Anda di halaman 1dari 142

1

ANALISIS NILAI TAMBAH, KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PADA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI PEKON WAY MENGAKU KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Skripsi)

Oleh

Rezie Astra Hadi

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012

ABSTRACT

THE ANALYSIS VALUE ADDED, FINANCIAL FEASIBILITY, AND DEPELOPMENTAL PROSPECT OF CIVET COFFEE AGROINDUSTRY IN WAY MENGAKU VILLAGE OF BALIK BUKIT DISTRICT IN WEST LAMPUNG REGENCY By Rezie Astra Hadi1, M. Irfan Affandi2, dan M. Ibnu2

This research had purpose to : (1) analyze the value added of civet coffee agroindustry(2) analyze the financial feasibility of civet coffee agroindustry(3) analyze the development prospects of civet coffee agroindustry. The study was conducted in way mengaku village of balik bukit district in west lampung regency. The location was selected purposively. The research used primary and secondary data. Samples were taken by census method with the number of respondents were 7 people. The data was collected in June - July 2011. The research used the analysis of value added (i.e. Hayami method), (2) financial feasibility (i.e. NPV, IRR, Net B / C, Gross B / C, Payback Period, BEP, and sensitivity), and (3) developmental prospects (i.e. qualitative descriptive analysis). The results show that: (1)civet coffee agroindustry gave value added of 28.66%, (2)civet coffee agroindustry was financially feasible to be developed with NPV, IRR Net B / C, Gross B / C, and pp were 3.052.843.716,56, 52,35%, 4,73, 2,01, and 4,07 respectively . (3) civet coffee agroindustry has a good prospect of development including market and marketing, in inside and outside the province.

Keyword: civet coffee, value added, financial feasibility, agroindustry

Student of Agricultural Faculty of Lampung University Lecturers Agricultural Faculty of Lampung University

ABSTRAK ANALISIS NILAI TAMBAH, KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PADA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI PEKON WAY MENGAKU KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT Oleh Rezie Astra Hadi1, M. Irfan Affandi2, dan M. Ibnu2

Penelitian bertujuan untuk : (1) menganalisis nilai tambah usaha agroindustri kopi luwak, (2) menganalisis kelayakan finansial usaha agroindustri kopi luwak, dan (3) menganalisis prospek pengembangan agroindustri kopi luwak. Penelitian dilakukan di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan pekon tersebut merupakan sentra agroindustri kopi luwak di Kabupaten Lampung Barat. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel dilakukan dengan motode sensus dengan jumlah sampel sebanyak 7 responden. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni dan Juli 2011. Analisis yang dilakukan adalah analisis : (1) nilai tambah, menggunakan metode Hayami (2) kelayakan finansial, menggunakan NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, Payback Period, titik impas, dan sensitifitas, dan (3) prospek pengembangan usaha, menggunakan analisis kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) kopi yang diolah menjadi kopi luwak pada agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat memberikan nilai tambah sebesar 28,66%, (2) agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat secara finansial layak dijalankan dengan nilai NPV 3.052.843.716,56, IRR 52,35%, Net B/C 4,73, Gross B/C 2,01 dan Pp 4,07, dan (3) agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat adalah usaha yang memiliki prospek pengembangan yang sangat baik karena secara finansial usaha kopi luwak layak dijalankan dan dilihat dari aspek pasar dan pemasaran kopi luwak diminati diberbagai daerah baik di dalam Propinsi Lampung maupun diluar Propinsi Lampung. Kata Kunci : kopi luwak, nilai tambah, kelayakan finansial, agroindustri
Keterangan :
1 2

Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung

ANALISIS NILAI TAMBAH, KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PADA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI PEKON WAY MENGAKU KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh REZIE ASTRA HADI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012

Judul Skripsi

: ANALISIS NILAI TAMBAH, KELAYAKAN FINANSIAL, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI PEKON WAY MENGAKU KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT : Rezie Astra Hadi

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714021060 Jurusan / Program Studi Fakultas : Agribisnis : Pertanian

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M. Si. NIP. 19640724 198902 1 002

M. Ibnu, S.P. M.M. M.Sc. NIP. 19790518 200501 1 002

2. Ketua Program Studi Agribisnis

Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M. P. NIP. 19620623 198603 1 003

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua

: Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M. Si.

...................... ....

Sekretaris

: M. Ibnu, S.P, M.M, M.Sc.

Penguji Bukan Pembimbing

: Ir. Suriaty Situmorang, M. Si.

..

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S. NIP 19610826 198702 1 001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi :

Februari 2012

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi tanggal 09 April 1989 dari pasangan Bapak Hasanen (alm) dan Ibu Nursiah. Penulis adalah anak terakhir dari delapan bersaudara.

Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sukabumi Bandar Lampung pada tahun 2001, tingkat SLTP di SMP Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2004, tingkat SLTA di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2007. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Pada tahun 2010 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Sub Terminal Agrbisnis (STA) Cianjur Jawa Barat. Penulis juga memiliki pengalaman organisasi di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta) pada tahun 2008 sebagai sekertaris umum periode kepengurusan 2010-2011.

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim Alhamdullilahirobbil alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan pertolongannya dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia. Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul Analisis Nilai Tambah, Kelayakan Finansial Dan Prospek Pengembangan Agroindustri Kopi Luwak Di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :

1.

Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M. Si, sebagai Pembimbing Pertama, atas bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

2.

M. Ibnu, S.P, M.M, .Sc. , sebagai Pembimbing Kedua, atas bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

3.

Ir. Suriaty Situmorang, M. Si, sebagai Dosen Penguji Skripsi ini, atas bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

4.

Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P, selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, atas arahan, bantuan dan nasehat yang telah diberikan.

5.

Prof. Dr.Ir. Harris Hasyim, M.A (alm), selaku Pembimbing Akademik sebelum beliau mennggal dunia yang telah memberikan motivasi, bimbingan, dan nasehat dalam penyelesaian perkuliahan.

6.

Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan dorongan, bantuan, dan saran dalam penyelesaian skripsi.

7.

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang memberikan kelancaran administrasi.

8.

Seluruh Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas semua ilmu yang telah diberikan selama Penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung.

9.

Karyawan-karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Mba Iin, Mba Ayi, Mas Bukhari, Mas Sukardi, Pak Margono, dan Mas Boim, atas semua bantuan yang telah diberikan.

10. Bapak Gunawan, Hernawan, Sapri yang telah memberikan bantuan dan

informasi sehingga terselesainya skripsi saya ini.


11. Orang tuaku tercinta, Ayahanda Hasanen (alm) dan Ibunda tercinta Nursiah ,

kakak-kakakku tersayang, Mukhlis, Hamzah, Agus Tomi, Maisah, Suniar, Hendra Hadi, dan Felera Hadi atas semua limpahan kasih sayang, dukungan, doa, dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.

10

12. Rinisantia Rangga S.Farm tercinta yang senantiasa telah memberikan

semangat, pengertian,motivasi, doa, dan kasih sayangnya selama ini.


13. Saudara-Saudaraku tercinta, Irawan Yudha Kusuma S.P, Bambang Irawan

S.P, Hendri Suseno S.P, Ayu Oktarina Sari S.P, Zakiah S.P, Relfia Tyara S.P, Ella W. Pamungkas S.P, M. Luthfi, Y. Satria WA, Arief Budi Prayitno, dan alm.Rhama Saputra yang senantiasa memberikan pengertian, dorongan, semangat, doa, dan kebersamaan kita selama ini.
14. Teman-Temanku Sosek 2007, Angga, Mutakin, Vici, Dwi, Ade Yuli,

Zahara,Iyut, Della, Intan,Yuni, Sisca, Ledi, Een, Eliz, Agnes, Nisa,Erick, Wike, Sohae, Sarah, Putri, Wenny, Para, Sari, Dwi ay, Ira, Maul, Putri, Roro,dll yang tidak bias disebutkan satu persatu atas segala semangat, doa, dan kebersamaan selama ini.
15. Teman-Temanku Toxido, Andrew,Hendra,Ade, Danu, Lutfan, Ersyad, Daza,

Tiar, dll yang tidak bisa di sebutkan satu persatu atas segala semangat, doa, dan kebersamaan selama ini.
16. Kanda, yunda, sosek 04, 05, 06, 08, 09, 010 yang telah memberikan saran,

motivasi, bantuan, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.


17. Kepengurusan Himaseperta 2011-2011, Vito, Oni, Rizki, Nyoman, Finco,

Ari, dll yang tidak bisa di sebutkan satu persatu atas segala semangat, doa, dan dukungannya selama ini.
18. Semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini yang tidak

dapat sebutkan satu persatu.

11

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun. Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis,

Rezie Astra Hadi

12

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. I. PENDAHULUAN ................................................................................. A. Latar Belakang ................................................................................ B. Rumusan Masalah ........................................................................... C. Tujuan Penelitian ............................................................................ D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............ A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 1. Ruang Lingkup Agroindustri ....................................................... 2. Kopi Luwak ................................................................................ 3. Agroindustri Berbasis Kopi ......................................................... 4. Pohon Agroindustri Kopi ............................................................ 5. Proses Pembuatan Kopi Luwak ................................................... 6. Analisis Nilai Tambah ................................................................. 7. Analisis Finansial Kelayakan Usaha ........................................... 8. Analisis Sensitivitas..................................................................... 9. Prospek Pengembangan Agroindustri ......................................... 10. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................ B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ A. Definisi dan Batasan Operasional .................................................... 1. Definisi Operasional.................................................................... 2. Batasan Operasonal...................................................................... B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ..................... C. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data .......................................

iv vi 1 1 6 8 8 9 9 9 10 12 13 15 17 19 22 24 26 27 31 31 31 34 35 36

13

D. Metode Analisis Data ....................................................................... 1. Analisis Nilai Tambah................................................................ 2. Analisis Finansial Kelayakan Usaha .......................................... a. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio) .......................... b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) .................................. c. Payback Periode ..................................................................... d. Net Present Value (NPV) ....................................................... e. Internal Rate of Return (IRR) ................................................. 3. Analisis Sensitivitas ................................................................... 4. Analisis Titik Impas/ Break Event Point (BEP) ......................... 5. Analisis Kualitatif ...................................................................... IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................. A. Keadaan Umum Daerah Penelitian ................................................. B. Potensi Demografi Daerah Penelitian ............................................. C. Gambaran Agroindustri .................................................................. V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ A. Keadaan Umum Responden ........................................................... 1. Usia ............................................................................................ 2. Pendidikan. ................................................................................. 3. Pengalaman Usaha ..................................................................... 4. Jumlah Tanggungan Keluarga .................................................... B. Keragaan Klaster Agroindustri Kopi Luwak .................................. 1. Pengadaan Bahan Baku .............................................................. 2. Modal Awal ................................................................................ 3. Tenaga Kerja .............................................................................. 4. Sumbangan Input Lain ............................................................... 5. Bauran Pemasaran ...................................................................... 6. Proses Produksi Kopi Luwak ...................................................... C. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kopi Luwak .......................... D. Analisis Finansial Agroindustri Kopi Luwak ................................. 1. 2. 3. 4. 5. Biaya Investasi ........................................................................... Biaya Operasional ...................................................................... Produksi dan Penerimaan ........................................................... Titik Impas ................................................................................. Analisis Finansial ....................................................................... a. Analisis Net Present Value (NPV) ......................................... b. Analisis Internal Rate of Return (IRR) .................................. c. Analisis Net B/C Ratio ............................................................ d. Analisis Gross B/C Ratio........................................................ e. Analisis Payback Periode ....................................................... 6. Analisis Sensitivitas ....................................................................

36 37 38 38 39 40 40 41 42 43 44 47 47 49 52 54 54 54 55 56 57 58 58 59 60 61 62 63 65 70 71 72 73 75 75 76 77 77 77 77 78

14

E. Analisis Prospek Pengembangan Agroindustri Kopi Luwak .......... 1. 2. 3. 4. Aspek Pasar dan Pemasaran ....................................................... Aspek Teknis . ............................................................................ Aspek Manajemen dan Organisasi ............................................. Aspek Dampak Lingkungan Hidup... .

81 81 82 84 86 88 88 89 90 92

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... A. Kesimpulan ..................................................................................... B. Saran ............................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. LAMPIRAN................................................................................................

15

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman 2

1. Volume dan nilai ekspor kopi di Indonesia tahun 2000-2009 ........... 2. Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha di Provinsi Lampung tahun 2007-2009 (Juta Rupiah) ....................................................................................... 3. Luas areal dan produksi kopi robusta per kabupaten/kota di Propinsi Lampung tahun 2009 ............................................................ 4. Data pelaku usaha agroindustri kopi luwak di Lampung Barat tahun 2010 .......................................................................................... 5. 6. Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami........................... Sebaran penggunaan lahan di Pekon Way Mengaku..........................

5 37 48 49 50 51

7. Sebaran penduduk Pekon Way Mengaku menurut umur.................... 8. Sebaran penduduk Pekon Way Mengaku menurut tingkat pendidikan 9. Sebaran penduduk di Pekon Way Mengaku menurut mata pencaharian 10. Sebaran responden pengusaha kopi luwak berdasarkan umur di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat tahun 2011 ................................................................ 11. Sebaran responden pengusaha kopi luwak berdasarkan tingkat pendidikan di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat tahun 2011 ............................................ 12. Pengalaman usaha responden pengusaha kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat tahun 2011 .......................................................................................... 13. Sebaran jumlah tanggungan keluarga responden pengusaha kopi luwak di Pekon Way Mengaku, 2011 ................................................

54

56

57

58

16

14. Analisis nilai tambah produk agroindustri kopi luwak ....................... 15. Biaya investasi agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku tahun 2011 ......................................................................................... 16. Biaya Variabel Agroindustri Kopi luwak ........................................... 17. Biaya Operasional Agroindustri Kopi luwak ...................................... 18. Jumlah produksi dan total penerimaan per tahun agroindustri kopi luwak .......................................................................................... 19. Analisis finansial agroindustri kopi luwak pada tingkat suku bunga 14% (cf/df = 14%).............................................................................. 20. Analisis sensitivitas agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat ...........................

66

72 73 74

74

76

80

17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 2.

Halaman 15

Pohon industri kopi............................................................................. Proses pengolahan kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat tahun 2011 ........

17

3. Kerangka pemikiran analisis nilai tambah, kelayakan finansial dan prospek pengembangan agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat tahun 2011 ......................................................................................... 4. Rantai pemasaran kopi luwak pada agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat tahun 2011 ......................................................................................... Proses pengolahan kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat tahun 2011 ........................... Struktur Organisasi kopi luwak ..........................................................

30

53

5.

64 85

6.

18

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. 7. 8. 9.

Halaman 93 94 95 96 97 98 99

Identitas respondenagroindustri kopi luwak ...................................... .. Nilai tambah kopi luwak .................................................................... ... Biaya operasional agroindustri kop luwak.............................................. Penerimaan agroindustri kopi luwak ................................................. ...

10. Cashflow agroindustri kopi luwak ...................................................... ... 11. Analisis Finansial agroindustri kopi luwak ........................................ ... 12. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya 5,01................................

13. Analisis sensitivitas terhadap penurunan hasil produksi 10%............... 100 14. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual 14,25%................. 101 15. Laju kepekaan agroindustri kopi luwak.................................................. 102

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam, termasuk sektor pertanian. Salah satu subsektor pertanian yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional adalah perkebunan. Dewasa ini sektor pertanian tidak hanya berfungsi guna memenuhi kebutuhan pangan, akan tetapi sektor pertanian berfungsi sebagai bahan baku agroindustri.

Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Menurut Austin (1981), agroindustri adalah perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk agroindustri dapat berupa produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya.

Salah satu komoditas pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan baku agroindustri adalah komoditas perkebunan yaitu tanaman kopi. Kopi yang dihasilkan dari tanaman perkebunan merupakan komoditas ekspor non migas

yang dibutuhkan di berbagai industri minuman. Indonesia merupakan salah satu pemasok kopi yang cukup besar dalam perdagangan dunia. Volume ekspor kopi Indonesia rata-rata 350 ribu ton per tahun. Volume dan nilai ekspor kopi Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Volume dan nilai ekspor kopi di Indonesia, tahun 2000-2009 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Volume (ton) 340,887 250,818 325,009 323,520 344,077 445,829 413,500 321,404 468,749 510,898 Ekspor Nilai ( 000 US$) 326,256 188,493 223,916 258,795 294,113 503,836 586,877 636,319 991,458 824,015

Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2010

Pada tabel 1 menunjukan bahwa nilai ekspor kopi di Indonesia dalam kurun waktu 2000-2009 selalu mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2006 dan 2007 sempat mengalami penurunan. Peningkatan permintaan akan kopi Indonesia dikarenakan kopi Indonesia mempunyai banyak keunggulan, antara lain: cita rasa cukup kuat, unik, dan khas. Terdapat lebih dari 50 negara yang menjadi tujuan utama ekspor kopi dari Indonesia, diantaranya: Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Italia, dan Inggris (AEKI, 2011).

Peranan sektor agroindustri juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk Provinsi Lampung dilihat dari jenis lapangan usaha, maka sektor agroindustri menduduki peringkat

ketiga dalam PDRB. PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Provinsi Lampung periode 2007-2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha di Provinsi Lampung, 2007-2009 (Juta Rupiah)
No 1 Lapangan usaha/sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Restoran dan Hotel Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB 2007 2008 2009

22.732.965,82

28.773.832,05

34.381.861 1.780.042 12.423.000 412.718 3.742.874 12.046.283 8.797.657 5.712.663 9.025.390 88.322.478

2 3 4 5 6 7 8

2.190.111,88 8.313.987,95 401.210,45 3.079.057,18 8.714.733,36 5.094.877,47 3.665.181,66

2.306.687,03 9.726.558,97 441.550,28 3.278.268,15 10.158.964,22 6.660.142,21 4.772.936,99

6.729.840,47 60.921.966,22

8.371.658,87 74.490.598,79

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2010

Pada Tabel 2 terlihat bahwa selama tahun 2007-2009 penyumbang terbesar PDRB Propinsi Lampung berasal dari tiga sektor utama, yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor industri pengolahan. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB tahun 2009 adalah 38,93% diikuti sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 13,64%, dan sektor industri pengolahan sebesar 14,06%.

Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2010), Sumatera merupakan penyumbang terbesar produksi kopi nasional. Propinsi terbesar dicapai oleh Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, dan Nangro Aceh Darussalam. Dilihat dari sumberdaya alam dan tenaga kerja Provinsi Lampung sangat dipertimbangkan dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap produksi kopi nasional (Dinas Perkebunan, 2010). Produksi tanaman perkebunan rakyat menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas areal dan produksi kopi robusta per kabupaten/kota di Propinsi Lampung tahun 2009
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kabupaten/Kota Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Waykanan Tulang Bawang Pesawaran Bandar Lampung Metro Total Luas Areal (ha) 59.357 54.256 1.649 1.445 1.705 15.865 22.456 663 5.470 88 165.810 Produksi (ton) 61.201 45.342 922 670 907 12.130 19.292 383 4.335 9 143.050

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Lampung 2010 Pada tabel 3 menunjukan bahwa Kabupaten Lampung Barat merupakan sentra produksi kopi di Propinsi Lampung dengan jumlah produksi kopi 61.201 ton. Hal ini disebabkan iklim di Kabupaten Lampung Barat sangat cocok untuk tanaman kopi. Salah satu produk kopi olahan yang dihasilkan di Lampung Barat yang dinilai memiliki potensi bisnis yang besar di Indonesia

dan dunia adalah kopi luwak. Kopi luwak memiliki nilai jual yang sangat tinggi di pasar, terutama di pasar dunia. Di Indonesia harga kopi luwak robusta dalam bentuk kopi bubuk mencapai Rp 750.000,00 Rp 1.500.000,00 per kilogram, sedangkan di luar negeri harga bisa mencapai Rp 5.000.000,00- Rp 8.000.000,00 per kilogram (AEKI, 2011).

Kopi luwak merupakan komoditas yang diproses melalui fermentasi secara alami dalam perut binatang sejenis musang yang dikenal dengan nama luwak. Beberapa pelaku usaha agroindustri kopi luwak yang diidentifikasi di Lampung Barat berada di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit dapat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Data pelaku usaha agroindustri kopi luwak di Lampung Barat, tahun 2010

No 1 2 3 4 5 6 7

Nama pengusaha Sapri Gunawan Ujang Sukardi Hernawan Kasmun Ujen Jumlah

Jumlah luwak (ekor) 70 31 7 40 8 8 5 169

Produksi Kopi bubuk (kg/bln) 175 100 30 60 30 25 20 440

Ket (merek)

Ratu Luwak Raja Luwak Rizky Luwak Musong Liwa Mahkota Luwak -

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lampung Barat, 2011

Pada tabel 4 menunjukkan Kabupaten Lampung Barat memiliki agroindustri kopi luwak sebanyak tujuh agroindustri yang semua agroindustri tersebut terpusat di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit. Keadaan ini

menjadikan suatu kewajaran bila wilayah tersebut dijuluki sentra produsen kopi luwak. Pada tabel 4 juga menunjukan jumlah luwak yang dimiliki para pengusaha kopi luwak berjumlah 169 ekor yang mampu memproduksi kopi luwak sebanyak 440 kg/bln dalam bentuk kopi bubuk. Produksi kopi luwak dalam bentuk kopi bubuk perlu ditingkatkan karena kopi luwak dalam bentuk kopi bubuk memiliki harga yang cukup tinggi.

B. Perumusan Masalah

Salah satu produk kopi olahan yang dihasilkan di Lampung Barat yang dinilai memiliki potensi bisnis yang besar di Indonesia adalah kopi luwak. Kopi luwak memiliki nilai jual yang sangat tinggi di pasar, terutama di pasar dunia. Walaupun ketenaran kopi luwak sudah mendunia, akan tetapi masih terdapat beberapa permasalahan dalam pengembangan agroindustri kopi luwak antara lain keterbatasan modal, nilai investasi yang cukup tinggi, akses terhadap informasi pasar dan pasar yang terbatas, dan permintaan pasar akan kopi luwak yang cukup tinggi belum diimbangi dengan kontinuitas produksi kopi luwak sehingga permintaan pasar akan kopi luwak menjadi fluktuatif. Pasokan bahan baku yang juga menjadi kendala bagi pengusaha. Jika bahan baku tidak tersedia maka otomatis proses produksi kopi luwak akan terhenti. (Dinas Perkebunan Lampung Barat, 2010)

Permasalahan-permasalahan tersebut tentunya berkaitan erat dengan keberlangsungan agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Lampung Barat, di mana menimbulkan pertanyaan apakah agroindustri pengolahan ini memberikan nilai tambah terhadap nilai ekonomi

dari komoditi kopi. Selain itu dengan banyaknya permasalahan tersebut diperlukan adanya studi kelayakan sebagai tolak ukur oleh pengusaha agroindustri kopi luwak, apakah layak diteruskan atau tidak. Apabila agroindustri kopi luwak tersebut mengalami kerugian maka agroindustri kopi luwak tersebut tidak layak diteruskan. Sebaliknya, apabila industri kecil tersebut mengalami keuntungan maka industri kecil tersebut layak diteruskan.

