Anda di halaman 1dari 66

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah pribadi yang unik dan menyenangkan.

Setiap anak memiliki tingkah laku yang berbeda dan mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, selalu meniru apa yang dilihat di dalam lingkungannya. Pada masa ini anak memiliki kepekaan yang luar biasa atau sering disebut usia emas golden age. Dimasa ini anak membutuhkan rangsangan-rangsangan, baik dari segi eksternal maupun internal, tentunya dengan rangsangan yang positif. Menurut Hurlock (Musyafa, 2002:25), perkembangan awal lebih penting dari pada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengeruhi oleh belajar dan pengalaman. Pada masa peka inilah perkembangan otak terjadi dengan cepat. Menurut Rahman (2002:5) kesempurnaan perkembangan otak manusia 50% dicapai hingga usia 4 tahun, 80% hingga 8 tahun, dan selebihnya diproses hingga anak usia 18 tahun. Masa emas golden age perkembangan anak terjadi pada usia dini, dimana perkembangan kognitif akan mencapai 80%. Perkembangan kognitif anak harus mendapatkan stimulasi dengan tepat, agar dapat berkembang secara optimal. Keberadaan masa emas golden age pada anak usia dini hanya datang sekali dalam seumur hidup. Jadi tidak boleh disia-siakan. Dengan demikian pendidikan harus dimulai sejak usia dini supaya tidak terlambat. Sehingga penting bagi anak untuk mendapatkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (Martini, 2006:25).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak usia dini yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan. Faktor bawaan merupakan faktor yang diturunkan dari kedua orang tuanya secara genetik, sedangkan faktor lingkungan, yaitu faktor yang berasal dari luar faktor bawaan. Faktor lingkungan meliputi semua faktor yang ada di sekitar anak yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat atau lingkungan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Melalui keluarga dan lingkungan di sekitar anak tersebut, maka anak akan belajar mengenai berbagai hal. Anak mulai tertarik untuk mengenal dunia di luar lingkungan keluarga. Pembelajaran pendidikan di PAUD bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan, daya cipta dan menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar dengan mengembangkan nilai-nilai agama (moral), fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosi, dan seni. Kognitif adalah salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada semua jenjang pendidikan. Khususnya pendidikan anak usia dini. Salah satu cara untuk merangsang perkembangan kognitif anak pada usia dini , yaitu dengan cara bermain balok. Didalam permainan balok, anak dapat bereksplorasi sesuai dengan imajinasinya. Karena dengan bermain balok, anak akan coba-mencoba (Trial and error) dalam membangun balok untuk menemukan sesuatu yang baru dan menyenangkan bagi anak. Dan tanpa mereka sadari didalam permainan balok perkembangan kognitif anak dapat berkembang sambil bermain dan tanpa mereka sadari mereka sudah banyak belajar. Didalam permainan balok anak dapat mengenal berbagai macam

konsep. Seperti mengenal warna, mengenal bentuk-bentuk balok (geometri) dan dapat membedakan besar-kecil, panjang-pendek suatu ukuran balok serta anak dapat berhitung dengan menggunakan media balok. Namun pada kenyataannya di PAUD Anak Bangsa Kecamatan Subah Kabupaten Batang, masih banyak orang tua/wali murid yang memandang hanya sebelah mata tentang balok. Mereka beranggapan bahwa ketika bermain balok anak tidak belajar tetapi hanya bermain. Padahal dunia anak adalah dunia bermain. Yang mereka tahu perkembangan kognitif hanya bisa dikembangkan dengan cara membaca, menulis dan berhitung. Tidak dengan cara bermain, apalagi dengan permainan balok. Itu tidak akan menjamin perkembangan kognitif anak dapat berkembang secara tepat. Ada juga orang tua/wali murid yang inggin mengembangkan perkembangan kognitif anak dengan menambah pelajaran untuk pembelajaran calistung, agar anak-anak mereka lebih pintar dan bisa menyesuaikan dengan yang lain. Akhirnya karena tuntutan orangtua/wali murid, pendidikpun berusaha semaksimaal mungkin, bagai mana caranya agar anak-anak didiknya bisa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang tua mereka. Namun dengan kita memenuhi keingginan orang tua/wali murid, akan menjadikan anak-anak menjadi tertekan dalam belajar. Kurang menikmati masa kanak-kanaknya. Diharapkan dengan bermain balok perkembangan kognitif anak dapat terstimulus dengan baik. Khususnya di PAUD Anak Bangsa kecamatan Subah kabupaten Batang.

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, penulis membatasi pokok pembahasan dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini di PAUD Anak Bangsa Kecamatan Subah Kabupaten Batang ? 2. Apakah permainan balok dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini di PAUD Anak Bangsa Kecamatan Subah Kabupaten Batang ? C. Rencana Pemecahan Masalah Untuk meningkatkaan kemampuan kognitif anak usia dini melalui permainan balok di PAUD Anak Bangsa Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Metode permainan balok adalah suatu cara untuk meningkatkan kemampuan kognitif, dimana di dalamnya terdapat beberapa unsur. Yaitu permainan terstruktur, perkenalan tentang konsep bentuk serta ukuran. Dengan permainan ini anak dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya secara langsung, dan anak akan merasa senang dan tidak bosan karena anak akan coba-mencoba dan akan menemukan sesuatu hal baru. D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini di PAUD Anak Bangsa Kecamatan Subah Kabupaten Batang. 2. Mendeskripsikan penggunaan metode permainan balok di PAUD Anak Bangsa Kecamatan Subah Kabupaten Batang.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah reverensi dalam dunia pendidikan, mutu pendidikan dan peserta didik. Khususnya dalam penanaman meningkatkan kemampuan kognitif melalui metode permainan balok di PAUD Anak Bangsa Kecamatan Subah Kabupaten Batang. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan para pendidik/orang tua dapat menanamkan pendidikan kognitif pada anak sedini mungkin. a. Bagi peneliti Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan yang dimilikinya tentang penggunaan metode permainan balok dalam meningkatkan kemampuan kognitif pada anak usia dini. b. Bagi pendidik Dapat memberi masukan kepada pendidik lain untuk mengetahui penggunaan metode permainan balok dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini serta mengetahui salah satu pemecahan masalah pembelajaran sehingga terjadi perbaikan, khususnya dalam peningkatan kemampuan kognitif. c. Bagi orang tua Diharapkan dapat menambah wawasan pada orang tua untuk menanamkan perkembangan kognitif pada anak sejak usia dini.

d. Bagi Anak Akan dapat meningkatkan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh anak dan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian perkembangan kognitif 1. Devinisi Kognitif Menurut Para Ahli Pengertian kognitif adalah adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Hal tersebut diutarakan oleh oleh Piaget (Hetherington & Parke, 2000). Pieget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitarnya, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne, 2000:71). Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget. Menurut Piaget Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya, perkembargan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan demikian, apabila teriadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selaniutnya akan memperoleh hambatan.

Jenis proses mental digambarkan sebagai kognitif sebagian besar dipengaruhi oleh penelitian yang telah berhasil menggunakan paradigma ini di masa lalu, mungkin dimulai dengan Thomas Aquinas, yang membagi studi perilaku ke dalam dua kategori besar: kognitif (bagaimana kita tahu dunia), dan afektif (perasaan dan emosi). Akibatnya, deskripsi ini cenderung berlaku untuk proses seperti memori, asosiasi, pembentukan konsep, pengenalan pola, bahasa, perhatian, persepsi, tindakan, pemecahan masalah dan citra mental [1] [2]. Secara tradisional, emosi tidak dianggap sebagai proses kognitif. Divisi ini sekarang dianggap sebagai sebagian besar buatan, dan banyak penelitian saat ini sedang dilakukan untuk memeriksa psikologi kognitif emosi, penelitian juga mencakup kesadaran seseorang strategi mereka sendiri dan metode kognisi yang disebut metakognisi dan termasuk metamemory. Sementara beberapa orang akan menyangkal bahwa proses kognitif adalah fungsi dari otak, sebuah teori kognitif tidak akan selalu membuat referensi ke otak atau proses biologis lainnya (bandingkan neurokognitif). Ini murni mungkin menggambarkan perilaku dalam hal arus informasi atau fungsi. Bidang yang relatif baru studi seperti ilmu kognitif dan neuropsikologi bertujuan untuk

menjembatani kesenjangan ini, dengan menggunakan paradigma kognitif untuk memahami bagaimana otak ini mengimplementasikan fungsi pemrosesan informasi (lihat juga kognitif neuroscience), atau bagaimana murni informasi-sistem pengolahan (misalnya, komputer).

