Anda di halaman 1dari 2

Perubahan Eksistensi DNA virus Epstein-Barr (EBV) dan Ekspresinya untuk Memantau Efektivitas Radioterapi dan Kemoterapi pada

Penderita Karsinoma Nasofaring (KNF) dengan Memperhatikan Variasi Genetik yang Menentukan Prognosis Penyakit dan Hasil Terapi
Staff Students Sponsors Email contact : Purnomo Soeharso, R. Susworo and Dwi Anita Suryandari :: DIKTI-Hibah Pasca Sarjana 2007 : psoeharso@yahoo.com, anitabio@yahoo.co.uk

Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang termasuk dalam famili Herpesvirus yang menginfeksi lebih dari 90 % populasi manusia di seluruh dunia dan merupakan penyebab infeksi mononukleosis. Infeksi EBV berasosiasi dengan beberapa penyakit keganasan jaringan limfoid dan epitel seperti limfoma Burkitt, limfoma sel T, Hodgkin disease, karsinoma nasofaring (KNF), karsinoma mammae dan karsinoma gaster. KNF adalah neoplasma epitel nasofaring yang sangat konsisten dengan infeksi EBV. Infeksi primer pada umumnya terjadi pada anak-anak dan asymptomatik. Infeksi primer dapat menyebabkan persistensi virus, dimana virus memasuki periode laten di dalam limfosit B memori. Periode laten dapat mengalami reaktivasi spontan ke periode litik dimana terjadi replikasi DNA EBV, transkripsi dan translasi genom virus, dilanjutkan dengan pembentukan (assembly) virion baru dalam jumlah besar sehingga sel pejamu (host) menjadi lisis dan virion dilepaskan ke sirkulasi. Sel yang terinfeksi EBV mengekspresikan antigen virus yang spesifik untuk masing-masing periode infeksi. EBV mempunyai potensi onkogenik mengubah sel yang terinfeksi menjadi sel ganas. Pada penderita KNF, DNA EBV selain dapat ditemukan pada jaringan (biopsi) tumor juga dapat dideteksi dalam sirkulasi (plasma/serum) dan sel darah penderita KNF. Raditerapi dan kemoterapi merupakan terapi standar dalam penanganan KNF. Lebih kurang 80 % penderita KNF pada stadium awal (stadium I dan II) dapat mencapai remisi sempurna setelah mendapat radioterapi.. Namun demikian rekurensi setelah radioterapi dan kemoterapi dihentikan masih merupakan kendala dalam pengobatan KNF. Penelitian ini merupakan penelitian prospektif yang bertujuan untuk mengetahuibefektivitas radioterapi dan kemoterapi pada penderita karsinoma nasofaring dengan mendeteksi perubahan eksistensi DNA EBV dan ekspresi gen laten maupun gen litik EBV di dalam jaringan (biopsi) tumor, plasma/ serum dan sel darah penderita KNF yang mendapat radioterapi dan kemoterapi. Deteksi DNA EBV, ekspresi gen laten dan gen litik EBV dilakukan dengan teknik nested PCR dan RT-pcr. Perubahan DNA EBV dan perubahan ekspresi gen tersebut di dalam jaringan tumor, plasma/ serum dan sel darah penderita KNF yang mendapat radioterapi dan kemoterapi. Deteksi DNA EBV, ekspresi gen laten dan gen litik EBV dilakukan dengan teknik nested PCR dan RTPCR. Perubahan DNA EBV dan perubahan ekspresi gen tersebut di dalam jaringan tumor, plasma/ serum dan sel darah setelah terapi memberi peluang penggunaan DNA/ EBV dan transkripnya (RNA EBV) sebagai marka/ penanda yang sensitif untuk memantau status patologi dan keberhasilan terapi KNF. Variasi genetik host juga sangat mungkin berpengaruh pada suseptibilitas individu terhadap infeksi EBV dan patogenesis KNF, sehingga berimplikasi pada prognosis penyakit dan hasil terapi KNF. Beberapa gen yang telah diketahui terkait dengan patologi KNF adalah gen PIGR dan gen reseptor sel T (TCR). Gen PIGR mengekspresikan protein yang memediasi translokasi virus ke sel target seperti epitel nasofaring dan limfosit B. Mutasi gen PIGR 1793C T telah terbukti berasosiasi dengan kerentanan individu terhadap KNF pada etnis tertentu. Gen TCR mengekspresikan reseptor antigen pada permukaan limfosit T. Limfosit T berperan penting dalam mekanisme imunologik untuk mengeliminasi sel terinfeksi yang mengekspresikan antigen virus dipermukaannya, sehingga menghambat transformasi sel menjadi maligna. Varian TCR telah dideterminasi sebagai alel yang menentukan genotip limfosit T. Genotip sel T berimplikasi pada

fungsi sel T dalam reaksi seluler melawan tumor, sehingga sangat mungkin berasosiasi dengan patogenesis KNF. Dalam penelitian ini mutasi gen PIGR 1793C T akan dideteksi denga PCRRFLP menggunakan enzim restriksi Hgal, sedangkan polimorfisme (alel) TCR juga akan dideterminasi dengan PCR-RFLP menggunakan enzim restriksi Bgl II. Mutasi gen PIGR 1973C T dan genotip TCR dapat diduga merupakan faktor predisposisi yang akan menentukan prognosis KNF dan hasil terapinya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipromosikan sebagai metoda yang sensitif untuk memantau statua patologi dan terapi KNF dengan memperhatikan dan mempertimbangkan variasi genetik gen PIGR dan TCR sebagai faktor prediposisi yang dapat menentukan prognosis penyakit dan hasil terapi KNF pada populasi Indonesia yang sangat heterogen.

Anda mungkin juga menyukai