Anda di halaman 1dari 102

PERGESERAN BUDAYA LOKAL PADA PERAYAAN PERNIKAHAN

(Studi pada Nyambai Muli Mekhanai ke Resepsi di Ranau)











SKRIPSI




Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
Sarjana Sosiologi



Oleh:

Ruly Manende

07720015



Pembimbing:
Napsiah S.Sos, M.Si


PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011











MOTTO


Masa muda adalah musim bunga dari hidup, maka
gunakanlah masa mudamu untuk berkarier dan berkarya






PERSEMBAHAN




Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Allah SWT yang telah memberikan segala kenikmatan dan hidayahNya sehingga
menunjukkan jalan terbaik, memberikan nikmat kesehatan dan ilmu pengetahuan.

Ayahanda (Teguh Alamsyah) dan Ibunda (Islamiah, A.ma) tercinta yang selalu
menyayangiku, memberikan semangat, dan doa. Pengorbanan kalian yang tak
berujung adalah sumber kebahagian dalam menjalani hidup.

Kakakku (Rolio Rolando) dan Adik-adikku tercinta (Resa Rendyka dan Ray Rivandy)
yang selalu memberi keceriaan selama ini.

Sahabat-sahabat dan teman-teman yang telah memberikan semangat, motivasi dan
bantuan selama ini.

Almamaterku, Nusa, Bangsa, Negara dan Agama.



KATA PENGANTAR





, - '' ' ' ' - - = ' . , ' - - ' ' , - - ` - ' = ` -' ` -' .
' ' = - = ' = , . ', - - - - = - - = - + - ' = - ` - - - ` ' ` - + - . - '


Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya kepada penulis dalam mengarungi proses pembelajaran akademik di
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan sekalian alam Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang penuh hidayah dan penuh
dengan ilmu pengetahuan. Karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul Pergeseran Budaya Lokal
Pada Perayaan Pernikahan (Studi Pada Nyambai Muli-Mekhanai ke Resepsi di
Ranau). Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana Sosiologi pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan Skripsi ini
tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu sudah
sewajarnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dudung Abdurrahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Humaniora.



2. Bapak Dadi nurhaedi, S,Ag. M.Si selaku Ketua Prodi sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan humaniora.

3. Ibu Sulistiyaningsih, S.Sos., M.Si, selaku PA SosiologI 07 Fakultas Ilmu

Sosial dan Homaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Ibu Napsiah S.Sos, M.Si selaku Dosen pembimbing Skripsi yang dengan
sabar memberikan bimbingan dan arahan demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan humaniora.

6. Ayahanda tercinta, Ibunda tercinta yang sangat kusayangi dan kakakku

(Rolio Rolando), adik-adikku (Resa Rendyka dan Ray Rivandy) terima
kasih atas doa, semangat, pengorbanan serta kasih sayangnya.
7. Ibu Salamah (Sesepuh Marga Ranau), Bapak Bahusi (Tokoh Adat Marga
Ranau), Bapak Anas Winardi (Tokoh Masyarakat Ranau), Bapak
Syafrudin Fii (Tokoh Adat Marga Ranau), Bapak Milwanto (Tokoh
Masyarakat Ranau), Bapak Bustan (Tokoh Masyarakat Ranau), Bapak
Saylendra (Tokoh Masyarakat Ranau), Bapak Bahori (Tokoh Masyarakat
Ranau) saya ucapkan terima kasih atas semua informasi yang diberikan
dalam pelaksanaan penelitian ini.
8. Segenap teman-teman, pemuda-pemudi Kecamatan Buay Pematang Ribu

Ranau Tengah, khususnya Desa Sukabumi. Terima kasih atas segala
bantuan kalian semua baik berupa materi maupun sumbangan pikiran
untuk penelitian skripsi ini.









HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

SURAT PENGESAHAN SKRIPSI
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI
HALAMAN MOTTO
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3

C. Tujuan dan Manfaaat penelitian ......................................................... 3

D. Telaah Pustaka ................................................................................... 5

E. Landasan Teori ................................................................................... 7

F. Metode Penelitian ............................................................................... 10

G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 14


BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis Daerah Penelitian ....... 16

B. Sejarah Asal Penduduk Marga Ranau 18

C. Penduduk dan Mata Pencaharian ... 25

D. Kehidupan Sosial Budaya 26

E. Keagamaan .... 30

F. Bahasa .. 31



BAB III PROSESI PERAYAAN PERNIKAHAN

A. Nyambai Muli-Mekhanai . 33

B. Tujuan Pelaksanaan Perayaan .. 34

C. Waktu dan Tempat .... 35



D. Kegiatan Perayaan .... 36

1. Konsep Acara Nyambai Sebelum Adanya Pergeseran .................... 36

2. Pergeseran Nyambai Muli-Mekhanai padaTahun 1990-2000an .... 39

3. Pergeseran Nyambai menjadi Resepsi2005-Sekarang ............... 40

BAB IV BERGESERNYA MALAM PERAYAAN PERNIKAHAN
NYAMBAI MULI-MEKHANAI MENJADI RESEPSI
A. Masyarakat yang Terlibat Dalam menjalankan Perayaan pernikahan .. 44
1. Tokoh Adat..................................................................................... 44

2. Ulama ............................................................................................. 45

3. Bapak-bapak dan Ibu-ibu pihak keluarga besar ............................... 45

4. Masyarakat Umum ......................................................................... 46

5. Para Pemuda dan Pemudi................................................................ 46

B. Bentuk Pergeseran Budaya Nyambai muli-Mekhanai Menjadi Resepsi.. 46

1. Prosesi Acara ................................................................................. 49

2. Pakaian .......................................................................................... 50

3. Tempat Pelaksanaan....................................................................... 50

4. Undangan....................................................................................... 51

C. Faktor Penyebab Pergeseran................................................................... 51

1. Pengaruh Globalisasi...................................................................... 52

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ........................... 54

3. Tingkat Pendidikan ........................................................................ 56

4. Masuknya Budaya Luar ................................................................. 56

D. Respon Masyarakat Terhadap Pergeseran.............................................. 59

E. Dampak Pergeseran Bagi Masyarakat.................................................... 63


BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 67
B. Saran-Saran............................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 70

LAMPIRAN-LAMPIRAN



PERGESERAN PERAYAAN PERNIKAHAN NYAMBAI MULI-
MEKHANAI MENJADI RESEPSI

Oleh :

RULY MANENDE
07720015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pergeseran budaya yang terjadi
pada perayaan pernikahan Nyambai Muli-Mekhanai menjadi Resepsi. Pelaksanaan
penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana proses pergeseran yang
terjadi serta faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya pergeseran pada
perayaan pernikahan Nyambai Muli-Mekhanai.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu
menggambarkan apa adanya yang terjadi di lapangan yang didasarkan pada fakta
yang ada. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori daur-ulang (cyclical
theory) yang dikemukan oleh Stewart dan Glynn sebagai alat untuk menganalisis.
Masyarakat Ranau digunakan sebagai objek kajian. Demi hasil yang objektif,
teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
dokumentasi, dan kemudian dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif.

Adanya pergeseran yang terjadi pada upacara perayaan pernikahan
Nyambai Muli-Mekhanai yang terjadi di era globalisasi dapat dilihat dari respon
masyarakat yang hanya merespon dengan sikap biasa saja. Sebagian besar hanya
sekedar memberikan apresiasi dengan alasan yang rasional yaitu sebagai gaya
hidup (life style). Akan tetapi sebagian kecil merespon dengan tindakan yang
rasional yaitu tetap mempertahankan ciri khas dan kekhasanahan budaya yang
terdapat dalam upacara perayaan pernikahan Nyambai-Muli Mekhanai.


Kata kunci : Nyambai Muli-Mekhanai, Resepsi, Life Style, Globalisasi.



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan merupakan hal yang sakral di dalam masyarakat, karena
dengan pernikahan maka akan terbentuklah sebuah keluarga. Sebagi rasa
syukur dan bahagia biasanya di dalam masyarakat tidak saja dilakukan ijab
kabul sebagai tanda resminya hubungan dua manusia yang bukan muhrimnya
namun dapat bersatu, tetapi juga disimbolkan dengan adanya perayaan
pernikahan. Setiap masyarakat mempunyai tata cara sendiri untuk merayakan
pernikahan, mulai dari masyarakat yang tradisonal sampai pada masyarakat
yang modern. Selain itu dengan adanya perayaan pernikahan juga
menunjukkan status sosial ekonomi seseorang. hal ini dapat terlihat pada
besar-kecilnya, atau modern tradionalnya acara itu di gelar.
Di masyarakat Ranau juga terdapat perayaan pernikahan. Acara

pernikahan ini disebut dalam masyarakat lokal adalah malam Nyambai Muli
Mekhanai (pesta muda-mudi), malam dimana bertemunya muda-mudi yang
berusaha menghibur kedua mempelai dengan cara melempar selendang yang
di iringi musik (tape), bagi yang mendapatkan selendang maka mereka akan

disidang dan mendapatkan hukuman berupa melantunkan sebuah lagu tanpa
diiringi oleh musik, teka-teki atau acara lain yang berdasarkan kesepakatan
bersama dalam menetukan jenis hukuman yang bersifat menghibur. Pada
perayaan ini juga para muda-mudi menggunakan pakaian adat, dimana
perempuan menggunakan kebaya dan laki-laki menggunakan kain tajung


1



(sarung yang dipakai sebatas lutut), mereka memberikan hiburan sebagai

tanda bahwa rasa gembira juga mereka rasakan dalam acara pernikahan itu.
Malam pesta muda-mudi (nyambai muli mekhanai) ini dilakukan dengan
duduk lesehan, dimana posisi perempuan berhadapan-hadapan dengan laki-
laki. biasanya makan-makanan kecil disediakan, namun untuk tidak
menganggu maka makan-makanan kecil tersebut diadakan sebelum acara
dimulai. Karena acara ini bersifat hiburan, maka hiburan bagi masyarakat
ranau adalah remaja, tanpa melibatkan orang tua didalamnya.
1

Pada malam perayaan ini merupakan hal yang sangat dinanti oleh para
muda dan mudi, karena pada malam inilah mereka bisa saling berkomunikasi
satu sama lain dengan cara yang unik yaitu bersurat-suratan (perang pena),
2
dimana hal tersebut dimulai dari para laki-laki yang kemudian melalui
pengantar (pos) yang telah ditunjuk oleh panitia memberikan surat kecilnya
untuk ditujukan kepada perempuan yang ia sukai, maka si perempuan pun
membalas surat tersebut sehingga mereka telah memulai komunikasi satu
sama lainnya. Tidak menutup kemungkinan dari surat kecil tersebut para

muda dan mudi yang akhirnya menjalin hubungan (berpacaran).

Tradisi seperti diuraikan di atas nampaknya mulai bergeser hal ini
diindikasikan, dalam beberapa tahun belakangan ini ( 2005 - sekarang) tidak
lagi dijumpai acara malam pesta muda-mudi (nyambai muli-mekhanai).


1
Lihat buku yang ditulis oleh Hilman Hadikusuma dan kawan-kawan, yang berjudul
Adat Istiadat Daerah Lampung. Dalam buku ini di sebutkan beberapa macam proses tata cara
pernikahan mulai dari tahap sebelum pernikahan sampai pada proses pelaksanaannya.
2
Pesan yang ditulis melalui secarik kertas kemudian di antarkan oleh pengantar (orang
yang telah ditentukan sebagai pengantar dalam acara tersebut) pada orang yang disenangi, maka
terjadilah suatu proses interaksi sosial antara pemuda dan pemudi.

2



Keluarga yang akan melangsungkan pernikahan merayakannya dengan cara

resepsi yang sudah dimodifikasi sehingga tidak lagi menunjukkan cara-cara
lama. Hal ini terlihat bahwa resepsi dilakukan pada malam atau siang hari,
dan diikuti oleh semua anggota masyarakat, seperti Ibu-ibu, Bapak-bapak,
remaja, bahkan masyarakat diluar kampung. Undangan yang dibuat sudah
menggunakan undangan secara tertulis berupa undangan resmi, demikian juga
tempat duduk juga sudah menggunakan kursi dan tenda-tenda, sehingga
hidangan juga bersifat prasmanan. Dengan resepsi seperti ini telah
menunjukkan adanya pergeseran dalam perayaan pernikahan.



B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang menjadi dasar penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengapa terjadi pergeseran tentang perayaan pernikahan pada masyarakat

Ranau?