2. Tahapan / fase perkembangan kognitif Piaget membagi perkembangan kognitif kedalam empat fase, yaitu fase sensorimotor, fase praoperasional, fase operasi konkret, dan fase operasi formal (Piaget, 2000: 49-91). 1) Fase Sensorimotor (usia 0 - 2 tahun) Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aktivitas yang berkaitan dengan sensoris tersebut. Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam, mengisap, melihat, melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada. Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus. Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya hubungan terhadap aspek-aspek dan yang berkaitan sebagai dengan hasil

kausalitas,

bentuk,

ukuran,

pemaharnannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya. Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat kompleks, seperti bagaimana cara

mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik, menggenggam atau meminta), menggunakan satu benda dengzur tujuan yangb erbeda. Dengan benda yanga da di tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan ini merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empiris. 2) Fase Praoperasional (usia 2 - 7 tahun) Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa

pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnva Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak trdak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak

mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan rlasa permulaan bagi anak untuk membangun kenrampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat clibagi ke dalam tiga subfase, yaitu

subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumahrumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar, bagl anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah egosentris. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anah kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.

3) Fase Operasi Konkret (usia 7- 12 tahun) Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut hadir secara konkret. Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalarn kemampuan mengklasifikasikan obyek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif. 4) Fase Operasi Formal (12 tahun sampai usia dewasa) Fase operasi formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara berpikir abstrak. Keulampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk

membuktikan kebenaran hipotesis. 3. Aspek-aspek Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Bertitik tolak dari gambaran umum tentang fase-fase

perkembangan kognitif tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitrf anak usia taman kanak-kanak (PAUD) berada dalam fase praoperasional vang menckup tiga aspek, yaitu:

a. Berpikir Simbolis Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak. b. Berpikir Egosentris Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. c. Berpikir lntuitif Aspek berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk

menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya. 4. Prinsip.prinsip Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan kognitif anak pada hakikatnya merupakan hasil proses asimilasi (assimilation), akomodasi (accommodation) dan ekuilibrium (equilibrium) a. Asimilasi dan Akomodasi Asimilasi berkaitan dengan proses penyerapan informasi baru ke dalam informasi yang telah ada di dalam schemata (struktur kognitif) anak. Akomodasi adalah proses menyatukan informasi baru dengan informasi yang telah ada di dalam skemata, sehingga perpaduan antara informasi tersebut memperluas skemata anak. Sebagai contoh, seorang

anak yang baru pertama kali diberi jeruk oleh ibunya, ia tidak tahu bahwa buah yang diberikan kepadanya itu bernana.jeruk.

pengetahuannya bahwa buah itu bernama jeruk karena diberi tahu oleh ibunya. Pada waktu itu, :rnak telah mempunvai skemata tenlang .jeruk, yaitu bentuknya yang bulat dan namanya. Setelah itu, anak tersebutm enggenggam.jerukd an menggitnya. pada saat yang bersamaan ibunya mengatakan, "Savang jeruk dikupas dulu baru dapat dimakan." lalu ibunya memperlihatkm cara mengupas jeruk dan memberikan jeruk yang sudah dikupas itu kepada anaknya. Pada fase ini terjadi proses asimilasi, yaitu proses penyerapan informasi baru ke dalam informasi yang telah ada di dalam skemata anak sehingga anak memahami bahwa jeruk harus dikupas dahulu, baru dapat dimakan. Pada tahap ini, telah terjadi proses akomodasi karena pengetahuan anak tentang jeruk telah diperluas, yaitu jeruk kalau hendak dimakan harus dikupas terlebih dahulu. b. Ekuilibrium Ekuilibrium berkaitan dengan usaha anak untuk mengatasi konflik yang terjadi dalam dirinya pada waktu ia menghadapi suatu masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut, ia menyeimbangkan informasi yang baru, yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya dengan informasi yang telah ada di dalam skematanya secara dinamis.

5. Karakteristik Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini 1) Kemampuan Kognitif Anak Usia 4 Tahun a) Mulai dapat memecahkan masalah dengan berpikir secara intuitif. Misalnya, menyusun puzzle berdasarkan coba-coba. b) Mulai belajar mengembangkan keterampilan mendengar dengan tujuan untuk mempermudah berinteraksi dengan lingkungannya. c) d) sudah dapat menggarrrbar sesuai dengan apa yang dipikirkannya Proses berprkir selalu dikaitkan dengan apa yang ditangkap oleh pancaindera seperti yang dilihat, didengar, dikecap, diraba, dan dicium, dan selalu diikuti dengan pertanyaan "mengapa?" e) f) Semua kejadian Yang terjadi alasan, tetapi berdasarkan (egosentris). Mulai dapat membedakan antara fantasi dengan kenyataan yang sebenarnya. 2) Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun a) b) Sudah dapat memahami jumlah dan ukuran Tertarik dengan huruf dan angka, ada vang sudah mampu menulisnya atau menyalinnya serta menghitungnya. c) d) Telah mengenal sebagian besar warna. Mulai mengerti tentang waktu, kapan harus pergi ke sekolah dan pulang dari sekolah, nama-nama hari dalam satu minggu. e) Mengenal bidang dan bergerali sesuai dengan bidang yang dimilikinya (teritorinnya)

f)

Pada akhir usia 6 tahun, anak sudah muiai mampu membaca, menulis, dan berhitung

6. lmplikasi Perkembangan Kognitif dalam Proses Pembelajaran yang Efektif di PAUD a. Aktivitas di dalam proses belajar-mengajar hendaknya ditekankan pada pengembangan struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang terjadi di lingkungan anak (turnbuh-tumbuhan, binatang, air),

menggambar, menggunting, dan lain-lain yang dikaitkan dengan pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan pengembangan bahasa, baik bahasa lisan maupun membaca dan menulis. b. Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya, memberikan.jawaban yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan mengemukakan jawaban yang benar. c. Memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya. Misalnya, mengubah obiek-objek yang disajikan secara nyata ke dalam bentuk lain, misalnya gambar. d. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir dan mengemukakan pikirannya.

B. Pengertian Anak Usia Dini 1. Devinisi Anak Usia Dini Rahman (2002: 5) menyebutkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0 sampai 8 tahun. Rahman juga memaparkan bahwa anak usia dini merupakan individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat. Rahman (2002:32) juga menyebutkan bahwa anak usia dini (0-8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai usia emas yaitu usia yang sangat berharga disbanding usia-usia selanjutnya. Rumini dan Sundari (2004:37) menyebut anak usia dini sebagai masa awal kanak-kanak yaitu anak yang berusia 2 sampai 6 tahun. Santoso (2002:53) memaparkan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik suka meniru, ingin mencoba, spontan, jujur, riang, suka bermain, ingin tahu (suka bertanya), banyak gerak, suka menunjukkan Akunya, unik, dan lain-lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0 sampai 6 tahun dan memiliki karakteristik suka meniru, ingin mencoba, spontan, jujur, riang, suka bermain, ingin tahu (suka bertanya), banyak gerak, suka menunjukkan akunya, unik, dan lain-lain. Kecepatan perkembangan pada setiap anak berbeda, akan tetapi setiap anak mempunyai pola perkembangan yang sama. Anak usia dini yang dimaksudkan adalah anak yang berusia 0-6 tahun, karena di Indonesia batasan anak usia dini adalah 0-6 tahun.