Perkembangan agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat memiliki peluang untuk dapat berkembang dalam skala kecil maupun besar. Meskipun peluang usaha agroindustri kopi luwak di Provinsi Lampung masih tinggi, tetapi agroindustri kopi luwak merupakan usaha yang membutuhkan investasi yang cukup tinggi. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis juga tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai prospek pengembangan agroindustri kopi luwak.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai : 1. Berapa besar nilai tambah produk agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat? 2. Bagaimana kelayakan finansial usaha agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat? 3. Bagaimana prospek pengembangan agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan: 1. Menganalisis nilai tambah produk agroindustri kopi luwak. 2. Menganalisis kelayakan finansial usaha agroindustri kopi luwak. 3. Menganalisis prospek pengembangan agroindustri kopi luwak.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan : 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah sebagai penentuan kebijakan pengembangan usaha agroindustri kopi luwak. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi pengusaha agroindustri kopi luwak untuk mengembangkan usaha kopi luwak. 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lain yang melakukan penelitian sejenis.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Ruang lingkup agroindustri

Menurut Austin (1981), ruang lingkup agroindustri adalah industri yang mengolah hasil-hasil pertanian termasuk di dalamnya tanah dan tanaman sebagai sumber daya modal. Industri pengolahan biasanya didirikan tidak jauh dari pusat-pusat produksi pertanian, hal ini dilakukan untuk memperoleh tenaga kerja dari daerah pedesaan sehingga dapat membuat biaya produksi rendah. Penempatan agroindustri hilir di daerah pedesaan sangat penting artinya karena dapat menciptakan lapangan kerja bagi pengumpul produk pertanian, pengolah produk pertanian, pembuat kemasan produk pertanian, penyalur, sektor angkutan, dan sektor perdagangan.

Menurut Soekartawi (2000), agroindustri dapat diartikan dua hal, yaitu pertama, agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Studi agroindustri pada konteks ini adalah menekankan pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian. Selain itu pengertian agroindustri yang kedua adalah sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian. Kemudian, pentingnya agroindustri sebagai

10

suatu pendekatan pembangunan pertanian dapat dilihat dari kontribusinya, yaitu kegiatan agroindustri mampu meningkatkan pendapatan pelaku agroindustri, mampu menyerap banyak tenaga kerja, mampu meningkatkan perolehan devisa, dan mampu mendorong tumbuhnya industri yang lain.

Agroindustri diatas dapat dilihat sebagai suatu industri yang merupakan suatu subsistem agribisnis, yaitu kegiatan yang memproses dan mentransformasikan produk produk mentah hasil pertanian menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang dapat langsung dikonsumsi atau digunakan dalam proses produksi. Ada tiga kegiatan utama dalam agroindustri yang merupakan suatu sistem, yaitu kegiatan pengadaan bahan baku, kegiatan pengolahan, dan kegiatan pemasaran.

2. Kopi luwak

Kopi luwak adalah kopi yang telah dipilih dan dimakan oleh luwak (Paradoxorus hermaproditus) atau dikenal juga sebagai musang, pada beberapa daerah. Luwak memilih buah kopi yang mempunyai tingkat kematangan yang optimum berdasarkan rasa dan aroma serta memakannya dengan mengupas kulit luarnya dengan mulut, lalu menelan lendir serta bijinya. Biji kopi yang masih terbungkus kulit ari yang keras (kulit tanduk/parchment) tidak hancur dalam pencernaan luwak karena sistem pencernaan luwak yang sederhana sehingga saat keluar bersama feses biji kopi masih utuh terbungkus kulit tanduk.

11

Menurut Anonim (2001), pada saat biji berada dalam sistem pencernaan luwak, terjadi proses fermentasi secara alami selama kurang lebih 10 jam. Fermentasi pada pencernaan luwak meningkatkan kualitas kopi karena selain barada pada suhu fermentasi optimal 24 - 260 Celcius juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang ada pada pencernaan luwak. Kandungan protein kopi luwak lebih rendah ketimbang kopi biasa karena perombakan protein melalui fermentasi lebih optimal. Protein ini berperan sebagai pembentuk rasa pahit pada kopi saat disangrai sehingga kopi luwak tidak sepahit kopi biasa karena kandungan proteinnya rendah.

Menurut Syaiful (2011), kopi luwak memiliki berbagai keistimewaan diantaranya: a. Kopi luwak berasal dari biji kopi terbaik. Naluri hewan luwak akan memilih biji kopi paling matang yang biasanya berwarna merah. Bisa dipastikan, 90 persen biji kopi yang dihasilkan oleh hewan luwak adalah yang benar-benar matang, bukan yang mentah. Ini memberi keuntungan, karena pada kopi biasa kemungkinan ada pencampuran antara biji kopi yang mentah dan matang, yang tentunya bisa mengurangi kualitas kopi. b. Kopi luwak sudah mengalami proses fermentasi secara alami di dalam pencernaan hewan luwak. Proses fermentasi alami dalam perut luwak memberikan perubahan komposisi kimia pada biji kopi dan dapat meningkatkan kualitas rasa kopi, karena selain berada pada suhu fermentasi optimal, juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang ada pada pencernaan luwak.

12

Oleh sebab itu, rasanya kopi luwak beda dengan kopi biasa. Kopi luwak mempunyai aroma yang khas tiada duanya, rasanya nikmat, dan mengandung khasiat menambah energi. c. Kopi luwak mengandung kafein yang sangat rendah, hanya sekitar 0,5% 1%. Rendahnya kadar kafein kopi luwak ini disebabkan oleh proses fermentasi dalam sistem pencernaan luwak yang mampu mengurangi kadar kafein kopi sehingga dapat menciptakan kenikmatan pada kopi luwak dan aroma yang sangat harum, atau dengan kata lain, kopi tersebut menjadi murni. d. Kopi luwak bisa meningkatkan stamina tubuh dan mencegah penyakit diabetes, sebab kopi yang dikeluarkan oleh hewan luwak telah mengalami proses fermentasi alami dan sudah diolah oleh orang-orang yang berpengalaman serta menyulapnya menjadi kopi berkhasiat. e. Kopi luwak mengandung protein yang lebih rendah dan lemak lebih tinggi. Protein terkait dengan rasa pahit pada kopi, semakin rendah protein, maka rasa kopi menjadi semakin tidak pahit. f. Kopi luwak bebas dari pestisida, karena pestisida yang terdapat pada kopi telah dibersihkan secara alami di dalam perut luwak, sehingga kopi yang keluar bersamaan dengan feses luwak telah bebas dari kandungan pestisida yang berbahaya

3. Agroindustri berbasis kopi

Syaiful (2011) , menjelaskan kopi merupakan salah satu komoditi yang banyak dibudidayakan di kawasan tropik di benua Afrika, Amerika Tengah

13

dan Selatan, serta di Asia Pasifik. Selama abad ke 19, kopi menjadi komoditi penting dalam perdagangan internasional. Bagi sebagian besar negara-negara berkembang, komoditi kopi memegang peranan penting dalam menunjang perekonomiannya, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai mata pencaharian rakyat. Seiring dengan kemajuan teknologi dan gaya hidup yang berkembang di masyarakat, kopi tidak hanya diperdagangkan dalam bentuk biji kopi, untuk menambah harga jual dari kopi. Dewasa ini para pelaku usaha menawarkan berbagai macam inovasi kopi olahan, mulai dari kopi bubuk sampai minuman kopi instan.

Apriande (2009) menjelaskan bahwa kopi bukan saja diperdagangkan dalam bentuk tradisional green coffee (biji kopi mentah), namun juga dalam bentuk olahan setengah jadi dan bahan jadi siap pakai, diantaranya : (1) kopi rendangan (roasted coffee); (2) kopi bubuk (powder coffee), hasil kopi rendangan yang telah digiling; (3) kopi ekstrak atau kopi cair (liquid coffee), yaitu kopi bubuk yang telah diolah dengan zat cair; (4) kopi instan yaitu kopi ekstrak yang diambil sarinya dengan jalan penguapan kandungan airnya; (5) kopi celup (coffee bags), yaitu kopi yang tak ubahnya seperti teh celup (Spillane). Kopi bubuk biasa merupakan hasil penggilingan biji kopi yang telah disangrai serta dibedakan menjadi corse (bubuk kasar), medium (bubuk sedang), dan fine (bubuk halus).

4. Pohon Agroindustri Kopi

Kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dapat menghasilkan minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat yang mengandung kafein yang

14

dalam dosis rendah dapat mengurangi rasa lelah dan membuat pikiran menjadi segar. Minuman kopi bukan hanya sekedar minuman beraroma khas dan merangsang karena mengandung kafein, tetapi minuman ini juga mengandung beberapa zat yang bermanfaat bagi tubuh, meskipun kadarnya tidak terlalu tinggi.

Tanaman kopi terdiri dari kopi arabika dan kopi robusta, sedangkan masyarakat Indonesia lebih banyak yang memilih kopi robusta untuk dikonsumsi. Dalam pembuatan kopi bubuk dengan menggunakan kopi robusta, tanaman kopi akan diambil buahnya berupa kopi glondong. Kopi glondong tersebut akan diambil bijinya (kopi beras) dan biji kopi tersebut dapat diproses menjadi kopi bubuk, sehingga biji kopi ini sangat bermanfaat dalam industri kopi bubuk.

Selain itu biji kopi juga bermanfaat untuk pakan ternak, industri pupuk organik, industri kopi instant, industri kopi dengan kadar kafein rendah. Kulit biji kopi robusta juga bermanfaat untuk industri pakan ternak dan industri pupuk organik. Alam pembuatan kopi bubuk dari biji kopi arabika tersebut harus melalui fermentasi, dan kulitnya yang telah difermentasi bermanfaat untuk industri pakan ternak dan pupuk organik. Pohon agroindustri kopi dapat dilihat pada Gambar 1:

15

Industri
Kulit Pakan Ternak, Industri Pupuk

Glondong Arabika

Fermentasi

Kopi Beras Tanaman Kopi

Industri Kopi Bubuk

Kulit

Industri Pakan Ternak, Industri Pupuk Organik

Glondong Kopi Robusta Industri Kopi Bubuk, Pupuk Organik

Kopi Beras Industri Kopi Instant, Industri Kopi dengan Kadar Kafein Rendah

Gambar 1. Pohon Agroindustri Kopi, 2011 5. Proses pembuatan kopi luwak Menurut Dinas Perkebunan Lampung Barat (20110, proses pembuatan kopi luwak sama dengan proses pembuatan kopi biasa, perbedaannya hanya pada proses fermentasi yang digantikan oleh luwak. Fermentasi terjadi di dalam perut luwak. Biji kopi tercampur dengan enzim - enzim yang ada di dalam perut luwak. Suhu di dalam perut luwak mencapai 26o C yang membantu proses fermentasi sempurna. Selanjutnya dilakukan proses pengolahan standar antara lain pencucian, pengeringan, penggorengan, penyortiran, penggilingan, pengemasan.

16

Menurut Gunawan (2011), tahapan proses pembuatan kopi luwak yang di lakukan oleh pengusaha kopi luwak di Kabupaten Lampung Barat : a. Luwak memakan buah kopi yang matang yang terdapat sejenis aroma yang sangat khas hingga disukai luwak. Secara naluri luwak hanya memakan buah kopi yang benar-benar matang dan punya aroma khusus. b. Buah kopi yang dimakan oleh luwak di proses melalui sistem pencernaan dan fermentasi terjadi dalam perut luwak. Biji kopi becampur dengan enzim-enzim yang ada di perut luwak. Suhu dalam perut luwak yang mencapai > 26oC membantu proses fermentasi sempurna. Kemudian dikeluarkan dalam bentuk kotoran berupa gumpalan memanjang biji kopi yang bercampur lendir. c. Kotoran tersebut kemudian diambil biji kopinya, dibersihkan dengan cara mencuci sehingga tersisa biji kopi yang masih utuh. d. Proses selanjutnya adalah dikeringkan dengan sinar matahari. e. Biji kopi luwak yang sudah kering kemudian dikupas dari cangkangnya manjadi biji kopi luwak yang berbentuk green bean. f. Kopi tersebut kemudian diambil biji kopinya, dibersihkan dengan cara mencuci sehingga tersisa biji kopi yang masih utuh. g. Proses penggorengan green bean menjadi roasted bean. h. Penggilingan roasted bean menjadi kopi bubuk. i. Pengemasan dengan menggunakan alumunium foil.

17

Urutan tahapan pembuatan kopi luwak dapat dilihat pada Gambar 2.

Pengumpulan feces

Pencucian feces

Pengeringan biji kopi Pengupasan kulit

Pencucian biji mentah kopi luwak

Pengeringan biji mentah kopi luwak Penggorengan biji mentah kopi luwak Penggilingan Pengemasan Penyimpanan

Gambar 2. Proses pengolahan kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat, 2011

6. Analisis nilai tambah

Menurut Hardjanto (1991), nilai tambah didefinisikan sebagai pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada

18

komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut dapat berupa proses perubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time utility). Faktor yang mempengaruhi nilai tambah pada sistem pengolahan adalah faktor teknis dan non teknis.

Menurut Hardjanto (1991), faktor teknis meliputi unsur kualitas (mutu) produk, penerapan teknologi, kapasitas produksi, penggunaan unsur tenaga kerja, jumlah bahan baku, dan input penyerta. Faktor ini mempengaruhi harga jual produk, sedangkan faktor non teknis (faktor pasar) meliputi harga jual output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, informasi pasar, modal investasi teknologi, dan nilai input lainnya. Faktor non teknis dapat mempengaruhi faktor konversi (banyaknya produk yang dapat dihasilkan dari satu satuan bahan baku) dan biaya produksi.

Menurut Hayami (1987), tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk menaksir balas jasa yang diterima oleh tenaga kerja langsung dan pengelola. Analisis nilai tambah metode Hayami memperkirakan perubahan bahan baku setelah mendapatkan perlakuan. Analisis nilai tambah menurut Hayami mempunyai kelebihan, yaitu : a. Produktivitas produksi, di mana rendemen, pangsa ekspor dan efisiensi tenaga kerja dapat diestimasi. b. Balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi

Konsep pendukung dalam analisis nilai tambah metode Hayami pada subsistem pengolahan adalah :

19

a. Faktor konversi, menunjukkan banyaknya keluaran (output) yang dihasilkan dari satu satuan masukan (input). b. Koefisien tenaga kerja, menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan masukan c. Nilai keluaran, menunjukkan nilai keluaran yang dihasilkan dari satu satuan masukan.

7. Analisis finansial kelayakan usaha

Analisis finansial merupakan perbandingan antara pengeluaran dan penerimaan suatu usaha, apakah usaha itu akan menjamin modalnya akan kembali atau tidak. Analisis finansial juga mencakup perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan, kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, prakiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi secara jangka panjang.

Menurut Kadariah (2001), ada beberapa metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam analisis finansial, yaitu Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. a. Gross B/C Ratio Gross Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah present value dari benefit kotor dengan jumlah present value dari biaya kotor. Secara matematis Gross B/C dapat dirumuskan sebagai :
n

Bt GrossB /C
t 0 n

.......... .......... .......... .......... .......... .......... ...( 1 )

Ct
t 0

20

dimana : Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-i Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-i i = suku bunga (%) n = umur proyek (tahun) Kriteria pada pengukuran ini adalah 1. Jika Gross B/C > 1, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan. 2. Jika Gross B/C < 1, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dilaksanakan. 3. Jika Gross B/C = 1, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point b. Net B/C Ratio

Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didiscount faktor positif dengan net benefit yang telah didiscount negatif.

Secara matematis Net B/C dapat dirumuskan sebagai :


n

Bt NetB / C
t n 0

Ct

.......... .......... .......... .......... .......... ....( 2 )


Ct Bt 1 i
t

dimana : t = tahun ke 1,2,3 dst n= umur proyek (tahun) Kriteria pada pengukuran ini adalah : 1. Jika Net B/C > 1, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan. 2. Jika Net B/C < 1, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dilaksanakan. 3. Jika Net B/C = 1, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point.

c. Payback Period Payback Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari suatu proyek.

21

Secara matematis Payback Period dapat dirumuskan sebagai :


PP Ko Ab

1 tahun

............................................................... (3)

dimana: Pp = payback periode I0 = investasi awal Ab = manfaat (benefit) yang diperoleh setiap periode Kriteria pengukuran kelayakan melalui metode Payback Period adalah: 1. Jika masa PP lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut layak untuk dijalankan 2. Jika masa PP lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan

d. Net Present Value (NPV)

Perhitungan Net Present Value merupakan nilai benefit yang telah didiskon dengan Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai discount factor. Secara matematis NPV dapat dirumuskan sebagai :
n

NPV
t 1

Bt 1 t

Ct
t

. ... (4)

Dimana: Bt = Manfaat dari proyek C = Biaya (cost) pada tahun ke-i n = Umur proyek (tahun) i = Discount Rate Kriteria penilaian adalah : 1. Jika NPV > 0, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan 2. Jika NPV < 0, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dilaksanakan 3. Jika NPV = 0, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point

22

e. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek, dengan kata lain tingkat, suku bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai :
NPV 1 NPV 1 NPV 2
(I 2 I 2)

IRR

I1

(5)

dimana : NPV1 NPV2 i1 i2 = Present Value positif = Present Value negative = discount faktor, jika NPV >0 = discount faktor, jika NPV < 0

Dengan kriteria: 1. Jika IRR > i, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan 2. Jika IRR < i, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dilaksanakan 3. Jika IRR = i, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point

8. Analisis Sensitivitas

Pada saat suatu usaha telah diputuskan untuk dilaksanakan berdasarkan pada perhitungan dan analisa serta pada hasil evaluasi (NPV, B/C, IRR). Ternyata di dalamnya tidak tertutup kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan dalam perhitungan, maupun terjadi perhitungan yang meleset yang dikarenakan ketidakstabilan harga faktor- faktor produksi maupun harga kopi bubuk itu sendiri. Adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut, berarti harus diadakan

23

analisa kembali untuk mengetahui sejauh mana dapat diadakan penyesuaianpenyesuaian sehubungan dengan adanya perubahan harga tersebut. Tindakan menganalisa kembali ini dinamakan Sensitivity Analysis.

Sensitivity analisis bertujuan untuk melihat apakah yang akan terjadi pada analisis usaha jika terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya maupun manfaat/penerimaan. Analisis kepekaan ini dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan usaha, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat adanya keadaan yang berubah-ubah atau jika ada kesalahan dalam dasar perhitungan biaya dan manfaat. Hal ini dikarenakan dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, biasanya didasarkan pada proyeksi proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perubahan perubahan yang terjadi dalam dasar perhitungan biaya produksi ataupun manfaat memiliki kemungkinan antara lain : a. Kenaikan dalam biaya produksi ataupun peralatan yang digunakan, b. Perubahan dalam harga jual hasil produksi, misalnya karena harga kopi yang turun atau malah naik di pasaran, c. Terjadinya kesalahan perhitungan dalam hasil per hektar, d. Keterlambatan dalam proses pelaksanaan proyek, e. Adanya perubahan dalam volume hasil produksi, dan lain-lain.

Variabel harga jual dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap, walaupun dalam keadaan

24

nyata kedua variabel tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Dengan demikian analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Kasmir, 2003).

9. Prospek Pengembangan Agroindustri

Menurut Ibrahim (1997), ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu proyek. Tahapan-tahapan tersebut antara lain tahapan pengujian. Tahapan pengujian digolongkan dalam beberapa aspek antara lain: a. Aspek pasar Aspek pasar dan pemasaran melingkupi peluang pasar, perkembangan pasar, penetapan pangsa pasar, dan langkahlangkah yang perlu dilakukan dalam mengambil kebijakan yang diperlukan. b. Aspek teknis Aspek teknis juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian terhadap aspek ini penting untuk dilakukan sebelum usaha ini dijalankan. Aspek teknis mencakup lokasi proyek yang diusahakan, sumber bahan baku, jenis teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, dan jumlah investasi yang diperlukan serta membuat rencana produksi selama umur ekonomis proyek. Secara keseluruhan aspek teknis ini akan dinilai bekerja secara efisien atau tidak, karena pada akhirnya efisiensilah yang akan menentukan salah satu faktor besar kecilnya laba yang akan diperoleh agroindustri.

25

c. Aspek manajemen dan organisasi

Manajemen yang baik merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemudian tujuan perusahaan dapat terlaksana dan tercapai jika ada tempat atau wadah untuk melakukan kegiatan tersebut. Tempat atau wadah ini kita kenal dengan nama organisasiyang tergambar dalam struktur organisasi perusahaan. Aspek oraganisasi dan manajemen mancakup bentuk organisasi dan jumlah tenaga kerja, serta keahlian yang diperlukan. d. Aspek financial

Aspek finansial mencakup perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan, kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, prakiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi secara jangka panjang (NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C, payback period), dan analisis sensitifitas, dan secara jangka pendek BEP dan Laporan Rugi Laba.

e. Aspek Dampak Lingkungan Hidup

Aspek lingkungan merupakan aspek yang sangat penting bagi suatu kegiatan usaha karena setiap usaha yang dijalankan akan sangat besar dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya. Hidup, yakni berkaitan dengan komponen lingkungan hidup yang harus di pertahankan dan di jaga serta di lestarikan fungsinya seperti hutan lindung, sumber daya manusia, keankeragaman hayati, dan kenyaman lingkungan.

26

10. Kajian penelitian terdahulu

Menurut Lova (2007), pada penelitian tentang analisis finansial dan ekonomi usahatani kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus: (1) menguntungkan, baik secara finansial maupun ekonomi, (2) memiliki keunggulan komparatif, namun keuntungan dan keunggulan komparatif tersebut peka terhadap peningkatan harga input privat dan bayangan 12,69% atau harga jual kopi turun menjadi 55,34% atau volume produksi turun 30%, dan (3) pemasaran kopi yang terbentuk tidak efisien, didasarkan pada: terbentuk lima saluran pemasaran dengan distribusi margin pemasaran dan RPM masing-masing saluran pemasaran tidak merata. Perilaku pasar mengarah pada proses penentuan harga oleh pedagang, sedangkan petani hanya sebagai penerima harga (price taker); dan struktur pasar yang terbentuk mengarah pada bentuk pasar oligopsoni.

Menurut Soetrisno (2009), pada penelitian tentang strategi peningkatan daya saing agribisnis kopi robusta dengan model daya saing Tree Five. Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya peluang yang sangat besar terhadap permintaan kopi di pasar domestik untuk proses lebih lanjut berupa kopi bubuk, namun kelembagaan pasar yang ada kurang mendukung. Hal ini bisa dikuatkan dari sistem pemasaran yang dilalui oleh petani masih perlu adanya pembenahan saluran pemasaran dan hanya sekitar 1,78 persen yang diolah menjadi bahan siap saji. Permintaan dunia masih terbuka lebar bagi kopi Indonesia terbukti dengan kebutuhan pasar dunia semakin bertambah.