2. Faktor apa yang mempengaruhi perubahan tersebut?

3. Bagaimana proses terjadinya perubahan?




C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan banyaknya ilmu pengetahuan dan sangat bervariasinya
kebutuhan akan hasil penelitian, maka suatu penelitian dengan sendirinya







3



akan berkaitan dengan permasalahan yang dapat bervariasi dengan berbagai

macam tujuan.
3


Kajian pergeseran tentang perayaan pernikahan dalam kehidupan
sosial. Melalui kajian ini diharapkan dapat mengetahui berbagai macam
gejala-gejala sosial yang dapat mempengaruhi berubahnya budaya
masyarakat setempat. Bagaimana corak budaya masyarakat setempat,
merupakan bahan kajian yang menarik, baik untuk perkembangan ilmu
pengetahuan maupun bagi perumusan kebijakan-kebijakan dalam rangka
pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional.
Adapun tujuan penelitian antara lain:

1. Untuk mengetahui mengapa terjadi pergeseran

2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan pergeseran

3. Untuk mengetahui bagaimana proses pergeseran kebudayaan

Merujuk pada tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini sekurang-
kurangnya diharapkan dapat memberikan dua kegunaan, yaitu :
1. Manfaat teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong
perkembangan ilmu pengetahuan tentang perubahan sosial, khususnya
yang terkait dengan pengaruh budaya globalisasi terhadap budaya lokal.
2. Manfaat praktis, dapat memberikan masukan yang berarti terhadap budaya

lokal dalam pergeseran ke arah yang lebih baik akibat globalisasi.








3
Gusti Ngurah Agung, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1992), hlm. 1.

4



D. Telaah Pustaka

Penelitian tentang adat dan budaya pernikahan sudah banyak
dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Ada beberapa penelitian yang relevan
sebagai telaah pustaka sehingga bisa dirujuk. Penelitian tersebut adalah :
Buku yang ditulis oleh Hilman Hadikusuma dan kawan-kawan, yang
berjudul Adat Istiadat Daerah Lampung.
4
Dalam buku ini memuat tentang
berbagai macam adat istiadat daerah lampung serta kehidupan sosial
masyarakat lampung, namun jika dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu
berupa tentang perubahan yang terjadi.
Sebuah buku yang di tulis oleh Azami dan kawan-kawan, yang
berjudul Adat dan Perkawinan Daerah Sumatera Barat.
5
Dalam buku ini
memuat tentang adat dan upacara perkawinan mulai dari pemilihan jodoh,
bentuk perkawinan, upacara peminangan, pelaksanaan upacara dan adat yang
berlaku setelah perkawinan di daerah Sumatera Barat. Jika penelitian yang
akan dilakukan yaitu tentang perubahan yang terjadi pada masa sekarang ini,
sedangkan dalam buku ini menuliskan tentang Proses Budayanya.
Sebuah buku yang di tulis oleh Berthyin Lakebo dan kawan-kawan,
yang berjudul Adat dan Perkawinan Daerah Selawesi Tenggara.
6
Dalam buku
ini memuat tentang adat sebelum perkawinan, upacara perkawinan, dan adat
sesudah perkawinan. Ada kesamaan terkait dengan penelitian yang akan


4
Hilman Hadikusuma dkk, Adat Istiadat Daerah Lampung. (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1983).
5
Azami dkk, Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sumatera Barat. (Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1997).
6
Berthyn Lakebo dkk, Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sulawesi Tenggara.
(Jakarta: PN Balai Pustaka, 1979).

5



dilakukan, yaitu tentang Budaya Perkawinan. Perbedaannya adalah, jika

penelitaian yang akan dilakukan yaitu tentang perubahan yang sedang terjadi,
sedangkan dalam buku ini sama dengan buku yang di atas yaitu tentang
proses kebudayaannya.
Buku yang ditulis oleh Wiwik Pertiwi dan Wisnu Subagijo, yang
berjudul Pandangan Generasi Muda Terhadap Upacara Perkawinan Adat Di
Kota Ujung Pandang.
7
Dalam buku ini membahas tentang gambaran atau
deskripsi tentang keadaan generasi muda yang berkaitan dengan pengetahuan,

sikap, kepercayaan dan perilaku generasi muda dalam ruang lingkup budaya
tradisional. Dalam buku ini juga terdapat kesamaan terkait dengan penelitian
yang akan dilakukan, yaitu merupakan penelitian tentang Perkawinan. Namun
perbadaannya adalah, dalam buku ini lebih merumuskan tentang pandangan
generasi muda terhadap budaya tradisional. Sedangkan penelitian yang
dilakukan yaitu tentang perubahan sosialnya.
Buku yang di tulis oleh Thomas Wiyasa Bratawidjaja, yang berjudul
Upacara Perkawinan Adat Sunda.
8
Dalam buku ini berisi tentang persiapan
perkawinan, upacara, syair dalam perkawinan, serta tata rias pengantin sunda.
Dalam buku ini merupakan sebuah proses kebudayaan sunda tentang
perkawinan, yaitu mulai dari persiapan sebelum perkawinan sampai pada
akhir dari kegiatan perkawinan tersebut. Sedangkan penelitian yang akan


7
Wiwik Pertiwi Y dan Wisnu Subagijo, Pandangan Generasi Muda Terhadap Upacara
Perkawinan Adat Di Kota Ujung Pandang. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
1998).
8
Thomas Wiyasa Bratawidjaja, Upacara Perkawinan Adat Sunda. (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2002).



6



dilakukan yaitu merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam peroses

perkawinan.




E. Landasan Teori

Perubahan sosial menunjuk pada perubahan aspek-aspek hubungan
sosial, pranata-pranata masyarakat, dan pola perilaku kelompok. Beberapa
pakar antropologi berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian
dari perubahan kebudayaan. Secara empiris, sangat tidak mudah untuk
memilah antara perubahan kebudayaan dan perubahan sosial. Ini
menunjukkan betapa tidak terpisahkannya antara masyarakat dan kebudayaan
mereka. Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan, dan tidak ada kebudayaan
tanpa masyarakat.
Teori-teori tentang perubahan sosial, umumnya menaruh perhatian

pada arah dan wujud perubahan. Menurut Stewart dan Glynn, ada beberapa
pandangan tentang perubahan social, yaitu Teori daur ulang (cyclical theory),
Teori garis lurus (Linear Theory)
Suatu tahap tertentu, dapat dilalui berulang-ulang. Menurut Stewart
dan Glynn, teori dinamika sosial dan kebudayaan yang dikembangkan Pitirin
Sorokin, mengemukakan bahwa masyarakat berkembang malalui tahap-tahap
yang masing-masing di dasarkan pada suatu system kebenaran. Pada tahap
pertama dasarnya adalah kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indera







7



manusia, tahap ketiga dasarnya adalah kebenaran, yang merupakan perpaduan

antara hasil penalaran dengan kemampuan indera manusia.
9


Sedangkan menurut teori garis lurus, perkembangan masyarakat dan
kebudayaannya akan mengikuti suatu evolusi dengan sendirinya yang
berbentuk garis lurus. Dan bahwa perubahan sosial secara evolusioner selalu
menuju keadaan yang lebih baik.
Di Ranau acara pernikahan juga mengalami perubahan secara lambat
namun menunjukkan kepastian, hal ini terjadai karena masyarakat tidak serta
merta menunjukkan perubahan namun lewat fase-fase yang terstruktur,
seperti halnya masyarakat mengalami peningkatan pendidikan, ekonomi serta
masuknya teknologi, begitupun juga pada sektor sosial kebudayaan, maka
perubahan yang mendasar pada pernikahan juga terjadi. Hal ini tentunya tidak
terlepas dari sikap masyarakat yang mengkonstruksi pernikahan sedemikian
rupa, sehingga secara perlahan tampak bahwa perubahan pun telah mulai
dirasakan oleh masyarakat Ranau. Dimana pada masa sebelumnya acara
perkawinan masih berdasarkan pada adat dan budaya yang telah ditinggalkan
oleh nenek moyang sebelumnya, namun sekarang hal tersebut sudah tidak
dipakai lagi, melainkan telah memakai cara yang sangat berbeda.
Selain meneropong arah dan polanya, teori-teori perubahan sosial juga

membahas tentang penyebab, pendorong, dan kendala perubahan sosial.
Beberapa sumber yang berasal dari dalam masyarakat diantaranya, dinamika
kependudukan, penemuan-penemuan baru. Penambahan dan pengurangan

9
Mudjia Raharjo, Sosiologi Pedesaan, Studi Perubahan Sosial, (UIN Malang Press,
2007), hlm. 29-30.

8



penduduk dalam suatu masyarakat akan mendorong perubahan sosial, karena

menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan pranata masyarakat.
Penemuan-penemuan baru yang diterapkan dan menyebar kesemua kawasan
dan lapisan masyarakat dapat menimbulkan perubahan sosial. Perubahan
sosial dalam hal ini ada beberapa tahapan yaitu tahap discovery, tahap
invention, tahap adopsi dan difusi.
Pada tahap discovery, berlangsung penemuan dari suatu unsur
kebudayaan yang baru, baik berupa alat maupun gagasan baru yang
diciptakan oleh masyarakat yang bersangkutan. Apabila suatu penemuan baru
sudah diakui, diterima, dan diterapkan oleh masyarakat, maka telah
memasuki tahap invention. Bila seorang individu mengakui, menerima dan
menerapkan suatu penemuan baru, maka disebut adopsi (proses memiliki).
Sedangkan apabila suatu penemuan baru menyebar ke berbagai kawasan dan
lapisan masyarakat, maka disebut difusi (proses menyebar).
Sedangkan beberapa faktor luar yang merupakan sumber perubahan
sosial adalah, faktor alam, dan faktor kebudayaan masyarakat lain. Misalnya,
bencana alam yang menimpa suatu masyarakat, maka mereka harus pindah ke
tempat lain. Di tempat yang baru, mereka harus menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungan alam yang baru.
Hubungan yang intensif antar masyarakat yang berbeda

kebudayaannya juga mengakibatkan perubahan sosial. Apabila kontak
kebudayaannya bersifat langsung dan timbal-balik, maka pengaruhnya juga
cenderung timbal-balik. Proses penerimaan kebudayaan asing oleh


9



kebudayaan masyarakat tertentu disebut akulturasi. Karena ada keterkaitan

erat antara perubahan kebudayaan dengan perubahan sosial, maka akulturasi
juga mengakibatkan perubahan-perubahan sosial.
10




F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu pedoman bagi seorang peneliti
agar tidak menyimpang dari prosedur ilmiah, yang bertujuan agar hasil
penelitian memiliki bobot ilmiah yang tinggi. Pada dasarnya sebuah
penelitian sosial dilakukan untuk memahami berbagai hal yang berkaitan
dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat.
11

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif, dan
berdasarkan jenisnya penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang
bermaksud mempelajari secara intensif tentang latar belakang, keadaan
sekarang dan suatu interaksi sosial, individu dan kelompok, serta lembaga
masyarakat.
12





1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tentang pergeseran pernikahan dari pesta muda-
mudi (nyambai muli-mekhanai) menjadi Resepsi dalam masyrakat Ranau.
Yaitu bertempat di Kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah. Kab,
OKU Selatan. Prov, Sumatera Selatan. Perlu untuk dikaji mengingat
10
Ibid. hlm. 36.
11
Bagong Suyanto, dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Kencana, 2005),
hlm. 165.
12
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta :
Bumi Aksara, 1996), hlm. 5.

10



kebudayaan masyarakat setempat belakangan ini memang sudah

mengalami pergeseran bahkan perubahan. Selain itu juga mengingat
bahwa kebudayaan di Ranau belum begitu dikenal oleh masyarakat luar.
Adapun hal-hal yang mendorong pemilihan tema pergeseran
terhadap perayaan pernikahan menjadi sasaran penelitian karena, Pertama,
karena adat dan upacara pernikahan akan tetap ada dalam suatu
masyarakat yang berbudaya. Walaupun dalam batasan waktu dan ruang
akan mengalami perubahan-perubahan, ia akan terus merupakan unsur
budaya yang dihayati dari masa ke masa. Kedua, karena adat dan perayaan
pernikahan merupakan unsur budaya yang dihayati dari masa ke masa
yang didalamnya terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang sangat luas
dan kuat, mengatur dan mengarahkan tingkah laku setiap individu dalam
suatu masyarakat.
Ketiga, di dalam membina kesatuan bangsa, adat dan upacara

pernikahan memegang peranan penting. Terjadinya pernikahan antar suku
bangsa maupun daerah, akan mempercepat proses kesatuan bangsa dalam
wujud yang sempurna. Keempat, dalam membina keluarga yang bahagia
lahir dan batin perlu diketahui dan dihayati adat dan budaya pernikahan,
karena tidak sedikit keluarga yang retak, dan salah satu sebabnya adalah
tidak diketahui dan dihayati tentang nilai-nilai luhur dari tujuan berumah
tangga, sebagaimana dilukiskan pada simbol-simbol dan tata-krama dalam
adat dan budaya pernikahan.