2. Perkembangan Anak Usia Dini Musfiroh (2008:3) menyebutkan terdapat sepuluh fakta dasar mengenai prinsip perkembangan anak-anak. Prinsip-prinsip yang dimaksudkan adalah sebagai berikut: Pertama, perkembangan awal Ketiga, lebih menyangkut penting perubahan. Kedua,

perkembangan selanjutnya.

daripada merupakan

perkembangan hasil proses

perkembangan

kematangan dan belajar. Keempat, pola perkembangan dapat diramalkan. Kelima, pola perkembangan mempunyai karakteristik tertentu. Keenam, terdapat perbedaan individu dalam perkembangan aspek-aspek tertentu. Ketujuh, terdapat periode dalam pola

perkembangan yang disebut periode pra-lahir, masa neonatus, masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak akhir, dan masa puber. Kedelapan, ada harapan sosial untuk setiap periode perkembangan. Kesembilan, setiap bidang perkembangan

mengandung kemungkinan risiko tertentu, yang dapat mengubah pola perkembangan. Kesepuluh, kebahagiaan bervariasi pada berbagai periode perkembangan. 3. Karakteristik Anak Usia Dini Anak usia dini memiliki karakteristik tersendiri atau khas, baik secara fisik, psikis, sosial, emosi, kognitif, moral dan sebagainya (Snowman, 2000:32-35). Masa kanak-kanak adalah masa pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak

selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama, bahkan tidak dapat terhapuskan. Kalaupun bisa paling hanya tertutupi. Bila suatu saat ada stimulasi yang memancing pengalaman hidup yang pernah dialami maka efek tersebut akan muncul kembali walau dalam bentuk yang berbeda. Seperti yang dikatakan Hurlock, (Musyafa, 2002:37) Perkembangan awal lebih penting daripada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman. Secara umum anak-anak memiliki karakteristik yang sama. Rahman (2002:33) mengemukakan bahwa karakteristik anak usia 2-3 tahun antara lain adalah: a. Anak sangat eksploratif terhadap benda-benda yang ada disekitarnya. Memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. b. Anak mulai mengembangkan kemampuan kognitif serta bahasa. Diawali dengan celoteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya. c. Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan anak. Sebab, emosi bukan ditentukan oleh faktor bawaan, namun lebih banyak pada lingkungan. Anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit berbeda dengan anak usia 2-3 tahun, meskipun perbedaan tersebut tidak

terlalu mencolok. Rahman (2002:34) mengungkapkan bahwa anak usia 46 tahun memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut: a. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal itu bermanfaat untuk perkembangan otot-otot kecil maupun besar. b. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu. c. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat. d. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun aktivitas bermain dilakukan secara bersama. 4. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini Anak usia dini (0-6 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Karena itulah usia dini dikatakan sebagai golden ege (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya (Hurlock, 2006:33). Hibana (2002:32) menguraikan karakteristik anak usia dini digolongkan sebagai berikut:

a) Usia bayi (0-1tahun) Anak usia bayi 0-1 tahun, mempelajari keterampilan motorik dari mulai berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan. Mempelajari keterampilan menggunakan panca indera, seperti melihat, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengap dengan

memasukkan setiap benda ke mulut. Mempelajari komunikasi sosial, bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontak sosial dengan lingkungannya. b) Usia (2-3 tahun) pada usia ini anak sangat aktif mengeksplor benda-benda yang ada disekitarnya. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa yang diawali dengan berceloteh, anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan anak. c) Usia (4-6 tahun) pada usia ini anak sangat sangat aktif melakukan berbagai kegiatan, perkembangan bahasa semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan memahami mengungkapkan pikirannya dalam batas tertentu. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar.

C. Pengertian Bermain Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti hanya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 2000:125). Tentang bermain, Hurlock (2002:136) menyatakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kategori bermain dibagi menjadi dua yaitu bermain aktif (Hurlock, 2000:140): a. Bermain aktif Dalam bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dari apa yang dilakukannya. Misalnya berlari atau membuat sesuatu dari lilin. b. Bermain pasif Kesenangan yang diperoleh anak dalam bermain egosentris. Sedikit demi sedikit anak akan dilatih untuk mempertimbangkan perasaan orang lain, bekerja sama, saling membagi dan menghargai. Melalui bermain anak dilatih bersabar, menunggu giliran dan terkadang bisa kecewa karena in pasif berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya menikmati temannya bermain, melihat hewan. Bermain jenis ini membutuhkan sedikit energi dibandingkan bermain aktif. dan pasif

D. Permainan Balok Bermain balok merupakan salah satu alat bermain konstruksi yang bermanfaat untuk anak. Tidak hanya untuk aspek kognitif, motorik, tetapi juga untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak (EQ). Balok terdiri dari berbagai bentuk. Ada yang segitiga, segiempat, lingkaran, dengan berbagai warna yang menarik. Balok dapat dimainkan sendiri oleh anak, maupun berkelompok dengan teman-temannya. Anak usia batita biasanya belum dapat menciptakan bentuk bangunan yang bermakna. Biasanya anak hanya menumpukkan baloknya saja. Karena pada tahap ini, anak berada dalam tahap perkembangan sensor-motornya. Untuk anak di atas usia batita, mereka sudah dapat menciptakan bentuk yang baru seperti bangunan, jembatan, dan sebagainya.Karena manfaatnya besar, permainan ini sebaiknya diberikan pada anak sejak usia dini. Untuk bayi, tersedia berbagai balok yang terbuat dari bahan busa. Bermain Balok menunjukkan kemampuan anak untuk menghadirkan pikirannya menjadi sebuah karya nyata. Saat anak menghadirkan dunia mereka melalui main pembangunan, mereka berada di posisi tengah antara main dan kecerdasan menampilkan kembali (merefleksikan). Kesempatan main pembangunan membantu anak mengembangkan keterampilan

koordinasi motorik halus, berkembangnya kognisi ke arah berpikir operasional, membangun rasa percaya diri anak, sehingga hasil karya mereka menjadi semakin nyata. Keterampilan ini akan mendukung keberhasilan sekolahnya dikemudian hari (Piaget, 2000:33). Menurut Lara Fridani S.Psi,

M.Psych, dosen pendidikan anak usia dini di (PAUD) di Universitas Negeri Jakarta menjelaskan, permainan susun balok sama halnya dengan permainan puzzle, karena sama-sama dalam permainan konstruktif (Kompas.com). 1. Manfaat Bermain Balok a. Belajar mengenai konsep Dalam bermain susun balok, akan ditemukan beragam konsep, seperti warna, bentuk, ukuran, dan keseimbangan. Orangtua bisa mengenalkan konsep-konsep tersebut saat anak bermain susun balok. b. Belajar mengembangkan imajinasi Untuk membangun sesuatu tentunya diperlukan kemampuan anak dalam berimajinasi. Imajinasi yang dituangkan dalam karya mengasah kreativitas anak dalam mencipta beragam bentuk. c. Melatih kesabaran Dalam menyusun balok satu demi satu agar terbentuk bangunan seperti dalam imajinasinya, tentu anak memerlukan kesabaran. Berarti ia melatih dirinya sendiri untuk melakukan proses dari awal sampai akhir demi mencapai sesuatu. Ia berlatih untuk

menyelesaikan pekerjaannya. d. Secara sosial anak belajar berbagi Ketika bermain susun balok bersama teman, anak terlatih untuk berbagi. Misalnya, jika si teman kekurangan balok tertentu, anak diminta untuk mau membagi balok yang dibutuhkan. Perlahan tapi pasti, anak juga belajar untuk tidak saling berebut saat bermain.

e. Mengembangkan rasa percaya diri anak Ketika anak bermain susun balok dan bisa membuat bangunan, tentu anak akan merasa puas dan gembira. Pencapaian ini akan menumbuhkan rasa percaya diri akan kemampuannya. f. Meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus anak. g. Mengenalkan konsep dasar matematika, yaitu 1) mengenalkan konsep berat dan ringan, panjang-pendek, besarkecil, tinggi-rendah. 2) belajar mengelompokkan benda berdasarkan bentuk dan warna. 3) mengenalkan konsep arah kiri-kanan, atas-bawah h. Merangsang kreativitas dan imajinasi anak. keterampilan bahasa anak (karena anak

i. Mengembangkan

memberikan label pada benda yang dilihatnya serupa). j. Bila bermain dengan temannya, permainan ini dapat melatih kepemimpinan, inisiatif, perencanaan, mengemukakan pendapat, dan kemampuan mengarahkan orang lain. Permainan ini juga

mengembangkan empati anak dengan menghargai hasil karya orang lain. Inilah yang merupakan bagian dari kecerdasan emosi anak.

