B. PPh Pasal 21
Sesuai UU PPh pasal 21, penghasilan yang diterima WP OP sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan wajib dipotong PPh oleh pemberi penghasilan. Lebih lanjut diatur peraturan pelaksanaan pemotongan PPh pasal 21, yaitu PMK 252/PMK.03/2008 & PER 31/PJ./2009. Peraturan pelaksanaan tersebut mengatur petunjuk pemotongan PPh atas penghasilan berbagai macam penerima penghasilan, seperti pegawai tetap, pegawai tidak tetap, tenaga ahli dan bukan pegawai. Berikut ini disajikan berbagai contoh jurnal transaksi yang berhubungan dengan PPh pasal 21.
Contoh 1: Umum
PT. Calista melakukan pembayaran gaji pagwai tetap bulan Januari 2009 sebesar Rp.500 juta. Dimana dari jumlah tersebut perusahaan memotong PPh pasal 21 sebesar Rp.30 juta & iuran pensiun Rp.10 juta serta menanggung iuran pensiun karyawan sebesar Rp.10 juta. PT. Calista kemudian melakukan setoran PPh pasal 21 masa Januari 2009 pada tanggal 10 Februari 2009. Tgl 27-Jan09 Uraian Beban Gaji Beban Iuran Pensiun Hutang PPh Pasal 21 Hutang Iuran Pensiun Dr 500.000.0 00 10.000.00 0 Cr
30.000.000
20.000.000 460.000.00 Kas 0 Jurnal pembayaran gaji & pemotongan PPh pasal 21 Jan 09 10-Feb09 Hutang PPh Pasal 30.000.00 21 0 Kas 30.000.000 Jurnal setoran PPh pasal 21 Masa Jan 09
Jurnal Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, sejak tahun 2009 Pemotong tidak perlu menyampaikan SPT Tahunan PPh pasal 21, sehingga penghitungan kembali PPh pasal 21 pegawai tetap dilakukan di masa Desember. Oleh karena itu kekurangan potong dipotongkan ke gaji Desember 09 dan disetorkan sebagai setoran masa Desember 09. Tgl 27-Des09 Uraian Beban Gaji Beban Iuran Pensiun Hutang PPh Pasal 21 Hutang Iuran Pensiun Dr 550.000.00 0 15.000.000 35.000.000 Cr
30.000.000 500.000.00 Kas 0 Jurnal pembayaran gaji & pemotongan PPh pasal 21 Des 09
30.000.000
20.000.000 490.000.00 Kas 0 Jurnal pembayaran gaji & pemotongan PPh pasal 21 Jan 09 Sesuai ketentuan apabila pemotong menanggung PPh pasal 21 nya karyawan, maka PPh ditanggung tersebut merupakan pemberian dalam bentuk kenikmatan yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya fiskal.
Archiebald, BKP, adalah WP OP yang melakukan pekerjaan bebas sebagai konsultan pajak, dan memilih menyelenggarakan pembukuan. Pada tanggal 15 Juni 2009 menerima honor konsultasi yang diberikannya kepada PT. Calista sebesar Rp.50 juta. PT. Calista memotong PPh pasal 21 sesuai ketentutan. Bagaimana jurnal yang dibuat oleh PT. Calista dan Archiebald ? Jurnal PT. Calista Sesuai ketentuan PT. Calista harus memotong PPh pasal 21 atas penghasilan yang dibayarkan kepada tenaga ahli dengan tarif pasal 17 UU PPh diterapkan atas 50% dari penghasilan bruto Tgl 15-Jun09 Uraian Beban Jasa Tenaga Ahli Hutang PPh Pasal 21 Dr 50.000.0 00 Cr
1.250.00 0 48.750.0 Kas 00 Jurnal pembayaran honor konsultan Jurnal Archiebald PPh pasal 21 yang dipotong PT. Calista bersifat tidak final sehingga dapat dikreditkan terhadap PPh terutang dalam SPT Tahunan PPh oleh Archiebald. Oleh karena itu, pemotongan PPh pasal 21 oleh PT. Calista dibukukan sebagai pembayaran dimuka PPh. Tgl 15-Jun09 Uraian Dr 48.750.0 00 1.250.00 0 Cr
Kas UM PPh Pasal 21 Pendapatan 50.000.0 Jasa 00 Jurnal penerimaan pendapatan jasa
Contoh Norma
Penerima
Penghasilan
Menggunakan
Pada contoh 4, bagaimana jurnalnya jika Archiebald memilih menggunakan norma penghitungan penghasilan netto ? Pembahasan : Pasal 14 ayat 2 dan ayat 3 UU PPh mengatur bahwa Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Wajib Pajak tersebut wajib menyelenggarakan pencatatan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Dengan demikian WP tersebut tidak wajib menyelenggarakan pembukuan, sehingga tidak perlu melakukan jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi usahanya.