11



2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini di ambil dari masyarakat setempat. Karena
penelitian ini berkaitan dengan kebudayaan, maka yang paling utama yaitu
para Tetua Adat yaitu orang yang memegang tampuk kekuasaan dalam hal
adat-istiadat (Raja Adat), Orang yang berpengaruh terhadap orang di
sekelilingnya yaitu orang yang terpandang, Para pemuda dan pemudi yang
ada di daerah penelitian, serta para masyarakat setempat yang dianggap
perlu untuk kelengkapan data.



3. Teknik Pengumpulan Data

Data kalau digolongkan menurut asal sumbernya dapat dibagi
menjadi dua: ( 1 ) Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung
adari objek yang akan diteliti, ( 2 ) Data Sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu.
13

a. Data Primer

1. Observasi
Observasi merupakan salah satu cara untuk memperoleh data
yang langsung, terdiri perincian tentang kegiatan, perilaku, tindakan
orang-orang, serta juga keseluruhan kemungkinan interaksi
interpersonal, dan proses penataan yang merupakan bagian dari
pengalaman manusia yang diamati.
14





13
Opcit. hlm. 55.
14
Bagong Suyanto, dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial (Jakarta : Kencana, 2005),
hlm. 184.

12



2. Wawancara

Metode wawancara, merupakan suatu cara untuk
memperoleh data, namun berbeda dengan percakapan sehari-hari.
Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh keterangan , pendirian,
pendapat secara lisan dari seseorang (Responden ) dengan berbicara
langsung (Face to Face).
15
Dalam metode ini, menggunakan
wawancara bebas, tidak berstruktur, karena dalam perosesnya tidak
terikat oleh sistematika daftar pertanyaan, melainkan lazimnya hanya
terarahkan oleh pedoman wawancaara saja, sehingga pewawancara
bisa secara bebas mengembangkan wawancaranya. Adapun orang
yang akan diwawancarai yaitu para Tetua Adat (Raja Adat), Orang
yang berpengaruh terhadap orang di sekelilingnya, Para pemuda dan
pemudi, serta para masyarakat setempat yang dianggap perlu.



Adapun daftar informan sebagai berikut:

No Nama Usia Jabatan di Kampung
1 Salamah 71 Sesepuh
2 Bahusi 65 Tokoh Adat
3 Anas Winardi 43 Tokoh Masyarakat
4 Syafrudin Fii 48 Tokoh Adat
5 Milwanto 65 Tokoh Masyarakat
6 Saylendra 37 Tokoh Masyarakat


15
Ibid. hlm. 69.

13



7 Bustan 34 Tokoh Masyarakat
8 Bahori 35 Tokoh Masyarakat



b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
penelaahan terhadap dokumen tertulis. Dalam hal ini foto juga dapat
termasuk dalam dokumentasi, data yang diperoleh merupakan data yang
mendukung data primer yang diperoleh dilapangan.
16





G. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi penelitian ini disusun dengan sistematika
pembahasan yang terdiri dari lima bab, adapun rinciannya sebagai berikut:
Bab pertama (Bab I), berisi tentang latar belakang masalah penelitian,
perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka
teoritik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Dalam bab ini berisi
penjelasan tentang mengapa penelitian perlu dilakukan, kemudian juga
merupakan sebagai pijakan dan langkah awal untuk pembahasan selanjutnya.
Bab kedua (Bab II), berisi tentang gambaran umum letak geografis
lokasi penelitian, sejarah asal mulanya masyarakat Ranau khususnya tentang

budaya kearifan lokal.

Bab ketiga (Bab III), dalam bab ini akan membahas tentang gambaran
sosial dan budaya yang ada pada masyarakat Ranau. Mulai dari


16
Nasution, Metode Research Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 106.

14



kemunculannya hingga perkembangan sampai sekarang. Serta membahas

tentang pergeseran perayaan pernikahan dan perubahan yang terjadi.

Bab empat (Bab IV), Merupakan pembahasan dari hasil penelitian.

Bab lima (Bab V) merupakan penutup, yang berisi tentang kesimpulan
hasil penelitian dan saran-saran dari keseluruhan pembahasan skripsi.

















































15



BAB II


GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Daerah Penelitian
Kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah berada di daerah
administrasi Kabupaten OKU Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Dengan
rincian perbatasan sebagai berikut; sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Buay Rawas, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan
Warkuk Ranau Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan buay
sandang Aji, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banding
Agung. Kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah memiliki luas
wilayah 35,320 km2.
17


Kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah adalah pemekaran
dari kecamatan banding agung ranau. Yang dibagi menjadi empat kecamatan,
yaitu:
Kec. Banding Agung, dengan Ibu Kota banding agung

Kec. Mekakau Ilir, dengan Ibu Kota Teluk agung

Kec. Buay Pematang Ribu Ranau Tengah, dengan Ibu Kota Simpang Sender

Kec. Warkuk Ranau Selatan, dengan Ibu Kota Kota Batu

Penamaan suatu tempat seperti Kecamatan, Desa, maupun Kampung
didasari oleh sejarah daripada tempat tersebut. Misalnya kecamatan Buay
Pematang Ribu Ranau Tengah diambil dari nama marga Buay Pematang


17
Data dari kantor kecamatan, diambil tanggal 13 april 2011 jam 10:00 WIB.

16



Ribu sedangkan ranau tengah diambil dari letak secara geografis, karena

berada diwilayah bagian tengah.

Kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah terdiri dari 22 desa :

1. Desa Simpang sender

2. Desa Tanjung Kemala

3. Desa Suka marga

4. Desa Way Relay

5. Desa Subik

6. Desa Jepara

7. Desa Hangkusa

8. Desa Sukarami

9. Desa Simpang sender timur

10. Desa Simpang Sender Tengah

11. Desa Simpang Sender Utara

12. Desa Simpang Sender Selatan

13. Desa Sumber Mulia

14. Desa Sumber Jaya

15. Desa Tanjung Baru

16. Desa Tanjung Setia

17. Desa Gedung Baru

18. Desa Padang Ratu

19. Desa Sukabumi

20. Desa Tanjung Sari




17



21. Desa Pakhda Suka

22. Desa Serumpum Jaya
18


Kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah kurang lebih berjarak

52 km dari ibukota kabupaten ke arah selatan, dan berjarak kurang lebih 320
km dari ibukota provinsi Sumatera Selatan. lokasi ini berada di antara bukit
barisan yang memanjang dari lampung barat sampai ke bengkulu, dimana
dibagian selatannya terdapat Danau Ranau yang merupakan sebuah objek
wisata.
Untuk sampai ke lokasi dapat ditempuh dengan barbagai macam

kendaraan baik roda empat maupun roda dua. Jika dari ibukota provinsi
waktu tempuhnya mencapai 7 jam, sedangkan dari ibukota kabupaten kurang
lebih 2 jam perjalanan. Kendaraan umum yang melalui jalur ini diantaranya
bus dan angkot serta treavel mini bus. Karena letak kecamatan Buay
Pematang Ribu Ranau Tengah merupakan lokasi yang letaknya strategis,
maka perjalanan pun tidak begitu susah dan repot, karena banyak kendaraan
yang melalui daerah ini.



B. Sejarah Asal Penduduk Marga Ranau


Lembah Ranau didiami oleh bangsa Melayu Lampung yang menurut
buku jiwa pada saat itu sebanyal 7.135 orang, selebihnya adalah orang







18
Ibid.

18



tumpang.
19
Dahulu kala menurut cerita orang tua-tua desa, kira-kira di abad

15 Masehi yang mendiami lembah ini bukannya penduduk asli yang sekarang
kita dapati, melainkan orang Bangsa Abung. Setelah kedatangan nenek
moyang penduduk Ranau sekarang, terutama sekali puyangnya Pangeran
Amrah Moeslim Pasirah Marga Ranau pada saat itu, maka penduduk Bangsa
Abung bertambah lama bertambah terdesak hingga akhirnya kalah dalam
suatu peperangan dengan puyang Pangeran Amrah Moeslimin tersebut. Orang
Abung yang masih hidup dalam peperangan itu melarikan diri ke Lampung
dan tinggal menetap disana, hingga anak cucu dari orang Abung itu di
Lampung sekarang masih banyak didapati.
20


Adapun asalnya penduduk asli dari lembah ini yang masih ada
sekarang terbesar sekali datangnya dari Sekala Brak yaitu dari satu bagian
(streek) yang sekarang masuk bagian Onderafdeeling Krui Keresidenan
Bengkulu. Penduduk asli dari tanah ranau ini terbagi dari 5 keturunan
dikarenakan masing-masing keturunan datangnya dari Sekala Brak bukan
bersama-sama, melainkan secara berurutan, yaitu:
Yang terutama sekali dari 5 keturunan ini yang datang mendiami
Tanah Ranau ialah puyang dari Pangeran Amrah Moeslimin Pesirah Ranau
itu bernama Pangeran Singajuru. Beliau datang ke tanah Ranau kira-kira di
abad 15 Masehi dan menetap sampai wafat di Dusun Kotabumi (sekarang
tidak ada lagi) tetapi letaknya kira-kira disebelah Barat Dusun Sukajaya,


19
Sebuah buku berupa tulisan Monographi Marga Ranau Serta Silsilah Keturunan Lurus
Pangeran Singajuru, disalin sesuai dengan aslinya oleh Mohamad Renaldi Zulkarnain yang
bergelar Suntan Singajuru II, (Ranau, 2004), hlm. 1.
20
Ibid.

19



sampai sekarang makam beliau masih terdapat disana. Pada waktu itu tanah

Ranau telah didiami oleh Bangsa Abung dan selanjutnya mereka menaklukan
diri kepada Pangeran Singajuru berdasarkan perjanjian. Perjanjian itu
menurut cerita orang tua-tua adalah sebagai berikut :
Dahulukala sebelum Puyang Pangeran Siangajuru datang ke Ranau
ini, di lembah ini tumbuh pohon kayu Ara yang luar biasa besar dan
tingginya, menurut cerita pohon ini lebih tinggi dari Gunung Seminung. Di
puncak pohon ini berdiam dua ekor burung Garuda yang selalu saja mengusik
ternak peliharaan orang-orang Abung yang tinggal di lembah ini. Sudah
bertahun-tahun dicari akal oleh orang Abung untuk membunuh burung
Garuda itu tetapi sia-sia belaka.
Waktu Pangeran Singajuru datang dan berdiam disini, maka orang

tua-tua dan kepala-kepala dari bangsa Abung pergi menghadap beliau minta
ikhtiar dan nasehat bagaimana caranya untuk membunuh burung Garuda itu.
Dijawab Pangeran Singajuru, bahwa kalau akan dibunuh tentu agak sukar
tetapi kalau akan diusir saja barangkali ada jalannya. Maka dijawab orang-
orang Abung, bahwa meskipun tidak bisa dibunuh diusir saja jadi juga, asal
burung ini jangan lagi tinggal dalam lembah ini. Mereka juga bermufakat
untuk menaklukan diri kepada Pangeran Singajuru asal burung itu enyah dari
lembah ini.
Maka mulailah Pangeran Singajuru menyuruh anak buahnya

menebang kayu Ara itu sampai roboh. Menurut cerita untuk merobohkan
pohon itu memerlukan waktu selama tiga bulan. Setelah pohon itu roboh 2


20



ekor burung garuda itu pergi entah kemana dan tidak kembali lagi. Dari

pohon yang tumbang itu keluarlah air yang mengalir kedalam Danau Ranau,
sehingga danau yang waktu itu hanya berupa sebuah Tebat (kolam ikan) saja
berubah menjadi danau yang besar. Tempat pohon Kayu Ara itu dahulu
berdiri di dekat Dusun Padang Tua, sampai sekarang masih didapatkan
akarnya yang keras seperti besi. Dahulu banyak orang mengambil akar ini
untuk digunakan sebagi campuran membuat keris atau sewar dan lain-lain
agar senjata itu berbisa. Oleh karena burung Garuda itu pergi, maka Orang-
orang abung itu menaklukan diri kepada Pangeran Singajuru sesuai dengan
kesepakatannya.
Tetapi orang Abung ini di zaman anaknya Pangeran Singajuru

bernama Depati Kembang Mibor, melawan tidak mau lagi dibawah perintah
keturunanya Pangeran Singajuru. Maka terjadilah peperangan dan orang-
orang Abung kalah serta melarikan diri pergi ke Lampung. Demikianlah sejak
orang-orang Abung lari meninggalkan lembah tanah Ranau ini maka seluruh
lembah ini menjadi urusan anak cucu dari Pangeran Singajuru.
Kira-kira setelah dua abad orang-orang Abung meninggalkan lembah
ini, yaitu pada masa anak cucu Pangeran Singajuru bernama Pangeran
Wiratoha (Ratu Sebihor), datang pula seorang bangsawan dari Sekala Brak
bernama Umpu Sejadi bersama pengiringnya pergi mendiami lembah ini.
Mula-mula Umpu Sejadi serta pengiringnya itu menumpang bercocok tanam
saja dan akhirnya oleh karena kebaikan Pangeran Wiratoha maka Umpu
Sejadi dikasih tanah didaerah Batu Gejumbun ke Batu Matatahun dan dari