i. Manfaat Permainan Balok Untuk Perkembangan Kognitif 1. Membangun pemahaman tentang konsep panjang, tinggi, berat dan ruang 2. Belajar mengelompokkan dan mengurutkan objek berdasarkan ukuran, bentuk dan fungsi 3. Belajar membuat prinsip benda (eksplorasi berat, stabilisasi, kesamaan, keseimbangan) 4. Belajar memprediksikan hubungan sebab dan akibat 5. Belajar pemecahan masalah yang berhubungan dengan sebuah bangunan 6. Belajar menggunakan penjumlahan, pengurangan dan pembagian 7. Belajar membaca dan menulis awal (saat pemberian label)

E. Kerangka Pikir

Kondisi Awal

Perkembangan Kognitif Anak Masih Kurang

Siswa masih banyak yang kurang tahu tentang konsep balok Siklus I Siklus II

Tindakan

Penerapan Permainan Balok Dalam pengenalan Tentang konsep Permainan balok dapat meningkatkan perkembangan kognitif

Tindakan Akhir

Keterangan: Penerapan metode permainan balok merupakan salah satu upaya yang dilakukan pendidik dalam meningkatkan kemampuan kognitif pada anak usia dini. Dengan menggunakan metode permainan balok anak tidak jenuh dan bosan, karena didalamnya mengandung unsur-unsur yang menyenangkan bagi anak. Dengan cara seperti itu pendidikan untuk meningkatkan kognitif anak akan akan mudah terintegrasi. F. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalahpeneliti. (Sugiono, 2006:70). Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat diajukan suatu hipotesis bahwa pengenalan permainan balok dapat meningkatkan kemampuan kognitif Anak Usia Dini di PAUD Anak Bangsa Kecamatan Subah Kabupaten Batang.

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan penelitian


Penggunaan metode penelitian bermaksud memperoleh gambaran secara mendalam tentang Upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini di PAUD Ana Bangsa Kecamatan Subah Kabupaten Batang . Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan adalah proses investigasi terkendali untuk merumuskan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran tersebut dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas tertentu. (Arikunto, 2008:2) Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan (Arikunto,2008:3) yang terdiri dari: 1). Perencanaan, 2). Tindakan, 3). Pengamatan, 4). Refleksi. Hubungan ke empat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. k. Seting Dan subjek Penelitian Lokasi penelitian yaitu di PAUD Anak Bangsa yang beralamatkan di Jl.Pantura No.07 Kecamatan Subah kabupaten Batang. Alasan praktis peneliti memilih PAUD Anak Bangsa Subah karena letaknya yang strategis, dan

mudah dijangkau. Selain itu PAUD Anak Bangsa Subah sudah memiliki kepercayaan dari masyarakat. Penelitian ini dilakukan di kelompok III PAUD Anak Bangsa Subah tahun 2012/2013, mulai bulan November 2012 sampai bulan Februari 2013. Adapun subjek yang akan diteliti adalah peserta didik di PAUD Anak Bangsa Subah yang mendapat pembelajaran peningkatan kemampuan kognitif dengan metode permainan balok. Jumlah siswa 26 anak, terdiri dari 10 anak perempuan, dan 16 anak laki-laki, dengan jumlah guru 2 orang. l. Prosedur Penelitian i. Perencanaan Penelitian dilakukan di PAUD Anak bangsa pada kelompok III yang berjumlah 26 anak.Tema yang diambil dalam penerapan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui permainan balok. Rencana tindakan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: m. Menyusun Rencana Kegiatan Harian ( RKH ). n. Menyediakan alat peraga. o. Menyusun instrument penelitian. p. Menyusun lembar observasi dan angket. i. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan ,yaitu penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan,melaksanakan skenario pembelajaran, berupa uraian tahapan dalam setiap siklus tindakan yang akan dilakukan.

ii.

Pengamatan a. Lembar pengamatan. b. Nilai tugas. c. Hasil evaluasi.

iii.

Refleksi Pada tahap ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat, atau yang disebut dengan kolaborasi, kegiatannya yaitu: a. Membahas apa yang terjadi pada pembelajaran. b. Mencari yang sudah berhasil dicapai maupun yang belum dicapai. c. Merencanakan tindakan perbaikan atau siklus ke dua.

q. Teknik Pengumpulan Data Dalam setiap penelitian disamping penggunaan metode yang tepat, diperlukan pula kemampuan memilih dan bahkan juga menyusun teknik dan alat pengumpul data yang relevan. Kecermatan dalam memilih dan menyusun teknik dan alat pengumpul data ini sangat berpengaruh pada obyektifitas hasil penelitian. Dengan kata lain teknik dan alat pengumpul data yang tepat dalam suatu penelitian akan memungkinkan dicapainya pemecahan masalah secara valid dan reliabel, yang pada gilirannya akan memungkinkan dirumuskannya generalisasi yang obyektif. (Haradi Nawawi, 2005: 94). Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan teknik, observasi , wawancara dan dokumentasi. 1. Observasi Menurut Moleong (2002: 101) observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan sebelumnya. Metode observasi bertujuan untuk: a. mendapatkan pemahaman data yang lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti; b. melihat hal-hal yang oleh partisipasi atau subyek peneliti sendiri kurang disadari; c. memperoleh data tentang hal-hal yang tidak diungkapkan oleh subyek peneliti secara terbuka dalam wawancara karena berbagai sebab; d. memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subyek peneliti atau pihak-pihak lain (Moleong, 2007: 189). yang diperoleh

Dalam penelitian ini pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terbuka yaitu pengamatan yang diketahui oleh subyek, sehingga subyek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk

mengamati peristiwa yang terjadi dan mereka menyadari bahwa ada orang lain yang mengamati mereka (Moleong, 2002:127).

2. Wawancara Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dimana terjadi komunikasi secara verbal antara pewawancara dan subjek wawancara. Menurut Moleong (2007 : 190). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan yang di wawancarai yang memberikan jawaban pertanyaan. Wawancara secara garis besar di bagi menjadi 2 yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara berstruktur adalah wawancara yang pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara tidak berstruktur merupakan wawancara yang berbeda dengan wawancara terstruktur dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan respon, pada wawancara tidak berstruktur ini responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja karena sifat-sifat yang khas ( Moleong, 2007 : 190 ). 3. Dokumentasi Menurut Guba dan Lincoln (dalam Moleong,2002:161) bahwa dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pencatatan atau pengutipan data dari dokumen yang ada

dilokasi penelitian. Studi dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari wawancara dan observasi. Dokumentasi dapat berupa suratsurat, gambaran atau foto dan catatan lain yang berhubungan dengan penelitian.Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, dimana sumber ini terdiri dari rekaman dan dokumen.Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dalam penelitian ini dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari hasil wawancara dan observasi. Dokumentasi dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

r. Sumber Data Untuk mengetahui dari mana data diperoleh, maka perlu ditentukan sumber data penelitian sesuai dengan tujuan diadakannya penelitian. Yaitu upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini melalui permainan balok di PAUD Anak Bangsa Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subyek darimana data diperoleh. (Suharsimi Arikunto,2002:10). Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam Jenis.Yaitu Data primer dan Data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang didapatkan secara langsung dari subyek dan

orang-orang

yang

menjadi

informan

yang

mengetahui

pokok

permasalahan atau obyek penelitian berbentuk verbal atau katakata/ucapan dan perilaku dari subjek. Subjek dalam penelitian ini adalah beberapa Pendidik PAUD Anak Bangsa Subah-Batang dan anak didik yang berjumlah 26 anak serta sejummlah orang tua anak didik di Paud Anak Banssa Subah-Batang. Karakteristik data primer ditegaskan oleh Meleong (2002) adalah dalam bentuk kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia . 2. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber utama melainkan dari pihak lain seperti bersumber dari dokumen-dokumen dan foto-foto yang dapat digunakan sebagai pelengkap data primer serta data pendukung lainnya seperti arsip daftar anak, data observasi dan data-data yang lainnya.

