Anda di halaman 1dari 9

ANEMIA SUMANTARA RAHARJA WAAS H1A008021

Definisi Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memnuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara laboratorik dijabarkan sebagai penurunan dibawah normal kadar hemoglobin, hituungeritrosit dan hemtokrit ( packed red cell ). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM,kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematokrit) perl 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan konfirmasi laboratorium. (Sylvia A.Price, 2005). Kriteria Parameter yang paling umum dipakai untuk menunjukkan penurunan massa eritrosit adalah kadar hemoglobin, disusul oleh hematokrit dan hitung eritrosit. Pada umumnya ketiga parameter tersebut saling bersesuaian. Harga normal hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologik tergantung pada umur, jenis kelamin, adanya kehamilan dan ketinggian tempat tinggal. Di Negara Barat kadar hemoglobin paling rendah untuk laki-laki adalah 14 g/dl dan 12 gr/dl pada perempuan dewasa pada permukaan laut. Peneliti lain memberi angka berbeda yaitu 12 gr/dl (hematokrit 38%) untuk perempuan dewasa, 11g/dl (hematokrit 36%) untuk perempuan hamil, dan 13 g/dl untuk laki dewasa. WHO menetapkan cut off point anemia untuk keperluarn penelitian lapangan yaitu Tabel 1. Kriteria anemia menurut WHO (dikutip dari Hoffbrand AV, et al 2001) 1 Kelompok Laki laki dewasa Kriteria anemia (Hb) < 13 gr/ dl

Wanita dewasa tidak hamil Wanita hamil

< 12 gr/dl < 11 gr/dl

Untuk keperluan klinik (rumah sakit atau praktek dokter) di Indonesia dan negara berkembang lainnya, kriteria WHO sulit dilaksanakan karena tidak praktis. Apabila kriteria WHO dipergunakan secara ketat maka sebagian besar pasien yang mengunjungi poliklinik atau dirawat di Rmuah Sakit akan memerlukan pemeriksaan work up anemia lebih lanjut. Oleh karena itu bebrapa peneliti di Indonesia mengambil jalan tengah dengan memakai kriteria hemoglobin kurang dari 10 g/dl sebagai awal dari work up anemia, atau di India dipakai angka 10-11 g/dl. Cara untuk menentukan anemia diuraikan oleh anamnesis, pemeriksaan fisik yang teliti dan didukung oleh pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan biasanya dengan mengukur Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht). Hasil pemeriksaan tersebut hati-hati dikelirukan pada pasien dehidrasi dan masa kehamilan. Anemia dapat diklasifikasi menurut morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya. Pada klasifikasi ini mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah merah, sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Etiologi Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena: 1) Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang; 2) Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan): 3) Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya(hemolisis),gambaran lebih rinci tetntang etiologi anemia dapat dilihat ada tabel di bawah : Klasifikasi Anemia menurut Etiopatogenesis A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang a. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit a. Anemia defisiensi besi b. Anemia defisiensi asam folat c. Anemia defisiensi vitamin B12 b. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi

a. Anemia akibat penyakit kronik b. Anemia sideroblastik c. Kerusakan sumsum tulang a. Anemia aplastik b. Anemia mieloptisik c. Anemia pada keganasan hematologi d. Anemia diseritropoietik e. Anemia pada sindrom mielodisplastik Anemia akibat kekurangan eritropoietin : anemia pada gagal ginjal kronik B. Anemia akibat hemoragi a. Anemia pasca perdarahan akut b. Anemia akibat perdarahan kronik C. Anemia hemolitik 1) Anemia Hemolitik intrakorpuskular a. Gangguan membran eritrosit (membranopati) b. Gangguan ensim eritrosit (enzimopati): anemia akibat defisiensi G6PD c. Gangguan Hemoglobin (hemoglobinopati) 2) Thalassemia Hemoglobinopati struktural : HbS,HbE,dll

Anemia Hemolitik ekstrakorpuskular a. Anemia Hemolitik autoimun b. Anemia Hemolitik mikroangiopatik c. Lain-lain

D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang kompleks

Klasifikasi lain untuk anemia dapat dibuat berdasarkan gambaran morfologik dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi. Dalam klasifikasi ini anemia dibagi menjadi tiga golongan : 1. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV<80fl dan MCH <27pg: 2. Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg:

