Anda di halaman 1dari 9

Tinjauan Pustaka

BEBERAPA JENIS LARUTAN KOMPRES DAN CARA APLIKASINYA

ABSTRACT SOME SOLUTIONS USED IN WET DRESSING AND THE APPLICATION PROCEDURE Compress or wet dressing is one topical treatment that uses liquid form solusio. The compress can be done in two ways, such as open and occlusive compress. The active ingredients are commonly used in compresses usually astringent and antimicrobial. Some materials that can be used to compress the solution of which is aluminum acetate, Potassium Permanganate (KMnO4), Normal saline 0.9%, silver nitrate 0.10.5%, etc. This literature review will discuss about some of the solution used to compress and the procedure to apply it. Keywords: compress, wet dressing, compress solutions, application procedure. ABSTRAK BEBERAPA JENIS LARUTAN KOMPRES DAN CARA APLIKASINYA Kompres merupakan salah satu pengobatan topikal yang menggunakan cairan berupa solusio. Kompres tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, diantaranya adalah kompres terbuka dan kompres tertutup. Bahan aktif yang biasa dipakai dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikrobial. Beberapa bahan yang dapat dipakai untuk larutan kompres diantaranya adalah alumunium asetat, kalium permanganat (KMnO4), normal saline 0,9%, perak nitrat 0,1-0,5%, dan lainnya. Referat ini akan membahas tentang beberapa larutan yang digunakan untuk kompres dan aplikasi cara penggunaannya. Kata kunci : kompres, larutan kompres, cara penggunaan.

PENDAHULUAN Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam cara, salah satunya adalah dengan cara topikal. Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas dua bagian yaitu bahan dasar/vehikulum dan bahan aktif. Secara garis besar dikenal tiga vehikulum dasar yaitu, bedak, salep dan cairan. Salah satu bahan dasar adalah cairan. Cairan terdiri atas solusio yaitu larutan dalam air dan tingtura yaitu larutan dalam alkohol. Kompres adalah salah satu bagian solusio. Dikenal dua macam cara kompres, yaitu kompres terbuka dan kompres tertutup.1 Bahan aktif yang biasa dipakai dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikrobial. Astringen dapat mengurangi eksudasi akibat presipitasi protein. Beberapa bahan aktif berupa astringen dan antimikrobial yang dapat dipakai untuk larutan kompres diantaranya adalah Alumunium asetat, Kalium Permanganat (KMnO4), Normal saline 0,9%, Perak nitrat 0,1-0,5%. Beberapa larutan kompres tersebut mempunyai indikasi dan aplikasi tertentu dalam penggunaannya.2 KOMPRES Kompres adalah salah satu pengobatan topikal yang menggunakan cairan berupa solusio. Kompres dilakukan dengan cara membasahi kasa atau kain ke dalam obat berbentuk larutan dan diletakkan diatas lesi yang basah, meradang, dan kulit yang mengeluarkan darah.1,2 Ephitema atau obat kompres adalah larutan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit atau panas karena radang yang digunakan untuk mengeringkan luka bernanah.3 Tujuan kompres yaitu: 1 1. Membersihkan kulit, menghilangkan kotoran, krusta, skuama, bakteri dan sisa obat local yang dipakai sebelumnya. 2. Melindungi kulit dari pengaruh buruk lingkungan, baik kimiawi maupun trauma 3. Mempercepat proses epitelisasi dengan cara menciptakan lingkungan yang relatif steril dan lembab. 4. Mengurangi perasaan gatal dan nyeri karena terjadi penguapan air kompres.
1