s. Validitas Data Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik triangulasi. Menurut Lexy J. Moleong, (2002:178) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi digunakan dengan alasan bahwa dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten. Menurut Beni Ahmad ( 2008: 189 ) Triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan

data

yang

bersifat

menggabungkan

berbagai

teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik triangulasi dalam penelitian ini dilakukan yaitu untuk menguji keabsahan data. Langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu membandingkan dan mengecek antara siklus I dengan siklus II. t. Rencana Tindakan Kelas Setelah semua data terkumpul selanjutnya data-data tersebut di analisis. Kemudian untuk mengadakan penarikan simpulan dan suatu penulisan. Harus berdasar pada hasil pengolahan dan harus selaras dengan jenis data-data yang ada. Penelitian ini dilakukan dengan disain seperti yang biasa dilakukan pada penelitian tindakan kelas, yaitu melalui tahap-tahap (1) perencanaan, (2) Implementasi, (3) observasi, (4) refleksi, yang dilakukan secara bersiklus. Secara lebih rinci prosedur penelitian adalah sebagai berikut : a. Diskripsi Persiklus 2. Sikius I a) Rencana b) Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran yaitu : Langkah-langkah pelaksanaan perbaikan pembelajaran yaitu : 1) 2) 3) 4) Pra kegiatan Kegiatan awal Kegiatan inti Kegiatan akhir

5) 6)

Observasi Refleksi

Selanjutnya hasil yang telah direfleksikan pada sikius I ini dijadikan bahan dan acuan untuk tindakan perbaikan

pada siklus II. 3. Siklus II a) Rencana

Langkah-langkah pelaksanaan perbaikan pembelajaran yaitu: 1) 2) 3) 4) b) c) Prakegiatan Kegiatan awal Kegiatan inti Kegiatan akhir Observasi Refleksi Refleksi pada siklus ini digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana perkembangan yang dapat dicapai setelah dilakukan tindakan perbaikan dalam satu siklus terhadap

pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini melalui permainan balok yang dipraktikkan oleh anak dalamkegiatan. u. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui kefektifan Kemampuan kognitif anak usia dini melalui metode Permainan balok di PAUD Anak Bangsa Subah, dalam kegiatan pembelajarannya, maka perlu dilakukan analisis data. Analisis data

dalam penelitian ini pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan dalam periode tertentu. Dimulai dari observasi, mengedit, mengklarifikasi, mereduksi selanjutnya kegiatan penyajian data serta menyimpulkan data. v. Indikator Keberhasilan Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian, keseluruhan data yang terkumpul digunakan untuk menilai keberhasilan tindakan dengan keberhasilan sebagai berikut: Meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini melalui permainan balok mencapai nilai dan secara individual, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas apabila terdapat lebih 80 % anak yang telah mencapai ketuntasan dalam penerapan permainan balok. w. Jadwal Penelitian. N Kegiatan o 1 PERSIAPAN . Menyusun konsep perencanaan Menyusun instrumen 2 PELAKSANAAN . Melakukan tindakan siklus 1 Melakukan tindakan siklus II 3 PENYUSUNAN . LAPORAN Menyusun konsep laporan November 1 2 3 4 Desember Januari Februari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyempurnaan laporan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PAUD Anak Bangsa Subah 1. Latar Belakang PAUD Anak Bangsa Subah PAUD Anak Bangsa berdiri pada 30 Juli 2006, yang beralamatkan Jln. Raya Pantura No. 7 kecamatan Subah Kabupaten Batang. Saat ini jumlah Pendidik di PAUD Anak Bangsa 8 orang dengan jumlah murid 66 anak dengan jumlah anak laki laki 31 anak dan perempuan 35 anak. 2. Visi, Misi, dan Tujuan PAUD Anak Bangsa Subah a. Visi Menjadikan dunia anak lebih bermakna b. Misi 1) Melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada anak. 2) Memberikan kegiatan pembelajaran yang membebaskan proses berkembangnya potensi anak. 3) Melakukan pembimbingan dan pengasuhan yang terbaik agar anak mendapat pembelajaran yang terabaik. 4) Melaksanakan kerja sama dengan pihak lain seperti orangtua, lembaga pengasuhan lain agar dunia anak dapat dimiliki anak sepenuhnya.

5) Melakukan kampanye kepada masyarakat agar anak usia dini memperoleh pembelajaran dan pengasuhan yang terbaik.

c. Tujuan PAUD Anak Bangsa 1) Mengambil bagian dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Anak melalui program Pendidikan Anak Usia Dini, sebagai wujud kepedulian dan peran serta Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bantang, dalam membantu, masyarakat dan pemerintah Kabupaten Batang dalam melaksanakan otonomi daerah bidang pendidikan. 2) Memberikan sarana bermain dan belajar bagi Anak Usia Dini yang lebih terarah melalui pembelajaran guna mengembangkan

kemampuan motorik, kreativitas dan potensi-potensi anak lainnya. 3) Menjadikan program pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini yang lebih sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan selanjutnya diinformasikan serta dikembangkan ke pihak

penyelenggara program pendidikan anak lainnya.

3. Sarana Fisik Sarana fisik yang dimiliki PAUD Anak Bangsa kecamatan Subah Kabupaten Batang sudah cukup memadahi, hal ini bisa digunakan untuk mendukung dalam proses pembelajaran. Di PAUD Anak Bangsa model pembelajarannya menggunakan sentra. Jadi ruangannya cukup banyak. Adapun sarana fisik yang dimiliki PAUD Anak Bangsa Kecamatan Subah

Kabupaten Batang, yaitu 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 dapur, 1 kamar mandi, tempat cuci tangan, aula / ruang serba guna, dan tempat bermain.

4. Struktur Organisasi PAUD Anak Bangsa Subah

Kepala Fitrianingrum, S.Pd

Wakil Kepala Farida

Sekretaris Jamilah, S.Pd

Bendahara Wastutik

Anggota Dara Rizky F.A.Ma Ristiana

Adhitya Arista.D
Heni Sulistyowati, S.Pd

5. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik Pendidik adalah salah satu faktor yang sangat mendukung bagi keberhasilan dalam proses pembelajaran, sebab jika dari faktor Pendidik kurang, maka jalannya proses pembelajaran akan mengalami suatu hambatan. Dalam proses belajar mengajar, kepala sekolah dibantu oleh Pendidik yang cukup profesional dalam bidangnya. Pendidik cenderung lebih aktif kontak dengan murid. Kepala sekolah di PAUD Anak Bangsa

tidak mengajar karena sudah dihandle oleh Pendidik-Pendidik yang dipercaya. Kepala sekolah hanya memonitoring, memberi bimbingan kepada para Pendidik, serta memotivasi. Sedangkan Pendidik bertugas menyampaikan bahan pembelajaran dan juga membimbing kepada peserta didik. Dalam pendidikan anak usia dini segala sesuatu dikerjakan bersama, berbeda halnya dengan pendidikan sekolah dasar. Hal ini dikarenakan karena minimnya tenaga dan dana untuk membayarinya.

Tabel 5. 1 Daftar Guru di KB Anak Bangsa Subah No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Nama Fitriyaningrum, S. Pd Jamilah, S. Pd Dara Rizki F, A. Ma Farida Wastutik Ristiana Adhitya Arista. D Heni Sulistyowati, S. Pd Jabatan Kepala PAUD Anak Bangsa Guru Kelas PAUD IV Guru Kelas PAUD III Guru Kelas PAUD II Guru Kelas PAUD I Guru Bantu Guru Bantu Guru Bantu Keterangan S I BK S I PAUD D2- PGTK Studi PAUD Studi PAUD Studi PAUD Studi Perpus S I PLS

Peserta didik PAUD Anak Bangsa Subah berasal dari berbagai daerah, yaitu Tenggulang Harjo, Jatisari, Sidorejo, Tarub, Liyangan, Kauman, Pucungkerep, Kemiri Barat dan sekitarnya. Pada umumnya masyarakatnya khususnya wali murid bermata pencaharian sebagai petani,

pedagang, wiraswasta, dan pegawai negeri. Adapun jumlah peserta didik saat penelitian adalah 26 anak yang terdiri dari Kelompok Melati dan Kelompok Lili atau PAUD Kelas III, 13 anak laki laki, 13 anak perempuan. Dana yang diperoleh untuk memenuhi sarana dan prasarana PAUD Anak Bangsa Subah, mendapat sumbangan / bantuan dari wali murid, Dinas, dan P2PNFI.