27

Menurut Putri (2010), pada analisis nilai tambah, kelayakan finansial, dan strategi pengembangan agroindustri kopi bubuk organik di Desa Gunung Terang Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat menunjukkan bahwa agroindustri kopi bubuk organik ini secara finansial layak untuk dikembangkan dan menguntungkan. Pengaruh yang diberikan oleh perubahan kenaikan biaya produksi sebesar 5,08%, penurunan harga jual sebesar 19,36%, dan kenaikan suku bunga sebesar 6% tidak sensitif terhadap nilai Gross B/C.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini menggunakan komoditas kopi luwak yang terkenal di dunia yang memiliki citarasa yang khas dan mulai dikembangkan di Propinsi Lampung. Selain itu, penelitian ini akan meneliti mengenai kelayakan usaha agroindustri kopi luwak skala rumah tangga melalui analisis yang mendalam tentang kelayakan finansial. Selanjutnya akan dianalisis apakah jenis agroindustri ini memiliki prospek pengembangan yang baik dan layak untuk menjadi alternatif mata pencaharian rumah tangga dalam rangka meningkatkan pendapatan.

B. Kerangka Pemikiran

Agroindustri merupakan industri pengolahan hasil pertanian untuk menghasilkan suatu barang yang berguna melalui suatu proses pengolahan. Dalam hal ini berarti melakukan proses produksi dengan menggunakan berbagai input produksi antara lain: modal/investasi, tenaga kerja, bahan baku, teknologi dan faktor pendukung lainnya. Agroindustri kopi luwak merupakan industri yang berbahan baku utama produk pertanian berupa kopi.

28

Agroindustri kopi luwak adalah industri pengolahan biji kopi yang telah disortasi untuk dijadikan produk agroindustri berupa glondongan biji kopi luwak, biji kopi mentah, biji kopi matang, dan kopi bubuk.

Pengembangan agroindustri ke wilayah pedesaan dalam pembangunan pertanian diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif penggerak untuk meningkatkan perekonomian masyarakat khusus masyarakat pedesaan. Salah satu contoh agroindustri yang berkembang di masyarakat Lampung adalah agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik bukit Kabupaten Lampung Barat.

Agroindustri kopi luwak merupakan kegiatan pengolahan yang berbahan baku kopi. Proses transformasi yang dilakukan menjadi berbagai produk kopi luwak diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari kopi yang merupakan bahan baku utamanya. Untuk mengetahui apakah agroindustri kopi luwak memberikan nilai tambah atau tidak, maka selisih antara nilai produk dikurangi dengan harga bahan baku dan sumbangan bahan lain.

Apabila harga bahan baku ditambah sumbangan bahan lain jumlahnya lebih besar atau sama dengan nilai produk, maka agroindustri tersebut tidak memberikan nilai tambah (NT=0). Kemudian apabila harga bahan baku ditambah sumbangan bahan lain jumlahnya lebih kecil dari nilai produk, maka agroindustri kopi luwak memberikan nilai tambah. Nilai tambah yang didapat dari agroindustri kopi luwak digunakan untuk menutupi berbagai biaya-biaya yang ada dalam agroindustri tersebut. Biaya-biaya yang ada tersebut meliputi biaya pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya

29

dalam proses produksi. Pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Semakin tinggi penerimaan dan semakin rendah biaya produksi, maka akan memperlebar selisihnya, yang pada akhirnya akan memperbesar keuntungan perusahaan. Kelayakan finansial agroindustri kopi luwak dapat diketahui dengan menggunakan beberapa analisis yaitu : 1. Analisis finansial, meliputi Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C Ratio) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C Ratio), Payback Period., Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR). 2. Analisis titik impas (Break Event Point). 3. Analisis sensitivitas (Sensitivity Analysis)

Analisis-analisis tersebut di atas dilakukan untuk dapat mengetahui apakah usaha agroindustri kopi luwak layak atau tidak layak. Dengan demikian dapat di analisis bagaimana prospek pengembangan usaha pengolahan kopi luwak pada agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Untuk memperjelas kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 3.

30

AGROINDUSTRI KOPI LUWAK


Input : - Bahan baku - Bahan penunjang - Tenaga kerja

Output Pengolahan
Kopi Luwak:
Gumpalan kotoran Biji kopi mentah Biji kopi matang Kopi bubuk

Harga input

Harga output

Nilai Tambah

Biaya pduksi
Pendapatan 1. Analisis Finansial: - Net B/C - Gross B/C - Payback Period - NPV - IRR 2. Analisis Titik Impas 3. Analisis Sensitivitas

Penerimaan

layak Prospek Pengembangan Agroindustri Kopi Luwak

Tidak layak

Gambar 3. Kerangka pemikiran analisis nilai tambah, kelayakan finansial, dan prospek pengembangan agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampun Barat,2011

31

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai:

1. Definisi Operasional

Agroindustri adalah suatu industri yang mentransformasikan hasil pertanian menjadi produk industri dalam rangka meningkatkan nilai tambahnya. Dengan demikian merupakan suatu sistem terintegrasi yang melibatkan sumberdaya hasil pertanian, manusia, ilmu dan teknologi, uang, dan informasi. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.

Agroindustri kopi luwak adalah suatu sistem yang terdiri dari subsistem pengadaan bahan baku kopi, fermentasi oleh luwak, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi kopi luwak.

32

Kopi luwak adalah jenis kopi dari biji kopi yang telah dimakan dan melewati saluran pencernaan binatang luwak atau musang. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak.

Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dikurangi nilai bahan baku dan nilai input lainnya selain tenaga kerja. Di ukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). Upah rata rata tenaga kerja adalah biaya upah yang dikeluarkan perusahaan untuk tenaga kerja per satu hari orang kerja (HOK), yang diukur dalam satuan Rp/HOK.

Rasio nilai tambah adalah perbandingan antara nilai tambah dengan nilai produk diukur dalam satuan persen (%).

Analisa kelayakan finansial adalah suatu studi yang bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi yang dijalankan tersebut layak atau tidak untuk dijalankan.. Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun alat selama digunakan, terhitung sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun. Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima produsen dari suatu proses produksi, di mana penerimaan tersebut didapatkan dengan mengalikan jumlah produksi (output) dengan harga yang berlaku, diukur dengan satuan rupiah (Rp).

33

Bahan Baku adalah segala sesuatu atau bahan-bahan dasar yang dipakai untuk memulai suatu produksi yang akan menghasilkan suatu produk yang baru.

Bahan penunjang adalah segala sesuatu atau bahan-bahan tambahan yang dipakai bersamaan dengan bahan baku untuk menghasilkan suatu produk yang baru.

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi pengolahan kopi sebelum menghasilkan kopi luwak, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak bergantung pada besar kecilnya produksi dan dapat digunakan lebih dari satu kali produksi diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan produksi (output) yang dihasilkan, yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya total adalah penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Discount factor (Df) adalah suatu bilangan yang lebih kecil dari satu yang dapat dipakai untuk mengalikan atau mengurangi suatu jumlah di waktu yang akan datang sehingga dapat diketahui berapa nilainya saat ini, diukur dalam satuan persen (%).

Layak adalah kemungkinan dari usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik manfaat finansial maupun manfaat sosial.

34

Tidak Layak kemungkinan dari usaha yang akan dilaksanakan tidak memberikan manfaat, baik manfaat finansial maupun manfaat sosial.

Prospek pengembangan adalah kesempatan untuk mengembangkan usaha dan memperkenalkan produk pertanian ke masyarakat luas baik di dalam negeri maupun luar negeri.

2. Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai: 1. Responden dalam penelitian ini merupakan pemilik usaha kopi luwak. 2. Waktu Penelitian dilakukan pada tahun 2011. 3. Kopi luwak yang di teleti merupakan jenis kopi luwak bubuk. 4. Harga jual yang digunakan adalah harga tetap yang diambil dari harga rata-rata kopi luwak dari keseluruhan responden. 5. Umur ekonomis yang digunakan adalah sebesar 10 tahun. 6. Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan adalah suku bunga maksimal Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 14%. 7. Skenario sensitivitas yakni penurunan harga jual sebesar 14,25% didapatkan dari persentase fluktuasi harga kopi luwak, dengan asumsi semakin bertambahnya agroindustri menyebabkan produk kopi luwak yang ditawarkan semakin bertambah sehingga pengusaha menurunkan harganya untuk mensiatinya.

35

8. Skenario sensitivitas yakni Kenaikan biaya produksi sebesar 5,01% didapatkan dari nilai rata-rata tingkat inflasi Bank Indonesia (BI) pada tahun 2010. 9. Penurunan Jumlah produksi 10% sebesar didapatkan dari tingkat fluktuasi harga kopi luwak di daerah penalitian berdasarkan hasil wawancara terhadap para pengusaha kopi luwak .

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu sentra produksi kopi di Propinsi Lampung. Selain itu, Pekon Way Mengaku merupakan sentra agroindustri kopi luwak di Lampung Barat.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus yaitu semua populasi dijadikan responden dalan penelitian. Menurut Arikunto (2002), apabila subjek penelitian kurang dari 100 unit (orang), maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Responden dalam penelitian ini terdiri dari pengusaha agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat yang berjumlah 7 responden yang memproduksi kopi luwak. Pengumpulan data dalam penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni Juli 2011.

36

C. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung dengan para pengusaha agroindustri kopi luwak, menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan literatur - literatur yang terkait dengan penelitian.

D. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui nilai tambah, kelayakan finansial terdiri dari analisis penilaian investasi, yakni PP, NPV, IRR, B/C Ratio dan analisis yang memasukkan faktor ketidakpastian dalam analisis investasi, yakni analisis sensitivitas. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui aspek - aspek pengembangan usaha agroindustri kopi luwak yang terdapat di daerah penelitian untuk kemudian dinilai prospek pengembangannya. Aspek-apek yang dinilai adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, serta aspek dampak lingkungan hidup.

37

1. Analisis nilai tambah Menurut Hayami (1987), nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya perlakuan yang diberikan pada komoditi yang bersangkutan . Kegiatan mengolah kopi menjadi kopi luwak bubuk mengakibatkan bertambah nilai komoditi tersebut. Untuk menjawab tujuan pertama mengenai besarnya nilai tambah dari kopi menjadi kopi luwak bubuk pada agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat dapat dilakukan dengan menggunakan metode nilai tambah Hayami pada seperti Tabel 5 Tabel 5. Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami

No

Variabel Output, Input dan Harga Output (Kg/Bulan) Bahan Baku (Kg/Bulan) Tenaga Kerja (HOK/Bulan) Faktor Konversi Koefisien Tenaga Kerja Harga Output (Rp/Kg) Upah Rata-rata Tenaga Kerja (Rp/HOK) Pendapatan dan Keuntungan (Rp/Kg) Harga Bahan Baku (Rp/Kg) Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) Nilai Output Nilai Tambah Rasio Nilai Tambah Imbalan Tenaga Kerja Bagian Tenaga Kerja Keuntungan Tingkat Keuntungan Balas Jasa untuk Faktor Produksi Margin Keuntungan Tenaga Kerja Input Lain

Nilai A B C D = A/B E = C/B F G

I
1 2 3 4 5 6 7

II
8 9 10 11 a. b. 12 a. b. 13 a. b.

H I J=DxF K=JIH L% = (K/J) x 100% M=ExG N% = (M/K) x 100% O=KM P% = (O/K) x 100%

III
14 a. b. c.

Q=JH R = O/Q x 100% S = M/Q x 100% T = I/Q x 100%

Sumber : Hayami, Y. 1987

38

Keterangan : A = Output/total produksi kopi yang dihasilkan oleh industri rumah tangga B = Input/bahan baku yang digunakan untuk memproduksi kopi luwak bubuk yaitu kopi C = Tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi kopi luwak dihitung dalam satuan HOK (Hari Orang Kerja) dalam satu periode analisis F = Harga produk yang berlaku pada satu periode analisis G = Jumlah upah rata-rata yang diterima oleh pekerja dalam setiap satu periode produksi,yang dihitung berdasarkan upah per HOK H = Harga input bahan baku utama kopi per kilogram (kg) pada saat periode Analisis I = Sumbangan/biaya input lainnya yang terdiri dari biaya bahan baku penolong, biaya penyusutan, dan biaya pengemasan.

Kriteria nilai tambah adalah : 1. Jika NT > 0, berarti pengembangan agroindustri kopi luwak memberikan nilai tambah hasilnya positif 2. Jika NT < 0, berarti pengembangan agroindustri kopi luwak tidak memberikan nilai tambah hasilnya negatif..

2. Analisis Finansial Kelayakan Usaha

Pada penelitian ini, analisis finansial dilakukan secara kuantitatif, yang terdiri dari :

a.

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio)

Gross Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah present value dari benefit kotor dengan jumlah present value dari biaya kotor.

39

Secara matematis Gross B/C dapat dirumuskan sebagai :


n

Bt GrossB /C
t n 0

.....................................................(6)
Ct 1 i
t

dimana : Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-i Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-i i = suku bunga (%) n = umur proyek (tahun) Kriteria pada pengukuran ini adalah : 1. 2. Jika Gross B/C > 1, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan. Jika Gross B/C < 1, maka kegiatan usaha tidak layak untuk Dilaksanakan 3. Jika Gross B/C = 1, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point.

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didiscount faktor positif dengan net benefit yang telah didiscount negatif. Secara matematis Net B/C dapat dirumuskan sebagai :
n

Bt NetB / C
t n 0

Ct

.......... .......... .......... .......... .......... ....( 7 )


Ct Bt 1 i
t

dimana: t = tahun ke 1,2,3 dst n = umur proyek (tahun) Kriteria pada pengukuran ini adalah :

40

1. Jika Net B/C > 1, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan 2. Jika Net B/C < 1, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dilaksanakan 3. Jika Net B/C = 1, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event

c. Payback Period

Payback Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari suatu proyek. Secara matematis Payback period dapat dirumuskan sebagai :

PP

Ko Ab

1 tahun

............................................................... (8)

di mana : Pp = payback periode I0= investasi awal Ab= manfaat (benefit) yang diperoleh setiap periode Kriteria kelayakan : 1. Jika Payback period lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut layak untuk dijalankan 2. Jika Payback period lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan

d. Net Present Value (NPV) Perhitungan Net Present Value merupakan nilai benefit yang telah didiskon dengan Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai discount factor.

Secara matematis NPV dapat dirumuskan sebagai:

41

NPV
t 1

Bt 1 t

Ct
t

. (9)

di mana : Bt Ct n i = Manfaat dari proyek = Biaya (cost) pada tahun ke-i = Umur proyek (tahun) = Discount Rate

Kriteria penilaian adalah : 1. Jika NPV > 0, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan 2. Jika NPV < 0, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dilaksanakan 3. Jika NPV = 0, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point

e. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat suku bungan yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai :
IRR i1 NPV 1 NPV 1 NPV 2 (i2 i1 )

.. (10)

di mana : NPV1 NPV2 i1 i2 = Present Value positif = Present Value negative = discount faktor, jika NPV > 0 = discount faktor, jika NPV < 0

Dengan kriteria:

42

1. Jika IRR > i, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan 2. Jika IRR < i, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dilaksanakan 3. Jika IRR = i, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point

3.

Analisis Sensitivitas

Menurut Djamin (1992), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam perhitungan biaya atau benefit. Dalam analisis kepekaan, setiap kemungkinan harus dicoba untuk dilakukan analisa kembali. Hal ini perlu, karena analisis proyek biasanya didasarkan kepada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi masa mendatang.

Menurut Gittinger (1993), menyatakan bahwa dalam bidang pertanian, proyek sensitif untuk berubah, yang diakibatkan oleh empat masalah utama, yaitu : a. Harga, terutama perubahan dalam harga hasil produksi yang disebabkan oleh turunnya harga di pasaran. b. Keterlambatan pelaksanaan proyek. Dalam proyek pertanian dapat terjadi keterlambatan pelaksanaannya karena ada kesulitan-kesulitan secara teknis atau inovasi baru yang diterapkan, atau karena keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan. c. Kenaikan biaya, baik dalam biaya konstruksi maupun biaya operasional yang diakibatkan oleh perhitungan-perhitungan yang terlalu rendah. d. Kenaikan hasil, dalam hal ini kesalahan perhitungan hasil.

43

Analisis sensitivitas dilakukan dengan memperhitungkan salah satu kemungkinan di atas yang mungkin terjadi. Perubahan harga, keterlambatan suatu proyek , dan tingkat kenaikan biaya suatu produksi yang akan menyebabkan nilai NPV, Gross B/C, Net B/C, IRR dan PP tidak lagi menguntungkan, maka pada titik itulah proyek tersebut tidak layak, maka itulah batas kelayakan proyek. Rumus untuk sensitivitas adalah: ..... (11) Kriteria laju kepekaan : a. Jika Laju kepekaan > 1, maka hasil kegiatan usaha peka/sensitif terhadap perubahan. b. Jika Laju kepekaan < 1, maka hasil kegiatan usaha tidak peka/tidak sensitif terhadap perubahan.

4. Analisis Titik Impas / Break Event Point (BEP)

Analisis titik impas atau Break Event Point (BEP) adalah titik pulang di mana total revenue sama dengan nol, dengan kata lain disebut sebagai keadaan suatu perusahaan yang jumlah total penghasilan besarnya sama dengan jumlah total biaya. Secara matematis BEP dapat dirumuskan sebagai : a. Titik impas dalam satuan produk yang dihasilkan .. (12) b. Titik impas dalam jumlah rupiah yang dihasilkan ..(13)

pX

44

dimana: a = Biaya tetap (Rp) b = Biaya variabel (Rp) p = hasil penjualan (Rp) X = titik impas Kriteria pengambilan keputusan : 1. Jika hasil penjualan > pX, maka usaha menguntungkan. 2. Jika hasil penjualan < pX, maka usaha merugi. 3. Jika kapasitas produksi > X, maka usaha menguntungkan. 4. Jika kapasitas produksi < X, maka usaha merugi.

5. Analisis Kualitatif

Aspek yang dinilai dalam analisis kualitatif adalah : (a) Aspek pemasaran Aspek pemasaran berkaitan dengan bauran pemasaran (marketing mix) merupakan variabel-variabel terkendali (controllable) yang dapat digunakan perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dari segmen pasar tertentu yang dituju perusahaan.

Menurut Mc Carthy (1995), klasifikasi atau penggolongan empat unsur dari alat- alat bauran pemasaran terdiri dari 4P, yaitu: 1. Produk (Product), sesuatu yang ditawarkan produsen yang terwujud atau tidak (jasa) kepada pasar, untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

45

Harga (Price), jumlah uang pelanggan yang dibayarkan untuk produk tertentu. 2. Tempat (Place), berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sebagai sasaran, dalam hal ini adalah distribusi produk. 3. Promosi (Promotion), semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasarannya seperti iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung dan melalui media internet.

(b)Aspek teknis

Aspek teknis mencakup lokasi proyek yang diusahakan, sumber bahan baku, jenis teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, dan jumlah investasi yang diperlukan serta membuat rencana produksi selama umur ekonomis proyek. Umur ekonomis adalah perkiraan usia alat-alat yang digunakan dan masing berfungsi dengan baik. Secara teknis, peralatan yang digunakan dalam produksi kopi luwak memilki umur ekonomis diantaranya yaitu kandang luwak, mesin penggiling kopi, lesung, tungku, penggorengan, dll. Umur ekonomis usaha agroindustri kopi luwak ini adalah 10 (tahun). Umur ekonomis usaha tersebut didapatkan dari umur ekonomis peralatan terlama yaitu pabrik dan kandang luwak dengan nilai umur ekonomis 10 (tahun).

46

(c) Aspek manajemen dan organisasi

Manajemen adalah sistem untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pembangunan usaha dengan efisien. Untuk itu perlu dibuat suatu organisasi agar program-program yang ada berjalan lancar. Organisasi merupakan suatu cara yang efektif untuk menyatukan orang dan sumber daya fisik yang di perlukan untuk menyelesaikan suatu usaha/proyek tertentu dengan waktu yang terbatas Aspek organisasi dan manajemen mancakup bentuk organisasi dan jumlah tenaga kerja, serta keahlian yang diperlukan.

(d)Aspek dampak lingkungan hidup

Studi mengenai dampak lingkungan hidup merupakan salah satu bagian dari aspek studi kelayakan bisnis, perlunya dilakukan studi dampak lingkungan hidup sebelum usaha dilakukan mengingat kegiatan-kegiatan investasi pada umumnya akan mengubah lingkungan hidup yakni berkaitan dengan komponen lingkungan hidup yang harus dipertahankan dan dijaga serta dilestarikan fungsinya seperti hutan lindung, sumber daya manusia, keanekeragaman hayati, dan kenyaman lingkungan.

47

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Letak Geografis Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Pekon Way Mengaku memiliki batas daerah antara lain : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Pekon Padang Cahya 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pekon Sebarus 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Pekon Pasar Liwa 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Perkon Kubu Perahu

Pekon Way Mengaku memiliki luas wilayah 2.651,22 ha. Kondisi iklim Pekon Way Mengaku terdiri dari Curah hujan 9 bulan basah, 3 bulan kering dengan kondisi fluktuatif cenderung basah. Temperatur rata-rata berkisar antara 18C sampai dengan 27C. Jenis tanah di Pekon Way Mengaku terdiri dari andosol 65% dan podsolik merah kuning (PMK) 35% dengan tekstur tanah lempung berpasir, lempung berdebu, dan liat. Penggunaan lahan di Pekon Way Mengaku adalah untuk pemukiman, pekarangan, sawah, tegal/ladang, perkebunan, dan lain-lain, untuk luas masing-masing penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 6.

48

Tabel 6. Sebaran penggunaan lahan di Pekon Way Mengaku

No

Penggunaan lahan

Luas lahan (Ha)

Persentase

1 2 3 4 5

Sawah Tegal / ladang Pemukiman Tanah perkebunan rakyat Perkantoran pemerintah dan Sekolah

130,00 462,00 17,22 1.939,00 8,00

4,90 17,42 0,64 73,13 0,30

Dan lain-lain Jumlah

95,00 2.651,22

3,58 100,00

Sumber : Profil Desa Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat, 2010.

Pada tabel 6 menunjukan luas lahan yang terbesar adalah pada areal perkebunan sebesar 1.939 ha, atau sekitar 73,13%. Hal tersebut dikarenakan penduduk di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dari areal perkebunan yaitu kebun kopi, sedangkan pemukiman sebesar 17,22 ha.

Hampir seluruh lahan perkebunan ditanami tanaman kopi. Salah satu jenis tanaman kopi yang akan dijumpai di daerah ini adalah kopi robusta. Masyarakat Pekon Way Mengaku lebih memilih untuk menanam kopi robusta di lahan yang mereka miliki karena ada pengusaha agroindustri kopi luwak yang siap menampung buah kopi robusta sebagai bahan baku kopi luwak.