21



Batatahun ke ilir mengikuti Wala sampai ke Muara Way Talanai. Dari sana

mudik mengikuti air Telanai sampai di Telaga Balak dan dari sini turun lagi
ke Danau Ranau melalui Pelatasan Batu Gejumbun itu tadi. Tanah yang
diserahkan oleh Pangeran Wiratoha ini pada Umpu Sejadi ialah yang menjadi
tanah Marga Banding Agung. Penerus Keturunan Umpu Sejadi sekarang ialah
dari Keluarga Jenusin Gelar Batin Purbasa dan Keluarga Mangkuraja di
dusun Banding Agung.
21


Di zaman Pangeran Natakesuma Tuha anak dari Pangeran Wiratoha,
datang dari Sekala Brak Sukau (Krui) bernama Penjurit (Prajurit) Sawangan,
beliau diberikan tanah dari Hamara Way Warkuk Anak, naik ke Pematang
Durian Helau, dari sini terus ke Way Pandok lalu kehilir mengikuti Wa y
Warkok kembali ke Hamara Way Warkok Anak. Prajurit Sawangan tinggal
didusun Kutaseri (dusun ini sekarang tidak ada lagi) letaknya kira-kira
disebelah atas sawah Dusun Pagar Dewa. Zuriat dari Prajurit Sawangan ialah
Depati Mahalatin dan H. Mustapa di Dusun Pagar Dewa.
Di zaman Pangeran Natakesuma Muda anak dari Pangeran Pangeran
Natakesuma Tua, datang pula dari kembahang (krui) Depati Unang beserta
pengiringnya. Mereka diberi tanah sebagian dari Hamara Way Warkuk Anak,
naik ke Pematang Durian Helau, belok kesebelah utara ke Pematang Rangla,
lalu turun ke Way Handak menuju Kekaur Tebak sampai ke Danau Ranau,
dari sini menyusuri Danau Ranau mendapatkan Hamara Way Warkuk terus
mudik mendapatkan Hamara Way Warkuk Anak. Daerah yang diberikan ini


21
Ibid, hlm. 3.

22



sekarang menjadi Dusun Tanjung Jati sedangkan Zuriat dari Depati Unang

ialah H. Syarief di Dusun Tanjung Jati.

Dimasa Pangeran Mangkiuda Tuha anak dari Puyang Pangeran
Natakesuma muda, datang pula dari Sekala Brak bernama Pangeran Liang
Ratu berserta pengiringnya. Mereka diberi tanah sebagian dari Way Warkuk
sampai ke Pering Kujir. Saking senangnya mendapatkan pemberian tanah ini
Pangeran Liang Ratu memotong seekor kerbau di Hamara Unga-unga dan
melepaskan tembakan meriam sebagai tanda kehormatan kepada Pangeran
Mangiuda Tuha. Zuriat dari Paneran Liang Ratu ialah Tjek Agus di Dusun
Kota Batu.
Kalau melihat dari keterangan diatas bahwa lembah tanah Ranau yang

dahulunya merupakan satu wilayah, kemudian dibagi-bagi menjadi 5 (lima)
wilayah, masing-masing wilayah tersebut dikepalai oleh seorang Pangeran of
Adipati. Kira-kira 50-100 tahun sebelum Bendera Belanda berkibar disini, di
Tanah Ranau terdapat 5 (lima) buah marga, yaitu:
1. Marga Pematang (Batang) Ribu, dikepalai oleh anak cucu Pangeran
Singajuru yaitu Pangeran Amrah Moeslimin, Pesirah Ranau saat itu.
Wilayahya meliputi Dusun Jepara, Dusun Subik, Dusun Sukamarga, Dusun
Sukaraja, Dusun Lengkusa, Dusun Sukarami, Dusun Gedung dan Dusun
Tanjung Sari. Selain itu, Dusun Padang Ratu dan Dusun Pilla yang dikepalai
keturunan Depati Alam Padang juga bergabung ke Dusun Jepara.
2. Marga Banding Agung, dikepalai oleh anak cucu Umpu Sejadi, yaitu

Batin Purbasa di Dusun Banding Agung. Wilayahnya meliputi Dusun




23



Banding Agung, Dusun Surabaya, Dusun Sugihwaras, Dusun Sukanegeri, dan

Dusun Ranau Nipis yang berasal dari Semendo.

3. Dusun Tanjung Jati, dikepalai oleh anak cucu Depati Unang, yaitu haji
Syarief di Dusun Tanjung Jati, wilayahnya Dusun Tanjung Jati dan
sekitarnya.
4. Dusun Pagar Dewa, dikepalai oleh anak cucu Prajurit Sawangan, yaitu
Depati Mahalatin dan Haji Mustopa. Wilayahnya adalah Dusun Pagar Dewa
dan Dusun Sukajaya.
5. Dusun Kotabatu, dikepalai oleh anak cucu Pangeran Liang Ratu, yaitu

Tjek Agus di Dusun Kotabatu dan sekitarnya.

Sesudah kira-kira 50-60 tahun Bendera Belanda berkibar di lembah
Tanah Ranau ini, maka atas peraturan Kanjeng Gouvernement maka Dusun
Tanjung Jati, Pagar Dewa dan Kotabatu yang dahulunya berdiri sendiri serta
tiap-tiap bagian diperintah oleh seorang pesirah; maka digabung menjadi satu
marga saja dan dinamai Marga Warkuk pasirahnya ialah mula-mula dari
keturunan Depati Unang di dusun Tanjung Jati sesudah berhenti diganti dari
keturunan Prajurit Sawangan di dusun Pagar Dewa dan terakhir keturunan
Pangeran Liang Ratu dusun Kotabatu, yaitu Depati Jakidin. Sesudah beliau
ini berhenti pada tahun 1908, maka warkuk di gabung kedalam Marga batang
Ribu serta Marga dimatikan.
Satu tahun kemudian yaitu pada tahun 1909, sesudah Depati Lanang

Dusun Banding Agung, maka Banding Agung digabungkan lagi kepada

Marga Batang Ribu. Oleh karena penggabungan ini maka nama ketiga buah




24



marga tadi dihapuskan dan dinamakan Marga Ranau sehingga sampai

sekarang.
22





C. Penduduk dan Mata Pencaharian

Kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah terdiri atas 22 desa.
Menurut laporan pendataan kependudukan bulan Maret 2011 terdapat 33.752
jiwa dengan rincian sebagai berikut; laki-laki berjumlah 16.768 jiwa,
sedangkan perempuan berjumlah 16.876 jiwa.
23
Penduduk kecamatan Buay

Pematang Ribu Ranau Tengah menganut agama Islam, maka di kecamatan
Buay Pematang Ribu Ranau Tengah di setiap desanya memiliki
masjid/musholla tempat peribadatan. Dimana dalam tempat peribadatan
tersebut kehidupan beragama masyarakat dibina dari pengajian harian,
khotbah jumat, sampai pada pengajiaan-pengajian dalam rangka
memperingati hari besar islam, seperti acara muludan. Kehidupan
masyarakatnya pun masih sangat kental dengan adat istiadat dan religius, hal
tersebut dapat dilihat dari pergaulan dan cara berpakaian masyarakat yang
masih memakai pakaian adat dalam kehidupan sehari-harinya.
Tentang usaha penduduk tanah Ranau dari dahulu hanya bersawah dan

berladang serta berkebun tembakau, hasil sawah dan ladang ini untuk
dimakan sendiri, sedangkan pendapatan Tembakau dijual keluar marga
hingga dibawa ke Bengkulu, Palembang dan bahkan sampai ke Teluk Betung.




22
Ibid. hlm. 4.
23
Data dari kantor kecamatan, diambil tanggal 13 april 2011 jam 10:00 WIB.

25



Oleh karena luasnya perdagangan Tembakau Ranau pada waktu itu maka

namanya tersohor kemana-mana.

Tetapi lama-kelamaan selain dari tiga macam pencaharian masyarakat
Ranau, maka timbul pula satu jenis mata pencaharian yaitu berkebun kopi
padang. Permulaannya yaitu pada tahun 1890 tetapi setelah kira-kira 20 tahun
diganti dengan kopi Robusta yang bertahan sampai sekarang. Sejak penduduk
Ranau berkebun kopi Robusta, maka lama kelamaan berkurang yang
berkebun tembakau, disebabkan telah berkurangnya lahan karena telah
terpakai untuk berkebun kopi.
Hampir setiap kepala rumah tangga mempunyai lahan kurang lebih 4

hektar serta mempunyai sawah. Maka masyarakatnyapun selalu mengurus
dan menanami lahan serta sawah mereka untuk dijadikan sebagai mata
pencaharian mereka. Hampir setiap penduduk memiliki pekerjaan karena baik
para pemuda dan orang tua sangat giat untuk berusaha dan bekerja sesuai
dengan porsi mereka masing-masing, sehingga di kecamatan Buay Pematang
Ribu Ranau Tengah sangat jarang dijumpai orang yang pengangguran.



D. Kehidupan Sosial Budaya

1. Kondisi sosial

Sesuai dengan kodratnya manusia diciptakan sebagai makhluk
sosial, karena kehidupan manusia tidak terpikirkan di luar masyarakat.
Individu-individu tidak bisa hidup dalam keterpencilan selama-lamanya.
Untuk bertahan hidup sebagaimana mestinya, setiap orang membutuhkan


26



orang lain. Maka dari saling ketergantungan tersebut, kemudian

terbentuklah suatu masyarakat.
24


Aktifitas mobilisasi penduduk di daerah kecamatan Buay Pematang
Ribu Ranau Tengah menuju daerah lainnya khususnya ibu kota kabupaten
berjalan dengan lancar, seiring dengan adanya keperluan masyarakat yang
mengikat seperti pekerjaan, perdagangan ataupun hubungan dengan sanak
keluarga yang berjauhan.
Walaupun lokasi tempat tinggal masyarakat yang agak berjauhan

dari Ibu Kota Kabupaten maupun ibu kota provinsi, namun tidak
menyebabkan keterisolasian. Baik itu dari cara berpakaian, perabotan
rumah, arsitektur rumah dan cara masyarakat memandang masa depan
yang sudah mulai menunjukkan perubahan ke arah yang lebih jauh seiring
dengan perkembangan zaman.
Masyarakat pedesaan khususnya di kecamatan Buay Pematang
Ribu Ranau Tengah masih memiliki kehidupan yang religius, walaupun
sekarang ini telah memasuki zaman yang sangat maju, namun perilaku
negatif separti mabuk2an, narkotik, serta obat2 terlarang sampai saat ini
masih sangat jarang ditemukan pada masyarakat. Hal ini tentunya tidak
terlepas dari para tokoh masyarakat yang religius karena selalu
mengayomi masyarakat sekitarnya. Para masyarakat masih sangat patuh
terhadap nasehat para leluhurnya, serta harus menjaga adat dan agama.




24
Tom Campbell, Tujuh Teori Sosial, Sketsa Penilaian, Perbandingan, (Yogyakarta:
Kanisius, 1994), hlm. 3.

27



Maka dari sinilah muara kehidupan masyarakat berawal untuk senantiasa

memiliki perilaku sopan santun, ramah, dan berakhlak mulia.

Bagi masyarakat Ranau, upacara perayaan pernikahan merupakan
sebuah sarana untuk melakukan hubungan sosial (interaksi sosial) dan
mempererat hubungan antara sesama individu maupun masyarakat. Oleh
karena itu, baik individu dan masyarakat selalu berusaha untuk
memelihara hubungan yang baik dengan masyarakat disekitarnya. Wujud
dari adanya interaksi pada saat pengunjung dan sanak keluarga yang
mendatangi acara perayaan pernikahan tersebut. Pada saat berdatangan,
banyak diantara mereka yang masih belum saling mengenal. Agar mereka
saling mengenal maka mereka melakukan interaksi sosial, dapat dikatakan
bahwa mereka saling menyapa dan lain sebagainya. Dalam kondisi yang
demikian, sudah barang tentu akan terjadi suatu interaksi. Perayaan
pernikahan yang diselenggarakan masyarakat ranau mengandung nilai
kerja sama dan gotong royong dan rasa rela kerena masyarakat yakin
bahwa aktifitas itu bermanfaat bagi keluarganya. Manfaat tersebut dapat
dirasakan melalui ketenangan dan kebahagiaan hidup dalam keluarga
setelah melakukan kerja sama dengan warga masyarakat.
Selain itu, yang dapat membuktikan rasa sosial yang tinggi adalah

adanya berbagai macam kegiatan serta organisasi sosial yang berupa
karang taruna, PKK, Posyandu, dan masih banyak lagi yang sosial dan
sosial non formal.