Tabel 5. 2 Daftar Peserta Didik KB Anak Bangsa Subah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kelompok Cempaka Dahlia Melati Lili Mawar Anggrek Jumlah Jumlah 11 Anak 11 Anak 13 Anak 13 Anak 10 Anak 8 Anak 66 Anak

B. Deskripsi Awal Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti yang berperan sekaligus sebagai Pendidik, melakukan survey awal di PAUD Anak Bangsa pada tanggal 7 Januari 2013 yang dilanjutkan dengan wawancara singkat dengan kepala PAUD Anak Bangsa dirangkai pertemuan Pendidik yang menjadi objek penelitian. Survey awal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal

pembelajaran dan motivasi awal siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi awal ini menjadi acuan sebelum dilakukan serangkaian tindakan penelitian. Dari hasil pengamatan yang dilakkukan peneliti, kondisi moralitas khususnya kelompok Melati dan kelompok Lili atau PAUD Kelas III di PAUD Anak Bangsa menurun, karena masih banyak dijumpai anak yang Belum begitu tahu tentang konsep balok Hanya beberapa anak saja yang sudah bisa mengenal tentang konsep balok. Maka dalam hal ini peneliti berusaha mengatasi permasalahan tersebut dengan menggunakan permainan balok dalam pembelajarannya, guna untuk meningkatkan kognitif anak, terutama tentang konsep. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti melaksanakan tindakan yang terdiri dari dua siklus. Berdasarkan uraian di atas, maka proses belajar mengajar yang dilakukan selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan Permainan balok yang difokuskan pada 3 aspek pengamatan utama, yaitu: Kemampuan siswa dalam mengenal bentuk-bentuk geometri, kemampuan siswa dalam mengenal ukuran, dan kemampuan siswa dalam berhitung.

C. Deskripsi Hasil Penelitian Untuk mengetahui hasil pelaksanaan tindakan selanjutnya dapat diuraikan poin bahasan sebagai berikut: 1. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan

Tahap pertama adalah perencanaan. Pada kesempatan tersebut Pendidik yang berperan sekaligus sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai kolaborator mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Dari hasil pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti kemudian mengajukan suatu solusi alternatif yang berupa media belajar, yaitu penerapan permainan balok untuk memotivasi anak agar lebih tertarik dengan materi untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya. Dalam tahap ini peneliti menyajikan data yang dikumpulkannya kemudian bersama

kolaborator berdiskusi dan menentukan solusi yang dapat diambil Halhal yang didiskusikan antara lain: 1) Perangkat pembelajaran berupa, penentuan kompetensi dasar yang akan dicapai, menyiapkan media pembelajaran, berupa buku tentang bermain balok, alat peraga (balok), dan menyiapkan lembar observasi. 2) Menyusun skenario pembelajaran, yaitu: a) Pendidik memberikan aperepsi dengan menjelaskan kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan. b) Pendidik memberi penjelasan tentang konsep balok dan tata cara dalam bermain balok. c) Peserta didik menyebutkan beberapa konsep tentang balok dan menyusun balok. d) Menerapkannya dalam permainan.

3) Mempersiapkan

instrumeninstrumen

untuk

mengetahui

efektifitas tindakan. Dari kegiatan diskusi disepakati pula bahwa tindakan dalam siklus I dilaksanakan dalam tiga pertemuan. b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan I ini dilaksanakan selama tiga kali pertemuan di ruang PAUD Anak Bangsa Subah. Satu kali pertemuan dilaksanakan selama 2 X 60 menit. Sesuai dengan RKH pada siklus I ini, pembelajaran dilakukan oleh peneliti sekaligus berperan sebagai Pendidik. Adapun tugas kolaborator adalah melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan melakukan wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran beakhir. Adapun Rencana Kegiatan Harian yang telah disusun adalah sebagai berikut: RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS I Hari / Tanggal Kelas / Semester Lingkup Perkembangan Materi Pokok Tema Subtema Alokasi Waktu 1. Kompetensi Dasar a. Peserta didik mengetahui perbedaan macam-macam geometri : Rabu, 9 Januari 2013 : III / II ( Genap ) : Kognitif (Pengenalan konsep) : Bentuk-bentuk Geometri : Kebutuhanku : Permainanku : 120 Menit ( 08.00 10.00 )

b. Peserta didik mampu menyebut dan mengurutkan angka melalui balok c. Peserta didik dapat menerapkannya dalam permainan 2. Indikator a. Menyebut dan menunjukkan bentuk-bentuk geometri b. Membilang / menyebut urutan bilangan dari 1-10 c. Menyusun menara dari kubus, minimal 8 kubus 3. Bentuk Kegiatan a. Mengelompokkan bentuk geometri sesuai dengan jenisnya b. Praktek mengurutkan angka c. Menerapkan dalam permainan. 4. Skenario Pembelajaran No. 1. Uraian Kegiatan Pijakan Sebelum Main Cicle Time .Pendidik mengkondisikan anak Alokasi Waktu 30 Menit

dengan membuat lingkaran sambil menyanyi selamat pagi teman .Pendidik memberikan salam kepada anak, dan berdoa sebelum kegiatan bersama-sama .Pendidik mengabsen siswa melalui lagu Cikicik Bum

.Pendidik mendiskusikan kegiatan hari ini dan aturan mainnya. .Pendidik memberi kesempatan pada anak untuk minum dan toilet training selama 5 menit. 2. Pijakan Saat Main .Pendidik menjelaskan tentang 60 Menit

Bentuk-bentuk Geometri .Pendidik mengenalkan angka kepada anak didik melalui balok .Pendidik menjelaskan alur permainan dan aturan mainnya .Pendidik memberi kesempatan

kepada siswa untuk memberikan pendapat dan bertanya kegiatan .Pendidik menyuruh anak untuk dan tentang

mengerjakan

kegiatannya

mempraktekkannya langsung

3.

Pijakan Setelah Main .Mengulas tentang kegiatan yang telah diberikan

30 Menit

.Tanya jawab tentang kegiatan .Salam dan pesan kepada anak

c. Pengamatan Kegiatan pengamatan dilakukan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada pengamatan siklus pertama yang dilaksanakan pada saat kegiatan proses belajar mengajar sedang berlangsung dapat diketahui aktifitas pada saat kolaborator menerapkan Permainan balok dalam kegiatan pembelajaran terlihat anakanak merasa sangat senang dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada saat kolaborator memberikan penjelasan pengenalan tentang bentuk-bentuk geometri melalui balok. Semua anak diam mendengarkan apa yang telah disampaikan dan penglihatannya tertuju pada satu arah, yaitu kolaborator karena tertarik untuk lebih tau tentang hal tersebut. Anakanak terlihat lebih antusias dari pada biasanya. Tabel 5. 3 Hasil Belajar Kegiatan
No. Nama Aktif dalam kegiatan 1. 2. Zahra Cinta

Mengenal bentuk balok dan Berlatih Berhitung


Penerapan dalam permainan

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18 19. 20. 21 22 23 24 25 26

Yuvan Ronald Lutfi Afif Gita Izza Raihan Rendi Edwin Fajar Keza Eca Rara Nessa Kia Bagas Arul Begin Unggul Alea Lintang Riski Indra Kevin Jumlah

13 11 2

17 7 2 12

13 1

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I maka dari hasil pengamatan tersebut dirangkum dalam table pencapain perkembangan moral seperti yang terdapat pada table berikut:

Tabel 5. 4 Tabel ratarata tingkat keaktifan, pengetahuan tentang ukuran


dan bentuk-bentuk geometri serta penerapan aspek kognitif anak

didik pada siklus pertama. No. 1. Aspek Pengamatan Keaktifan Mengenal bentuk balok 2. dan Berlatih Berhitung Penerapan dalam 3. permainan 12 12/26 X 100% 46% 17 17/26 X 100% 65% Frekuensi 13 Perhitungan 13/26 X 100% Prosentase 50%

d. Refleksi Melihat dari data perkembangan anak pada siklus I, bahwa prosentase tingkat keberhasilan anak didk terdapat 50% anak didik yang aktif ikut melaksanakan kegiatan dengan baik, ada 13 anak dengan simbol ( ), baik tetapi masih perlu bimbingan atau belum sempurna, ada 11 anak dengan simbol ( ) dan ada yang belum berhasil ada 2 anak dengan simbol ( ). Untuk anak didik yang

memliki kemampuan untuk Mengenal bentuk balok dan

Berlatih

Berhitung ada 17 anak dengan simbol ( ), baik tapi masih memerlukan bimbingan, ada 7 anak dengan simbol ( ), dan yang

belum berhasil 2 anak dengan simbol ( ). Sedangkan anak didik yang memiliki kemampuan penerapan dalam bermain ada 12 anak dengan simbol ( ), baik tetapi masih memerlukan bimbingan, ada 13 anak dengan simbol ( ), dan ada 1 anak yang belum berhasil dengan simbol ( ). Tabel 5. 5 Penilaian pada siklus I No. 1. 2. 3. 4. Kriteria Baik sekali Baik Cukup kurang Jumlah Anak 14 10 2 Keberhasilan % 54 38 8