49

B. Potensi Demografi Daerah Penelitian

Pekon Way Mengaku memiliki jumlah penduduk total pada tahun 2010 sebanyak 4939 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1200 kepala keluarga. Penduduk Pekon Way Mengaku terdiri atas laki-laki sebanyak 2.559 jiwa dan perempuan sebanyak 2.380 jiwa. Untuk sebaran penduduk Pekon Way Mengaku menurut umur dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran penduduk Pekon Way Mengaku menurut umur

No 1 2 3 4 5 6 7

Golongan umur (th) 05 6 12 13 18 19 25 26 45 46 58 > 58 Jumlah

Jumlah (jiwa) 235,00 660,00 1087,00 1300,00 963,00 518,00 176,00 4939,00

Persentase 4,75 13,36 22,00 26,32 19,49 10,48 3,56 100,00

Sumber : Profil Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat, 2010. Pada tabel 7 menunjukkan penduduk golongan umur dari 19 25 tahun adalah yang paling banyak yaitu sebanyak 1300 orang atau sekitar 26,32% dari total penduduk Pekon Way Mengaku. Dilihat dari usia produktif, yaitu usia 19 58 tahun Pekon Way Mengaku memiliki 2.781 jiwa atau sekitar 56,29 % dari total penduduk yang tergolong produktif. Artinya Pekon Way Mengaku juga termasuk potensial jika dilihat dari aspek tenaga kerja karena sebagian besar penduduknya produkif.

50

Tingkat pendidikan juga merupakan komponen penting dalam menentukan potensi demografi suatu wilayah. Sebaran penduduk Pekon Way Mengaku menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Sebaran penduduk Pekon Way Mengaku menurut tingkat pendidikan


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tingkat pendidikan Belum sekolah Pernah sekolah SD tapi tidak tamat Tamat SD/sederajat SLTP / sederajat SLTA / sederajat D-1 D-2 D-3 S-1 Jumlah Jumlah (jiwa) 282,00 6,00 785,00 1598,00 2101,00 16,00 9,00 46,00 96,00 4939,00 Persentase 5,70 0,12 15,89 32,35 42,53 0,32 0,18 0,93 1,94 100,00

Sumber : Profil Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat, 2010.

Pada tabel 8 menunjukan tingkat pendidikan yang paling umum dan sebagian besar penduduk di Pekon Way Mengaku adalah tamat SLTA/sederajat yaitu sebanyak 2101 jiwa atau sekitar 42,53%.. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Pekon Way Mengaku sudah cukup baik, bahkan penduduk yang sampai ke jenjang pendidikan lebih dari tamat SLTA sudah mencapai 167 orang dari total penduduk 4939 jiwa (3,37%). Mata pencaharian masyarakat desa pada umumnya sebagian besar adalah petani, demikian juga masyarakat di Pekon Way Mengaku yang sebagian besar bertani di lahan kering ataupun memiliki perkebunan sendiri.

51

Sebaran penduduk menurut mata pencaharian di Pekon Way Mengaku dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9. Sebaran penduduk di Pekon Way Mengaku menurut mata pencaharian


No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Mata pencaharian Petani Buruh tani Buruh / swasta Pegawai negeri Pedagang Peternak Pengrajin Montir Dokter Nelayan Jumlah Jumlah (jiwa) 2430,00 1268,00 258,00 59,00 728,00 173,00 21,00 2,00 0,00 0,00 4939,00 Persentase 49,20 25,67 5,22, 1,19 14,73 3,50 0,42 0,04 0,00 0,00 100,00

Sumber : Profil Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat, 2010.

Pada tabel 9 menunjukan aspek mata pencaharian penduduk di Pekon Way Mengaku sangat potensial karena sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani ataupun buruh tani, yaitu sebanyak 3.698 orang dari total keseluruhan penduduk 4939 jiwa (74,87%). Dari awal terbentuknya Pekon Way Mengaku tanaman perkebunan yang di tanam sebagian besar adalah tanaman kopi. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh petani yang lahannya sangat luas, sehingga membutuhkan tenaga tambahan untuk menanam bibit, menyiangi rumput, dan menjemur biji kopi yang biasanya dilakukan di halaman rumah.

52

C. Gambaran Agroindustri

Agroindustri kopi luwak yang terletak di Pekon Way Mengaku merupakan usaha perorangan yang mengolah kopi luwak. Pada tahun 2006, Bapak Gunawan mendirikan pengolahan kopi luwak. Pengolahan ini didirikan atas keprihatinan beliau dengan harga kopi yang tidak menguntungkan dengan hasil yang didapat petani ditambah lagi dengan penguasaan lahan yang minim. Sejalan dengan perkembangan jaman dan informasi maka Bapak Gunawan berinisiatif untuk meningkatkan nilai tambah agar kopi tidak dijual dengan harga yang murah. Berbekal dengan informasi dari teman, media internet, dinas pertanian, dan saran AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia ) Lampung Barat maka berdirilah pengolahan kopi luwak ini hingga sekarang yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya agroindutri kopi luwak lainnya.

Usaha kopi luwak ini berdiri diatas lahan 7m x 13m. Dari luas tersebut semua proses kegiatan ditempatkan difokuskan disana karena lahan sangat mendukung dan persis di belakang rumah. Lahan yang digunakan adalah tanah milik sendiri yang terletak di Gg. Pekonan, Pekon Way Mengaku. Lahan yang digunakan sebagai pabrik agroindustri kopi luwak di sesuaikan dengan berapa jumlah luwak yang dimiliki, karena sebagian besar lahan digunakan sebagai lokasi kandang untuk luwak itu sendiri.

Pemilik agroindustri kopi luwak sekaligus pimpinan perusahaan memiliki kewenangan penuh terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, baik ke dalam maupun ke luar perusahaan. Dalam menjalankan kegiatan perusahaan, pimpinan dibantu oleh 4 orang karyawan yang bertugas untuk

53

melakukan pemeliharaan luwak, pemberian makan luwak, proses pengolahan dan proses pengemasan. Agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku menghasilkan kopi luwak dengan kualitas baik. Kopi luwak dipasarkan ke
Bandar Lampung maupun luar daerah Lampung dengan cara dititipkan kepada orang yang sudah dipercaya dan ada ada jaminan sesuai dengan banyak kopi, ada juga pembeli yang datang lansung ketempat produksi dan melalui pengiriman. Kopi luwak yang dititipkan dengan orang sudah dipercaya dengan adanya jaminan seperti BPKB, mobil, motor, yang senilai dengan kopi yang dititipkan.

Pembeli yang datang langsung ketempat produksi membeli kopi dan membayar secara langsung. Pembelian melalui pesanan dilakukan dengan cara menstranfer uang ke rekening pengusaha kopi luwak , kemudian kopi dikirim ke alamat pemesan. Rantai pemasaran kopi luwak pada agroindustri kopi luwak di

Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada Gambar 4 Pedagang Pengecer

Konsumen Akhir

Produsen Konsumen Akhir Gambar 4. Rantai pemasaran kopi luwak pada agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat, 2010

54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Responden

1. Usia

Usia merupakan faktor yang cukup berperan serta berpengaruh dalam aktivitas dan tingkat produktivitas kerja seseorang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh usia pengusaha kopi luwak berkisar antara umur 35 - 64 tahun, dan mayoritas responden berusia di bawah 45 tahun. Sebaran usia responden pengusaha kopi luwak di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran usia responden pengusaha kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat tahun 2011 Kelompok umur (tahun) 35-44 45-54 55-64 Jumlah Jumlah (orang) 5 1 1 7 Persentase 71,42 14,29 14,29 100,00

Pada tabel 10 menunjukkan bahwa para pengusaha kopi luwak yang berada di Pekon Way Mengaku cukup potensial untuk melakukan kegiatan pengolahan ini karena para pengusaha agroindustri kopi luwak masih tergolong dalam usia produktif. Menurut Mantra (2004), kelompok penduduk usia 15 64

55

tahun adalah kelompok penduduk usia produktif. Usia produktif merupakan usia yang ideal untuk bekerja dengan baik dan masih kuat untuk melakukan kegiatan yang memerlukan tenaga dimana secara tidak langsung faktor usia dapat berpengaruh terhadap fisik serta tenaga yang kuat yang diperlukan dalam industri pengolahan ini.

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah pengusaha yang termasuk dalam kategori usia produktif berjumlah 5 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha kopi luwak di daerah penelitian berada pada usia produktif, di mana pengrajin cukup potensial untuk melakukan kegiatan pengolahan kopi luwak.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur kualitas hidup seseorang. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat kemampuan seseorang menyerap teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin mudah pengusaha kopi luwak tersebut untuk menerima suatu teknologi baru untuk mendukung keberlangsungan agroindustri kopi luwak. Sebaran tingkat pendidikan pengusaha kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada Tabel 11.

56

Tabel 11. Sebaran responden pengusaha kopi luwak berdasarkan tingkat pendidikan di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat tahun 2011 Tingkat pendidikan Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Sarjana Jumlah Jumlah (orang) 0 1 2 4 0 7 Persentase (%) 0 14,285 28,571 57,142 0 100

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan para pengusaha agroindustri relatif sudah tinggi karena sebagian besar pendidikan yang dimiliki merupakan tamatan SLTA. Dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi diharapkan berpengaruh positif terhadap keberlangsungan usaha agroindustri kopi luwak dengan cara dapat menerapkan teknologi dalam pengolahan kopi luwak.

3. Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha yang dimiliki oleh responden pengusaha kopi luwak di Pekon Way Mengaku merupakan salah satu indikator yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan agroindustri kopi luwak ini. Sebaran pengalaman usaha responden pengusaha kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada Tabel 12.

57

Tabel 12. Pengalaman usaha responden pengusaha kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat tahun 2011 Lama berusaha (tahun) 1-5 6-10 Jumlah Jumlah responden (orang) 7 0 Persentase 100 0 100

Pada tabel 12 menunjukan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini memiliki pengalaman 1-5 tahun. Hal ini menujukkan bahwa para pengusaha kopi luwak di Pekon Way Mengaku baru menekuni usaha pengolahan kopi luwak ini yaitu pertama kali didirikan oleh bapak Gunawan pada tahun 2006. Meskipun baru dalam menekuni usaha kopi luwak ini agroindustri kopi luwak sudah cukup berkembang karena kopi luwak tersebut merupakan kopi yang sangat terkenal di dunia sehingga tidak terlalu sulit bagi pengusaha kopi luwak dalam mengembangkan agroindustrinya.

4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan seluruh anggota keluarga (tidak termasuk kepala keluarga) yang masih menjadi tanggungan kepala keluarga. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan pengusaha kopi luwak yaitu berkisar antara 3-5 orang. Sebaran jumlah tanggungan keluarga responden pengusaha kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada Tabel 13.

58

Tabel 13. Sebaran jumlah tanggungan keluarga responden pengusaha Kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat, 2011 Jumlah tanggungan (orang) 3 4 5 Jumlah Jumlah responden (orang) 3 2 2 7 Persentase 42,86 28,57 28,57 100,00

Pada tabel 13 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki tanggungan keluarga sebanyak 3 orang (42,857%). Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan keluarga yang tidak terlalu banyak, yaitu sebanyak 2-3 tanggungan, sehingga beban yang ditanggung pengusaha kopi luwak tidak terlalu besar.

B. Keragaan Klaster Agroindustri Kopi Luwak

1. Pengadaan Bahan Baku Pengadaan bahan baku kopi sangat mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan oleh agroindustri kopi luwak yang ada di Pekon Way Mengaku. Selain itu kualitas, kuantitas dan kontinuitas bahan baku kopi yang digunakan juga mempengaruhi mutu yang dihasilkan oleh para pengusaha agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahan baku kopi yang digunakan para pengusaha kopi luwak dalam usahanya adalah kopi jenis robusta . Pengadaan bahan baku kopi di Pekon Way Mengaku sangat ditentukan oleh ketersediaan kopi yang dipasok oleh pemasok yang berasal dari luar wilayah

59

penelitian yaitu daerah Sukau, Batu Brak, dan Sekincau. Dalam pengadaan bahan baku kopi telah terjalin kerja sama yang baik antara para pelaku agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku dengan para pemasok, dimana biasanya bahan baku kopi diantar secara langsung oleh para pemasok ke lokasi agroindustri yang jaraknya sekitar 10 Km dari lokasi agroindustri. Hal ini tentunya memberikan dampak positif bagi para pengusaha kopi luwak dimana dalam pengadaan bahan baku dapat dipenuhi dengan mudah dan tepat waktu sehingga tidak mengganggu proses produksi.

Rata-rata bahan baku kopi yang digunakan oleh agroindustri kopi luwak yang berada di Pekon Way Mengaku sebanyak 118,57 kg kopi dengan harga beli sekitar Rp. 13.000,00 Rp.14.000,00 per kilogram kopi. Rincian penggunaan bahan baku kopi dapat dilihat pada Lampiran 5.

2. Modal Awal

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sumber modal awal yang digunakan pengusaha kopi luwak di Pekon Way Mengaku secara keseluruhan berasal dari modal pribadi dan hanya satu pengusaha kopi luwak dari keseluruhan responden yang sumber modal awalnya berasal dari pinjaman koperasi. Para pengusaha agroindustri kopi luwak yang ada di Pekon Way Mengaku tidak melakukan pinjaman kepada pihak bank atau lembagalembaga lainnya dalam pengadaan modal, hal tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan atau resiko yang tidak ingin diambil oleh para pengusaha agroindustri antara lain yaitu adanya syarat administrasi yang sulit dan pengembalian pinjaman yang tidak tepat pada waktunya.

60

Besarnya modal awal yang digunakan oleh para pengusaha agroindustri kopi luwak sebanyak Rp 5.000.000,00 Rp 115.000.000,00. Adapun besarnya modal awal yang digunakan oleh para pengusaha agroindustri kopi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.

Modal awal tersebut merupakan modal saat pertama kali memulai usaha yang digunakan oleh para pengusaha kopi luwak untuk membeli bahan baku utama yaitu kopi serta peralatan-peralatan sebagai investasi yang diperlukan dalam agroindustri pengolahan ini seperti luwak, kandang, terpal, tampah, tungku, ember, baskom, toples, mesin pengupas kulit kopi, mesin penggorengan kopi, mesin pres jalan, mesin pres manual, tungku, serok, dan sutil. Dari keseluruhan peralatan yang dibutuhkan dalam proses produksi, mesin penggorengan kopi merupakan salah satu peralatan yang harganya cukup tinggi yaitu sebesar Rp. 25.000.000,00.

Dari tujuh orang responden pengusaha kopi luwak yang ada dalam penelitian ini, hanya terdapat satu orang responden yang memiliki mesin penggorengan kopi. Besarnya jumlah modal investasi peralatan yang digunakan oleh masing-masing para pengusaha agroindustri kopi luwak dapat dilihat pada Lampiran 3.

3. Tenaga Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tenaga kerja yang digunakan dalam agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga

61

adalah tenaga kerja tetap yang berasal dari keluarga responden pengusaha kopi luwak itu sendiri dimana mayoritasnya tenaga kerja itu adalah kepala keluarga yang mengusahakan usaha kopi luwak tersebut. Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja tetap yang berasal dari luar keluarga responden pengusaha kopi luwak itu sendiri dimana mayoritasnya tenaga kerja itu merupakan warga sekitar agroindustri kopi luwak.

Tenaga kerja dalam agroindustri kopi luwak ini dihitung dengan satuan HOK dimana total penggunaan tenaga kerja dalam memproduksi kopi luwak sebesar 5,24 HOK produksi dengan upah rata-rata tenaga kerja sebesar Rp 25.000,00 per hari. Rincian penggunaan tenaga kerja pada agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku dapat dilihat pada Lampiran 6.

4. Sumbangan Input Lain

Sumbangan input lain merupakan bahan penunjang yaitu bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan kopi menjadi kopi luwak. Sumbangan input lain berperan sebagai komponen yang memberikan nilai tambah. Hal tersebut dikarenakan selain membantu mengkonversi kopi menjadi kopi luwak, juga dapat meningkatkan harga yang disebabkan meningkatnya rasa, kualitas dan jumlah hasil produksi. Bahan penunjang yang digunakan dalam proses tersebut terdiri dari pisang, pepaya, daging, susu, vitamin, obat-obatan, listrik, kayu bakar, minyak tanah, kertas merk dan alumunium foil.

62

Total sumbangan input lain dalam agroindustri kopi luwak ini sebesar Rp 15.730.285, 71 per bulan. Rincian penggunaan sumbangan input lain pada agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada Lampiran 5.

5. Bauran Pemasaran

a. Produk (Product)

Strategi produk yang dilakukan oleh para pengusaha agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat berupa menciptakan merek pada produk kopi luwak, menentukan logo dan menciptakan kemasan . Merek kopi luwak yang ada pada agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat yaitu Raja Luwak, Ratu Luwak, Rizky Luwak, Musong Liwa, dan Mahkota luwak. Logo pada kemasan produk kopi yaitu menampilkan tugu Lampung Barat yang dengan harapan kopi luwak yang dihasilkan mudah diingat dan merupakn suatu produk asli yang berasal dari Kabupaten lampung Barat. Kemasan kopi luwak menggunakan bahan alumunium foil demi menjaga kualitas kopi luwak tersebut.

b. Harga (Price)

Tingkat harga kopi luwak cenderung stabil tidak dipengaruhi oleh harga bahan baku utama maupun sumbangan input lainnya. Saat ini harga kopi Tingkat harga kopi luwak di tingkat produsen berkisar dari Rp 600.000,00 Rp 700.000.00 per kilogram. Ditingkat pedagang pengecer berkisar Rp

63

750.000,00 - Rp1.200.000,00 per kilogram. Penetapan harga yang stabil bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan dan memberikan kesan bahwa produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi.

c. Tempat/Saluran Distribusi (Place) Konsumen utama agroindustri Kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat berasal dari berbagai daerah yaitu Jakarta,Palembang, Surabaya, dan Bali. d. Promosi (Promotion) Para pengusaha agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat sudah melakukan kegiatan promosi secara aktif. Promosi yang dilakukan dalam bentuk mengikuti berbagai acara pameran di dalam propinsi maupun di luar propinsi dan juga sudah melakukan media promosi melalui internet.

6. Proses Produksi Kopi Luwak Berdasarkan hasil penelitian, proses pembuatan kopi luwak sama dengan proses pembuatan kopi biasa, perbedaannya hanya pada proses fermentasi yang digantikan oleh luwak. Fermentasi terjadi di dalam perut luwak. Proses pembuatan kopi luwak di Pekon Way Mengaku dapat dilihat pada Gambar 5.

64

Pengumpulan feces Pencucian feces Pengeringan biji kopi Pengupasan kulit Pencucian biji mentah kopi luwak Pengeringan biji mentah kopi luwak Penggorengan biji mentah kopi luwak Penggilingan Pengemasan Penyimpanan Gambar 5. Proses pengolahan kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat, 2011

Keterangan: a. Luwak memakan buah kopi yang matang yang terdapat sejenis aroma yang sangat khas disukai luwak. Secara naluri luwak hanya memakan buah kopi yang benar-benar matang dan punya aroma khusus. b. Buah kopi yang dimakan oleh luwak diproses melalui sistem pencernaan dan fermentasi dalam perut luwak. Biji kopi becampur dengan enzimenzim yang ada di perut luwak. Suhu dalam perut luwak yang mencapai

65

> 26oC membantu proses fermentasi sempurna. Kemudian dikeluarkan dalam bentuk kotoran berupa gumpalan memanjang biji kopi yang bercampur lendir. c. Kotoran tersebut kemudian diambil biji kopinya, dibersihkan dengan cara mencuci sehingga tersisa biji kopi yang masih utuh. d. Proses selanjutnya adalah dikeringkan dengan sinar matahari. e. Biji kopi luwak yang sudah kering kemudian dikupas dari cangkangnya manjadi biji kopi luwak yang berbentuk green bean. f. Kopi tersebut kemudian diambil biji kopinya, dibersihkan dengan cara mencuci sehingga tersisa biji kopi yang masih utuh. g. Proses penggorengan green bean menjadi roasted bean. h. Penggilingan roasted bean menjadi kopi bubuk. i. Pengemasan dengan menggunakan alumunium foil.

C. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kopi Luwak

Proses pengolahan kopi luwak merupakan proses yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang tinggi bagi komoditi pertanian. Besarnya nilai tambah yang diperoleh dihitung berdasarkan proses-proses produksi yang dilakukan selama satu bulan. Rincian nilai tambah pada agroindustri kopi luwak dapat dilihat pada tabel 14.

66

Tabel 14. Analisis nilai tambah produk agroindustri kopi luwak


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Hasil Produksi, Bahan Baku, dan Harga Output (kg/bln) Bahan Baku (kg/bln) Input tenaga kerja (HOK/bln) Faktor konversi Koefisien tenaga kerja Harga Produk (Rp/kg) Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HOK) Pendapatan dan nilai tambah Harga bahan baku Sumbangan bahan lain (Rp/kg bahan baku) Nilai produk a. Nilai tambah b. Rasio Nilai tambah a. Imbalan tenaga kerja b. Bagian tenaga kerja a. Keuntungan b. Bagian keuntungan 14 Balas Jasa untuk Faktor Produksi Margin a. Keuntungan b. Tenaga kerja c. Input lain a b c d=a/b e=c/b f g h i j = dxf k=j-h-i l=k/j(%) m=e x g n=m /k(%) o=k-m p=o/k(%) q=j-h r=o/q(%) s=m/q(%) t=i/q(%) 62,86 118,57 157,23 0,48 1,37 657.142,86 25.000,00 13.428,57 214.023,81 319.897,96 92.445,58 28,66 34.285,71 43,56 58.159,86 56,44 306.469,39 18,98 11.19 69,84

Pada tabel 14 menunjukan perhitungan dalam analisis nilai tambah. yaitu merupakan perhitungan untuk setiap kilogram bahan baku dalam satu bulan dengan hasil produksi rata-rata per bulan sebanyak 62,86 kilogram kopi luwak. Rata-rata input bahan baku yang digunakan per bulan adalah 118,57 kilogram kopi. Dari jumlah bahan baku yang digunakan serta jumlah jumlah produk yang dihasilkan diperoleh nilai konversi sebesar 48 persen artinya untuk setiap 1 kilogram kopi yang diolah akan menghasilkan 0,48 kilogram kopi luwak.

67

Koefisien tenaga kerja yang diperoleh berasal dari rasio banyaknya tenaga kerja yang terlibat dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK) dengan jumlah bahan baku yang diolah. Rata-rata tenaga kerja yang diserap dalam pengolahan kopi luwak adalah 157,23 HOK per bulan dengan koefisien tenaga kerja sebesar 1,37. Nilai koefisien tenaga kerja tersebut menunjukkan bahwa jumlah HOK yang dibutuhkan untuk pengolahan satu kilogram kopi menjadi kopi luwak adalah 1,37 HOK.