3. Anemia makrositer bila MVC > 95 fl. Klasifikasi etiologi dan morfologi bila digabungkan akan sangat menolong dalam mengetahui penyebab suatu anemia berdasarkan jenis morfologi anemia.seperti terlihat pada tabel di bawah ini : Klasifikasi Anemia berdasarkan morfologi d an etiologi I. Anemia hipokromik mikrositer a. Anemia Defisiensi Besi b. Thalasemia Mayor c. Anemia akibat Penyakit Kronik d. Anemia Sideroblastik II. Anemia normokromik normositer a. Anemia pasca perdarahan akut b. Anemia aplastik c. Anemia hemolitik didapat d. Anemia akibat penyakit kronik e. Anemia pada gagal ginjal kronik f. Anemia pada sindrom mielodisplastik g. Anemia pada keganasan hematologik III. Anemia makrositer a) Bentuk megaloblastik 1. Anemia defisiensi asam folat 2. Anemia defisiensi B12, termasuk anemia permisiosa b) Bentuk non-megaloblastik 1. Anemia pada penyakit hati kronik 2. Anemia pada hipotiroidisme 3. Anemia pada sindrom mielodisplastik. Gejala Anemia Gejala umum anemia (sindrom anemia atau anemic syndrome) adalah gejala yang timbul pada setiap kasus anemia, apapun penyeabnya, apabila kadar hemoglobin turun di bawah harga

tertentu. Gejala umum anemia ini timbul karena : anoksia jaringan, mekanisme kompensasi tubuh terrhadap berkurangnya daya angkut oksigen, Gejala umum anemia menjadi jelas (anemia simtomatik) apabila kadar hemoglobin telah turun di bawah 7 gr/dl. Berat ringannya gejala umum anemia tergantung pada a. Derajat penurunan hemoglobin, b. Kecepatan penurunan hemoglobin c. Usia d. Adanya kelainan jantung atau paru sebelumnya. Gejala anemia dapat digolongkan menjadi 3 jenis gejala, yaitu : 1) Gejala umum anemia Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb<7bg/dl). Sindrom anemia terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinnitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia. Pada pemerikaan, pasien tampak pucat yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut,telapak tangan dan jaringan di bawah kuku. Sindrom anemia bersifat tidak spesifik karena dapat ditimbulkan oleh penyakit di luar anemia dan tidak sensitif karena timbul setelah penurunan yang berat (Hb<7 gr/dl). 2) Gejala Khas masing-masing anemia Gelaja ini spesifik untuk masing-masing jenis anemia, sebagai contoh : Anemia defisiensi Besi : disfagia,atrofi papil lidah, stomatitis angular, dan kuku sendok (koilonychia). Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologik pada defisiensi vitamin B12. Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali dan hepatomegali Anemia aplastik : perdarahan dan tanda-tanda infeksi 3) Gejala penyakit dasar : timbul akibat dasar yang menyebabkan anemia sangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala akibat infeksi cacing tambang: sakit perut, pembengkakan parotis dan warna kuning pada telapak tangan. Pada

kasus tertentu sering gejala penyakit dasar lebih dominan, seperti misalnya paa anemia akibat penyakit kronik oleh karena artritis reumatoid. Meskipun tidak spesifik, anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting pada kasus anemia untuk mengarahkan diagnosis anemia. Tetapi pada umumnya diagnosis anemia memerlukan pameriksaan laboratorium. Pemeriksan untuk diagnosis anemia Pemeriksaan ini terdiri dari : 1) Pemeriksaan penyaring (screening test): 2) Pemeriksaan darah seri anemia; 3)Pemeriksaan sumsum tulang; 4)Pemeriksaan khusus.

Pemeriksaan Penyaring Pemeriksaan penyaring untuk kasus anemia terdiri dari pegukuran kadar hemoglobin, indeks eritrosit, dan hapusan darah tepi. Dari sini dapat dipastikan adanya anemia serta jenis morfologik anemia tersebut, yang sangat berguna untuk pengarahan diagnosis lebih lanjut. Pemeriksaan Darah Seri Anemia Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit dan laju endap darah. Sekarang sudah banyak dipakai automatic hematology analyzer yang dapat memberikan presisi hasil yang lebih baik. Pemeriksaan Sumsum Tulang Pemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi yang sangat berharga mengenai keadaan sistem hemapoesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk diagnosis definitif pada bebrapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsum tulang mutlak diperlukan untuk diagnosis anemia aplastik, anemia megaloblastik serta pada kelainan hematologik yang dapat mensupresi sistem eritroid. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, misalnya pada :

Anemia Defisiensi Besi: serum iron, TIBC (total iron biding capacity), saturasi transferin, protoporfirin eritrosit,feritin serum, reseptor transferin dan pengecatan besi pada sumsum tulang ( Perls stain).