28



2. Kondisi budaya

Bangsa indonesia adalah bangsa yang majemuk yang terdiri dari
berbagai suku bangsa. Aneka ragam kebudayaan telah berkembang di
seluruh penjuru indonesia. Indonesia merupakan bangsa yang memiliki
berbagai macam kebudayaan, hal ini dapat dilihat dari keberadaan
kebudayaan yang berkembang di dalam masyarakat.
Perayaan pernikahan yang dilakukan masyarakat Ranau merupakan
salah satu dari sekian banyak bentuk pernyataan kebudayaan yang hidup
dan berkembang di bumi Indonesia. Acara perayaan pernikahan ini masih
tetap ada dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat, walaupun telah
mengalami perubahan.
Budaya acara perayaan pernikahan yang sudah merupakan adat-
istiadat masyarakat Ranau ini terwujud dalam perilaku kehidupan
bermasyarakat yang diekspresikan dalam prinsip-prisip hidup rukun dan
saling menghormati. Dengan prinsip hidup rukun dan saling menghormati
diharapkan dapat tercipta suatu kondisi masyarakat yang selaras, tenang,
tenteram, tanpa adanya perselisihan dan pertentangan, bersatu dan
bermaksud untuk saling membantu.
Pelestarian budaya perayaan pernikahan selain untuk menunjang

kepariwisataan juga untuk menarik para pengunjung yang berdatangan
dari luar daerah. Selain mereka menghadiri acara pernikahan, mereka juga
datang untuk menikmati keindahan alam serta Danau Ranau yang dihiasi
oleh gunung Seminung.


29



Meskipun masyarakat Ranau telah beragama islam, namun masih

mempunyuai dan melakukan kepercayaan tentang adanya roh atau arwah
nenek moyang dan kekuatan ghaib. Berkenaan dengan kepercayaan
tersebut mereka melakukan aktifitas spiritual, seperti halnya keselamatan
(tolak balak), dan upacara-upacara adat atau tradisional.




E. Keagamaan


Agama sangat penting keberadaannya karena agama merupakan
pedoman hidup bagi penganutnya dan sebagai penolong di kala manusia
mengalami tekanan batin dan ketidakpastian.
25
Maka agama sangat penting
peranannya dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-
hari.
Tentang hal agama apa yang dipakai oleh penduduk ranau ini,
sebelumnya agama islam, maka tidak dapat diterangkan dengan jelas, lantaran
tidak didapati tambo-tambo ataupun dari riwayat-riwayat orang tua tentang
hal itu. Hanya yang diketahui sekarang bahwa mereka mereka dahulu
bukanlah menyembah berhala ataupun menyembah patung serta gereja yang
bisa menunjukkan pada kita tentang agama apa yang dipeluk mereka dahulu.
Menurut taksiran memang dari dahulu yaitu pada zaman Pangeran Singajuru,
penduduk ranau sudah menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan memakai
ajaran agamanya yang bersendikan adat.




25
Thomas F. Odea, Sosiologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 29.

30



Namun yang hanya bisa diterangkan, bahwa yang mula-mula sekali

membawa agama islam kelembah Ranau kira-kira 200 tahuin silam adalah
seorang yang berasal dari Arab, beliau inilah yang mula-mula menyiarkan
ajaran Agama Islam di Ranau. Menurut kabar beliau dimakamkan di Dusun
Negeri Sakti Marga Semendawai Suku Dua (Komering Ulu). Sesudah beliau
ini, kurang lebih 100 tahun lamanya tidak ada lagi orang lain yang datang
mengajarkan Agama Islam.
Kemudian di awal bendera Belanda berkibar di tanah Ranau,
datanglah seorang Haji Saman Kampung Sayangan Darat Palembang
mengajarkan agama Islam. Sesudah itu tidak berhentinya para kiyai-kiyai
yang berdatangan ke Ranau untuk mengajarkan ajaran Islam. Adapun
diantaranya kiyai yang tersohor adalah Kiyai Masagoes Adji Abdoelhamid
Kampung Muara Ogan Palembang yang dimakamkan di Masjid Muara Ogan
Palembang, yang sekarang disebut orang Palembang Keramat Muara Ogan.
Oleh karena itu, maka sampai sekarang penduduk Ranau semuanya memeluk
Agama Islam.
26





F. Bahasa


Bahasa yang dipakai masyarakat Ranau yaitu bahasa Lampung.
Seperti yang terdapat pada daerah lain, maka di Ranaupun ada juga terdapat
tentang hal bahasa yang halus dalam hal tutur menutur. Umpamanya kalau si-


26
Sebuah buku berupa tulisan Monographi Marga Ranau Serta Silsilah Keturunan Lurus
Pangeran Singajuru, disalin sesuai dengan aslinya oleh Mohamad Renaldi Zulkarnain yang
bergelar Suntan Singajuru II, (Ranau, 2004), hlm. 23.

31



A menyebut kamu pada si-B, tetapi si-B lebih tinggi pangkatnya atau

umurnya, maka si-A harus memanggil pada si-B paskam artinya kamu, dan

si-A memanggil dirinya sendiri sekindua artinya saya. Dalam hal itu maka

si-A bertutur pada si-B disebabkan samas derajatnya atau karena oleh hal
yang lain, maka si-A memakai panggilan pada si-B seperti biasan,
umpamanya niku artinya kamu, dan nyak artinya saya.
Lain dari ini adapula yang lain, tetapi tidak perlu diterangkan secara
rinci. Hanya yang harus ita ketahui bahwa di ranau tentang hal adat dan
peribahasa dipakai dua macam yaitu: satu macam adat peribahasa yang
dipakai masyarakat sebagai suatu kebiasaan antara satu sama lainnya, dan
adapula adat bahasa yang dipakai oleh masyarakat yang rendahan terhadap
mereka yang dipandang lebih tinggi dan mulia diantara mereka. Jadi, nyata
bahwa masyarakat Ranau ini dari dahulunya tidak berdiri sendiri dan
bahasanya yang masih dipakai adalah Bahasa Lampung.
27

























27
Ibid. hlm. 22.

32



BAB III

PROSESI PERAYAAN PERNIKAHAN




A. Nyambai Muli-Mekhanai

Prosesi acara perayaan pernikahan adalah suatu hal yang sudah sejak
lama dilakukan dan hidup pada setiap suku bangsa atau masyarakat tertentu
dari masa-kemasa yang tetap dipertahankan keberadaannya (turun temurun).
Masyarakat ranau masih memiliki bentuk peninggalan kebudayaan dan adat
yang sampai saat ini masih tetap dilakukan oleh masyarakat yaitu prosesi
acara perayaan pernikahan.
Sejarah dan asal usul acara perayaan pernikahan Nyambai Muli-

Mekhanai yang dilakukan oleh masyarakat ranau menurut keterangan dari
para tetua adat, sampai saat ini belum bisa dipastikan kapan pertama kali
dilakukan. Karena belum terdapat petunjuk dan keterangan yang pasti akan
keberadaannya dahulu. Masyarakat setempat hanya melakukan perayaan
pernikahan karena hal tersebut adalah sebuah tradisi syukuran yang dilakukan
mereka sebagai rasa syukur kepada Allah sekaligus menyatakan bahwa
mereka memiliki peninggalan budaya yang telah sejak lama mereka lakukan
pada setiap orang yang akan memasuki bahtera rumah tangga.
Nyambai Muli-Mekhanai adalah suatu prosesi acara yang dilakukan

masyarakat ranau, hal ini berkaitan dengan perayaan pernikahan. Istilah
Nyambai Muli-Mekhanai dapat diartikan sebagai malam pesta pemuda dan
pemudi dalam rangka memeriahkan acara perayaan pernikahan serata rasa


33



bahagia yang ditujukan kepada orang yang memiliki acara tersebut (tuan

rumah).




B. Tujuan Pelaksanaan Perayaan

Pelaksanaan perayaan pernikahan ini mempunyai tujuan sebagai
berikut:
Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah swt, karena telah
menyampaikan jodoh bagi pengantin yang menikah dan telah memberikan
segalanya kepada mereka, baik itu rizki dan jodoh, serta ketenteraman,
kedamaian dan lain sebagainya.



Tujuan diadakannya acara tersebut adalah agar
supaya sanak keluarga dan kerabat mengetahui baik yang
jauh maupun dekat tentang kabar bahwa keluarga mereka
telah mendapatkan jodoh.
28




Karena hal ini bersifat turun temurun dan kebiasaan maka sangat
dianggap hinalah di muka masyarakat jika tidak mengadakan acara perayaan
tersebut. Maka dari itu setiap masyarakat yang telah mengalami masa
pernikahan, harus mengadakan perayaan baik itu bersifat acara besar-besaran
maupun hanya sekedar acara kecil saja. Dengan demikian mereka juga telah
dianggap menghormati warisan budaya yang ditinggalkan oleh para leluhur
sajak lama.



28
Wawancara dengan Ibu Salamah (71 tahun), sesepuh adat marga ranau, tanggal 15
April 2011, Jam 15:30 WIB.



34



Acara perayaan pernikahan ini juga merupakan suatu wahana dan

budaya bangsa dalam bidang pariwisata, karena hal tersebut dapat
mencerminkan budaya daerah setempat. Khususnya bagi warga daerah
setempat menambah dan memupuk rasa cinta terhadap kebudayaan mereka
dan tidak melupakan kebiasaan yang telah dirintis oleh para leluhur
pendahulunya. Serta juga dapat menjaga kegotongroyongan dan rasa
persatuan masyarakat Ranau.



C. Waktu dan Tempat

Waktu dari pelaksanaan perayaan pernikahan tentang malam Nyambai
Muli-Mekhanai dilakukan tergantung dari kesepakatan keluarga yang
bersangkutan. Hal yang pertama dilakukan adalah mengumpulkan kerabat
dan keluarga dekat untuk membicarakan kapan akan dilakukan acara tersebut,
dalam pertemuan ini maka akan mendapatkan kesimpulan tentang waktu
diadakannya perayaan tersebut.



Tempat pelaksanaanya berkediaman di rumah yang
bersangkutan (yang memiliki hajat).
29




Di rumah inilah berbagai persiapan yang dilakukan para keluarga yang
bersangkutan untuk melaksanakan perayaan, mulai dari hari pertama sampai
pada akhir dari acara perayaan. Para keluarga besar memiliki tugas yang




29
Wawancara dengan Bapak Bahusi (65 tahun), tokoh adat marga ranau. tanggal 15 April
2011, Jam 09:00 WIB.

35



sangat penting, yaitu mulai dari pekerjaan yang dilakukan sampai pada

puncak acaranya.




D. Kegiatan Perayaan

Adapun kegiatan rangkaian perayaan pernikahan pada masyarakat

Ranau sebagai berikut:




1. Konsep Acara Nyambai Muli-Mekhanai Sebelum Adanya Pergeseran

Dalam proses perayaan nyambai, hal pertama yang dilakukan
adalah persiapan antara lain menyebarkan undangan kepada para muda
mudi kampung lain. Undangan ini biasanya disebarkan 2 hari menjelang
acara perayaannya. Dan pada saat malam nyambainya, para muda-mudi
pihak panitia melakukan penjemputan menggunakan transfortasi yang
telah disiapkan, hal tersebut dilakukan karena mengingat lokasi para
muda-nmudi dari kampung yang jaraknya jauh, sehingga memungkinkan
mereka untuk hadir dalam acara nyambai tersebut.
Pada malam perayaan tersebut jika para undangan muda-mudi telah
berkumpul semua, maka pihak muda mudi baya akan membuka acara yang
berintikan ajakan dan himbauan kepada para undangan untuk bersama-
sama memeriahkan malam Nyambai Muli-Mekhanai. Diharapkan juga
agar dalam pelaksanaannya berjalan dengan lancar serta tidak ada
keributan yang timbul disebabkan oleh para kerabat undangan yang hadir
tersebut.