Harga output rata-rata kopi luwak sebesar Rp 657.142,86 per kilogram merupakan nilai yang diterima pengusaha kopi luwak dari penjualan produk olahannya. Nilai output merupakan hasil perkalian antar faktor konversi dengan harga produk. Besar nilai output yang dihasilkan adalah Rp 319.897,96 artinya nilai kopi luwak yang dihasilkan dengan pengolahan setiap satu kilogram kopi adalah Rp 319.897,96.

Upah rata-rata tenaga kerja yang digunakan pada pengolahan kopi luwak sebesar Rp 25.000,00 dan imbalan tenaga kerja yang diterima tenaga kerja dari setiap pengolahan satu kilogram kopi adalah Rp 34.285,71. Besarnya imbalan tenaga kerja pada setiap proses pengolahan kopi luwak menyesuaikan pada jumlah tenaga kerja dan tingkat upah yang berlaku. Besarnya bagian tenaga kerja yang diperoleh dari kopi luwak sebesar 43,56 persen. Besarnya bagian tenaga kerja tersebut merupakan bagian dari setiap pengolahan satu kilogram kopi.

Harga rata-rata bahan baku kopi yang digunakan dalam pengolahan kopi luwak adalah Rp 13.428,57 per kilogram. Dalam pembuatan satu kilogram

68

kopi luwak, rata-rata sumbangan input lain yang digunakan adalah sebesar Rp 214.023,81. Nilai ini diperoleh dari pembagian biaya total rata-rata bahan lain sebesar Rp15.730.285,71 dengan jumlah rata-rata bahan baku yang digunakan sebesar 118,57 kilogram kopi.

Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain, tidak termasuk tenaga kerja. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram kopi menjadi kopi luwak sebesar Rp 92.445,58. Nilai tambah ini merupakan nilai tambah kotor karena belum termasuk imbalan tenaga kerja. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk adalah 28,66 persen, artinya untuk setiap Rp100,00 nilai produk akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp 28,66.

Imbalan tenaga kerja menyatakan besarnya imbalan yang diperoleh tenaga kerja dalam mengolah setiap satu kilogram bahan baku menjadi kopi luwak. Besarnya imbalan tenaga kerja pada setiap proses pengolahan kopi luwak tergantung dari jumlah tenaga kerja dan tingkat upah yang berlaku. Imbalan tenaga kerja yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram kopi menjadi kopi luwak adalah Rp 34.285,71.

Sedangkan untuk melihat besarnya bagian tenaga kerja yang diperoleh dari proses pengolahan maka besarnya imbalan tenaga kerja dibandingkan dengan nilai tambah yang didapatkan dari proses pengolahan tersebut. Berdasarkan perhitungan didapat nilai sebesar 43,56 persen artinya dalam setiap Rp 100,00 nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan kopi luwak terdapat Rp 43,56 untuk imbalan tenaga kerja.

69

Keuntungan yang diperoleh dari proses pengolahan bahan baku kopi menjadi kopi luwak adalah sebesar Rp 58.159,86 dengan tingkat keuntungan sebesar 56,44 persen dari nilai produk. Nilai keuntungan tersebut merupakan selisih dari nilai tambah dengan imbalan tenaga kerja. Nilai keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pengolahan ini cukup tinggi, hal ini berarti agroindustri kopi luwak dalam aktifitasnya sudah berorientasi pada pencapaian tingkat keuntungan tertentu. Besarnya margin keuntungan pengolahan kopi luwak diperoleh dari analisis nilai tambah dimana besarnya nilai output dikurangi dengan harga bahan baku adalah sebesar Rp 306.469,39 dari setiap satu kilogram kopi yang diolah. Balas jasa dari faktor produksi untuk keuntungan diperoleh sebesar 18,98% dan balas jasa yang diperoleh untuk faktor produksi tenaga kerja adalah sebesar 11,19% dimana balas jasa tenaga kerja tersebut merupakan imbalan terhadap tenaga kerja atau pendapatan tenaga kerja. Sedangkan balas jasa yang diperoleh untuk faktor produksi dari sumbangan input lain adalah sebesar 69,84%. Pada tabel analisis nilai tambah produk agroindustri kopi luwak menunjukkan bahwa nilai tambah dipengaruhi oleh nilai produk, harga bahan baku yang digunakan dan sumbangan bahan lain. Nilai tambah berbanding lurus dengan nilai produk (faktor konversi dan harga produk) dan berbanding terbalik dengan nilai harga bahan baku dan sumbangan bahan lain, oleh karena itu dapat dirumuskan berbabagai strategi untuk meningkatkan nilai tambah dan rasio nilai tambah bagi pengusaha agroindustri kopi luwak yang dapat disesuaikan dengan kondisi agroindustri kop luwak tersebut.

70

Strategi tersebut diantaranya: 1. Meningkatkan harga produk Upaya untuk meningkatkan harga produk kopi luwak dapat dilakukan apabila mutu kopi luwak yang dijual baik kualitasnya dan dijamin keasliannya. 2. Mengusahakan membeli bahan baku dengan harga murah Upaya mendapatkan bahan baku dengan harga murah dapat dilakukan apabila pengusaha memiliki kebun kopi pribadi.

Berdasarkan hasil penelitian Putri (2010), besarnya nilai tambah yang diperoleh dalam proses pengolahan kopi organik menjadi kopi bubuk organik di Desa Gunung Terang Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat adalah Rp 20.743,54 per kilogram dengan rasio nilai tambah 60,23% dari nilai produk. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa rasio nilai tambah kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat lebih rendah jika dibandingkan dengan rasio nilai tambah kopi bubuk organik di Desa Gunung Terang (28,66%).

D. Analisis Finansial Agroindustri Kopi luwak

Aspek finansial agroindustri kopi luwak meliputi pengeluaran dan penerimaan agroindustri. Agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku memiliki umur ekonomis usaha sekitar 10 tahun yang didasarkan pada umur ekonomis pabrik dan kandang luwak karena pabrik dan kandang luwak merupakan biaya investasi terbesar dari agroindustri kopi luwak. Pabrik dalam usaha agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku ini berupa

71

bagian dari rumah pengusaha yang digunakan untuk proses produksi kopi luwak.

Tahun awal pengamatan dimulai pada tahun 2010, dan dalam perhitungan analisis finansial digunakan tingkat suku bunga sebesar 14%. Suku bunga 14 % merupakan suku bunga maksimal Kredit Usaha Rakyat Ritel BRI. Tenaga kerja dihitung berdasarkan lamanya proses produksi dan banyaknya tenaga kerja yang dikonversikan ke dalam hari orang kerja (HOK) dan upah tenaga kerja selama periode pengamatan adalah sebesar Rp 25.000/hari.

Menganalisis finansial suatu usaha dipengaruhi beberapa faktor seperti Biaya dan penerimaan. Beberapa hal yang menjadi faktor untuk menganalisis finansial agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku antara lain :

1.

Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang biasanya dikeluarkan sebelum usaha berjalan atau menghasilkan. Biaya investasi yang ada pada agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit ini dapat dilihat pada Tabel 15.

72

Tabel 15. Biaya investasi agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku, 2011 Jumlah rata-rata Nilai rata-rata No Nama Alat (unit) (Rp) 1 Pabrik 1 60.714.285,71 2 Luwak 24 29.316.326,53 3 Kandang 24 41.215.306,12 4 Terpal 3 542.857,14 5 Tanpah 67 1.483.571,43 6 Ember 8 262.857,14 7 Baskom 9 202.222,22 8 Toples 6 165.306,12 9 Mesin Pengupas kulit 1 7.000.000,00 10 Mesin Penggoreng kopi 1 25.000.000,00 11 Mesin pres jalan 2 16.000.000,00 12 Mesin pres nanual 2 422.976,19 13 Tungku 1 280.000,00 14 Penggorengan 3 239.583,33 15 Serok 3 31.111,11 16 Sutil 3 471.083,33 Jumlah 183.417.486,39

Pada tabel 15 menunjukan bahwa investasi awal para pengusaha rata-rata sebesar Rp 183.417.486,39. Nilai investasi terbesar teletak pada investasi pabrik, yaitu sebesar Rp 60.714.285,71.

2. Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau membayar kebutuhan proses produksi dan habis dipakai dalam waktu kurang dari atau selama satu tahun. Biaya operasional terdiri dari dua jenis biaya yakni biaya tetap dan biaya variabel.

a. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah sejumlah uang yang di keluarkan dalam usaha pengolahan kopi luwak yang jumlahnya tetapdan tidak tergantung dengan skala produksi .

73

Biaya tetap yang digunakan pada analisis finansial agroindustri kopi luwak adalah biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja tersebut adalah Rp 45.883.928,57 pertahun sedangkan untuk biaya penyusutan sebesar Rp 15.469.142,86 pertahun.

b.

Biaya Variabel

Biaya variabel adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usaha pengolahan kopi luwak yang jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan volume kegiatan produksi. Biaya variabel pada agroindustri kopi luwak meliputi biaya bahan baku dan biaya bahan penunjang. Bahan baku yang digunakan adalah kopi, sedangkan bahan penunjang yang digunakan adalah pisang, pepaya, daging, susu, vitamin, obat-obatan, kayu bakar, minyak tanah, kertas merk, dan alumunium foil. Penggunaan rata-rata biaya variabel per tahun selama proses produksi kopi luwak dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Biaya Variabel Agroindustri Kopi luwak, 2011 N o 1 2 Biaya Variabel Biaya bahan baku Biaya bahan penunjang Total biaya Nilai/tahun Rata-rata (Rp) 19.474.285,71 188.763.428,57 208.237.714,29

Kedua komponen biaya tersebut dapat menunjukan total biaya operasional yang dikeluarkan oleh agroindustri kopi luwak. Total biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 17.

74

Tabel 17. Biaya Operasional Agroindustri Kopi luwak,2011


Nilai/tahun No 1 2 Nama Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Total biaya operasional Rata-rata (Rp) 61..353..071,43 208.237.714,29 269.590.785,71

3.

Produksi dan Penerimaan

Produksi adalah jumlah kopi luwak yang dihasilkan selama satu tahun dan diukur dalam satuan kilogram. Penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual rata-rata dalam satu tahun. Rincian jumlah produksi dan penerimaan per tahun agroindustri kopi luwak dapat di lihat pada tabel 18 Tabel 18. Jumlah produksi dan total penerimaan per tahun agroindustri Kopi luwak, 2011
Tahun ke2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Produksi (Kg) 0.00 270 300 792 1.200 1.320 1.452 1.597,20 1.756,92 1.932,61 2.125,87 12.746,61 Harga (Rp) 0.00 657.142,86 657.142,86 657.142,86 657.142,86 657.142,86 657.142,86 657.142,86 657.142,86 657.142,86 657.142,86 6.571.428,57 Penerimaan (Rp) 0.00 177.428.571,43 197.142.857,14 520.457.142,86 788.571.428,57 867.428.571,43 954.171.428,57 1.049.588.571,43 1.154.547.428,57 1.270.002.171,43 1.397.008.388,57 8.376.340.560,00

Pada tabel 18 menunjukkan jumlah produksi setiap tahunnya mengalami peningkatan. Harga yang digunakan diasumsikan sama setiap tahunnya yaitu dengan harga jual Rp 657.142,86/kg. Dengan demikian, penerimaan rata-rata pengusaha kopi luwak dari tahun 2006 sampai 2016 mencapai Rp 8.376.340.560,00

75

4. Titik Impas

Analisis titik impas merupakan suatu cara untuk mengetahui seberapa besar volume produksi, penjualan dan penetapan harga jual agar agroindustri tidak mengalami kerugian, tetapi dalam posisi tidak memperoleh laba (impas). Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui penjualan kopi luwak dalam posisi titik impas baik dalam satuan rupiah maupun dalam satuan unit.

Titik impas (Break Event Point) dari agroindustri kopi luwak untuk satuan unit didapat dari hasil pembagian jumlah rata-rata total biaya per tahun dengan harga jual rata-rata kopi luwak. Dengan demikian nilai titik impas unit agroindustri kopi luwak adalah 452,49 kg. Nilai titik impas harga pada agroindustri kopi luwak didapat dengan membagi jumlah rata-rata total biaya per tahun dengan jumlah rata-rata produksi kopi luwak/tahun. Nilai titik impas harga agroindustri kopi luwak adalah Rp 419.972,86, artinya jika pengusaha menjual kopi luwak dengan harga Rp 419.972,86, maka pengusaha tidak mendapatkan laba dan tidak mengalami kerugian

5. Analisis Finansial

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampun Tengah. Perhitungan analisis finansial menggunakan tingkat suku bunga kredit usaha rakyat mikro Bank BRI sebesar 14%. Dengan menggunakan suku bunga tersebut akan didapat nilai discounting factor.

76

Perhitungan analisis finansial agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku dapat dilihat pada Lampiran 11, sedangkan ringkasan hasil analisis finansial agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Analisis finansial agroindustri kopi luwak pada tingkat suku bunga 14% (cf/df = 14%) No. 1. 2. 3. 4. 5. Uraian Net Present Value (Rp) IRR (%) Net B/C (Rp) Gross B/C (Rp) Payback Period (tahun) Nilai 3.052.843.716,56 52,35 4,73 2,01 4,07

a. Analisis Net Present Value (NPV)

Besarnya nilai NPV pada tingkat suku bunga 14% sebesar Rp 3.052.843.716,56 yang berarti bahwa nilai NPV lebih besar dari nol atau bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan bersih agroindustri kopi luwak lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan dan dengan kata lain bahwa agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

b. Analisis Internal Rate of Return (IRR)

IRR digunakan untuk menjadi salah satu aspek keuangan yang menilai kelayakan suatu usaha untuk dikembangkan dengan melihat besarnya suku bunga yang akan membuat NPV = 0. Nilai IRR harus lebih besar dari tingkat suku bunga yang sebesar 14%. Dari tabel hasil analisis finansial

77

didapatkan nilai IRR sebesar 52,35 % sehingga dapat dikatakan bahwa dilihat dari nilai IRR, usaha ini layak untuk dikembangkan.

c. Analisis Net B/C Ratio

Analisis ini membandingkan antara penerimaan bersih dengan biaya bersih yang telah diperhitungkan nilainya saat ini (present value). Kriteria kelayakannya adalah jika Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dikembangkan. Dari hasil analisis didapatkan nilai Net B/C = 4,73 sehingga dapat dikatakan bahwa usaha agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat layak untuk diusahakan/dikembangkan.

d.

Analisis Gross B/C Ratio

Gross B/C yang diperoleh dari hasil analisis finansial dengan suku bunga 14% sebesar 2,01., hal ini berarti agroindustri kopi kopi luwak layak untuk diusahakan dan dikembangkan karena setiap Rp 1.000.000,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan agroindustri sebesar Rp 2.010.000,00.

e.

Analisis Payback Period

Payback Period adalah analisis untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi oleh keuntungan bersih suatu usaha. Bila waktu pengembalian investasi lebih pendek dari pada umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan. Pada hasil analisis keuangan,

78

didapatkan payback period selama 4,07 tahun, yang artinya biaya investasi agroindustri kopi luwak dapat dikembalikan dalam jangka waktu 4 tahun 1 7 hari oleh keuntungan bersih agroindustri kopi luwak tersebut.

6.

Analisis Sensitivitas

Perkiraan jumlah permintaan produk pada masa yang akan datang disusun berdasarkan berbagai macam asumsi. Misalnya diperkirakan adanya kenaikan biaya produksi, penurunan harga output ataupun adanya penurunan jumlah produksi. Untuk memperoleh jumlah perkiraan yang lebih tepat dan dapat dipercaya, maka diperlukan analisa kepekaan (Sensitivity Analysis).

Analisis sensitivitas atau analisis kepekaan dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C dan Payback Period apabila terjadi peningkatan biaya produksi, penurunan harga jual dan penurunan jumlah produksi.

Perubahan yang digunakan dalam penelitian adalah penurunan harga jual sebesar 14,25% didapatkan dari persentase fluktuasi harga kopi luwak di daerah penelitian, kenaikan biaya produksi sebesar 5,01% didapatkan dari nilai rata-rata tingkat inflasi Bank Indonesia (BI) pada tahun 2010, dan penurunan Jumlah produksi 10% sebesar didapatkan dari tingkat fluktuasi harga kopi luwak di daerah penalitian berdasarkan hasil wawancara terhadap para pengusaha kopi luwak .

79

Laju kepekaan dihitung dari hasil perhitungan analisis sensitivitas yang bertujuan untuk melihat apakah agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat peka atau sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Jika laju kepekaan yang diperoleh > 1, maka usaha tersebut dikatakan peka / sensitif terhadap perubahan. Namun sebaliknya jika laju kepekaan < 1, maka usaha tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan. Perhitungan analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 12-14.Ringkasan hasil perhitungan analisis sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Analisis sensitivitas agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat, 2011
Perubahan yang Mempengaruhi Harga jual turun 14,25% NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Gross B/C PP (tahun) 3.052.843.716,56 52,35 4,73 2,01 4,07 2.185.851.511,00 47,24 3,45 1,72 4,17 2.900.974.979,75 49,19 4,27 1,91 4,22 2.444,428,133,71 45,66 3,81 1,81 4,22 18,70 11,42 17,69 8,67 1,33 0,07 0,07 0.11 0,05 0,04 0,66 0,41 0,65 0,32 0,11 S S S S S TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS Sebelum Perubahan Sesudah perubahan Laju Kepekaan Ket

Biaya produksi naik 5,01% 3.052.843.716,56 NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Gross B/C PP (tahun) Jumlah poduksi turun 10% NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Gross B/C PP (tahun) 3.052.843.716,56 52,35 4,73 2,01 4,07 52,35 4,73 2,01 4,07

Keterangan : TS = Tidak Sensitif S = Sensitif

80

Setelah terjadi kenaikan harga jual sebesar 14,25% mengakibatkan penurunan pada nilai NPV dengan laju kepekaan 18,70, IRR dengan laju kepekaan 11,42, Net B/C dengan laju kepekaan 17,99, Gross B/C dengan laju kepekaan 8,67, dan peningkatam pada nilai Pp dengan laju kepekaan 1,33. Nilai NVP, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Pp setelah adanya peningkatan harga jual sebesar 14,25% sensitif terhadap perubahan. Hal ini berarti peningkatan harga jual sebesar 14,25% mempengaruhi nilai NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Pp sehingga agroindustri kopi luwak tetap layak untuk dilakukan karena nilai NPV Rp 2.185.851.511,00 (lebih besar dari nol), IRR 42,74% (lebih besar dari tingkat suku bunga 14%), Net B/C 3,45 (lebih besar dari satu), Gross B/C 1,72 (lebih besar dari satu), dan Pp 4,17 tahun (lebih kecil dari umur ekonomis usaha 10 tahun).

Perubahan kenaikan biaya sebesar 5,01% mengakibatkan penurunan terhadap nilai NPV dengan laju kepekaan 0,05, IRR dengan laju kepekaan 0,07, Net B/C dengan laju kepekaan 0,11, Gross B/C dengan laju kepekaan 0,05, dan peningkatan nilai Pp dengan laju kepekaan 0,04. Pengaruh yang diberikan oleh perubahan kenaikan biaya produksi sebesar 5,01% tidak sensitif terhadap nilai NPV, IRR Net B/C, dan Gross B/C, dan PP. Meskipun perubahan tersebut mempengaruhi nilai NPV, IRR Net B/C, Gross B/C, dan PP agroindustri kopi luwak tetap layak untuk diusahakan karena perubahan nilai yang terjadi pada NPV yaitu Rp 2.900.974.979,75 (lebih besar dari nol), IRR menjadi 49,19 (lebih besar dari nol), Net B/C menjadi 4,27 (lebih besar dari nol), Gross B/C 1,91 (lebih besar satu), dari Pp 4,22 tahun (lebih pendek dari umur ekonomis usaha 10 tahun).

81

Penurunan jumlah produksi sebesar 10% mengakibatkan penurunan nilai NPV dengan laju kepekaan 0,66 IRR dengan laju kepekaan 0,41, Net B/C dengan laju kepekaan 0,65, Gross B/C dengan laju kepekaan 0,32, dan peningkatan nilai Pp dengan laju kepekaan 0,11. Penurunan jumlah produksi sebesar 10% berpengaruh tidak sensitif terhadap nilai NPV, IRR Net B/C, dan Gross B/C, dan PP . Meskipun terjadi Penurunan jumlah produksi sebesar 10% agroindustri kopi luwak tetap layak untuk di usahakan dengan nilai NPV Rp 2.444.428.133,7 (lebih besar dari nol), IRR 45,66% (lebih besar dari tingkat suku bunga 14%), Net B/C 3,81 (lebih besar dari satu), Gross B/C adalah 1,81 (lebih besar dari satu), dan Pp 4,22 tahun (lebih pendek dari umur ekonomis usaha 10 tahun).

E. Analisis Prospek Pengembangan Agroindustri Kopi luwak

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Saluran pemasaran kopi luwak di Lampung Barat diawali dari kelompok tani pembuat kopi luwak yang menjual kepada pedagang besar, lalu ke konsumen atau konsumen langsung membeli kepada produsen kopi luwak . Alur pemasaran tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 (halaman 53). Harga kopi luwak yang dijual kepada pedagang pngecer tersebut adalah bekisar antara Rp. 600.000,00 sampai Rp. 700.000,00 per kg. Akan tetapi, terkadang pengusaha kopi luwak juga menjual kopi luwak tersebut secara langsung kepada konsumen. Biasanya konsumen langsung datang ke rumah pengusaha untuk membeli secara langsung. Harga kopi luwak yang diberikan oleh pengusaha untuk pembelian secara langsung adalah Rp. 650.000,00/kg.

82

Kopi luwak dipasarkan ke Bandar Lampung maupun luar daerah Lampung dengan cara dititipkan kepada orang yang sudah dipercaya dan ada ada jaminan sesuai dengan banyak kopi, ada juga pembeli yang datang lansung ketempat produksi dan melalui pengiriman. Kopi luwak yang dititipkan dengan orang sudah dipercaya dengan adanya jaminan seperti BPKB, mobil, motor, yang senilai dengan kopi yang dititipkan. Pembeli yang datang langsung ketempat produksi membeli kopi dan membayar secara langsung. Pembelian melalui pesanan dilakukan dengan cara menstranfer uang ke rekening pengusaha kopi luwak , kemudian kopi dikirim ke alamat pemesan.

Berbagai daerah menjadi daerah distribusi pemasaran kopi luwak. Daerahdaerah tujuan pemasaran tersebut tersebar mulai dari daerah sekitar lokasi, luar lokasi usaha, dan bahkan luar kabupaten. Daerah-daerah tujuan pemasaran kopi luwak selain daerah sekitar desa, antara lain adalah Bandar Lampung, Palembang, Jambi, Jakarta, Bandung, Bali dan Kalimantan . Daerah- daerah pemasaran tersebut menunjukkan bahwa kopi luwak yang dihasilkan telah banyak diminati di berbagai daerah di dalam maupun di luar provinsi. Hal tersebut merupakan prospek yang baik bagi usaha pengembangan agroindustri kopi luwak di Lampung Barat.