Anemia Megaloblastik : folat serum, vitamin B12 serum, tes supresi deoksirudin, dan tes Schiling. Anemia Hemolitik : bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesis hemoglobin dan lain lain. Anemia Aplastik : biopsi Sumsum tulang

Juga diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti nisalnya pemeriksaan faal hati, faal ginjal atau faal tiroid. HEMATOLOGI NORMAL PRIA Hematologi Darah Lengkap Eritrosit : 4.5 5.9 (juta/ul) Haemoglobin (Hb) : 13.5 17.5 (g/dl) Hematokrit (Ht) : 40 54 (%) Trombosit : 150.000 400.000 (/ul) Leukosit : 5.000 10.000 (/ul) Laju Endap Darah (LED) : 0 10 (mm/jam) Diff count / Hitung Jenis Leukosit Basofil : 0 1 (%) Eosinofil : 1 3 (%) Batang : 2 6 (%) Segmen : 50 70 (%) Limfosit : 20 40 (%) Monosit : 2 8 (%) Neutrofil/Eosinofil/Basofil/Monosit/Limfosit Akut Viral/Kronis Kimia Darah Glukosa N : 80 100 (mg/dl) Glukosa PP : 100 - 125 (mg/dl) Glukosa S : < 200 (mg/dl) Kolesterol total : < 200 (mg/dl) Trigliserida : < 150 (mg/dl) HDL Kolesterol : > 55 (mg/dl) LDL kolesterol : < 150 (mg/dl) Ureum : 15 40 (mg/dl)

Kreatinin : 0.5 1.5 (mg/dl) Asam urat : 3.4 7.0 (mg/dl) Bilirubin total : 0.2 1 (mg %) Bilirubin direk : 0 0.2 (mg %) Bilirubin indirek : 0.2 0.8 (mg %) SGOT : 5 40 (u/l) SGPT : 5 41 (u/l) Alkali Fosfatase : 40 130 (u/l) Gamma GT : 11 49 (u/l) Protein total : 6.1 8.2 (gr %) Albumin : 3.8 5.0 (gr %) Globulin : 2.3 3.2 (gr %) Wanita Hematologi Darah Lengkap Eritrosit : 4 5 (juta/ul) Haemoglobin (Hb) : 12 15 (g/dl) Hematokrit (Ht) : 36 47 (%) Trombosit : 150.000 400.000(/ul) Leukosit : 5.000 10.000(/ul) Laju Endap Darah (LED) : < 15 (mm/jam) Diff count / Hitung Jenis Leukosit Basofil : 0 1 (%) Eosinofil : 1 3 (%) Batang : 2 6 (%) Segmen : 50 70 (%) Limfosit : 20 40 (%) Monosit : 2 8 (%) Neutrofil/Eosinofil/Basofil/Monosit/Limfosit Akut Viral/Kronis Kimia Darah Glukosa N : 80 100 (mg/dl) Glukosa PP : 100 - 125 (mg/dl) Glukosa S : < 200 (mg/dl) Kolesterol total : < 200 (mg/dl) Trigliserida : < 150 (mg/dl) HDL Kolesterol : > 55 (mg/dl) LDL kolesterol : < 150 (mg/dl) Ureum : 15 40 (mg/dl) Kreatinin : 0.5 1.5 (mg/dl) Asam urat : 2.4 5.7 (mg/dl) Bilirubin total : 0.2 1 (mg %) Bilirubin direk : 0 0.2 (mg %)

Bilirubin indirek : 0.2 0.8 (mg %) SGOT : 5 40 (u/l) SGPT : 5 41 (u/l) Alkali Fosfatase : 35 104 (u/l) Gamma GT : 7 32 (u/l) Protein total : 6.1 8.2 (gr %) Albumin : 3.8 5.0 (gr %) Globulin : 2.3 3.2 (gr %)

Serum Iron (SI): Men: 65 to 176 g/dL Women: 50 to 170 g/dL Newborns: 100 to 250 g/dL Children: 50 to 120 g/dL TIBC: 240450 g/dL Transferrin saturation: 1550% (males), 1245% (females)
o o o o

Anda mungkin juga menyukai