nya. Demikian pula Archiebald wajib menggabungkan penghasilannya dari pekerjaan dengan penghasilan dari usaha konsultannya dan menghitung PPh terutang nya. Jurnal Untuk itu, perlu bagi Archiebald untuk membukukan penghasilan dari pekerjaanya dan PPh pasal 21 yang dipotong pemberi kerja. Penghasilan dari pekerjaan tersebut dilaporkan di bagian Pendapatan Dari Luar Usaha dalam laporan laba rugi. Tgl 25-Jan09 Uraian Dr 10.000.0 00 750.000 Cr
Kas UM PPh Pasal 21 Pengh Dari 9.250.0 Pekerjaan 00 Jurnal penerimaan gaji dari PT. Calista
Dr 10.000.0 00 1.000.00 0
Cr
200.000
Tgl 31-Des09
Uraian
Beban Sewa Sewa Dibayar 3.333.33 Dimuka 3 Jurnal penyesuaian utk mengakui beban sewa 2009 (1 bulan)
Dr 3.333.33 3
Cr
Jurnal Roslina Rent Car Tgl Uraian 01-Des09 Kas UM PPh Pasal 23 PPN Keluaran Pendapatan Sewa Diterima Dimuka
Dr 10.800.0 00 200.000
Cr
1.000.00 0 10.000.0 00
Tgl 31-Des09
Dr 3.333.3 33
Cr 3.333.3 33
Dr 11.000.0 00
Cr
200.000 10.800.0 00
Dr 10.800.0 00
Cr
Cr
200.000 11.000.0 00
Dr 10.204.0 81 1.020.40 8
Cr
204.082 11.020.4 07
Sesuai SE 53/PJ./2009, PPh pasal 23 dikenakan dari jasanya saja dan tidak termasuk pengadaan bahannya. Sementara itu PPN dikenakan dari penyerahan barang & jasa kena pajak. Jurnal PT. Calista Tgl Uraian 5-Mei-09 Beban Jasa Desain PPN Masukan Hutang PPh Pasal 23 Kas
Dr 6.000.000 600.000
Cr
100.000 6.500.000
Dr 6.000.0 00 600.000
Cr
120.000 6.480.0 00
Uraian
Beban PPh Final Pasal 4 (2) PPN Keluaran Pendapatan Sewa Diterima Dimuka
Dr 50.000.0 00 5.000.00 0
Cr
5.000.00 0 50.000.0 00
Penghasilan dari pengalihan tanah dan atau bangunan dikenakan PPh final. PPh final tersebut dikenakan tidak dengan jalan pemotongan tetapi penerima penghasilan membayar sendiri PPh final tersebut. Perlu diperhatikan pula bahwa secara komersial, WP mengakui laba dari penjualan hartanya. Tetapi karena atas penjualan harta tersebut telah dikenakan PPh final, maka keuntungan penjualan harta tersebut tidak perlu dikenakan PPh lagi. Jurnal Mustafid Tgl Uraian 10-Jun09 Kas Akumulasi Penyusutan Gedung Gedung Keuntungan Jual Gedung
Jurnal penjualan gedung
Dr 1.000.000.0 00 250.000.00 0
Cr
750.000.0 00 500.000.0 00
Tgl 10-Jun09
Dr 50.000.0 00
Cr 50.000.0 00
Dr 1.100.000.0 00
Cr 100.000.00 0 1.000.000.0 00
500.000.00 0 500.000.00 0
Tgl 10-Jun09
Dr 50.000.000
Cr
50.000.000
D. PPh Pasal 22
Peraturan perpajakan mengatur penunjukan badan-badan tertentu sebagai pemungut PPh pasal 22 atas transaksi tertentu, sbb : 1. Impor Barang a. Bank Devisa b. Bendaharawan Ditjen BC
2.
Pembelian Barang a. Ditjen Perbendaharaan, Bendaharawan Pemerintah b. BUMN / BUMD yang dananya dari APBN / APBD c. BUMN tertentu yang dananya baik dari APBN/APBD maupun non APBN/APBD d. Industri kehutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan atas pembelian dari pedagang pengumpul. Penjualan Produk di Dalam Negeri a. Industri Baja, Semen, Kertas, Otomotif, Produk Pertamina. b. Penjual barang sangat mewah.