2. Aspek Teknis

Kegiatan produksi yang dilakukan oleh pengusaha kopi luwak tidak memiliki lokasi khusus. Kegiatan produksi cukup dilakukan di dapur rumah tangga pemilik usaha. Meskipun demikian, lokasi ini dianggap telah sesuai dan nyaman sebagai tempat proses produksi karena tepat berada di antara

83

letak sumber bahan baku. Tenaga kerja yang digunakan dalam agroindustri kopi luwak adalah anggota keluarga dari pengusaha kopi luwak tersebut dan masyrakat di sekitar lokasi agroindustri. Pengusaha kopi luwak mengaku tidak mengalami kendala dalam hal pengadaan bahan baku dan bahan penunjang.

Kebutuhan peralatan disesuaikan dengan kopi yang akan di produksi menjadi kopi luwak setiap kali proses produksi. Proses produksi kopi luwak hanya membutuhkan dua jenis mesin yang digunakan untuk menggupas kulit dan menggoreng kopi. Namun pada agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku hanya terdapat seorang pengusaha yang memiliki peralatan berupa mesin pengupas kulit dan penggorengan yaitu bapak Sapri selebihnya masih tradisional.

Penggunaan teknologi tambahan adalah salah satu faktor yang juga dapat meningkatkan prospek pengembangan agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku. Penggunaan teknologi tambahaan pada mesin penggorengan adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan. Hal tersebut dimaksudkan agar bagian tenaga kerja dapat dikurangi sehingga bagian keuntungan bagi pemilik agroindustri dapat bertambah. Sebab, pada dasarnya nilai tambah yang terbentuk adalah nilai tambah kotor karena belum dikurangi biaya pemakaian tenaga kerja

84

3. Aspek Manajemen dan Organisasi Aspek manajemen sangat berperan di dalam menyusun rencana kerja agar lancar serta mengatur pengeluaran secara rasional. Agroindustri kopi luwak melakukan manajemen dalam menjalankan usahanya meskipun manajemen yang dilakukan masih sederhana dan tidak tertulis. Manajemen ini meliputi perencanaan produksi, pelaksanaan produksi dan pengendaliannya. Jika dilihat dari aspek organisasi, agroindustri kopi luwak memiliki struktur organisasi sebagai:

Direktur/Pemilik . Karyawan Bagian Pengurus musang Karyawan Bagian Proses/Pengemasan

Gambar 6. Struktur organisasi kopi luwak, 2011

Pada Gambar 6 menunjukan bahwa tipe organisasi agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku adalah tipe organisasi garis dimana wewenang mengalir langsung dari pimpinan kepada bawahan. Pada struktur organisasi tersebut pemilik usaha kopi luwak tersebut langsung membawahi karyawan dengan bidangnya masing-masing dan saling bekerja sama melaksanakan kegiatan produksi dan mengendalikan manajemen produksi.

85

Perencanaan produksi yang dilakukan bertujuan agar proses produksi dapat sesuai dengan frekuensi produksi yang dijalankan. Pelaksanaan dan pengendalian produksi dilakukan sesuai dengan perencanaan produksi dan pada beberapa agroindutri kopi luwak pengusaha kopi luwak hanya melakukan pelaksanaan sesuai pesanan oleh konsumen saja.

Pengendalian dilakukan oleh pengusaha untuk menjaga kualitas mutu serta keaslian dari kopi luwak tersebut agar tetap diterima oleh pasar . Bentuk pengendalian diantaranya adalah mengendalikan waktu pada proses penggorengan dan menjaga kualitas bahan baku kopi yang digunakan serta mengunakan jasa seseorang penikmat kopi. Hal ini dilakukan agar citarasa kopi luwak yang dihasilkan merupakan citarasa terbaik

Dilihat dari aspek manajemen dan organisasi, agroindustri kopi luwak dapat mendukung prospek pengembangan agroindustri kopi luwak di Kabupaten Lampung Barat. Dari aspek manajemen dan organisasi pengusaha kopi luwak dapat mengembangkan agroindustri yang tadinya hanya berskala rumah tangga menjadi suatu industri kecil karena tenaga kerja yang digunakan dalam agroindustri kopi luwak cukup banyak lebih dari 5 orang pekerja. Dalam Industri kecil tenaga kerja yang digunakan adalah 5 - 19 orang, industri sedang tenaga kerja yang digunakan 20 -19 orang, dan industri besar tenaga kerja yang digunakan 100 orang atau lebih.

Dengan dimilikinya potensi tenaga kerja yang cukup banyak tersebut pengusaha kopi luwak dapat membentuk suatu organisasi lini dan staf. Pada

86

tipe organisasi in asas kesatuan komando tetap dipertahankan. Pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal dan sepenuhnya dari pimpinan tertinggi kepada unit di bawahnya. Dalam membantu kelancaran tugas pimpinan, dia mendapatkan bantuan dari manjer-manajer dimana tugas para manajer adalah memberikan bantuan, saran - saran, dan pelayanan kepada pimpinan, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Berikut ini bagan organisasi lini dan staf yang dapat dibentuk oleh pengusaha kopi luwak.

Direktur/Pemilik

Manajer A

Manajer B

Unit A

Unit B

Unit C

Unit D

Gambar 7. Usulan organisasi lini dan staf pada agroindustri kopi luwak 4. Aspek Dampak Lingkungan Hidup Aspek lingkungan merupakan aspek yang sangat penting bagi suatu kegiatan usaha karena setiap usaha yang dijalankan akan sangat besar dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya. Aspek dampak lingkungan hidup, yakni berkaitan dengan komponen lingkungan hidup yang harus di pertahankan dan di jaga serta di lestarikan fungsinya seperti hutan lindung, sumber daya manusia, keankeragaman hayati, dan kenyaman ingkungan.

87

Bahan baku yang digunakan pada agroindustri kopi luwak adalah kopi segar dan bahan pembantunya binatang musang atau luwak. Luwak yang digunakan berumur 2 tahun karena sudah dapat memakan kopi segar dengan baik. Ciri-ciri luwak yang berumur 2 tahun adalah muka berwarna abu-abu kecoklatan dan ekor hitam mulus dengan panjang total sekitar 90cm. Luwak dibeli dari para penjerat musang yang berasal dari hutan lindung di Kabupaten Lampung Barat dengan harga berkisar Rp 350.000,00 sampai Rp 1.500.000,00.

Luwak yang dibeli dari para penjerat tersebut lalu dikandangkan dengan sistem pengandangan satu kandang untuk satu ekor luwak. Luwak yang biasa hidup liar di hutan kemudian dikandangkan pada awalnya tidak mau makan kopi ini berlangsung kurang lebih selama 2 minggu setelah itu luwak tersebut baru kembali normal. Pengandangan Luwak ini memiliki dampak positif dan dampak negatif.

Dampak positifnya yaitu dapat menjaga keberlangsungan hidup luwak tersebut karena luwak adalah hewan omnivora. Dengan dikandangkan hidup luwak akan lebih lama dibandingkan dengan hidup di hutan karena tidak saling serang dan kebutuhan makananny terjamin setiap harinya. Dampak negatif dari pengandangan luwak yaitu dengan meningkatnya perkembangan agroindustri kopi luwak akan merusak kelestarian hutan lindung karena para penjerat luwak akan semakin bertambah yang dapat menyebabkan kerusakan hutan selain itu kotoran luwak terbesut menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga dapat menggangu lingkungan disekitar agroindustri kopi luwak.

88

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Kopi yang diolah menjadi kopi luwak pada agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat memberikan nilai tambah sebesar 28,66%. 2. Agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat secara finansial layak dijalankan dengan nilai NPV 3.052.843.716,56, IRR 52,35%, Net B/C 4,73, Gross B/C 2,01 dan Pp 4,07. 3. Agroindustri kopi luwak di Pekon Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat adalah usaha yang memiliki prospek pengembangan yang sangat baik karena secara finansial usaha kopi luwak layak dijalankan dan dilihat dari aspek pasar dan pemasaran kopi luwak diminati diberbagai daerah baik di dalam Propinsi Lampung maupun diluar Propinsi Lampung.

89

B. Saran

Saran yang dapat diberikan setelah dilakukan penelitian dan analisis adalah : 1. Hasil penelitian mengenai dampak lingkungan agroindustri kopi luwak menunjukan adanya ancaman kerusakan lingkungan hutan dan populasi luwak, untuk itu diharapkan bagi pemerintah setempat khusunya Dinas Kehutanan, Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan memperhatikan serta menjaga populasi luwak seiring terus berkembangnya agroindustri kopi luwak. 2. Pengusaha kopi luwak sebaiknya terus mengembangkan usaha agroindustri kopi luwak karena dari hasil penelitian agroindustri kopi luwak layak dijalankan pada batas suku bunga maksimal 14%. 3. Bagi peneliti lain sebaiknya melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan agroindustri kopi luwak jika proses manejemennya telah berjalan baik.

90

DAFTAR PUSTAKA

Asoiasi Ekspor Kopi Indonesia. 2010. Produktifitas Kopi Indonesia. 3 Mei 2011 http://www.aeki-aice.org. Anonim. 2011. Keistimewaan Kopi Luwak. 25 Mei 2011. http://kopiluwakindonesia.org/keistimewaan-kopi-luwak.html. Anonim. 2011. Kopi Luwak. 7 Juni 2011. http://www.javakopiluwak.com Apriande. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Minuman Kopi Herbal Instan Oriental Coffee Pada CV Agrifamili Renanthera. 25 Mei 2011. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11588/H09cap_abs tract.pdf?sequence=1 Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Austin, J.E. 1981. Agroindustrial Project Analysis. London :The John Hopkins University Press. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2011. Lampung Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Volume dan Nilai Ekspor, Impor Indonesia. 11 April 2011 http://ditjenbun.deptan.go.id. Disperindag Lampung barat. 2011. Jumlah Pelaku Usaha Agroindustri Kopi Luwak . Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lampung Barat. Djamin, Z. 1993. Perencanaan dan Analisa Proyek (Edisi ke-3). LPFE UI. Jakarta Gittinger, J.P. 1993. Analisa Proyek-proyek Pertanian. UI Press. Jakarta. Hardjanto, W. 1991. Sistem Komoditi Dalam Agribisnis. Sebuah Konsep Pengantar Diskusi LP3UK IPB. Bogor. Husnan dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN. Yogyakarta

91

Ibrahim, M.Y. 1998. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta.. Jakarta Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta Kasmir. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media. Jakarta Lova, J. 2007. Analisis Finansial dan Ekonom Usahatani Kopi Di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus (Skripsi). Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Purnomo, 2011. Kopi Luwak Warisan Budaya Indonesia. 7 Juni 2011. http://kopiluwakasli.com/definisi-kopi-luwak Putri, R.N. 2010. Analisis Nilai Tambah, Kelayakan Finansial, dan Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Bubuk Organik di Desa Gunung Terang Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat (Skripsi). Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Sanusi, B. 2000. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Rajawali Grafindo Persada. Jakarta. Sofyan, I. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmuu. Yogyakarta.

92

LAMPIRAN

93

Lampiran 1 Identitas Responden Agroindustri Kopi Luwak No. Jenis Kelamin Usia Pendidikan Status Pekerjaan L/P (tahun) 1 Sapri L 40 SMA KK Usaha Luwak Sri P 43 S2 I PNS Arsa P 11 SD A Pelajar Zahra P 8 SD A Pelajar 2 Gunawan L 42 SMA KK Usaha Luwak Fitri P 24 SMP I Ibu rumah tangga Resti P 16 SMK A Pelajar Gupika L 11 SD A Pelajar M.Galang L 3 _ A _ 3 Ujang Suryana L 55 SD KK Usaha Luwak Halimah P 50 SMP I Ibu rumah tangga Vega L 24 STM A Usaha Luwak Ervan L 22 SMA A Redaksi Koran Valin P 16 SMA A Pelajar Febri P 15 SMA A Pelajar 4 Sukardi L 42 SMA KK Usaha Luwak Fitri P 40 SMP I Ibu rumah tangga Agus L 29 SMA A Usaha Luwak Lastri P 22 SMA A Karyawan swasta Ica P 16 SMA A Pelajar Adit L 15 SMP A Pelajar 5 Hernawan L 37 SMA KK Usaha Luwak Narti P 35 SMA I Ibu rumah tangga Dela P 16 SMA A Pelajar Reza L 9 SMP A Pelajar 6 Kasmun L 45 SMP KK Usaha Luwak Sri P 40 SMP I Ibu rumah tangga Hendra L 20 SMA A Usaha Luwak Yuni P 16 SMA A Pelajar Siti P 19 SD A Pelajar 7 Ujen L 40 SMP KK Usaha Luwak Febri P 35 SMP I Ibu rumah tangga Reza L 20 SMA A Usaha Luwak Rizki L 16 SMA A Pelajar Nama

94

Lampiran 2 Profil Pelaku Usaha Agroindustri Kopi Luwak


No. Nama Responden Merk Dagang Lama Berusaha Izin Usaha Nomor Izin Usaha Sumber Modal Modal Awal Status Kepemilikan Lahan 1 2 3 4 5 6 7 Sapri Gunawan Ujang Suryana Sukardi Hernawan Kasmun Ujen Ratu Luwak Raja Luwak Rizky Luwak Musong liwa Mahkota Luwak 3 4 2 3 3 3 2 Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada P-IRT. 210180103058 P.IRT. 210180103443 P.IRT. 210180103083 P.IRT. 109180107047 P.IRT. 210180103080 _ _ Pinjaman dari Koperasi Modal Sendiri Modal Sendiri Modal sendiri Modal Sendiri Modal Sendiri Modal Sendiri 115.000.000 50.000.000 8.000.000 35.000.000 15000000 10000000 5000000 Milik Sendiri Milik Sendiri Sewa Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Luas Areal m2 Pabrik 10x15 7x13 3x8 7x15 4x7 3x8 3x6 Bangunan 5x15 6x12 3x7 8x15 4x8 4x8 4x6

95

Lampiran 3. Investasi Dan Penyusutan Peralatan Kopi Luwak


1. SAPRI

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah

Nama alat Pabrik Luwak Kandang Terpal Tampah Ember Baskom Toples Mesin Pengupas Kulit Mesin Penggorengan kopi Mesin pres jalan Mesin press manual

Jumlah 1 70 70 8 200 30 20 20 1 1 2 2

Harga (Rp/unit) 150.000.000,00 1.500.000,00 3.000.000,00 130.000,00 25.000,00 50.000,00 30.000,00 25.000,00 7.500.000,00 25.000.000,00 8.000.000,00 240.000,00

Total (Rp) U. Eko (Thn) Depresiasi (Rp/thn) Depresiasi (Rp/bln) 150.000.000,00 10,00 15.000.000,00 1.250.000,00 105.000.000,00 7,00 15.000.000,00 1.250.000,00 210.000.000,00 10,00 21.000.000,00 1.750.000,00 1.040.000,00 5.000.000,00 1.500.000,00 600.000,00 500.000,00 7.500.000,00 25.000.000,00 16.000.000,00 480.000,00 372.620.000,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00 5,00 5,00 5,00 1,00 1.040.000,00 5.000.000,00 750.000,00 600.000,00 500.000,00 1.500.000,00 5.000.000,00 3.200.000,00 480.000,00 54.070.000,00 86.666,67 416.666,67 62.500,00 50.000,00 41.666,67 125.000,00 416.666,67 266.666,67 40.000,00 4.505.833,33

96

Lanjutan Lampiran 3 2. Gunawan No 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jumlah 3. Ujang Suryana No 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jumlah Nama alat Pabrik Luwak Kandang Terpal Tampah Ember Baskom Toples Kompor Penggorengan Serok Sutil Mesin press manual Jumlah 1 7 7 1 15 6 8 12 2 2 2 2 1 Harga (Rp/unit) 25.000.000,00 1.500.000,00 1.000.000,00 200.000,00 25.000,00 50.000,00 25.000,00 25.000,00 350.000,00 125.000,00 10.000,00 12.000,00 300.000,00 Total (Rp) U. Eko (Thn) Depresiasi (Rp/thn) Depresiasi (Rp/bln) 25.000.000,00 10,00 2.500.000,00 208.333,33 10.500.000,00 6,00 1.750.000,00 145.833,33 7.000.000,00 200.000,00 375.000,00 300.000,00 200.000,00 300.000,00 700.000,00 250.000,00 20.000,00 24.000,00 300.000,00 20.169.000,00 10,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 700.000,00 200.000,00 375.000,00 300.000,00 200.000,00 300.000,00 700.000,00 250.000,00 20.000,00 24.000,00 300.000,00 5.119.000,00 58.333,33 16.666,67 31.250,00 25.000,00 16.666,67 25.000,00 58.333,33 20.833,33 1.666,67 2.000,00 25.000,00 426.583,33 Nama alat Pabrik Luwak Kandang Terpal Tampah Ember Baskom Toples Tungku Penggorengan Serok Sutil mesin press manual Jumlah 1 31 31 4 135 4 20 2 2 3 5 5 3 Harga (Rp/unit) 100.000.000,00 1.500.000,00 4.000.000,00 200.000,00 25.000,00 50.000,00 25.000,00 30.000,00 200.000,00 100.000,00 15.000,00 15.000,00 300.000,00 Total (Rp) U. Eko (Thn) Depresiasi (Rp/thn) Depresiasi (Rp/bln) 100.000.000,00 10,00 10.000.000,00 833.333,33 46.500.000,00 7,00 6.642.857,14 553.571,43 124.000.000,00 10,00 12.400.000,00 1.033.333,33 800.000,00 1,00 800.000,00 66.666,67 3.375.000,00 3.375.000,00 1,00 281.250,00 200.000,00 1,00 200.000,00 16.666,67 500.000,00 1,00 500.000,00 41.666,67 60.000,00 1,00 60.000,00 5.000,00 400.000,00 1,00 400.000,00 33.333,33 300.000,00 1,00 300.000,00 25.000,00 75.000,00 75.000,00 900.000,00 177.185.000,00 1,00 1,00 1,00 75.000,00 75.000,00 900.000,00 25.727.857,14 6.250,00 6.250,00 75.000,00 2.143.988,10

97

Lanjutan Lampiran 3 4. Sukardi No 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jumlah 5. Hernawan No 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jumlah Pabrik Luwak Kandang Terpal Tampah Ember Baskom Toples Tungku Penggorengan Serok Sutil mesin press manual Nama alat Pabrik Luwak Kandang Terpal Tampah Ember Baskom Toples Tungku Penggorengan Serok Sutil mesin press manual Jumlah 1 40 40 4 65 6 3 5 2 4 3 4 2 Harga (Rp/unit) 75.000.000,00 1.000.000,00 1.500.000,00 200.000,00 20.000,00 15.000,00 15.000,00 25.000,00 200.000,00 75.000,00 10.000,00 15.000,00 250.000,00 Total (Rp) 75.000.000,00 40.000.000,00 60.000.000,00 800.000,00 1.300.000,00 90.000,00 45.000,00 125.000,00 400.000,00 300.000,00 30.000,00 60.000,00 500.000,00 103.650.000,00 U. Eko (Thn) Depresiasi (Rp/thn) Depresiasi (Rp/bln) 10,00 8,00 10,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 7.500.000,00 5.000.000,00 6.000.000,00 800.000,00 1.300.000,00 90.000,00 45.000,00 125.000,00 400.000,00 300.000,00 30.000,00 60.000,00 500.000,00 14.650.000,00 625.000,00 416.666,67 500.000,00 66.666,67 108.333,33 7.500,00 3.750,00 10.416,67 33.333,33 25.000,00 2.500,00 5.000,00 41.666,67 1.220.833,33

Nama alat

Jumlah 1 8 8 1 26 3 3 2 1 2 2 2 1

Harga (Rp/unit) 35.000.000,00 1.000.000,00 800.000,00 200.000,00 20.000,00 15.000,00 15.000,00 25.000,00 200.000,00 75.000,00 10.000,00 15.000,00 275.000,00

Total (Rp) 35.000.000,00 8.000.000,00 6.400.000,00 200.000,00 520.000,00 45.000,00 45.000,00 50.000,00 200.000,00 150.000,00 20.000,00 30.000,00 275.000,00 15.935.000,00

U. Eko (Thn) Depresiasi (Rp/thn) Depresiasi (Rp/bln) 10,00 7,00 10,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 3.500.000,00 1.142.857,14 640.000,00 200.000,00 520.000,00 45.000,00 45.000,00 50.000,00 200.000,00 150.000,00 20.000,00 30.000,00 275.000,00 3.317.857,14 291.666,67 95.238,10 53.333,33 16.666,67 43.333,33 3.750,00 3.750,00 4.166,67 16.666,67 12.500,00 1.666,67 2.500,00 22.916,67 276.488,10

98

Lanjutan Lampiran 3 6. Kasmun No 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jumlah 7. Ujen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah Pabrik Luwak Kandang Terpal Tampah Ember Toples Tungku Penggorengan Serok Sutil mesin press manual Nama alat Jumlah 1 5 5 1 12 3 2 1 2 2 2 1 Harga (Rp/unit) 15.000.000,00 1.000.000,00 850.000,00 200.000,00 20.000,00 25.000,00 25.000,00 150.000,00 125.000,00 15.000,00 15.000,00 275.000,00 Total (Rp) 15.000.000,00 5.000.000,00 4.250.000,00 200.000,00 240.000,00 75.000,00 50.000,00 150.000,00 250.000,00 30.000,00 30.000,00 275.000,00 10.550.000,00 U. Eko (Thn) Depresiasi (Rp/thn) Depresiasi (Rp/bln) 10,00 7,00 10,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1.500.000,00 714.285,71 425.000,00 200.000,00 240.000,00 75.000,00 50.000,00 150.000,00 250.000,00 30.000,00 30.000,00 275.000,00 2.439.285,71 125.000,00 59.523,81 35.416,67 16.666,67 20.000,00 6.250,00 4.166,67 12.500,00 20.833,33 2.500,00 2.500,00 22.916,67 203.273,81 Nama alat Pabrik Luwak Kandang Terpal Tampah Ember Baskom Toples Tungku Penggorengan Serok Sutil mesin press manual Jumlah 1 8 8 1 14 4 2 2 1 2 2 2 1 Harga (Rp/unit) 25.000.000,00 1.000.000,00 800.000,00 200.000,00 20.000,00 25.000,00 20.000,00 25.000,00 200.000,00 75.000,00 10.000,00 15.000,00 250.000,00 Total (Rp) U. Eko (Thn) Depresiasi (Rp/thn) Depresiasi (Rp/bln) 25.000.000,00 10,00 2.500.000,00 208.333,33 8.000.000,00 6.400.000,00 200.000,00 280.000,00 100.000,00 40.000,00 50.000,00 200.000,00 150.000,00 20.000,00 30.000,00 250.000,00 15.720.000,00 8,00 10,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1.000.000,00 640.000,00 200.000,00 280.000,00 100.000,00 40.000,00 50.000,00 200.000,00 150.000,00 20.000,00 30.000,00 250.000,00 2.960.000,00 83.333,33 53.333,33 16.666,67 23.333,33 8.333,33 3.333,33 4.166,67 16.666,67 12.500,00 1.666,67 2.500,00 20.833,33 246.666,67