36



Para muda-mudi duduk berhadapan beralaskan tikar yang
telah disediakan oleh pihak tuan rumah. Di tengah terdapat meja
yang berisikan sebuah talam yang memuat perlengkapan berupa
Kopiah, Sarung Tajung, Seperangkat perlengkapan pakaian wanita
beserta alat kecantikan. Hal tersebut merupakan sebuah simbol dari
perayaan malam Nyambai Muli-Mekhanai tersebut. Adapun
maknanya adalah bahwa perlengkapan tersebut merupakan pakaian
yang haarus dikenakan oleh para undangan. Dalam acara tersebut
Para pemuda diharuskan untuk memakai kopiah dan sarung tajung
gantung sebatas lutut, sedangkan para pemudinya menggunakan
kebaya dan sarung sebatas mata kaki. Hal tersebut merupakan
sebuah aturan adat, karena jika tidak berpakaian demikian, maka
para pemuda-pemudi tidak bisa masuk dan mengikuti acara malam
Nyambai tersebut. Jadi pakaian seperti itu merupakan sebuah
kaharusan bagi para muda-mudi yang hadir dalam perayaan malam
Nyambai.
Pembukaan acara dimulai dengan tarian yang dibawakan
oleh pihak muda-mudi tuan rumah. Adapun jenis tariannya yaitu
Tari Dana yang dibawakan oleh para pemuda, yang berisikan
pesan berupa pantun yang ditujukan pada para muda-mudi
undangan yang hadir. Kemudian dilanjutkan oleh taran yang
dibawakan oleh para pemudi yang berisikan pantun balasan untuk
tarian pertama tersebut.
Selanjutnya yaitu tarian pembuka kedua yang dibawakan
oleh para muda-mudi secara bersamaan untuk memulai acara.
Selanjutnya diteruskan bagi para undangan muda-mudi yang telah
hadir untuk membawakan tarian ataupun pantun, dimana muda-
mudi undangan dipanggil secara bergantian sesuai dengan
ketetapan yang telah dibuat oleh muda-mudi pihak tuan rumah.
30


Pada malam Nyambai ini juga merupakan sarana bagi para muda-
mudi yang belum saling mengenal untuk berupaya agar supaya mereka
berkomunikasi sehingga nantinya akan saling mengenal antara nsatu
dengan yang lainnya. Biasanya mereka saling menyapa dan berpantun
secara bersahutan, dari perkenalan inilah biasanya nantinya mereka akan
akrab dan tidak sedikit dari mereka yang menjalin hubungan yang baik
bahkan sampai menjadi suami-istri.

30
Wawancara dengan Ibu Salamah (71 tahun), Sesepuh Marga Ranau, tanggal 15
April 2011, jam 09:WIB.

37



Para muda-mudi pihak panitia menyiapkan makanan kecil dan

minuman untuk menjamu para muda-mudi undangan sebagai tanda bahwa
mereka ikut bersuka cita atas adanya perayaan nyambai muli-mekhanai
tersebut. Adapun makan yang di sediakan yaitu; Selimpok, yaitu makanan
khas yang terbuat dari pisang dicampur dengan gandum kenudian dimasak
hingga matang. Buwak Gabus, yaitu makanan yang terbuat dari telor
dicampur dengan gandum dan di oven hingga matang. Rengginang, yaitu
makanan yang terbuat dari ketan yang direbus terus dibuat bundar pipih
kemudian dijemur dan di goreng.
Jamuan tersebut biasanya disajikan pada saat acara belum dimulai,

bertepatan pada waktu undangan baru berdatangan. Mereka di jamui
makanan dan minuman tersebut untuk istirahat sejenak sambil menikmati
jamuan makanan kecil tersebut, karena jika jamuan diberikan pada saat
acara dimulai dikhawatirkan akan mengganggu proses perayaan acaranya.
Pada saat ini juga para muda-mudi baya mengucapkan selamat datang
pada para muda-mudi undangan dari kampung luar.
Menjelang selesainya acara nyambai, para muda-mudi baya
melantunkan Wayak perpisahan yang berisi, pesan, nasehat yang ditujukan
kepada pengantin yang menikah tersebut. Adapun maknanya yaitu bahwa
mulai saat itu kedua mempelai pengantin tersebut sudah tidak termasuk
lagi dalam daftar muli-mekhanai, melainkan telah menjadi bapak dan ibu
serta memasuki gerbang rumah tangga yang baru.





38



2. Pergeseran Nyambai Muli-Mekhanai pada Tahun 1990-2000an

Pada era ini Nyambai Muli-Mekhanai mengalami pergeseran,
adapun hal yang sangat jelas yaitu dari pakaian dan proses acaranya. Pada
masa ini sudah tidak memakai tarian lagi, tetapi sudah menggunakan
musik sebagai pengiring berjalannya acara. Begitu juga dengan pakaian
yang digunakan oleh para pemuda dan pemudi sudah tidak memakai
pakaian adat lagi. Melainkan memakai pakaian biasa tetapi tetap menjaga
kesopanan dalam berpakaian.
Proses acaranya juga sangat berbeda, dalam era ini prosesnya yaitu

para muda-mudi duduk berhadapan di tikar yang telah disediakan. Jika
para tamu muda-mudi undangan telah berdatangan maka acarapun dimulai
dari kata sambutan pihak tuan rumah yang mengadakan acara. Kemudian
barulah acara Nyambai dimulai dengan diiringi oleh musik serta para
pemuda-pemudi saling mengantarkan Selendang yang berisi piring. Jika
musik dihentikan maka bagi para muda-mudi yang sedang mendapatkan
selendang tersebut akan dijatuhi sanksi. Adapun sanksinya yaitu sudah
dibuat sebelumnya ditulis di secarik kertas kemudian dimasukkan dalam
balon. Pada waktu acara ini, balon-balon tersebut digantung di tengah. Jadi
bagi yang mendapat sanksi maka dia harus memecahkan sebuah balon dan
mengambil isinya tersebut dan dibacakan, apa yang tertulis disana
merupakan hukuman baginya. Namun hukuman dalam hal ini bukanlah
berat, melainkan hanya bernyanyi ataupun berpantun.





39



Hal tersebut terjadi karena masyarakat sudah menganggap bahwa

cara lama sudah tidak bisa dipakai, karena mengingat terlalu ribetnya
dalam berbagai hal. Dengan adanya innovasi baru itu akan memudahkan
jalannya acara serta meringankan beban bagi pemuda-pemudi yang ikut
serta dalam perayaan acara Nyambai Muli-Mekhanai tersebut.
Masyarakat lokal menyebutnya juga perang pena, karena dalam
pelaksanaannya para muda dan mudi saling bersurat-suratan. Namun
dalam hal ini bukanlah seperti surat sebagaimana mestinya, melainkan
hanya ditulis di secarik kertas dan di berikan kepada tukang antar yang
telah ditentukan oleh panitia untuk menyampaikan kepada orang atau
pemudi yang kita senangi. Biasanya dalam perang pena ini para muda-
mudi saling berkomunikasi dan berkenalan melalui secarik kertas tersebut
sampai acara selesai.



3. Pergeseran Nyambai Muli-Mekhanai menjadi Resepsi (Tahun 2005-
Sekarang)

Seiring dengan berkembangnya zaman serta teknologi dan
Informasi yang sangat pesat di berbagai belahan dunia, maka hal tersebut
telah memberikan dampak terhadap perubahan dalam budaya perayaan
pernikahan pada mayarakat ranau. Hal tersebut terlihat jelas dalam proses
perayaan pada masyarakat sekarang ini. Dimana perubahan yang terjadi
yaitu dari Nyambai Muli-Mekhanai menjadi Resepsi.




40



Dalam acara Resepsi ini, perubahan yang terjadi sangat jelas,

Karena bisa dibilang acara Resepsi ini adalah acara mewah. Dapat dilihat
dari tempat yang di sediakan sudah tidak menggunakan tikar, tetapi
melainkan sudah memakai kursi, begitu juga dengan pakaian yang
digunakan baik itu para panitia (Tuan Rumah) maupun para tamu
undangan yang datang. Umumnya mereka menggunakan pakaian yang
sangat bagus berupa Jas dan setelan kantoran, begitu juga dengan para
Ibuk-ibuknya. Perubahan lainnya juga bisa dilihat pada tempat yang
disediakan oleh Tuan Rumah, yaitu berupa tenda (Kelasa) yang besar dan
memanjang kemudian disiapkan juga kursi dan meja untuk para tamu
undangan.
Menjelang selesainya acara, para tamu undangan mengucapkan

salam kepada pengantin kemudian memberikan amplop pada tempat yang
sudah disediakan. Setelah itu, maka para undangan dipersilahkan untuk
menikmati hidangan (Makan). Dalam hal makan ini juga telah mengalami
perubahan, dimana pada masa sebelumnya berupa hidangan memanjang
atau bundar, tapi pada acara resepsi ini hanya berupa prasmanan.


















41



BAB IV

BERGESERNYA MALAM PERAYAAN PERNIKAHAN
NYAMBAI MULI-MEKHANAI MENJADI RESEPSI



Perubahan sosial masyarakat Ranau dipengaruhi oleh adanya
perkembangan yang terjadi di daerah tersebut. Berkembangnya suatu wilayah
dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu lokalitas, accesibilitas dan status sosial-ekonomi.
Lokalitas, maksudnya adalah posisi daerah tersebut dalam tata ruangnya, makin
memungkinkan daerah tersebut untuk berkembang karena adanya arus globalisasi.
Aksesibilitas, maksudnya adalah pencapaian terhadap daerah tersebut. Makin
aksibel, makin besar kemungkinan suatu daerah untuk berkembang, sejalan
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di wilayah tersebut.
Status Sosial-Ekonomi maksudnya adalah tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
Di dalam sebuah wilayah, faktor aksesbilitas akan mempengaruhi

kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita.
Kebudayan yang merupakan kepribadian dan identitas suatu bangsa patut untuk
dijaga seiring dengan berkembangnya zaman. Suatu wilayah pasti memiliki
warisan budaya dari nenek moyang terdahulu yang terdapat ciri khas dan
kekhasanahannya tersendiri di banding dengan daerah lain. Upacara perayaan
pernikahan Nyambai Muli Mekhanai sudah mengalami pergeseran, baik dari pola
hidup (life style) maupun status sosial-ekonomi pada masyarakat.
Secara singkat, faktor yang menyebabkan pergeseran upacara perayaan

pernikahan Nyambai Muli-Mekhanai adalah sebagai berikut:




42



1. Posisi daerah dalam lingkup tata ruang kota karena pengaruh dari globalisasi

2. Aksesibilitas daerah seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Status Sosial-Ekonomi ; semakin tinggi status sosial-ekonominya maka akan
mengakibatkan gaya hidup (life style)dari masyarakat tersebut semakin tinggi.
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa penyebab adanya pergeseran
perayaan upacara pernikahan Nyambai Muli-Mekhanai yaitu pengaruh globalisasi,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan status sosial-ekonomi
masyarakat tersebut. Hal ini berulang pada masing-masing informan dengan
situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
Berdasarkan teori daur ulang (cyclical theory) yang menyatakan bahwa

setiap masyarakat selalu berada pada suatu titik tertentu di dalam suatu lingkaran
evolusi. Setiap kemajuan atau kemunduran selalu melalui titik-titik lain dalam
lingkaran evolusi, dan kembali pada kedudukan yang kurang lebih sama
sebagaimana sebelumnya.
Sedngakan menurut teori garis lurus, perkembangan masyarakat dan
kebudayaannya akan mengikuti suatu evolusi dengan sendirinya yang berbentuk
garis lurus. Dan bahwa perubahan sosial secara evolusioner selalu menuju
keadaan yang lebih baik.
31


Ranau merupakan wilayah yang sedang berkembang dengan jarak yang
tidak terlalu jauh dengan daerah perkotaan, menjadi alasan utama untuk terjadinya
pergeseran perayaan pernikahan Nyambai Muli-Mekhanai menjadi acara resepsi.
Oleh karena wilayahnya yang sangat mudah dijangkau dari daerah perkotaan

31
Mudjia Raharjo, Sosiologi Pedesaan, Studi Perubahan Sosial, (Malang: UIN Malang
Press, 2007), hlm. 31.

43



maka perkembangan akses komunikasi pun semakin cepat terjadi di wilayah

tersebut. Hal ini mempengaruhi gaya hidup (life style) dari masyarakat itu sendiri
yang kemudian terlihat dampaknya pada perubahan upacara adat pernikahan.
Dahulu upacara Nyambai Muli-Mekhanai masih terlihat ciri khas dan
kekhasanahan budayanya tetapi saat ini sudah mengalami sedikit perubahan
dengan mulai adanya acara resepsi.



A. Masyarakat Yang Terlibat dalam Menjalankan Perayaan Pernikahan

Acara pernikahan pada umumnya merupakan sebuah acara yang
prosesnya melibatkan orang banyak, mulai dari para pemuda-pemudi, sampai
pada orang tua. Demikian juga pada perayaan pernikahan yang dilakukan oleh
masyarakat Ranau, dimana prosesnya sangat melibatkan dan membutuhkan
peran serta dari masyarakat. Namun mempunyai ciri tersendiri, yaitu setiap
golongan mempunyai tugasnya masing-masing. Adapun uraiannya sebagai
berikut:



1. Tokoh Adat

Setiap masyarakat, suku, dan ras, tentunya memiliki tokoh adat
masing-masing. Begitu juga pada masyarakat ranau, tokoh adat adalah
orang yang sangat penting keberadaannya karena memiliki pengetahuan
akan budaya serta tradisi yang ada. Dalam perayaan pernikahan pada
masyarakat Ranau, seorang tokoh adat mempunyai peranan yang sangat





44



penting yaitu mengatur dan memberitahukan akan hal-hal yang harus

dilaksanakan pada perayaan pernikahan tersebut.