Dari data tersebut, maka perlu diadakan siklus II untuk perbaikan serta mencapai standar keberhasilan. 2. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan

Rencana tindakan pada siklus II disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan pada siklus pertama. Dari kegiatan tersebut diketahui bahwa permasalahan yang terjadi pada siklus pertama adalah akibat belum tepatnya pendekatan dalam penggunaan permainan balok yang dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pemblajaran. Oleh sebab itu dalam siklus kedua ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas dalam memberikan pengarahan dan motivasi kepada anak didik dalam mengikuti proses

pembelajaran. Selanjutnya dilakukan penetapan alternative pemecahan masalah yang terjadi pada siklus pertama yang akan dilakukan pada tahapan pelaksanaan tindakan. Penyusunan Skenario pembelajaran yang mencangkup alternatif permasalahan pada siklus pertama yang disusun sesuia langkahlangkah pembelajaran dengan menggunakan permainan balok. Mempersiapkan media dan sumber pembelajaran. Di dalam permainan balok penyebutan tentang unsur-unsur balok masih tetap digunakan. Akan tetapi dalam menjelaskan konsep balok tersebut, peneliti menggunakan media balok yang berwarna, selain mengenalkan warna juga mengenalkan penjumlahan sederhana melalui balok dengan tujuan supaya anak lebih tertarik di dalam permainan dan tanpa sadari mereka sudah belajar berhitung. Dengan demikian suasana pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan. Kemudian mempersiapkan waktu pembelajaran yang dibutuhkan

dalam penerapan permainan balok direncanakan kurang lebih 120 menit. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus ke II dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2013 di PAUD Kelas III PAUD Anak Bangsa Subah dengan jumlah 26 anak. Adapun proses kegiatan belajar mengajar, yaitu mengacu pada Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan. Dalam penelitian direncanakan akan melalui dua siklus. Tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana, hal ini mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karena itu rencana tindakan harus bersifat tentative dan sementara, fleksibel dan siap diubah sesuai dengan kondisi yang ada sebagai usaha kearah perbaikan. Adapun proses kegiatannya meliputi: RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS II Hari / Tanggal Lingkup Perkembangan Kelas / Semester Materi Pokok Tema Subtema Alokasi Waktu 1. Kompetensi Dasar : Rabu, 6 Februari 2013 : Kognitif (mengenal konsep ) : III / II ( Genap ) : Bentuk dan ukuran : Kebutuhanku : Permainanku : 120 menit

a. Peserta didik dapat membedakan bentuk dan ukuran balok. b. Peserta didik dapat dapat mengenal penjumlahan secara sederhana melalui balok c. Peserta didik dapat mengenal macam-macam warna melalui balok 2. Indikator a. Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri b. Menyebutkan hasil penambahan (menggabungkan 2 kumpulan benda) dan pengurangan (memisahkan kumpulan benda) dengan benda sampai 10 c. Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. Misal : menurut warna, bentuk, ukuran, jenis dan lain-lain d. Menyusun menara dari kubus, minimal 8 kubus 3. Bentuk Kegiatan a. Mengelompokkan balok sesuai ukurannya b. Berlatih penjumlahan melalui balok c. Mengelompokkan bentuk balok sesuai warna d. Bermain menyusun balok 4. Skenario Pembelajaran No. 1. Uraian Kegiatan Pijakan Sebelum Main Cicle Time .Pendidik mengkondisikan anak dengan Alokasi Waktu 30 Menit

membuat lingkaran sambil menyanyi aku anak sholeh berdoa sebelum kegiatan. .Pendidik mengabsen anak - anak melalui lagu Good Morning .Pendidik mendiskusikan kegiatan hari ini dan aturan mainnya. Pendidik memberi kesempatan pada anak untuk minum dan toilet training selama 5 menit. 2. Pijakan Saat Main . Pendidik menjelaskan tentang ukuran dan bentuk balok. .Pendidik memberi contoh penjumlahan 60 Menit

melalui balok. . Pendidik memberi tahu kepada anak untuk mengelompokkan balok sesuai warnanya. .Pendidik menjelaskan alur permainan dan aturan mainnya. .Pendidik menjawab pertanyaan yang

diajukan anak. .Pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk membeerikan pendapat dan bertanya tentang tugas yang akan di kerjakan.

3.

Pijakan Setelah Main . Mengulas tentang kegiatan. .Tanya jawab tentang kegiatan .Salam dan pesan kepada anak

30 Menit

c. Pengamatan Pengamatan dilakukan secara langsung pada saat kegiatan

pembelajaran sedang dilaksanakan seperti yang dilakukan pada siklus pertama. Situasi yang terjadi pada siklus kedua ini sedikit ada perbedaan dengan siklus pertama. Hal tersebut seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 5. 6 Hasil Belajar Siklus II
No. Nama Aktif dalam kegiatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Zahra Cinta Yuvan Ronald Lutfi Afif Gita Izza Raihan

Mengenal bentuk balok dan Berlatih Berhitung


Penerapan dalam permainan

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18 19. 20. 21 22 23 24 25 26

Rendi Edwin Fajar Keza Eca Rara Nessa Kia Bagas Arul Begin Unggul Alea Lintang Riski Indra Kevin Jumlah

21 4 1

23 2 1

22 4

Setelah dilakukan tindakan pada siklus II , maka dari hasil pengamatan tersebut dirangkum dalam tabel distribusi perkembangan moral anak seperti yang terdapat pada tabel berikut: Tabel 5. 7 Tabel rata rata tingkat kaktifan, menghafal dan menirukan gerakan isyarat tangan beserta artinya serta penerapan moral anak didik pada siklus kedua. No. Aspek Pengamatan 1. Keaktifan Frekuensi 21 Perhitungan 21/26 X 100% Prosentase 81%

2.

Mengenal bentuk balok dan Berlatih Berhitung

23

23/26 X 100%

88%

3.

Penerapan permainan

dalam

22

22/26 X 100%

84%

d.

Refleksi Seperti pada siklus pertama, pada siklus kedua ini juga dilakukan analis hasil pengamatan. Hasil analisa diperoleh data bahwa dari hasil perbaikan keaktifan anak 21 anak dengan simbol ( ), baik tetapi masih perlu bimbingan atau belum sempurna ada 4 anak dengan simbol ( ), dan ada yang belum berhasil 1 anak dengan simbol ( ). Untuk anak didik yang mempunyai kemampuan Mengenal bentuk balok dan Berlatih Berhitung ada 23 anak dengan simbol ( ), baik tetapi masih memerlukan bimbingan, ada 2 anak yang mendapat simbol ( ), dan ada 1 anak yang belum berhasil dengan simbol (). Sedangkan anak didik yang dapat Penerapan dalam permainan ada 22 anak dengan simbol ( ), baik tetapi masih memerlukan bimbingan, ada 4 anak dengan simbol ( ), dengan pencapaian target yang ditentukan telah tercapai. Target yang ditetapkan adalah memiliki 80%. Dan dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan telah

berhasil. Peneliti dan kolaborator menyepakati untuk mengakhiri pada siklus selanjutnya.