99

Lampiran 4. Biaya investasi agroindustri kopi luwak


Tahun 1 Pabrik Luwak Kandang Terpal Tampah Ember Baskom Toples Mesin Pengupas Kulit Mesin Penggorengan kopi Mesin pres jalan mesin press manual Tungku Penggorengan Serok Sutil Total investasi 2 Terpal Tampah Ember Baskom Toples mesin press manual Tungku Penggorengan Serok Sutil Total investasi 3 Terpal Tampah Ember Baskom Toples mesin press manual Tungku Penggorengan Serok Sutil Total investasi 3,00 67,00 8,00 9,00 5,00 1 1,00 2,00 2,00 2,00 190.000,00 22.142,86 32.857,14 21.666,67 25.714,29 269.166,67 200.000,00 95.833,33 11.666,67 14.500,00 3,00 67,00 8,00 9,00 5,00 1 1,00 2,00 2,00 2,00 190.000,00 22.142,86 32.857,14 21.666,67 25.714,29 269.166,67 200.000,00 95.833,33 11.666,67 14.500,00 Jenis Jumlah (unit) 1 24 24 3 67 8 9 6 1 1 2 2 1 3 3 3 Harga (Rp/unit) 60.714.285,71 1.214.285,71 1.707.142,86 190.000,00 22.142,86 32.857,14 21.666,67 25.714,29 7.500.000,00 25.000.000,00 8.000.000,00 269.166,67 200.000,00 95.833,33 11.666,67 14.500,00 Biaya (Rp) 60.714.285,71 29.316.326,53 41.215.306,12 542.857,14 1.483.571,43 262.857,14 202.222,22 165.306,12 7.500.000,00 25.000.000,00 16.000.000,00 422.976,19 280.000,00 239.583,33 31.111,11 41.083,33 183.417.486,39 570.000,00 2.967.142,86 262.857,14 195.000,00 128.571,43 269.166,67 400.000,00 191.666,67 70.000,00 116.000,00 5.170.404,76 570.000,00 2.967.142,86 262.857,14 195.000,00 128.571,43 269.166,67 400.000,00 191.666,67 70.000,00 116.000,00 5.170.404,76

100

101

Lanjutan Lampiran 4
4
Terpal Tampah Ember Baskom Toples mesin press manual Tungku Penggorengan Serok Sutil Total investasi 3,00 67,00 8,00 9,00 5,00 1 1,00 2,00 2,00 2,00 190.000,00 22.142,86 32.857,14 21.666,67 25.714,29 269.166,67 200.000,00 95.833,33 11.666,67 14.500,00 570.000,00 2.967.142,86 262.857,14 195.000,00 128.571,43 269.166,67 400.000,00 191.666,67 70.000,00 116.000,00 5.170.404,76 3,00 67,00 8,00 9,00 5,00 1 1,00 2,00 2,00 2,00 190.000,00 22.142,86 32.857,14 21.666,67 25.714,29 269.166,67 200.000,00 95.833,33 11.666,67 14.500,00 570.000,00 2.967.142,86 262.857,14 195.000,00 128.571,43 269.166,67 400.000,00 191.666,67 70.000,00 116.000,00 5.170.404,76 1,00 1,00 1,00 3,00 67,00 8,00 9,00 5,00 1 1,00 2,00 2,00 2,00 7.500.000,00 25.000.000,00 8.000.000,00 190.000,00 22.142,86 32.857,14 21.666,67 25.714,29 269.166,67 200.000,00 95.833,33 11.666,67 14.500,00 7.500.000,00 25.000.000,00 8.000.000,00 570.000,00 2.967.142,86 262.857,14 195.000,00 128.571,43 269.166,67 400.000,00 191.666,67 70.000,00 116.000,00 45.670.404,76 3,00 67,00 8,00 9,00 5,00 1 1,00 2,00 2,00 2,00 190.000,00 22.142,86 32.857,14 21.666,67 25.714,29 269.166,67 200.000,00 95.833,33 11.666,67 14.500,00 570.000,00 2.967.142,86 262.857,14 195.000,00 128.571,43 269.166,67 400.000,00 191.666,67 70.000,00 116.000,00 5.170.404,76

Terpal Tampah Ember Baskom Toples mesin press manual Tungku Penggorengan Serok Sutil Total investasi

Mesin Pengupas Kulit Mesin Penggorengan kopi Mesin pres jalan Terpal Tampah Ember Baskom Toples mesin press manual Tungku Penggorengan Serok Sutil Total investasi

Terpal Tampah Ember Baskom Toples mesin press manual Tungku Penggorengan Serok Sutil Total investasi

102

Lanjutan Lampiran 4
8
luwak Terpal Tampah Ember Baskom Toples mesin press manual Tungku Penggorengan Serok Sutil Total investasi 24,00 3,00 67,00 8,00 9,00 5,00 1 1,00 2,00 2,00 2,00 1.214.285,71 190.000,00 22.142,86 32.857,14 21.666,67 25.714,29 269.166,67 200.000,00 95.833,33 11.666,67 14.500,00 29.142.857,14 570.000,00 2.967.142,86 262.857,14 195.000,00 128.571,43 269.166,67 400.000,00 191.666,67 70.000,00 116.000,00 5.170.404,76 3,00 67,00 8,00 9,00 5,00 1 1,00 2,00 2,00 2,00 190.000,00 22.142,86 32.857,14 21.666,67 25.714,29 269.166,67 200.000,00 95.833,33 11.666,67 14.500,00 570.000,00 2.967.142,86 262.857,14 195.000,00 128.571,43 269.166,67 400.000,00 191.666,67 70.000,00 116.000,00 5.170.404,76 3,00 67,00 8,00 9,00 5,00 1 1,00 2,00 2,00 2,00 190.000,00 22.142,86 32.857,14 21.666,67 25.714,29 269.166,67 200.000,00 95.833,33 11.666,67 14.500,00 570.000,00 2.967.142,86 262.857,14 195.000,00 128.571,43 269.166,67 400.000,00 191.666,67 70.000,00 116.000,00 5.170.404,76

Terpal Tampah Ember Baskom Toples mesin press manual Tungku Penggorengan Serok Sutil Total investasi

10

Terpal Tampah Ember Baskom Toples mesin press manual Tungku Penggorengan Serok Sutil Total investasi

103

Lampiran 5 Biaya Produksi Kopi Luwak per bulan


Output No Nama Jenis Produk Kopi Pisang Nilai (Rp) 4.200.000,00 2.100.000,00 780.000,00 1.680.000,00 910.000,00 910.000,00 780.000,00 11.360.000,00 1.622.857,14 Jumlah (kg) 1.312,50 1.800,00 450,00 600,00 480,00 450,00 200,00 5.292,50 756,07 Harga (Rp) 2.400,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 11.400,00 1.628,57 Nilai (Rp) 3.150.000,00 2.700.000,00 675.000,00 900.000,00 720.000,00 675.000,00 300.000,00 9.120.000,00 1.302.857,14 900,00 240,00 300,00 120,00 120,00 150,00 1.830,00 305,00 2.000,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 14.500,00 2.416,67 1.800.000,00 600.000,00 750.000,00 300.000,00 300.000,00 375.000,00 4.125.000,00 687.500,00 Jumlah (kg) Pepaya Harga (Rp) Nilai (Rp)

Kg
1 Sapri 2 Gunawan 3 Ujang Suryana 4 Sukardi 5 Hernawan 6 Kasmun 7 Ujen Kopi Luwak Kopi Luwak Kopi Luwak Kopi Luwak Kopi Luwak Kopi Luwak Kopi Luwak Jumlah Rata - rata 175,00 100,00 30,00 60,00 30,00 25,00 20,00 440,00 62,86

Jumlah (Kg) 300,00 150,00 60,00 120,00 70,00 70,00 60,00 830,00 118,57

Harga (Rp) 14.000,00 14.000,00 13.000,00 14.000,00 13.000,00 13.000,00 13.000,00 94.000,00 13.428,57

104

Lanjutan Lampiran 5

Daging Jumlah (kg) 1.600,00 1.500,00 250,00 500,00 120,00 120,00 70,00 4.160,00 594,29 Harga (Rp) 20.000,00 15.000,00 15.000,00 20.000,00 15.000,00 20.000,00 15.000,00 120.000,00 17.142,86 Nilai (Rp) 32.000.000,00 22.500.000,00 3.750.000,00 10.000.000,00 1.800.000,00 2.400.000,00 1.050.000,00 73.500.000,00 10.500.000,00 195,00 48,75 30,00 30,00 Jumlah (liter) 75,00 60,00

Susu Harga (Rp) 5.000,00 6.000,00 Nilai (Rp) 375.000,00 360.000,00 4,00 Jumlah

Vitamin Harga (Rp) Nilai (Rp) Jumlah

Obat-Obatan Harga (Rp) Nilai (Rp)

20.000,00

80.000,00

8,00

15.000,00

120.000,00

5.500,00 6.000,00

165.000,00 180.000,00

2,00 1,00

15.000,00 15.000,00

30.000,00 15.000,00

4,00

15.000,00

60.000,00

22.500,00 5.625,00

1.080.000,00 270.000,00

7,00 2,33

50.000,00 125.000,00 16.666,67 41.666,67

12,00 6,00

30.000,00 15.000,00

180.000,00 90.000,00

105

Lanjutan Lampiran 5
Listrik Nilai (Rp) 350.000,00 200.000,00 80.000,00 175.000,00 120.000,00 80.000,00 75.000,00 1.080.000,00 154.285,71 6,00 4,00 1,50 1,50 23,00 4,60 250.000,00 300.000,00 300.000,00 250.000,00 1.400.000,00 280.000,00 1.500.000,00 1.200.000,00 450.000,00 375.000,00 6.525.000,00 1.305.000,00 45,00 45,00 10,00 300.000,00 3.000.000,00 45,00 Jumlah (M3) Kayu Bakar Harga (Rp) Nilai (Rp) Minyak Tanah Jumlah (liter) Harga (Rp) 250.000,00 275.000,00 250.000,00 250.000,00 250.000,00 250.000,00 250.000,00 1.775.000,00 253.571,43 Nilai (Rp) 2.500.000,00 4.125.000,00 500.000,00 1.250.000,00 500.000,00 250.000,00 125.000,00 9.250.000,00 1.321.428,57 570,00 114,00 4.050,00 810,00 459.000,00 91.800,00 Jumlah (lembar) 120,00 150,00 60,00 180,00 60,00 Kertas Merk Harga (Rp) 1.000,00 800,00 750,00 700,00 800,00 Nilai (Rp) 120.000,00 120.000,00 45.000,00 126.000,00 48.000,00

106

Lanjutan Lampiran 5
Alumunium Foil Jumlah (kg) 10,00 15,00 2,00 5,00 2,00 1,00 0,50 35,50 5,07 Harga (Rp) 250.000,00 275.000,00 250.000,00 250.000,00 250.000,00 250.000,00 250.000,00 1.775.000,00 253.571,43 Nilai (Rp) 2.500.000,00 4.125.000,00 500.000,00 1.250.000,00 500.000,00 250.000,00 125.000,00 9.250.000,00 1.321.428,57 Penggilingan Jumlah (kg) 150,00 90,00 30,00 60,00 30,00 30,00 15,00 405,00 57,86 Harga (Rp) 6.000,00 7.500,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 43.500,00 6.214,29 Nilai (Rp) 900.000,00 675.000,00 180.000,00 360.000,00 180.000,00 180.000,00 32.000,00 2.507.000,00 358.142,86 (Rp) 43.475.000,00 37.660.000,00 6.565.000,00 16.870.000,00 5.925.000,00 5.245.000,00 3.112.000,00 118.852.000,00 16.978.857,14 (Rp) 4.505.833,33 2.143.988,10 426.583,33 1.220.833,33 276.488,10 246.666,67 203.273,81 9.023.666,67 1.289.095,24 per Bulan 41.895.000,00 35.560.000,00 5.785.000,00 15.190.000,00 5.015.000,00 4.335.000,00 2.332.000,00 110.112.000,00 15.730.285,71 per Kg 239400 355600,00 192833,33 253166,67 167166,67 173400,00 116600,00 1.498.166,67 214.023,81 Tot. Biaya Produksi/bln Dep. Peralatan/bln Sumbangan Input Lain/bln

107

Lampiran 6 Biaya Tenaga Kopi Luwak di Pekon Way Mengaku


No Nama Responden DK TK 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Rata-rata Supri Gunawan Ujang Suryana Sukardi Hernawan Kasmun Ujen 2 1 0,25 25.000,00 6.250,00 187.500,00 4 1 0,5 20.000,00 10.000,00 300.000,00 2 2 2 1 1 1 0,25 0,25 0,25 25.000,00 25.000,00 25.000,00 6.250,00 6.250,00 6.250,00 187.500,00 187.500,00 187.500,00 Jam HOK Upah Upah/produksi Upah/bulan TK 3 2 Jam 1 2 HOK 0,375 0,5 Upah 25.000,00 25.000,00 Pemberian Makan Luwak LK Upah/produksi 9.375,00 12.500,00 Upah/bulan 281.250,00 375.000,00

108

Lanjutan Lampiran 6
Pengeringan Feces DK TK Jam HOK Upah Upah/produksi Upah/bulan TK 4 2 4 1 0,5 20.000,00 10.000,00 300.000,00 2 2 2 2 1 0,25 25.000,00 6.250,00 187.500,00 0,5 0,5 1 0,125 0,125 0,25 25.000,00 25.000,00 25.000,00 3.125,00 3.125,00 6.250,00 93.750,00 93.750,00 187.500,00 Jam 1 1 HOK 0,5 0,25 Upah 25.000,00 25.000,00 LK Upah/produksi 12.500,00 6.250,00 Upah/bulan 375.000,00 187.500,00

109

Lanjutan Lampiran 6 Pencucian Feces


DK TK Jam HOK Upah Upah/produksi Upah/bulan TK 4 2 4 1 0,5 20.000,00 10.000,00 300.000,00 4 4 3 2 0,5 0,125 25.000,00 3.125,00 93.750,00 2 1,5 1 0,75 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 18.750,00 4.687,50 750.000,00 562.500,00 140.625,00 Jam HOK 2 4 1 1 LK Upah 25.000,00 25.000,00 Upah/produksi 25.000,00 25.000,00 Upah/bulan 750.000,00 750.000,00

0,5 0,188

110

Lanjutan Lampiran 6
Pengupasan kulit DK TK Jam HOK Upah Upah/produksi Upah/bulan TK 1 4 4 2 1 20.000,00 20.000,00 600.000,00 2 4 4 2 2 0,5 0,13 25.000,00 3.125,00 93.750,00 Jam 2 3 1 4 0,5 0,5 HOK 0,25 1,5 0,25 2 0,25 0,125 LK Upah 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 Upah/produksi 6.250,00 37.500,00 6.250,00 50.000,00 6.250,00 3.125,00 Upah/bulan 187.500,00 1.125.000,00 187.500,00 1.500.000,00 187.500,00 93.750,00

111

Lanjutan Lampiran 6
Pengeringan Biji kopi DK TK Jam HOK Upah Upah/produksi Upah/bulan TK 4 2 2 1 0,25 20.000,00 5.000,00 150.000,00 2 2 2 1 0,5 0,0625 25.000,00 1.562,50 46.875,00 1 0,25 25.000,00 25.000,00 25.000,00 6.250,00 3.125,00 3.125,00 187.500,00 93.750,00 93.750,00 0,5 0,125 0,5 0,125 Jam 1 2 HOK 0,5 0,5 LK Upah 25.000,00 25.000,00 Upah/produksi 12.500,00 12.500,00 Upah/bulan 375.000,00 375.000,00

112

Lanjutan Lampiran 6
Penggorengan Kopi

DK
TK Jam HOK Upah Upah/produksi Upah/bulan TK 1 4 2 2 0,5 20.000,00 10.000,00 300.000,00 2 2 2 2 1 0,25 25.000,00 6.250,00 187.500,00 6 1 0,5 1,5 0,25 0,125 Jam 3 2 HOK 0,375 1

LK
Upah 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 Upah/produksi 9.375,00 25.000,00 37.500,00 6.250,00 3.125,00 Upah/bulan 281.250,00 750.000,00 1.125.000,00 187.500,00 93.750,00

113

Lanjutan Lampiran 6
Penggilingan Kopi

DK
TK Jam HOK Upah Upah/produksi Upah/bulan TK 1 1 1 1 1 1 1 Jam 3 2 0,5 1 0,5 0,5 0,5 HOK 0,375 0,25 0,0625 0,125 0,0625 0,0625 0,0625

LK
Upah 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 Upah/produksi 9.375,00 6.250,00 1.562,50 3.125,00 1.562,50 1.562,50 1.562,50 Upah/bulan 281.250,00 187.500,00 46.875,00 93.750,00 46.875,00 46.875,00 46.875,00

114

Lanjutan Lampiran 6
Pengemasan

DK
TK 1 4 Jam 6 2 HOK 0,75 1 Upah 20.000,00 20.000,00 Upah/produksi 15.000,00 20.000,00 Upah/bulan 450.000,00 600.000,00 4 3 2 3 1 0,25 25.000,00 25.000,00 6.250,00 4.687,50 187.500,00 140.625,00 0,5 0,1875 8 2 4 0,75 TK 6 4 Jam 6 8 HOK 4,5 4

LK
Upah 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 Upah/produksi 112.500,00 100.000,00 100.000,00 18.750,00 Upah/bulan 3.375.000,00 3.000.000,00 3.000.000,00 562.500,00

115

Lanjutan Lampiran 6
Tot. Upah TK/produksi
(Rp) 211.875,00 225.000,00 92.812,50 231.250,00 64.062,50 34.375,00 32.812,50 892.187,50 223.046,88

Tot. Upah TK/bulan


(Rp) 6.356.250,00 6.750.000,00 2.784.375,00 6.937.500,00 1.921.875,00 1.031.250,00 984.375,00 26.765.625,00 3.823.660,71

Total HOK/produksi
(HOK) 8,63 9,00 4,56 9,25 2,56 1,38 1,31 36,69 5,24

Total HOK/bulan
(HOK) 258,75 270,00 136,88 277,50 76,88 41,25 39,38 1100,63 157,23

116

Lampiran 7. Nilai tambah Kopi Luwak


No. Output, Input, dan Harga Variabel

Sapri a b c d=a/b e=c/b f g h i j=d x f k=j-h-i l=k/j(%) m= e x g n= m/k(%) o=k-m p=o/k(%) q=j-h r=o/q(%) s=m/q(%) t=i/q(%) 175.00 300.00 258.75 0.58 0.86 600,000.00 25,000.00 14,000.00 239,400.00 350,000.00 96,600.00 27.60 21562.50 22.32 75,037.50 77.68 336,000.00 22.33 6.42 71.25

1 Output (Kg/Bln) 2 Bahan Baku (Kg/Bln) 3 Tenaga Kerja (HOK/Bln) 4 Faktor Konversi 5 Koefisien Tenaga Kerja 6 Harga Output (Rp/Kg) 7 Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/HOK) Pendapatan dan Nilai Tambah (Rp/Kg) 8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 10 Nilai Output 11 a. Nilai Tambah b. Rasio Nilai Tambah (%) 12 a. Imbalan Tenaga Kerja b. Bagian Tenaga Kerja 13 a. Keuntungan b. Tingkat Keuntungan Balas Jasa untuk Faktor Produksi 14 Margin a. Keuntungan b. Tenaga Kerja c. Input Lain

Nama Responden Gunawan Ujang Sukardi Hernawan 100.00 30.00 60.00 30.00 150.00 60.00 120.00 70.00 270.00 136.88 277.50 76.88 0.67 0.50 0.50 0.43 1.80 2.28 2.31 1.10 800,000.00 600,000.00 650,000.00 700,000.00 25,000.00 25,000.00 25,000.00 25,000.00 14,000.00 13,000.00 355,600.00 192,833.33 533,333.33 300,000.00 163,733.33 94,166.67 30.70 31.39 45000.00 57031.25 27.48 60.56 118,733.33 37,135.42 72.52 39.44 519,333.33 287,000.00 22.86 12.94 8.66 19.87 68.47 67.19 14,000.00 253,166.67 325,000.00 57,833.33 17.79 57812.50 99.96 20.83 0.04 311,000.00 0.01 18.59 81.40 13,000.00 167,166.67 300,000.00 119,833.33 39.94 27455.36 22.91 92,377.98 77.09 287,000.00 32.19 9.57 58.25

Kasmun 25.00 70.00 41.25 0.36 0.59 600,000.00 25,000.00 13,000.00 173,400.00 214,285.71 27,885.71 13.01 14732.14 52.83 13,153.57 47.17 201,285.71 6.53 7.32 86.15

Ujen Rata-Rata 20.00 62.86 60.00 118.57 39.38 157.23 0.33 0.48 0.66 1.37 650,000.00 657,142.86 25,000.00 25,000.00 13,000.00 116,600.00 216,666.67 87,066.67 40.18 16406.25 18.84 70,660.42 81.16 203,666.67 34.69 8.06 57.25 13,428.57 214,023.81 319,897.96 92,445.58 28.66 34,285.71 43.56 58,159.86 56.44 306,469.39 18.98 11.19 69.84

117

Lampiran 8. Data biaya operasional agroindustri kopi luwak Biaya bahan baku per tahun (1) 50,400,000.00 25,200,000.00 9,360,000.00 20,160,000.00 10,920,000.00 10,920,000.00 9,360,000.00 jumlah Rata-rata 136,320,000.00 19,474,285.71 Biaya bhn penunjang per tahun (2) 502,740,000.00 426,720,000.00 69,420,000.00 182,280,000.00 60,180,000.00 52,020,000.00 27,984,000.00 1,321,344,000.00 188,763,428.57 Biaya TK per tahun (3) 76,275,000.00 81,000,000.00 33,412,500.00 83,250,000.00 23,062,500.00 12,375,000.00 11,812,500.00 321,187,500.00 45,883,928.57 Biaya depresiasi per tahun (4) 54,070,000.00 25,727,857.14 5,119,000.00 14,650,000.00 3,317,857.14 2,960,000.00 2,439,285.71 108,284,000.00 15,469,142.86 Biaya variabel per tahun (1+2) 553,140,000.00 451,920,000.00 78,780,000.00 202,440,000.00 71,100,000.00 62,940,000.00 37,344,000.00 1,457,664,000.00 208,237,714.29 Biaya tetap per tahun (3+4) 130,345,000.00 106,727,857.14 38,531,500.00 97,900,000.00 26,380,357.14 15,335,000.00 14,251,785.71 429,471,500.00 61,353,071.43 Total BO per tahun 683,485,000.00 558,647,857.14 117,311,500.00 300,340,000.00 97,480,357.14 78,275,000.00 51,595,785.71 1,887,135,500.00 269,590,785.71

