses keperawatan yang meliputi pengkjain, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang dikaitkan dengan landasan teoritis dan asuhan keperawatan yang nyata. Pelaksanaan dan pendekatan proses keperawatan ini dilaksanakan selama tiga hari mulai dari tanggal 14 Juli 2006 sampai dengan tanggal 16 Juli 2006 dalam hal ini penulis berperan sebagai perawat pelaksana asuhan keperawatan bekerja sama dengan tim kesehatan lain. Selanjutnya akan diuraikan pembahasan kasus mengenai asuhan keperawatan yang telah diberikan pada klien. A. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan yang mendasari pengkajian terhadap klien. Klien di pandang sebagai manusia yang utuh dan segi bio-psiko-sosio kultural- spritual yang apabila mengalami tersebut yang

gangguan akan menyebabkan kondisi tidak seimbang dan memerlukan suatu adaptasi dalam melaksanakan pengkajian data di peroleh melalui wawancara

langsung dengan klien dan keluarga, observasi atau mengamati langsung, peeriksaan fisik, membaca hasil pemeriksaan penunjang catatan keperawatan dan catatan medis. Pada pengkajian penulis mengumpulkan data berdasarkan dengan teori yang ada, untuk data dasar sebagian telah di dapat dari catatan keperawatan ataupun catatan medis. Adapun hal-hal yang perlu dikaji ulang sebelum melakukan wawancara penulis terlebih dahulu membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga sehingga klien mengungkapkan masalah yang dirasakan, memberi jawaban atas pernyataan dan bertanya bila pertanyaan penulis belum dapat mengerti. Saat melakukan pengkajian pada Tn. A yang dirawat di Ruang E Rumah Sakir Umum Dr. Soedarso Pontianak penulis menemukan data-data yang cukup mendukung untuk dilakukan proses keperawatan. Pada saat dikaji kondisi klien menunjukkan gejala sesuai dengan kondisi dan gejala yang terdapat ada konsep yatu klien berusi di atas 50 tahun. Susah kencing, sakit pinggang dan nyeri pada pinggang. Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala yang terdapat pada konsep dari Benigna Prostat Hiperplasi. Sedangkan kesuliutan yang penulis temukan pada saat pengkajian adalah kurangnya pendokumentasian dari proses perawtan yang telah dilaksanakan sebelumnya, sehingga penulis harus bertanya kepada perawat di ruangan untuk mengetahui informasi lebih jauh mengenai kondisi klien. Selain itu terjadi perubahan diagnosa medis dari struktur ureter menjadi Benigna Prostat Hiperplasi pada saat hari kedua penulis dinas di ruangan.

B. Diagnosa Keperawatan Pada teori terdapat 5 diagnosa keperawatan tentang penyakit Benigna Prostat Hiperplasi menurut Marilyn E. Doenoes yaitu retensi urine berhubungan dengan obsrtruksi mekanik, pembesaran prostat, nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih, resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis dari drainase cepat kadung kemih yang terlalu distensi secara kronis, ketakukyan/ ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang / terpajan mengingat salah iunterpretasi, informasi. Penulis menemukan 5 diagnosa yang timbul pada Tn. A terdiri dari: 1. Retensi urine berhubungan dengan obstruksi mekanis;

pembesaran prostat masalah ini ada karena klien mengeluh nyeri dan saat kencing merembes serta didapakan data melalui USG menemukan adanya pembesaran jaringan prostat. 2. Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri akibat distensi kandung emih. Masalah ini ada karena klien mengeluh tidak bisa tidur nyenyak karena nyeri dan klien mengeluh + 5-6 jam pagi + 3 jam malam hari + 2 jam 3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neoromukular. Masalah ini ada kaerna data di dapat penulis sensorik adanya gangguan sensibilitas ekstimitas atas dan kanan sebelah kiri, kekuatan otot:

4.

Gangguan pemenuhin ADL berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik: stroke masalah ini ada karena klien mengeluh kebutuhannya di bantu anaknya serta tangan dan kaki kiri susah untuk digerakkan

5.

Cemas / ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan: terhadap kondisi dan tindakan operasi. Dari diagnosa di atas didapatkan ada 2 diagnosa yang serius dengan

konsep dan 3 yang tidak serius dengan konsep di dapat dari keluhan klien. C. Perencanaan Keperawatan Tahap perencanaan keperawatan merupakan tahapan ketiga dalam proses keperawatan dan sangat berhubungan erat dengan diagnosis keperawatan yang telah ditegakkan. Tahap perencanaan sangat penting karena sangat menentukan keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang diberikan. Kegiatan penulis pada tahap ini yaitu bervalidasi kembali prioritas masalah, perumusan tujuan, penentuan kriteria hasil dan rencana tindakan sesuai diagnosis keperawatan. Dalam merumuskan tujuan harus sesuai dan memenuhi syarat terhadap keadaan klien, yaitu: spesifik, dapat dikur, dapat dicapai, realitas dan standar waktunya. Hal ini mempunyai tujuan agar tindakan keperawatan yang dilakukan tidaka menyimpang dari masalah dalam membuat rencana keperawatan banyak hal yang harus diperhatikan seperti kebutuhan klien, kemampuan klien, fasilitas yang tersedia, aman bagi klien dan sejalan dengan nilai kepercayaan klien dan terapi dokter. Faktor kognitif

seperti pengetahuan, pengalaman dan pendidikan juga perlu di perhatikan untuk memudahkan melakukan intervensi. D. Pelaksanaan Keperawatan Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya, secara umm penulis dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Penulis mengalami hambatan dalam melaksanakan intervensi antara lain peralatan yang tersedia di ruangan dan katerbatasan waktu yang diberikan . E. Evaluasi Keperawatan Tahap evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan sumatif. Pada asuhan keperawatan kedua jenis evaluasi tersebut penulis lakukan dimana evaluasi formatif dilakukan terus meneris setiap seleai melakukan tidanakn dan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir semua pelaksanaan tindakan keperawatan. Sampa akhir pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan yang penulis laksanakan 5 diagnosa yang ditemukan, 2 teratasi sebagian yaitu gangguan perubahan ADL dan cemas, 3 diagnosa yang belum teratasi yaitu gangguan perubahan pola istirahat tidur dan keruskan mobilitas fisik. Karena keterbatasan waktu penulis maka mendelegasikan kepada perawat ruangan untuk

melaksanakan apa yang telah direncanakan oleh penulis

Anda mungkin juga menyukai