Tabel 5. 8 Penilaian pada silus II No. 1. 2. 3. 4. Kriteria Baik sekali Baik Cukup kurang Jumlah Anak 22 4 Keberhasilan % 85% 15% -

D. Pembahasan 1.Asal usul kognitif Kognitif berasal dari kata cognitive yang berarti hal yang berhubungan dengan pengamatan dalam Didit Hadi Susanto. Dalam ilmu Psikologi, Kognitif merupakan bagian dari gejala jiwa manusia. Kognitif merupakan gejala pengenalan yang terdiri dari penghayatan pengamatan tanggapan asosiasi, reproduksi, apersepsi, ingatan, fantasi, berpikir dan

intelegensi. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan fungsional yang lebih tinggi dari yang bersifat motorik. Perkembangan kognitif akan nampak adanya kegiatan-kegiatan yang bersifat kognitif (cognitive activity = activity of the mind). Gerakan-gerakan atau tingkah laku anak yang semula bersifat motorik semata-mata kini dihubungkan dengan kesadarannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Tingkah laku anak kini menjadi lebih berarti (meaningful). Manipulasi motoriknya menjadi lebih efektif terkoordinasikan, dan lebih terarah kepada penyesuaian (adjusment) dan penguasaan sekitarnya. Pengalaman-pengalaman dalam perkembangan kognitif tersebut kemudian terbentuk menjadi berbagai konsep tentang benda, situasi, hubungan, dan sebagainya. Akhirnya anak akan dapat memperkirakan hasil atau akibat tingkah laku dan perbuatannya. Dengan kata lain, anak telah dapat memperkirakannya (mempertimbangkannya) secara mental segala sesuatu yang akan diperbuatnya. Jadi kegiatan kognitif melibatkan lebih banyak pengfungsian system syaraf (otak). Ada dua fungsi dalam perkembangan kognitif yaitu organisasi dan adaptasi. Pengorganisasian sebagai fungsi kognitif adalah pensistematisasian berbagai informasi yang diterimanya ke dalam struktur kognitif menjadi lebih berarti. Struktur kognitif dalam hal ini adalah struktur internal yang mengatur interaksi individu dengan lingkungan: tindakan internalisasi. Adaptasi sebagai fungsi kognitif adalah suatu proses dengan mana orang mencari keseimbangan (equilibrium) antara yang sekarang diketahui dan

dipahami dengan segala sesuatu yang akan dihadapi (peristiwa, pengalaman, masalah, dan sebagainya). Adaptasi meliputi dua proses yaitu asimulasi dan akomodasi.
2. Penggunaan permainan balok untuk meningkatkan kemampuan kognitif

anak usia dini a. Sejarah permainan balok Permainan balok merupakan salah satu alat bermain konstruksi yang bermanfaat untuk anak. Tidak hanya untuk aspek kognitif, motorik, tetapi juga untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak (EQ). Balok terdiri dari berbagai bentuk. Ada yang segitiga, segiempat, lingkaran, dengan berbagai warna yang menarik. Balok dapat dimainkan sendiri oleh anak, maupun berkelompok dengan teman-temannya. Anak usia batita biasanya belum dapat

menciptakan bentuk bangunan yang bermakna. Biasanya anak hanya menumpukkan baloknya saja. Karena pada tahap ini, anak berada dalam tahap perkembangan sensor-motornya. Untuk anak di atas usia batita, mereka sudah dapat menciptakan bentuk yang baru seperti bangunan, jembatan, dan sebagainya. Karena manfaatnya besar, permainan ini sebaiknya diberikan pada anak sejak usia dini. Untuk bayi, tersedia berbagai balok yang terbuat dari bahan busa. b. Manfaat dari bermain balok antara lain:
1) Meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus anak 2) Mengenalkan konsep dasar matematika, yaitu

(a) mengenalkan konsep berat dan ringan, panjang-pendek, besar-kecil, tinggi-rendah (b) belajar mengelompokkan benda berdasarkan bentuk dan warna
3) mengenalkan konsep arah kiri-kanan, atas-bawah 4) Merangsang kreativitas dan imajinasi anak 5)

Mengembangkan keterampilan bahasa anak (karena anak memberikan label pada benda yang dilihatnya serupa)

6) Bila bermain dengan temannya, permainan ini dapat melatih

kepemimpinan, inisiatif, perencanaan, mengemukakan pendapat, dan kemampuan mengarahkan orang lain. Permainan ini juga mengembangkan empati anak dengan menghargai hasil karya orang lain. Inilah yang merupakan bagian dari kecerdasan emosi anak. Agar permainan balok ini tampak menarik, perlu ditambahkan alat bermain lain seperti boneka, mobil-mobilan,dll Buku cerita yang berkaitan dengan hasil kreasi anak dapat orangtua perlihatkan, agar perbendaharaan kata anak bertambah banyak. Sebaiknya orangtua hanya berperan sebagai fasilitator dalam permainan ini, agar kreatifitas anak semakin berkembang. c. Tahapan dalam bermain balok 1. membawa balok-balok berkeliling , anak-anak pada mulanya seringkali mengangkat balok sambil membawanya berkeliling, dengan demikian mereka belajar tentang balok misalnya berapa

berat balok tersebut, bagaimana rasanya dan berapa banyak bisa diangkat sekali jalan. 2. memancang balok atau menidurkannya di lantai, kadang balok diletakkan mendatar di lantai tanpa bersinggungan satu sama lain, anak masih belajar karakter balok tsb, bagaimana meletakkan yang satu di atas lainyya untuk membuat menara. Jalan seringkali merupakan tradisi dari tahap bangunan lurus sampai membuat bangunan berikutnya. 3. Cara baru menyambung balok : memagar, jembatan, pola-pola dekoratif dan kejelian membanding. Mulanya anak akan senang memagar dengan teknik baru, membuat pagar adalah suatu pengalaman yang menyenangkan, kemudian pagar dapat digunakan untuk permainan dramatik. Memagar mengarahkan anak-anak untuk mengenal bentuk-bentuk geometrik dan lapangan. Membuat jembatan dengan dua balok ditancapkan dalam posisi antara satu dan lainnya diberi jarak lalu jarak ini dihubungkan dengan satu balok lagi di bagian atasnya. 4. memberi nama bangunan, menggunakan dan mengembangkan bangunan, begitu mereka memiliki pengalaman, untuk umur 4 sampai 6 tahun, anak-anak mlai memberi nama bangunan yang mereka buat.

Dengan

dikenalkannya

permainan

balok

sejak

dini

akan

menstimulus perkembangan kognitif anak, sehingga perkembangan kognitif anak dapat berkembang secara optimal.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Kemampuan kognitif anak dapat ditingkatkan melalui permainan balok, yang mana dalam permainan balok terdapat beberapa tahap diantaranya yaitu: a. membawa balok-balok berkeliling , anak-anak pada mulanya seringkali mengangkat balok sambil membawanya berkeliling, dengan demikian mereka belajar tentang balok misalnya berapa berat balok tersebut, bagaimana rasanya dan berapa banyak bisa diangkat sekali jalan. b. memancang balok atau menidurkannya di lantai, kadang balok diletakkan mendatar di lantai tanpa bersinggungan satu sama lain, anak masih belajar karakter balok tsb

c. Cara baru menyambung balok : memagar, jembatan, pola-pola dekoratif dan kejelian membanding. d. memberi nama bangunan, menggunakan dan mengembangkan bangunan, begitu mereka memiliki pengalaman, untuk umur 4 sampai 6 tahun, anak-anak mlai memberi nama bangunan yang mereka buat. 3. Dengan diterapkannya permainan balok pada PAUD Anak Bangsa, perkembangan kognitif anak meningkat. Yang tadinya belum mengenal bentuk-bentuk geometri sekarang menjadi tahu dan mengerti tentang perbedaannya mana yang segitiga, segiempat, lingkaran, persegi, dan lainlain. Selain itu mereka juga dapat mengenal angka, yang tadinya masih sulit dalam mengurutkan sekarang sudah bisa bahkan dapat mengerjakan penjumlahan sederhana serta mengenal warna. Hal itu dapat dilihat dari siklus ke II bahwa 22 anak ( 85% ) anak mampu mengenal bentuk balok, warna serta berhitung dengan benar walaupun ada 4 anak ( 15% ) masih memerlukan bimbingan. Sehingga tidak diadakan siklus berikutnya. B. SARAN 1. Penerapan permainan balok sebaiknya dilaksanakan pada anak sejak dini karena mengingat manfaatnya yang begitu besar yaitu dapat menstimulus perkembangan kognitif anak. Selain itu akan menjadikan anak lebih kreatif dalam mengeksplorasikan imajinasinya khususnya dalam bermain pembangunan ( mereka akan bermain secara terstruktur ). 2. Sebagai seorang pendidik / guru harus lebih kreatif dalam mendesain rungan balok agar bakat anak dapat tumbuh secara optimal.

3. Untuk sekolahan sebaiknya menyediakan permainan balok lebih komplet lagi supaya anak-anak bisa bermain dan mengenal konsep balok lebih luas.

Anda mungkin juga menyukai