No

Nama Responden Sapri Gunawan Ujang Suryana Sukardi Hernawan Kasmun Ujen

1 2 3 4 5 6 7

118

Lampiran 9 Penerimaan agroindustri kopi luwak Nama Responden Sapri Gunawan Ujang Suryana Sukardi Hernawan Kasmun Ujen Jumlah Rata-rata Harga Per kg (Rp) 600,000 800,000 600,000 650,000 700,000 600,000 650,000 4,600,000 657,142.86 Hasil Produksi Per bulan (kg) 175 100 30 60 30 25 20 440 62.86 Penerimaan Per bulan (Rp.) 105,000,000 80,000,000 18,000,000 39,000,000 21,000,000 15,000,000 13,000,000 291,000,000 41,571,428.57 Hasil Produksi Per tahun (kg) 2,100 1,200 360 720 360 300 240 5,280 754.29 Penerimaan Per Tahun (Rp.) 1,260,000,000.00 960,000,000.00 216,000,000.00 468,000,000.00 252,000,000.00 180,000,000.00 156,000,000.00 3,492,000,000.00 498,857,142.86

No 1 2 3 4 5 6 7

119

Lampiran 10 . Data cashflow rata-rata 7 responden agroindustri kopi luwak Keterangan I Biaya-biaya (cost) Investasi : Pabrik Luwak Kandang Terpal Tampah Ember Baskom Toples Mesin Pengupas Kulit Mesin Penggorengan kopi Mesin pres jalan mesin press manual Tungku Penggorengan Serok Sutil Total Biaya Investasi Biaya Operasional Total Biaya Bahan Baku 2. Bahan Penunjang a) Pisang b) pepaya C) Daging d) Susu e) Vitamin f) obat2an g) listrik h) kayu bakar i) minyak Tanah j) kertas merk k) alumunium foil l) penggilingan Total Biaya Bahan Penunjang Total Biaya Tenaga Kerja Total Biaya Operasional Total Biaya (BI+BO) II Penerimaan (Revenue) 1. Kopi Luwak Total penerimaan III Keuntungan Per Tahun Keuntungan Per Bulan R/C 177,428,571.43 177,428,571.43 (275,579,700.68) (22,964,975.06) 0.39 197,142,857.14 197,142,857.14 (77,618,333.33) (6,468,194.44) 0.72 520,457,142.86 520,457,142.86 245,695,952.38 20,474,662.70 1.89 1. Bahan Baku a) Kopi 60,714,285.71 29,316,326.53 41,215,306.12 542,857.14 1,483,571.43 262,857.14 202,222.22 165,306.12 7,500,000.00 25,000,000.00 16,000,000.00 422,976.19 280,000.00 239,583.33 31,111.11 41,083.33 183,417,486.39 19,474,285.71 19,474,285.71 15,634,285.71 8,250,000.00 126,000,000.00 3,240,000.00 500,000.00 1,080,000.00 1,851,428.57 15,660,000.00 15,857,142.86 1,101,600.00 15,857,142.86 4,297,714.29 209,329,314.29 45,883,928.57 269,590,785.71 453,008,272.11 Tahun 3

lanjutan lampiran 10 Tahun 7

10

570,000.00 2,967,142.86 262,857.14 195,000.00 128,571.43

570,000.00 2,967,142.86 262,857.14 195,000.00 128,571.43

570,000.00 2,967,142.86 262,857.14 195,000.00 128,571.43

570,000.00 2,967,142.86 262,857.14 195,000.00 128,571.43

269,166.67 400,000.00 191,666.67 70,000.00 116,000.00 5,170,404.76 19,474,285.71 19,474,285.71 15,634,285.71 8,250,000.00 126,000,000.00 3,240,000.00 500,000.00 1,080,000.00 1,851,428.57 15,660,000.00 15,857,142.86 1,101,600.00 15,857,142.86 4,297,714.29 209,329,314.29 45,883,928.57 269,590,785.71 274,761,190.48

269,166.67 400,000.00 191,666.67 70,000.00 116,000.00 5,170,404.76 19,474,285.71 19,474,285.71 15,634,285.71 8,250,000.00 126,000,000.00 3,240,000.00 500,000.00 1,080,000.00 1,851,428.57 15,660,000.00 15,857,142.86 1,101,600.00 15,857,142.86 4,297,714.29 209,329,314.29 45,883,928.57 269,590,785.71 274,761,190.48

269,166.67 400,000.00 191,666.67 70,000.00 116,000.00 5,170,404.76 19,474,285.71 19,474,285.71 15,634,285.71 8,250,000.00 126,000,000.00 3,240,000.00 500,000.00 1,080,000.00 1,851,428.57 15,660,000.00 15,857,142.86 1,101,600.00 15,857,142.86 4,297,714.29 209,329,314.29 45,883,928.57 269,590,785.71 274,761,190.48

269,166.67 400,000.00 191,666.67 70,000.00 116,000.00 5,170,404.76 19,474,285.71 19,474,285.71 15,634,285.71 8,250,000.00 126,000,000.00 3,240,000.00 500,000.00 1,080,000.00 1,851,428.57 15,660,000.00 15,857,142.86 1,101,600.00 15,857,142.86 4,297,714.29 209,329,314.29 45,883,928.57 269,590,785.71 274,761,190.48

570,000.00 2,967,142.86 262,857.14 195,000.00 128,571.43 7,500,000.00 25,000,000.00 16,000,000.00 269,166.67 400,000.00 191,666.67 70,000.00 116,000.00 53,670,404.76 19,474,285.71 19,474,285.71 15,634,285.71 8,250,000.00 126,000,000.00 3,240,000.00 500,000.00 1,080,000.00 1,851,428.57 15,660,000.00 15,857,142.86 1,101,600.00 15,857,142.86 4,297,714.29 209,329,314.29 45,883,928.57 269,590,785.71 323,261,190.48

570,000.00 2,967,142.86 262,857.14 195,000.00 128,571.43

570,000.00 2,967,142.86 262,857.14 195,000.00 128,571.43

570,000.00 2,967,142.86 262,857.14 195,000.00 128,571.43

570,000.00 2,967,142.86 262,857.14 195,000.00 128,571.43

269,166.67 191,666.67 191,666.67 70,000.00 116,000.00 4,962,071.43 19,474,285.71 19,474,285.71 15,634,285.71 8,250,000.00 126,000,000.00 3,240,000.00 500,000.00 1,080,000.00 1,851,428.57 15,660,000.00 15,857,142.86 1,101,600.00 15,857,142.86 4,297,714.29 209,329,314.29 45,883,928.57 269,590,785.71 274,552,857.14

269,166.67 191,666.67 191,666.67 70,000.00 116,000.00 4,962,071.43 19,474,285.71 19,474,285.71 15,634,285.71 8,250,000.00 126,000,000.00 3,240,000.00 500,000.00 1,080,000.00 1,851,428.57 15,660,000.00 15,857,142.86 1,101,600.00 15,857,142.86 4,297,714.29 209,329,314.29 45,883,928.57 269,590,785.71 274,552,857.14

269,166.67 191,666.67 191,666.67 70,000.00 116,000.00 4,962,071.43 19,474,285.71 19,474,285.71 15,634,285.71 8,250,000.00 126,000,000.00 3,240,000.00 500,000.00 1,080,000.00 1,851,428.57 15,660,000.00 15,857,142.86 1,101,600.00 15,857,142.86 4,297,714.29 209,329,314.29 45,883,928.57 269,590,785.71 274,552,857.14

269,166.67 191,666.67 191,666.67 70,000.00 116,000.00 4,962,071.43 19,474,285.71 19,474,285.71 15,634,285.71 8,250,000.00 126,000,000.00 3,240,000.00 500,000.00 1,080,000.00 1,851,428.57 15,660,000.00 15,857,142.86 1,101,600.00 15,857,142.86 4,297,714.29 209,329,314.29 45,883,928.57 269,590,785.71 274,552,857.14

788,571,428.57 788,571,428.57 513,810,238.10 42,817,519.84 2.87

867,428,571.43 867,428,571.43 592,667,380.95 49,388,948.41 3.16

954,171,428.57 954,171,428.57 630,910,238.10 52,575,853.17 2.95

1,049,588,571.43 1,049,588,571.43 775,035,714.29 64,586,309.52 3.82

1,154,547,428.57 1,154,547,428.57 879,994,571.43 73,332,880.95 4.21

1,270,002,171.43 1,270,002,171.43 995,449,314.29 82,954,109.52 4.63

1,397,002,388.57 1,397,002,388.57 1,122,449,531.43 93,537,460.95 5.09

IV

120

Lampiran 11 Analisis finansial agroidustrikopi luwak


Tahun (1) 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Rata-rata Produksi (kg) (2) 0.00 270.00 300.00 792.00 1,200.00 1,320.00 1,452.00 1,597.20 1,756.92 1,932.61 2,125.87 12,746.61 1,274.66
Net B/C Gross B/C Pp NPV IRR

Lanjutan Lampiran 11
Biaya (Ct) (5) 183,417,486.39 453,008,272.11 274,761,190.48 274,761,190.48 274,761,190.48 274,761,190.48 323,261,190.48 274,552,857.14 274,552,857.14 274,552,857.14 274,552,857.14 3,156,943,139.46 297,352,565.31
4.73 2.01 4.07

Harga (Rp) (3) 0.00 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 6,571,428.57 657,142.86
= = = = =

Penerimaan (Rv) (2)x(3) (4) 0.00 177,428,571.43 197,142,857.14 520,457,142.86 788,571,428.57 867,428,571.43 954,171,428.57 1,049,588,571.43 1,154,547,428.57 1,270,002,171.43 1,397,002,388.57 8,376,340,560.00 837,634,056.00

Pendapatan (Net B) cf/df=14% (4)-(5) 0.14 (6) (7) (183,417,486.39) 1.69 (275,579,700.68) 1.48 (77,618,333.33) 1.30 245,695,952.38 1.14 513,810,238.10 1.00 592,667,380.95 0.88 630,910,238.10 0.77 775,035,714.29 0.67 879,994,571.43 0.59 995,449,314.29 0.52 1,122,449,531.43 0.46 5,219,397,420.54 10.50 540,281,490.69 0.88

PV Rv (4)x(7) (8) 0.00 262,868,235.43 256,206,857.14 593,321,142.86 788,571,428.57 760,902,255.64 734,203,930.88 708,442,389.45 683,584,761.75 659,599,331.51 636,455,495.32 6,084,155,828.53 608,415,582.85

PV Ct (5)x(7) (9) 309,784,827.17 671,151,687.49 357,079,643.14 313,227,757.14 274,761,190.48 241,018,588.14 248,738,989.29 185,315,358.26 162,557,331.81 142,594,150.71 125,082,588.34 3,031,312,111.97 272,152,728.48

NPV (+) (PV 1 Net B) BEP Unit (6)x(7) (5)/(3) (10) (11) (309,784,827.17) (408,283,452.06) 689.36 (100,872,786.00) 418.11 280,093,385.71 418.11 513,810,238.10 418.11 519,883,667.50 418.11 485,464,941.59 491.92 523,127,031.18 417.80 521,027,429.94 417.80 517,005,180.80 417.80 511,372,906.97 417.80 3,052,843,716.56 4,524.93 336,262,854.37 452.49

BEP Harga (5)/(2) (12) 1,677,808.42 915,870.63 346,920.70 228,967.66 208,152.42 222,631.67 171,896.35 156,269.41 142,063.10 129,148.28 4,199,728.64 419,972.86

3,052,843,716.56 52.35%

BEP unit BEP harga

= =

452.49 419,972.86

121

Lampiran 12 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya 5,01%


Tahun (1) Produksi (kg) (2) Harga (Rp) (3) Penerimaan (Rv) (2)x(3) (4) Biaya (Ct) (5) Biaya Naik 5.01% (5) Pendapatan (Net B) (4)-(5) (6) cf/df=14% 0.14 (7)

Lanjutan lampiran 12
PV Rv (4)x(7) (8) PV Ct (5)x(7) (9) NPV (+) (PV 1 Net B) (6)x(7) (10) BEP Unit (5)/(3) (11) BEP Harga (5)/(2) (12)

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Rata-rata

0.00 270.00 300.00 792.00 1,200.00 1,320.00 1,452.00 1,597.20 1,756.92 1,932.61 2,125.87 12,746.61 1,274.66
Net B/C Gross B/C Pp NPV IRR

0.00 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 6,571,428.57 657,142.86
= = = = =

0.00 177,428,571.43 197,142,857.14 520,457,142.86 788,571,428.57 867,428,571.43 954,171,428.57 1,049,588,571.43 1,154,547,428.57 1,270,002,171.43 1,397,002,388.57 8,376,340,560.00 837,634,056.00
4.27 1.91 4.14 2,900,974,979.75 49.19%

183,417,486.39 453,008,272.11 274,761,190.48 274,761,190.48 274,761,190.48 274,761,190.48 323,261,190.48 274,552,857.14 274,552,857.14 274,552,857.14 274,552,857.14 3,156,943,139.46 297,352,565.31

192,606,702.46 475,703,986.54 288,526,726.12 288,526,726.12 288,526,726.12 288,526,726.12 339,456,576.12 288,307,955.29 288,307,955.29 288,307,955.29 288,307,955.29 3,315,105,990.74 312,249,928.83

(192,606,702.46) 1.69 (298,275,415.11) 1.48 (91,383,868.98) 1.30 231,930,416.74 1.14 500,044,702.45 1.00 578,901,845.31 0.88 614,714,852.45 0.77 761,280,616.14 0.67 866,239,473.29 0.59 981,694,216.14 0.52 1,108,694,433.29 0.46 5,061,234,569.26 10.50 525,384,127.17 0.88

0.00 262,868,235.43 256,206,857.14 593,321,142.86 788,571,428.57 760,902,255.64 734,203,930.88 708,442,389.45 683,584,761.75 659,599,331.51 636,455,495.32 6,084,155,828.53 608,415,582.85

325,305,047.01 704,776,387.04 374,969,333.26 328,920,467.78 288,526,726.12 253,093,619.40 261,200,812.65 194,599,657.71 170,701,454.13 149,738,117.66 131,349,226.02 3,183,180,848.78 285,787,580.18

(325,305,047.01) (441,908,151.61) 723.90 (118,762,476.12) 439.06 264,400,675.08 439.06 500,044,702.45 439.06 507,808,636.24 439.06 473,003,118.23 516.56 513,842,731.73 438.73 512,883,307.61 438.73 509,861,213.85 438.73 505,106,269.30 438.73 2,900,974,979.75 4,751.63 322,628,002.68 475.16

1,761,866.62 961,755.75 364,301.42 240,438.94 218,580.85 233,785.52 180,508.36 164,098.51 149,180.46 135,618.60 4,410,135.05 441,013.50

BEP unit BEP harga

= =

475.16 441,013.50

122

Lampiran 13 Analisis sensitivitas terhadap penurunan hasil produksi sebanyak 10%


Tahun Produksi (kg) Produksi Turun 10.00% (1) (2) (2) Harga (Rp) (Rp) (3) Penerimaan (Rv) (2)x(3) (4) Biaya (Ct) (5) Pendapatan (Net B) (4)-(5) (6) cf/df=14% 0.14 (7)

lanjutan lampiran 13
PV Rv (4)x(7) (8) PV Ct (5)x(7) (9) NPV (+) (PV 1 Net B) (6)x(7) (10) BEP Unit (5)/(3) (11) BEP Harga (5)/(2) (12)

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Rata-rata

0.00 270.00 300.00 792.00 1,200.00 1,320.00 1,452.00 1,597.20 1,756.92 1,932.61 2,125.87 12,746.61 1,274.66

0.00 243.00 270.00 712.80 1,080.00 1,188.00 1,306.80 1,437.48 1,581.23 1,739.35 1,913.29 11,471.94 1,147.19
Net B/C Gross B/C Pp NPV IRR

0.00 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 6,571,428.57 657,142.86
= = = = =

0.00 159,685,714.29 177,428,571.43 468,411,428.57 709,714,285.71 780,685,714.29 858,754,285.71 944,629,714.29 1,039,092,685.71 1,143,001,954.29 1,257,302,149.71 7,538,706,504.00 753,870,650.40
3.81 1.81 4.22 2,444,428,133.71 45.66%

183,417,486.39 453,008,272.11 274,761,190.48 274,761,190.48 274,761,190.48 274,761,190.48 323,261,190.48 274,552,857.14 274,552,857.14 274,552,857.14 274,552,857.14 3,156,943,139.46 297,352,565.31

(183,417,486.39) (293,322,557.82) (97,332,619.05) 193,650,238.10 434,953,095.24 505,924,523.81 535,493,095.24 670,076,857.14 764,539,828.57 868,449,097.14 982,749,292.57 4,381,763,364.54 456,518,085.09

1.69 1.48 1.30 1.14 1.00 0.88 0.77 0.67 0.59 0.52 0.46 10.50 0.88

0.00 236,581,411.89 230,586,171.43 533,989,028.57 709,714,285.71 684,812,030.08 660,783,537.79 637,598,150.50 615,226,285.57 593,639,398.36 572,809,945.78 5,475,740,245.68 547,574,024.57

309,784,827.17 671,151,687.49 357,079,643.14 313,227,757.14 274,761,190.48 241,018,588.14 248,738,989.29 185,315,358.26 162,557,331.81 142,594,150.71 125,082,588.34 3,031,312,111.97 272,152,728.48

(309,784,827.17) (434,570,275.61) 689.36 (126,493,471.71) 418.11 220,761,271.43 418.11 434,953,095.24 418.11 443,793,441.94 418.11 412,044,548.51 491.92 452,282,792.24 417.80 452,668,953.76 417.80 451,045,247.65 417.80 447,727,357.44 417.80 2,444,428,133.71 4,524.93 275,421,296.09 452.49

1,864,231.57 1,017,634.04 385,467.44 254,408.51 231,280.46 247,368.53 190,995.95 173,632.68 157,847.89 143,498.08 4,666,365.16 466,636.52

BEP unit BEP harga

= =

452.49 466,636.52

123

Lampiran 14. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 14,25%
Tahun (1) Produksi (kg) (2) Harga (Rp) Harga Turun 14.25% (3) Penerimaan (Rv) (2)x(3) (4) Biaya (Ct) (5) Pendapatan (Net B) (4)-(5) (6) cf/df=14% 0.14 (7)

Lanjutan Lampiran 14
PV Rv (4)x(7) (8) PV Ct (5)x(7) (9) NPV (+) (PV 1 Net B) (6)x(7) (10) BEP Unit (5)/(3) (11) BEP Harga (5)/(2) (12)

2006 0.00 2007 270.00 2008 300.00 2009 792.00 2010 1,200.00 2011 1,320.00 2012 1,452.00 2013 1,597.20 2014 1,756.92 2015 1,932.61 2016 2,125.87 Jumlah 12,746.61 Rata-rata 1,274.66

0.00 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 657,142.86 6,571,428.57 657,142.86
Net B/C Gross B/C Pp NPV IRR

0.00 563,500.00 563,500.00 563,500.00 563,500.00 563,500.00 563,500.00 563,500.00 563,500.00 563,500.00 563,500.00 5,635,000.00 563,500.00
= = = = =

0.00 152,145,000.00 169,050,000.00 446,292,000.00 676,200,000.00 743,820,000.00 818,202,000.00 900,022,200.00 990,024,420.00 1,089,026,862.00 1,197,929,548.20 7,182,712,030.20 718,271,203.02
3.45 1.72 4.17 2,185,851,511.00 42.74%

183,417,486.39 453,008,272.11 274,761,190.48 274,761,190.48 274,761,190.48 274,761,190.48 323,261,190.48 274,552,857.14 274,552,857.14 274,552,857.14 274,552,857.14 3,156,943,139.46 297,352,565.31

(183,417,486.39) (300,863,272.11) (105,711,190.48) 171,530,809.52 401,438,809.52 469,058,809.52 494,940,809.52 625,469,342.86 715,471,562.86 814,474,004.86 923,376,691.06 4,025,768,890.74 420,918,637.71

1.69 1.48 1.30 1.14 1.00 0.88 0.77 0.67 0.59 0.52 0.46 10.50 0.88

0.00 225,409,511.88 219,697,380.00 508,772,880.00 676,200,000.00 652,473,684.21 629,579,870.73 607,489,348.95 586,173,933.20 565,606,426.77 545,760,587.23 5,217,163,622.97 521,716,362.30

309,784,827.17 671,151,687.49 357,079,643.14 313,227,757.14 274,761,190.48 241,018,588.14 248,738,989.29 185,315,358.26 162,557,331.81 142,594,150.71 125,082,588.34 3,031,312,111.97 272,152,728.48

(309,784,827.17) (445,742,175.61) 803.92 (137,382,263.14) 487.60 195,545,122.86 487.60 401,438,809.52 487.60 411,455,096.07 487.60 380,840,881.44 573.67 422,173,990.69 487.23 423,616,601.39 487.23 423,012,276.06 487.23 420,677,998.89 487.23 2,185,851,511.00 5,276.89 249,563,633.82 527.69

1,677,808.42 915,870.63 346,920.70 228,967.66 208,152.42 222,631.67 171,896.35 156,269.41 142,063.10 129,148.28 4,199,728.64 419,972.86

BEP unit BEP harga

= =

527.69 419,972.86

124

Lampiran 15 Laju kepekaan agroindustri kopi luwak


Biaya produksi naik sebesar y1 y0 selisih rata2 5.01% 0.14 (0.09) 0.10 (94.58) x1 x0 selisih rata2 LK Harga jual turun sebesar y1 y0 selisih rata2 14.25% 0.14 0.00 0.14 1.77 x1 x0 selisih rata2 LK Produksi turun sebesar y1 y0 selisih rata2 10.00% 0.14 (0.04) 0.12 (33.33) x1 x0 selisih rata2 LK 5.01% net 4.27 4.73 (0.45) 4.50 (10.07) 0.11 14.25% net 3.45 4.73 (1.28) 4.09 (31.31) 17.69 10.00% net 3.81 4.73 (0.92) 4.27 (21.58) 0.65

gross 1.91 2.01 (0.10) 1.96 (4.89) 0.05

pp 4.22 4.07 0.15 4.14 3.66 0.04

npv 2,900,974,979.75 3,052,843,716.56 (151,868,736.81) 2,976,909,348.16 (5.10) 0.05

irr 49.19% 52.35% (0.03) 0.51 (6.23) 0.07

gross 1.72 2.01 (0.29) 1.86 (15.34) 8.67

pp 4.17 4.07 0.10 4.12 2.35 1.33

npv 2,185,851,511.00 3,052,843,716.56 (866,992,205.57) 2,619,347,613.78 (33.10) 18.70

irr 42.74% 52.35% (0.10) 0.48 (20.20) 11.42

gross 1.81 2.01 (0.20) 1.91 (10.53) 0.32

pp 4.22 4.07 0.15 4.14 3.66 0.11

npv 2,444,428,133.71 3,052,843,716.56 (608,415,582.85) 2,748,635,925.14 (22.14) 0.66

irr 45.66% 52.35% (0.07) 0.49 (13.64) 0.41

Anda mungkin juga menyukai