2. Ulama

Dalam perayaan pernikahan pada masyarakat Ranau, para ulama
juga berperan dalam proses perayaannya. Adapun perannya yaitu sebagai
penasehat serta kontrol dalam berlangsungnya acara agar tidak menyimpang
dari ajaran dan norma-norma agama.



3. Bapak-bapak dan Ibu-ibu pihak keluarga besar

Dalam perayaan pernikahan pada masyarakat Ranau, para keluarga
besar serta kerabat dekat mempunyai tanggung jawab dan peran yang sangat
penting dalam proses perayaan pernikahan yang akan dilaksanakan, karena
mereka adalah orang yang ikut andil dalam berbagai hal dan setiap
pekerjaan yang dilakukan dalam perayaan pernikahan tersebut. Adapun
tugas-tugas yang dilakukan yaitu:
- Menyediakan segala keperluan

- Memasak dan menghidangkan

- Mengajak kerabat lain untuk ikut serta dalam pelaksanaan

- Menjaga supaya acara berlangsung sesuai dengan yang diharapkan

- Dll









45



4. Masyarakat Umum

Masyarakat umum yang dimaksud disini adalah para masyarakat
yang tidak mempunyai hubungan kekeluargaan (bukan keluarga besar).
Masyarakat umum memiliki peranan dalam perayaan pernikahan, yaitu
untuk memberikan bantuan baik itu berupa materi maupun tenaga serta
pikiran demi kelancaran dan suksesnya acara perayaan agar sesuai dengan
apa yang telah diinginkan dan direncanakan. Hal seperti ini merupakan
suatu kebiasaan yang memang sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat
ranau, dengan adanya hal itu maka ciri khas kegotongroyon gan masih
sangat jelas terlihat pada maasyarakat Ranau.



5. Para Pemuda dan pemudi

Di dalam perayaan pernikahan Nyambai Muli Mekhanai para
pemuda-pemudi memiliki peranan dan tugas-tugas tersendiri yaitu
membantu mengerjakan pekerjaan yang ringan saja, contohnya membuat
kue untuk persiapan pada puncak acara pernikahan. Selain itu juga peranan
pemuda-pemudi ini sangat penting pada saat acara malam Nyambai. Karena
pada malam Nyambai, acara memang khusus untuk para pemuda-pemudi.



B. Bentuk Pergeseran Budaya Nyambai Muli-Mekhanai Menjadi Resepsi

Sebagai bangsa yang majemuk, indonesia memiliki berbagai macam
ciri khas kebudayaan di tiap-tiap daerahnya dan kesemuanya memiliki makna
dan nilai yang berbeda-beda. Pada masyarakat Ranau terdapat suatu


46



kebudayaan peninggalan leluhur, yaitu budaya Nyambai Muli-Mekhanai.

Sebuah acara perayaan yang selalu dilaksanakan oleh keluarga yang akan
melasungkan pernikahan.



Dulu pada waktu memakai acara Nyambai Muli-Mekhanai,
pelaksanaannya melibatkan muda-mudi saja, sedangkan sekarang
setelah bergeser menjadi acara Resepsi, maka pelaksanaannya juga
hanya melibatkan para bapak-bapak dan ibu-ibu saja.
32




Sebelum adanya perubahan prosesnya yaitu para muda-mudi duduk
berhadapan di tikar yang telah disediakan. Jika para tamu muda-mudi
undangan telah berdatangan maka acarapun dimulai dari kata sambutan pihak
tuan rumah yang mengadakan acara. Kemudian barulah acara Nyambai dimulai
dengan diiringi oleh musik serta para pemuda-pemudi saling mengantarkan
Selendang yang berisi piring. Jika musik dihentikan maka bagi para muda-
mudi yang sedang mendapatkan selendang tersebut akan dijatuhi sanksi.
Adapun sanksinya yaitu sudah dibuat sebelumnya ditulis di secarik kertas
kemudian dimasukkan dalam balon. Pada waktu acara ini, balon-bal on
tersebut digantung di tengah. Jadi bagi yang mendapat sanksi maka dia harus
memecahkan sebuah balon dan mengambil isinya tersebut dan dibacakan, apa
yang tertulis disana merupakan hukuman baginya. Namun hukuman dalam hal
ini bukanlah berat, melainkan hanya bernyanyi ataupun berpantun.
Masyarakat lokal menyebutnya juga perang pena, karena dalam

pelaksanaannya para muda dan mudi saling bersurat-suratan. Namun dalam hal

32
Wawancara dengan Bapak Bahusi (65 tahun), tokoh adat marga ranau. Jumat, tanggal
15 April 2011, Jam 09:00 WIB.



47



ini bukanlah seperti surat sebagaimana mestinya, melainkan hanya ditulis di

secarik kertas dan di berikan kepada petugas yang telah ditentukan oleh
panaitia untuk menyampaikan kepada orang atau pemudi yang kita senangi.
Biasanya dalam perang pena ini para muda-mudi saling berkomunikasi dan
berkenalan melalui secarik kertas tersebut sampai acara selesai.
Sedangkan setelah bergeser menjadi Resepsi, maka prosesi acaranya
adalah sebagai berikut:
Dalam acara Resepsi ini, perubahan yang terjadi sangat jelas, Karena

bisa dibilang acara Resepsi ini adalah acara mewah. Dapat dilihat dari pakaian
yang digunakan baik itu para panitia (Tuan Rumah) maupun para tamu
undangan yang datang. Umumnya mereka menggunakan pakaian yang sangat
bagus berupa Jas dan setelan kantoran, begitu juga dengan para Ibuk-ibuknya.
Perubahan lainnya juga bisa dilihat pada tempat yang disediakan oleh Tuan
Rumah, yaitu berupa tenda (Kelasa) yang besar dan memanjang kemudian
disiapkan juga kursi dan meja untuk para tamu undangan.
Menjelang selesainya acara, para tamu undangan mengucapkan salam
kepada pengantin kemudian memberikan Amplop pada tempat yang sudah
disediakan. Setelah itu, maka para undangan dipersilahkan untuk menikmati
hidangan (Makan). Dalam hal makan ini juga telah mengalami perubahan,
dimana pada masa sebelumnya bereupa hidangan memanjang atau bundar, tapi
pada acara resepsi ini hanya berupa prasmanan.
Dari uraian diatas, sangat jelas bahwa pergeseran telah terjadi pada

acara dalam perayaan pernikahan, namun hal tersebut tidak berubah




48



sepenuhnya, melainkan prosesi acaranya yang telah bergeser sedemikian rupa

sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya, walaupun masih ada masyarakat
yang kurang merespon akan pergeseran tersebut. Jika pada masa sebelumnya
acara malam perayaan diisi dengan acara Nyambai Muli-Mekhanai, dimana
pada prosesnya hanya melibatkan para muda-mudi saja. Namun setelah adanya
pergeseran menjadi Resepsi maka yang dilibatkan dalam prosesinya tidak lagi
muda-mudi, melainkan para Bapak-bapak dan Ibu-ibu.
Adapun rincian bentuk perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut:




1. Prosesi Acara

Pada waktu sebelumnya yaitu menggunakan acara Nyambai, proses
acaranya didominasi oleh para pemuda dan pemudi baik itu pihak keluarga
maupun undangan dari pihak luar. Sehingga semua acara yang
dilangsungkan pada malam Nyambai ini dilakukan oleh para pemuda dan
pemudi. Adapun para Bapak-bapak dan Ibu-ibu hanya sebagai penonton
saja.
Setelah adanya pergeseran malam Nyambai menjadi Resepsi,
keseluruhan prosesi acaranya didominasi oleh para bapak-bapak dan ibu-ibu
saja. Maka dalam acara ini para pemuda-pemudi sudah tidak dilibatkan lagi,
melainkan hanya sebagai pelengkap dan membantu lancarnya rangkaian
acara yang akan dilaksanakan.







49



2. Pakaian

Bentuk pakaian juga telah mengalami pergeseran, dimana pada
waktu Nyambai pakaian yang digunakan oleh para pemuda adalah memakai
kopiah (Katek) serta serong gantung, sedangkan para pemudi memakai
kebaya dan kain sarung. Sehingga kesannyapun masih sangat tradisional dan
sederhana. Namun setelah berubah menjaadi Resepsi, maka pakaianpun
mengalami perubahan. Dimana para Bapak-bapak telah mengenakan
pakaian formal, begitu juga para Ibu-ibu yang tidak kalah mewahnya
dengan pakaian yang serba modern, Maka dalam acara resepsi ini sangat
terkesan mewah.



3. Tempat Pelaksanaan

Setiap pelaksanaan suatu kegiatan tentunya akan memakan tempat
atau ruangan yang harus disediakan. Dalam perayaan pernikahan pada
masyarakat Ranau, ruang dan tempat telah mengalami perubahan. Dimana
pada waktu memakai acara Nyambai, tempat yang disediakan adalah berupa
ruangan yang terdapat di bawah rumah saja atau hanya mengunakan tenda
yang sederhana.
Namun seiring dengan pergeseran menjadi resepsi, maka kebutuhan

akan tempat dan ruangpun menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting.
Pada acara resepsi ini sudah tidak lagi memakai ruang yang ada di bawah
rumah ataupun tenda yang sederhana, melainkan telah dimodifikasi menjadi
tenda yang megah yang terbuat dari besi, serta memiliki kapasitas yang


50



sangat besar dan luas. Sehingga terlihat sangat megah, serta memberikan

kesan kenyamanan bagi para tamu undangan yang hadir pada malam acara
resepsi tersebut.



4. Undangan

Sebuah acara yang melibatkan orang banyak tentunya tidak terlepas
dari adanya suatu undangan yang ditujukan kepada pihak luar untuk datang
menghadiri acara yang akan dilaksanakan. Setelah mengalami pergeseran
pada malam acara perayaan pernikahan pada masyarakat Ranau, maka
secara otomatis sifat undangannya juga mengalami pergeseran. Dimana
pada waktu acara Nyambai undangan yang ditujukan kepada pihak luar
hanya bersifat lisan saja yaitu hanya disampaikan dengan cara mengutus
seseorang untuk menyampaikan maksud dan tujuan yang berharap agar
mereka bisa datang. Sedangkan setelah manjadi acara Resepsi, undangan
yang ditujukan sudah tidak secara lisan lagi, melainkan telah memakai
undangan resmi layaknya surat formal.



C. Faktor Penyebab Pergeseran



Semakin tinggi status ekonomi suatu masyarakat, maka semakin besar
juga perayaan pernikahan yang akan dilaksanakan. Perkembangan atau
kemajuan ekonomi yang ditandai oleh tingginya tingkat konsumsi dan standar
hidup, revolusi teknologi disamakan dengan modernisasi ekonomi.



51



Perkembangan pada masyarakat Ranau juga telah diikuti oleh tingginya

pengetahuan ilmiah, inovasi teknologi, serta pendidikan yang tinggi.




Hal yang paling utama yang melatar belakangi pergeseran
dari Nyambai muli-Mekhanai menjadi Resepsi yaitu Status Sosial dan
Ekonomi suatu masyarakat yang akan mengadakan perayaan
pernikahan tersebut.
33




Adapun perincian penyebab pergeseran dan perubahan pada Nyambai

Muli-Mekhanai menjadi Resepsi adalah sebagai berikut:




1. Pengaruh globalisasi

Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20,
telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus
bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap
seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah
kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan
sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi
yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal.
Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan

yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa.
Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film dari layar
televisi yang berasal dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat,
Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran

33
Wawancara dengan Bapak Syafrudin Fii (48 tahun), tokoh adat marga ranau, tanggal
19 April 2011, Jam 10:00 WIB.

52



televisi internasional yang bisa ditangkap melalui parabola dan receiver

yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu,
kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd
yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-
tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa
negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang
kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara kita. Peristiwa
transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan
bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya.



Pengaruh globalisasi dalam kebudayaan kita telah
berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh
adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses
komunikasi dan berita.
34




Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa
Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi. Perubahan budaya yang
terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat
tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang
bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial merupakan
salah satu dampak dari adanya globalisasi.




34
Wawancara dengan Bapak Milwanto (65 tahun), tokoh masyarakat, tanggal 20 April
2011, jam 10:00 WIB.

53
pengetahuan dan teknologi

pengetahuan

dan

teknologi




Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan

batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung
mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh.