Kompres terbuka Dasar kompres terbuka adalah penguapan larutan kompres disusul oleh absorbsi eksudat atau pus. Efek pada kulit ialah kulit yang semula eksudatif menjadi kering, permukaan kulit menjadi dingin, vasokonstriksi, eritem berkurang.1,2 Indikasi kompres terbuka adalah Dermatosis madidans, infeksi kulit dengan eritem yang mencolok misalnya erisipelas, ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta, erosi, kondisi inflamasi akut, luka terbuka dengan darah yang mengalir, dermatosis pruritus, yang efektif bila diberi bersamaan dengan kortikosteroid topikal, dermatitis infeksi seperti furunkelosis, selulitis, mengurangi gejala-gejalan inflamasi seperti, gatal dan panas. 1,2,4,5 Kontra indikasi kompres terbuka adalah pada keadaan dermatosis kering.1 Efek samping kompres terbuka adalah kulit menjadi kering. Apabila kulit terlalu kering, penggunaan kompres dapat dihentikan.1 Kompres tertutup (kompres impermeable) Dasar kompres tertutup vasodilatasi, bukan untuk penguapan. Fungsi dari kompres tertutup adalah menjaga kehangatan kulit, mencegah evaporasi, dapat digunakan sebagai pengobatan terhadap penyakit selulitis dan abses, dan menyebabkan maserasi yang merupakan efek yang tidak diinginkan. Indikasi kompres tertutup, misalnya limfogranuloma venerium. Indikasi kompres tertutup lainnya, dapat meningkatkan efek obat topikal seperti kortikosteroid. Kontra indikasi kompres tertutup adalah pada kulit wajah dan kulit intertriginosa. Efek samping kompres tertutup adalah dapat mengakibatkan maserasi kulit, meningkatkan perluasan infeksi, dan folikulitis superfisial. Cara kompres tertutup, digunakan pembalut tebal dan ditutup dengan bahan impermeable, misalnya selofan atau plastic wrap. 1,2,4 JENIS LARUTAN KOMPRES Alumunium asetat atau Burow solution Alumunium asetat atau Burow solution berisi sekitar 5% alumunium asetat yang didilusikan atau diencerkan 1:10 sampai 1:40. Burow solution ini mudah digunakan dan tidak menodai daerah sekitarnya. Indikasi Burow solution adalah
2

inflamasi kulit minor. Kerja obat Burow solution adalah sebagai astringen dan efek melembutkan terjadi akibat pendinginan dan vasokonstriksi. Efek terapeutiknya mengurangi nyeri inflamasi pada kulit. Kontraindikasi Burow solution adalah pada hipersensitivitas dan hanya untuk penggunaan luar, hindari penggunaan di sekitar mata. Dosis Burow solution untuk dewasa dan anak-anak, diberikan larutan 1:20 atau 1:40 sebagai balutan basah, setiap 15-30 menit minimal selama 4-8 jam. Sediaan Burow solution Paket : berisi larutan 1:40 dan Tablet berisi larutan 1:20 atau 1:40. 2,6 Kalium Permanganat (KMnO4) Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang digunakan sebagai agen antiseptik. Kalium permanganat berupa kristal ungu dan mudah larut dalam air. Efek kalium permanganat ialah antiseptic dan astringen. Pada dermatitis dipakai pengenceran 1:10.000, sedangkan pada infeksi digunakan pengenceran 1:5000. Pada dermatitis, kulit telah peka, karena itu dipakai yang lebih encer. Jika konsentrasinya lebih kuat daripada 1:5000 dapat mengiritasi kulit. Kalium Permanganat (KMnO4) adalah agen untuk mengoksidasi bahan-bahan kimia yang bertanggung jawab terhadap aktivitas germisidal, efek astringen dan fungisid. Preparat ini dapat mengotori kulit dan baju, kristal yang tidak larut akan mengakibatkan luka bakar kimia pada kulit. Perbandingan dilusi 1:4000 sampai dengan 1:16000. Efek kalium permanganat, membantu penyembuhan luka yang tidak dalam, ulkus tropikum, tinea pedis, pemfigus dan impetigo.
2,7

Cara pemberian pada ulkus tropikum kompres

larutan 1 : 5.000, diganti 2-3 kali sehari. Ulkus tropikum memerlukan waktu 2-4 minggu diikuti dengan terapi prokain benzylpenisilin. Pada tinea pedis dengan lesi yang berat dan basah, rendam kaki dengan larutan PK 1:10.000 setiap 8 jam. Pada pemfigus kompres dengan larutan PK 1:10.000 setiap 4 jam. Impetigo dengan krusta superfisial, lap luka dan bersihkan dengan lembut dengan larutan PK 1:10.000.2 Normal saline 0,9% Normal saline 0,9% dapat dibuat dengan menambahkan kurang lebih 1 sendok garam dalam 480ml air. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9% merupakan larutan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl 0,9%
3