3.
Pembahasan ini akan lebih menekankan transaksi yang dilakukan WP dengan instansi pemerintah / BUMN.
Contoh 11.a
PT. Calista (PKP) bergerak dibidang pengadaan peralatan kantor. Pada tgl. 15 Juli 2009 menyerahkan barang senilai Rp.50 juta kepada Ditjen Pajak. Bendaharawan Ditjen Pajak melakukan pembayaran pada tanggal 25 Juli 2009. Disamping memungut PPh pasal 22, Bendaharawan Ditjen Pajak juga wajib memungut PPN. PT. Calista baru menerima SSP bukti setoran PPh pasal 22 dan PPN pada tanggal 8 Agustus 2009. Jurnal PT. Calista Tgl 15-Jul-09
Uraian
Dr 55.000.0 00
Cr 5.000.00 0 50.000.0 00
25-Jul-09
Ka s Piutang Dagang
49.250.0 00 49.250.0 00
08-Agust09
Contoh 11.b
Bagaimana halnya jika PT. Calista pada contoh 11.a diatas melakukan penyerahan bukan ke bendaharawan pemerintah tetapi ke BUMN tertentu. Pembahasan Berbeda dengan contoh 11.a, dalam hal ini BUMN tidak berhak memungut PPN, sehingga PPN dipungut rekanan. Tgl 15-Jul-09 Uraian Piutang Dagang PPN Keluaran Penjualan
Jurnal penjualan kepada BUMN
Dr 55.000.0 00
Cr 5.000.00 0 50.000.0 00
25-Jul-09
Ka s Piutang Dagang
54.250.0 00 54.250.0 00
08-Agust09
750.000 750.000
E. PPN
Obyek PPN Pasal 4 UU PPN : a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. b. impor Barang Kena Pajak. c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atau f. ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
Pasal 16 C UU PPN : Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. Pasal 16 D UU PPN : Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan. Mekanisme Pemungutan PPN Indirect Substraction Method Mekanisme ini berlaku untuk obyek PPN pasal 4 huruf a, c, f & pasal 16 D, dimana PKP wajib memungut PPN atas penyerahan BKP / JKP atau ekspor yang dilakukannya (Pajak Keluaran). Selanjutnya PPN yang dipungut tersebut wajib disetorkan ke kas negara setelah dikurangi PPN yang dibayarkannya (PPN Masukan) pada saat perolehan BKP, JKP, Impor dll. Self Imposition Method Mekanisme ini berlaku untuk obyek PPN pasal 4 huruf b, d, e & pasal 16 C, dimana pihak yang melakukan kegiatan/transaksi tersebut wajib memungut, menyetor dan melaporkan sendiri.
Contoh 12
Berikut ini disajikan data PPN Keluaran & PPN Masukan PT. Calista untuk masa Januari 09 s.d. Mei 09. Buatlah jurnal yang harus dilakukan untuk mengakui kurang (lebih) bayar setiap masa. Kurang (lebih)
Masa Jan-
PK
PM
10
Pembahasan PPN yang kurang bayar disuatu masa harus disetorkan, sedangkan PPN yang lebih bayar dapat dikompensasi ke masa berikutnya atau di restitusi. Jurnal Tgl 10-Feb09 Uraian PPN Keluaran PPN Masukan Kas Dr 50.000.0 00 Cr 30.000.0 00 20.000.0 00
Tgl 12-Mar09
Dr 45.000.0 00 5.000.00 0
Cr
50.000.0 00
Tgl 15-Apr09
Uraian PPN Keluaran PPN Masukan Lebih Bayar PPN Feb 09 Kas
Dr 55.000.0 00
Tgl 12-Mei09
Dr 30.000.0 00 10.000.0 00
Cr
40.000.0 00
Tgl 15-Jun-
Dr 35.000.0
Cr
11
09 Lebih bayar PPN Mei 09 PPN Masukan Lebih Bayar PPN Apr 09
Contoh 13
PT. Calista melakukan penyerahan BKP kepada PT. Azzam pada tanggal 15 Mei 09 dan telah mengirimkan invoice senilai Rp.10 juta, tetapi PT. Calista belum menerbitkan FP. FP baru diterbitkan pada tanggal 30 Juni 2009. Tgl 15-Mei09 Uraian Piutang Dagang PPN Belum difakturkan Penjualan Dr 11.000.0 00 Cr 1.000.00 0 10.000.0 00
Tgl 30-Jun09
Dr 1.000.0 00
Cr 1.000.0 00
12