Anda di halaman 1dari 5

A. 1.

Pengkajian Sirkulasi Tanda: peningkatan TD ( efek pembesaran ginjal)

2.

Eliminasi Gejala: penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih Tanda: adanya masa/sumbatan pada uretra

3.

Makanan dan cairan Gejala; anoreksia;mual muntah, penurunan berat badan

4.

Nyeri/kenyamanan Nyeri suprapubik (Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)

B.

Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan pada pasien striktur uretra post op adalah sebagai berikut :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan post op cystostomi. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan post op cystostomi. Resiko volume cairan berlebih berhubungan dengan larutan irigasi kandung kemih diabsorbsi. Resiko infeksi, hemoragi berhubungan dengan pembedahan. Inkontinen, stress atau mendesak berhubungan dengan pengangkatan kateter setelah bedah. Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan penyakitnya (striktur). Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi.

C. 1.

Intervensi Keperawatan Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan post op cystostomi. Tujuan: Tidak terjadi gangguan pola eliminasi BAK Intervensi keperawatan:

a.

Pemantauan output urine dan karateristik. Rasional : Mendeteksi gangguan pola eliminasi BAK secara dini.

b.

Mempertahankan irigasi kemih yang konstan selama 24 jam. Rasional : Mencegah bekuan darah menyumbat aliran urine.

c.

Mempertahankan kepatenan dauer kateter dengan irigasi. Rasional : Mencegah bekuan darah menyumbat kateter. Mengusahakan intake cairan (2500 3000). Rasional : Melancarkan aliran urine.

d.

e.

Setelah kateter diangkat, terus memantau gejala-gejala gangguan pola eliminasi BAK Rasional : Mendeteksi dini gangguan pola eliminasi BAK.

2.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan post op cystostomi. Tujuan: Pasien mengatakan perasaannya lebih nyaman. Intervensi keperawatan:

a.

Penyuluhan kepada pasien agar tidak berkemih ke seputar kateter. Rasional : Mengurangi kemungkinan spasmus.

b.

Pemantauan pasien pada interval yang teratur selama 24 jam, untuk mengenal gejala-gejala dini spasmus kandung kemih. Rasional : Menentukan terdapatnya spasmus kandung kemih sehingga obat-obatan bisa diberikan.

c.

Memberikan obat-obatan yang dipesankan (analgetik, antispasmodik). Rasional : Gejala menghilang.

d.

Katakan pada pasien bahwa intensitas dan frekuensi akan berkurang dalam 24 jam sampai 28 jam. Rasional : Memberitahu pasien bahwa ketidaknyamanan hanya temporer.

3.

Resiko volume cairan berlebihan berhubungan dengan larutan irigasi kandung kemih diabsorbsi. Tujuan: Gejala gejala dini intoksikasi air secara dini dikenal. Intervensi keperawatan:

a.

Pemantauan pasien mengenai gejala-gejala keracunan air dalam 24 jam pertama : bingung, agitasi, kulit hangat, lembab, anoreksia, mual dan muntah. Rasional : Deteksi dini kemungkinan pengobatan dini.

4.

Resiko infeksi, hemoragi dengan pembedahan.

Tujuan: Tidak terjadi infeksi, perdarahan minim. Intervensi keperawatan a. Pemantauan tanda-tanda vital, melaporkan gejala-gejala shock dan demam. Rasional : Mencegah sebelum terjadi shock. b. Pemantauan warna urine darah merah segar bukan merah tua beberapa jam setelah bedah baru. Rasional : Warna urine berubah dari merah segar menjadi merah tua pada hari ke 2 dan ke 3 setelah operasi. c. Penyuluhan kepada pasien agar mencegah manuver valsava. Rasional : Dapat mengiritasi, perdarahan prostat pada periode dini pasca bedah akibat tekanan. d. Mencegah pemakaian termometer rectal, pemeriksaan rectal atau huknah sekurang-kurangnya 1 minggu. Rasional : Dapat menimbulkan perdarahan. e. Mempertahankan teknik aseptik dari sistem drainase urine, irigasi bila perlu saja. Rasional : Meminimalkan resiko masuknya kuman yang bisa menyebabkan infeksi. f. Mengusahakan intake yang banyak. Rasional : Dapat menurunkan resiko infeksi.

5.

Inkontinen, stress atau mendesak berhubungan dengan pengangkatan kateter setelah bedah. Tujuan: Pasien dapat mengendalikan berkemih. Intervensi keperawatan:

a.

Pengkajian terjadi tetesan urine setelah kateter diangkat. Rasional : Mendeteksi kontinen.

b.

Katakan kepada pasien bahwa itu biasa dan kontinen akan pulih. Rasional : Pasien harus dibesarkan harapannya bahwa ia itu normal.

c.

Penyuluhan latihan-latihan perineal. Rasional : Bantuan untuk mengendalikan kandung kemih.

6.

Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan penyakitnya (striktur). Tujuan: Fungsi seksual dapat dipertahankan. Intervensi keperawatan:

a.

Memberi intervensi kepada pasien bahwa dalam berhubungan seksual, pengeluaran sperma akan melalui lumen buatan.. Rasional : Klien mengatakan perubahan fungsi seksual.

b.

Memberikan informasi menurut kebutuhan. Kemungkinan kembali tingkat fungsi seperti semula. Kejadian ejakulasi retrograde (air kemih seperti susu). Mencegah hubungan seksual 3 sampai 4 minggu setelah operasi. Rasional : Kurang pengetahuan dapat membangkitkan cemas, dan berdampak disfungsi seksual.

7.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi Tujuan: Pasien menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat jalan. Intervensi keperawatan

a.

Penyuluhan kepada pasien. Mencegah aktivitas berat 3 sampai 4 minggu setelah operasi. Rasional : Dapat menimbulkan perdarahan.

b.

Mencegah mengedan waktu BAB selama 4 sampai 6 minggu, memakai pelunak tinja laksatif sesuai kebutuhan. Rasional : Mengedan bisa menimbulkan perdarahan, pelunak tinja bisa mengurangi kebutuhan untuk mengedan waktu BAB

c.

Anjurkan minum sekurang-kurangnya 2500 sampai 3000 ml/hari. Rasional : Dengan pemberian minum yang banyak maka klien akan BAK dan tidak terjadi penyumbatan.

D.

Implementasi Keperawatan Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan yang direncanakan oleh perawat. Dalam melaksanakan proses keperawatan harus kerjasama dengan tim kesehatan-kesehatan yang lain keluarga klien dan dengan klien sendiri, yang meliputi 3 hal : Melaksanakan tindakan keperawatan dengan memperhatikan kode etik dengan standar praktek dan sumber-sumber yang ada. Mengidentifikasi respon klien. Mendokumentasikan/mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon pasien. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan : Kebutuhan klien. Dasar dari tindakan. Kemampuan perseorangan dan keahlian/keterampilan dari perawat. Sumber-sumber dari keluarga dan klien sendiri. Sumber-sumber dari instansi.

Anda mungkin juga menyukai