merupakan larutan isotonis yang aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban disekitar luka dan membantu luka dalam proses penyembuhan.2,3 Perak nitrat Perak nitrat berbentuk kristal putih mudah larut dalam air. Perak nitrat 0,10,5% adalah germisid dan astringen yang sangat baik. Larutan perak nitrat dapat digunakan untuk ulkus disertai pus yang disebabkan oleh kuman gram negatif. Perak nitrat dapat memberi warna coklat kehitaman pada kulit tetapi akan menghilang perlahan-lahan. Perak nitrat dapat mengakibatkan nyeri apabila diberikan dalam konsentrasi lebih dari 0,5%. Solusio perak nitrat 0,25% dapat dibuat dengan cara menambahkan 1 sendok dari 50% aqua ke dalam 1000 ml air dingin. Perak nitrat 1:1000 dapat digunakan untuk dermatosis eksudatif yang tidak memberikan efek dengan larutan lain. Aksi dari germisidalnya karena terjadi presipitasi dari protein bakteri, dengan cara melepaskan ion-ion perak.1,2 Povidon iodine Povidon-iodine bersifat bakteriostatik dengan kadar 640 g/ml dan bersifat bakterisid pada kadar 960 g/ml. Povidon-iodine memiliki toksisitas rendah pada jaringan, tetapi detergen dalam larutan pembersihnya akan lebih meningkat toksisitasnya. Dalam 10% povidon iodine mengandung 1% iodiyum yang mampu membunuh bakteri dalam 1 menit dan membunuh spora dam waktu 15 menit. Betadine-antiseptik solution dapat digunakan beberapa kali dalam sehari, dan digunakan dengan konsentrasi penuh baik untuk kompres.3 Asam salisilat Asam salisilat merupakan antipruritus, keratolitik, dan antiseptik. Asam salisilat yang digunakan untuk kompres adalah 1%. Mekanisme kerja zat ini adalah pemecahan struktur desmosom yang menyebabkan disintegrasi ikatan antar sel korneosit. Asam salisilat telah digunakan secara luas dalam terapi topikal sebagai bahan keratolitik. Kompres dengan asam salisilat dapat mengurangi jumlah mikroba
4

dalam luka infeksi dan dapat digunakan sebagai terapi utama infeksi yang melibatkan Pseudomonas auregenosa. Efek bakteriostatik lemah asam salisilat tampak terutama terhadap golongan Streptococcus spp., Staphylococcus spp., Escherechia coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Solusio asam salisilat 1:1000 dapat digunakan sebagai kompres pada luka. Solusio asam salisilat 1:1000 lebih nyaman digunakan dari solusio permanganas kalikus maupun rivanol, karena tidak mengotori pakaian atau mewarnai kulit.8 Etakridin laktat (rivanol) Etakridin laktat adalah senyawa organik berkristal kuning oranye bekerja sebagai astringent dan antiseptik, 0,5-1 % dalam larutan kompres. Penggunaannya sebagai antiseptik dalam larutan 0,1% lebih dikenal dengan merk dagang rivanol. Tindakan bakteriostatik rivanol dilakukan dengan mengganggu proses vital pada asam nukleat sel mikroba. Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis lain, rivanol memiliki keunggulan tidak mengiritasi jaringan, sehingga banyak digunakan untuk mengompres luka atau ulkus. Untuk luka kotor yang berpotensi infeksi lebih besar, penerapan jenis antiseptik lain yang lebih kuat disarankan setelah luka dibersihkan.1,3 CARA APLIKASI KOMPRES Larutan yang akan digunakan sebaiknya menyejukkan bukan mendinginkan. Bagian yang terkena bisa dicelupkan ke dalam larutan atau kain basahan, handuk, atau kasa yang sudah dibasahkan bsia ditempatkan di atas kulit yang berlesi. Dalam balutan basah yang menutup ditempatkan penutup plastik di atas kasa. Ini akan menahan panas dan bisa menyebabkan maserasi. Balutan basah sampai kering merupakan salah satu keadaan pada dibiarkan sampai kering pada bagian yang kena dan kemudian dilepaskan. Cara ini membantu dalam debridemen.9 Prosedur kompres terbuka secara umum diantaranya: 10 1. Pasien harus berada dalam posisi yang nyaman, misalnya diatas tempat tidur. Tindakan ini dilakukan dengan memakai matras yang dapat mencegah basah.
5

2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan. 3. Sediakan larutan yang dibutuhkan untuk kompres dan tuangkan ke wadah kecil. 4. Bersihkan lesi dari debris dan eksudat yang berlebihan dengan larurtan. 5. Proses kompres tidak harus steril,akan tetapi menggunakan kain kasa yang lembut (tidak terlalu kasar) atau linen yang lembut seperti sapu tangan. 6. Lembabkan kasa atau kain dengan mencelupkannya ke dalam larutan dan kain diperas sedikit agar tidak terlalu basah. Kain harus basah, tetapi larutan tidak boleh menetes. Larutan yang digunakan hangat atau suam-suam kuku. 7. Kasa atau kain basah diletakkan atau dibalutkan di atas lesi selama 10 menit, balutan jangan terlalu ketat. Balutan dilakukan minimal 6-8 lapis, tujuannya untuk mencegah terlalu cepatnya proses pendinginan dan pengeringan. 8. Biarkan lesi tidak ditutup terlalu ketat agar air dapat terevaporasi ke udara dan dapat menyejukkan kulit. 9. Kompres dibuka dan dilembabkan ulang yang dilakukan setiap 10-15 menit, selama 30 menit-2 jam, sebanyak 3 kali sehari. Akan tetapi cara ini cukup sulit, sebagai alternatifnya kompres dapat dibuka setiap 2-3 jam. 10. Setelah kompres dibuka, dapat diberikan lotion, bedak atau pasta. Pada kulit yang bernanah, pemberian salap dihindari. Ganti dengan kompres baru apabila eksudat berlebihan. 11. Setiap hari material kompres harus diganti. 12. Apabila area pada kulit yang dikompres luas, maka tidak boleh lebih dari 1/3 bagian tubuh yang dapat dikompres, karena bisa menyebabkan hipotermi.
6

Kompres tertutup (Polietilen) Prosedur kompres tertutup secara umum diantaranya: 10 1. Pasien harus berada dalam posisi yang nyaman, misalnya di atas tempat tidur. Tindakan ini dilakukan dengan memakai matras yang dapat mencegah basah. 2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan. 3. Hilangkan sisik-sisik yang ada di kulit agar obat dapat berpenetrasi dengan baik ke dalam kulit 4. Bersihkan lesi dengan larutan pembersih, agar dapat meminimalisasi infeksi. 5. Tempelkan kortikosteroid topikal ke bagian lesi 6. Tutup area lesi dengan plastik polietilen atau plastic wrap 7. Kencangkan ikatan untuk menyingkirkan udara 8. Plester ujung-ujung plastik tersebut 9. Diamkan selama 6-8 jam. Buka kompres tertutup pada pagi hari.

KESIMPULAN Kompres dilakukan dengan dua cara, diantaranya adalah dengan kompres terbuka dan kompres tertutup. Bahan aktif yang biasa dipakai dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikrobial, diantaranya alumunium asetat, kalium permanganat (KMnO4), normal saline 0,9%, perak nitrat 0,1-0,5%, etakridin laktat, asam salisilat dan povidon iodin. Hasil akhir yang diharapkan dari pengobatan kompres adalah keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi epitelisasi.

DAFTAR PUSTAKA 1. Hamza M, Aisah S. Dermatoterapi. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010: 342-52.

2. Kenneth AA, Jeffry TS. Manual of

Dermatologic Therapeutics. 7th ed.

Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins; 2012. 336. 3. Syamsuni HA. Ilmu Resep. Jakarta: EGC; 2006. 98. 4. Khanna N. Illustrated Synopsis of Dermatology and Sexual Transmitted Disease. 3rd ed. New York: Elsevier; 2009: 339. 5. Bingham LG, Noble JW, Davis MD. Wet dressings used A retrospective study

with topical corticosteroids for pruritic dermatoses: [Abstract] J Am Acad Dermatol. May 2009; 60(5).

6. Deglin JH, April HV. Pedoman Obat untuk Perawat. Jakarta: EGC; 2004. 167. 7. WHO. Model Prescribing Information: Drugs Used in Skin Diseases. 1997. [cited 2013 Mei 2]. Available from:

http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Jh2918e/25.2.html 8. Sulistyaningrum SK. Penggunaan Asam Salisilat dalam Dermatologi. J Indon Med Assoc 62 (7). Juli 2012. Diunduh tanggal 6 Mei 2013. Available at : indonesia. digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/.../12 6. 9. Landow K. Terapi Dermatologik. Jakarta: EGC; 1995. 194. 10. Leok GC, Leng KY. Nursing Procedures for Skin Diseases. Singapore: McGraw-Hill; 1995. 158.

Anda mungkin juga menyukai