2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan mengalami
perkembangan. Berkaitan dengan dunia pendidikan perkembangan
terus berlangsung. Dari kemajuan ilmu

tersebut dipergunakan untuk kemajuan

kehidupan masyarakat. Sehingga pola pikir dan gaya hidup masyarakat
pun ikut berubah.
Dengan memperhatikan perkembangan dan kemajuan zaman
dengan sendirinya pemanfaatan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi mutlak diperlukan untuk mencapai kesejahteraan bangsa. Visi
dan misi ilmu pengetahuan dan teknologi dirumuskan sebagai panduan
untuk mengoptimalkan setiap sumber daya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah

menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif
pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya
masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan
tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Dengan


54



teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi

oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam
serta bervariasi, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan
kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan
berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari
berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat
semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan
masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat
Indonesia.



Sekarang ini telah banyak pengaruh dari perkembangan
zaman dan teknologi, contohnya saja dengan adanya berbagai
macam siaran dari negara luar yang bisa kita tonton dirumah kita
masing-masing, begitu juga dengan pesatnya masyarakat yang
telah memiliki Handphone yang sangat memudahkan pembicaraan
atau smsan dimanapun dan kapanpun.
35




Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari
dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi memang
sangat diperlukan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat
positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta
sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam
bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang





35
Ibid. tanggal 20 April 2011, Jam 10:00 WIB.

55



dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir

ini.




3. Tingkat Pendidikan

Masyarakat yang bisa dikatakan maju adalah masyarakat yang
berpendidikan yang tinggi. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting
dalam menjalani proses kehidupan sehari-hari, semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka akan semakin maju pula pola pikirnya.



Para warga kita telah banyak yang menempuh pendidikan
tinggi, serta mencapai kesuksesan diluar. Maka tidak menutup
kemungkinan bahwa mereka telah banyak membawa budaya luar
kedalam budaya kita, sehingga kita juga mengetahui
dampaknya.
36




Dalam era modernisasi sekarang ini, masyarakat sudah mulai
memperhatikan tentang hal pendidikan. Karena semakin tinggi pendidikan,
maka akan semakin besar peluang seseorang untuk bersaing dengan
masyarakat lainnya. Begitu juga dengan lapangan pekerjaaan yang akan di
dapatkan, tergantung dari tingkat pendidikan seseorang.



4. Masuknya Budaya Luar

Di tengah Maraknya arus Globalisasi yang masuk ke Indonesia,
melalui cara-cara tertentu membuat dampak positif dan dampak negatif
nya sendiri bagi bangsa Indonesia, terutama dalam bidang kebudayaan.

36
Ibid. tanggal 20 April 2011, Jam 10:00 WIB.

56



Hal ini dapat terlihat dari semakin terkikisnya nilainilai budaya atau ke

ciri khasan adat-istiadat kita yang terpengaruh oleh budaya asing yang
masuk ke negara kita.
Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam
merupakan suatu kebanggaan tersendiri yang sekaligus ju ga sebagai
tantangan untuk dipertahankan agar dapat diwariskan kepada generasi
selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena
memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan
tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola
hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih
kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dan modern
dibandingkan dengan budaya lokal.

Menurut saya pergeseran terjadi karena pengaruh
lingkungan dan budaya dari luar. Tapi perubahan tersebut kurang
baik, karena dengan adanya pergeseran, maka kekhasanahan
budaya akan semakin terlupakan dan tergeser.
37




Dalam hal ini proses modernisasi juga sangat berpengaruh dalam
pembentukan budaya yang baru dalam suatu lingkungan masyarakat di
suatu daerah tertentu. Perubahan memang tidak dapat dihindari, pengaruh
budaya luar memang sangat kuat terhadap perubahan yang terjadi dalam
budaya lokal yang dialami oleh masyarakat Ranau, karena di era sekarang
ini sudah banyak budaya luar yang diadopsi oleh masyarakat Ranau.


37
Wawancara dengan Bapak Salendra (37 tahun), tokoh masyarakat, tanggal 20 April
2011, jam 15:00 WIB.

57



Pada masyarakat Ranau telah banyak masuknya penemuan suatu

unsur kebudayaan yang baru ke dalam kebudayaan lokal, baik berupa alat
yang baru, maupun gagasan yang baru yang diciptakan oleh individu atau
masyarakat yang bersangkutan.
38

Kemudian penemuan baru tersebut seiring dengan berjalannya

waktu maka akan diakui dan diterima oleh masyarakat, serta diterapkan
dalam masyarakat.
39
Kemudian penerimaan dan penerapan kebudayaan
baru tersebut akan menyebar ke berbagai kawasan dan lapisan
masyarakat
40

Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah
identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga
keaslian maupun kepemilikannya agar tidak diakui oleh negara lain.
Seperti yang pernah terjadi saat Tari Pendet yang jelas-jelas berasal dari
Indonesia diakui oleh negara Malaysia. Walaupun demikian, tidak
menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan
kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input
dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di
negaranya.
Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai

menghilang sedikit demi sedikit. Hal ini sangatlah berkaitan erat dengan
masuknya budaya-budaya asing ke dalam budaya kita. Sebagai contoh
38
Proses ini disebut dengan tahap discovery.
39
Proses ini disebut dengan tahap invention.
40
Proses ini disebut dengan tahap Adopsi.

58



budaya dalam tata cara berpakaian. Dulunya dalam budaya kita sangatlah

mementingkan tata cara berpakaian yang sopan dan tertutup. Akan tetapi
akibat masuknya budaya luar mengakibatkan budaya tersebut berubah.
Sekarang berpakaian yang membuka aurat serasa sudah menjadi
kebiasaan yang sudah melekat erat didalam masyarakat kita.
Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan
hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian
bangsa. Namun pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi
sehingga budaya lokal mulai dilupakan. Hal ini jelas terlihat dalam
perubahan yang terjadi pada masyarakat ranau, dimana kebudayaan lama
telah hilang karena masuknya budaya baru.



D. Respon Masyarakat Terhadap Pergeseran

Perubahan yang terjadi didalam masyarakat merupakan perubahan yang
normal. Pengaruhnya tersebar secara cepat ke dalam kehidupan masyarakat.
Bahkan perubahan yang terjadi di suatu tempat di belahan bumi satu bisa
mempengaruhi tempat di belahan bumi yang lain. Perubahan yang terjadi akan
semakin berkembang seiring berkembangnya kehidupan masyarakat di era
modernisasi dan globalisasi saat ini. Perubahan itulah yang mempengaruhi
perilaku masyarakat di dalam kehidupan.
Masyarakat tradisional cenderung sulit menerima budaya asing yang

masuk ke lingkungannya, namun ada juga yang mudah menerima budaya asing
dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan unsur budaya asing tersebut


59



membawa kemudahan bagi kehidupannya suatu masyarakat. Perubahan yang

terjadi pada masyarakat ranau pada umumnya telah didukung oleh para
masyarakat itu sendiri. Tentunya hal tersebut tidak terlepas dari sikap positif
yang ditunjukkan oleh masyarakat ranau dalam menyikapi terjadinya
pergeseran kebudayaan tersebut.



Setuju, asalkan masyarakat menerima perubahan tersebut
dengan sikap positif, yang tentunya tetap mempertahankan ciri khas
dan keaslian budaya kita yang merupakan warisan dari nenek moyang
terdahulu serta tidak menyimpang dari ajaran dan norma agama yang
berlaku.
41




Dimana sikap positif menunjukkan bentuk penerimaan masyarakat
terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap positif yang ditunjukan
masyarakat adalah sebagai berikut:



1. Keterbukaan masyarakat

Sikap ini merupakan langkah pertama dalam upaya menerima
pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan membuat
masyarakat lebih dinamis, tidak terbelenggu oleh hal-hal lama yang bersikap
kolot, dan akan lebih mudah menerima perubahan dari kemajuan zaman
tanpa melepas pemikiran akan dampak-dampak yang ditimbulkan. Misalnya
pola pikir dan gaya hidup yang akan lebih mengarah pada sesuatu yang
efisien dan instan. Begitu juga dengan sikap masyarakat ranau terhadap


41
Wawancara dengan Bapak Bustan (34 tahun), tokoh masyarakat, tanggal 22 April 2011,
jam 15:00 WIB.

60



masuknya budaya luar, masyarakat selalu terbuka dan menerima dengan

baik budaya luar yang selalu masuk seiring dengan berkembangnya zaman
serta pesatnya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun sikap
keterbukaan itu tidak terlepas dari filtrasi atau penilaian tentang masuknya
budaya luar tersebut, yaitu yang ditinjau dari dampak positif ataupun negatif
yang ditimbulkan dari budaya luar itu sendiri.



2. Adaptasi

Sikap adaptasi merupakan sikap masyarakat yang mampu
menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan modernisasi dan
globalisasi.

Kita tentunya tidak terlepas dari penyesuaian antara budaya
luar yang masuk ke dalam budayua kita, serta penilaian baik dan
buruknya".
42




Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif, artinya
memilih pengaruh positif yang bermanfaat bagi masyarakat dan disesuaikan
dengan kekhasanahan budaya masyarakat. Jika pengaruhnya tidak
bermanfaat bagi masyarakat, tentunya masyarakat tidak akan menerima
karena akan memberikan dampak atau pengaruh yang tidak baik terhadap
gaya hidup, pola pikir serta adat kebiasaan masyarakat.






42
Wawancara dengan Bapak Bahori (35 tahun), tokoh masyarakat, tanggal 23 April 2011,
jam 09:00 WIB.

61



3. Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli

Dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan teknologi yang
semakin canggih, kebudayaan atau budaya Indonesia semakin tidak di
perhatikan keberadaanya, bahkan belakangan ini banyak sekali budaya
Indonesia yang diklaim oleh pihak lain, lantaran mereka tahu kalau
pemiliknya kurang peduli. Padahal Indonesia adalah Negara yang kaya,
subur dan seharusnya juga makmur, termasuk kemakmuran budaya dan
etnis yang beranekaragam. Dalam kurun waktu yang singkat telah banyak
unsur-unsur budaya yang terlepas dari bingkainya, terjadi pengikisan makna
budaya di mana-mana.


Yang terpenting kita tidak boleh melupakan budaya asli kita.
Memang masyarakat menyambut dengan senang hati atas berubahnya
kehidupan sosial dan budaya sekarang ini, tapi kita juga harus
menyadari akan hal negatif yang menjadi dampaknya. Tentunya kita
harus pintar - pintar menyeleksi. hal positifnya yang harus kita ambil,
sedangkan hal negatifnya kita hinderi.
43





Dengan adanya pergeseran yang terjadi dalam masyarakat Ranau,
namun sifat-sifat kebudayaan asli masih dapat dilakukan oleh masyarakat
setempat. Yaitu berupa budaya kegotongroyongan dalam berbagai hal yang
berkaitan akan pelaksanaan perayaan pernikahan tersebut. Walaupun
konsepnya telah jauh berbeda, namun sistim kekerabatan yang sangat kental
masih dilakukan oleh masyarakat ranau.


43
Wawancara dengan Bapak Syafrudin Fii (48 tahun), tokoh adat marga ranau, tanggal
19 April 2011, Jam 10:00 WIB.



62



Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi

informasi dan komunikasi, ternyata telah memperlancar arus masuknya
budaya asing yang tak terkendali. Dalam kondisi terbuka tanpa filter, tanpa
prinsip yang kuat, rendahnya sosialisasi, tanpa pemeliharaan nilai-nilai
budaya, dan rendahnya kepedulian terhadap pelestarian budaya nasional,
maka budaya bangsa ini akan tergilas dan punah. Bukan bangsa lain yang
harus dipersalahkan, akan tetapi bangsa sendiri yang tidak menjaga nilai-
nilai luhur kebudayaannya. Jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka
bangsa Indonesia akan kehilangan jati dirinya sebagai negara yang kaya
raya akan budayanya.
Kemajuan zaman yang telah mengubah tata-kelakuan atau perilaku

manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan
menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini menyebabkan seseorang /
masyarakat kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus dapat dihindari.
Semaju apa pun dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh
meninggalkan unsur-unsur budaya asli dan sebesar apapun kemajuan yang
dicapai, sebaiknya tidak melupakan identitas diri kita sebagai masyarakat
yang berbudaya.



E. Dampak Pergeseran Bagi Masyarakat

Pergeseran yang terjadi pada masyarakat Ranau tentunya membawa
dampak bagi seluruh masyarakat yang ada. Adapun dampak yang paling
menonjol yaitu tingginya pandangan hidup masyarakat terhadap acara perayaan


63



pernikahan, karena dengan adanya pergeseran tersebut telah menunjukkan

bahwa masyarakat Ranau telah menjadi masyarakat yang lebih maju dan tidak
dianggap kolot lagi oleh masyarakat luar.
Pada perayaan pernikahan masyarakat Ranau, para tokoh adat dan
agama sudah tidak memegang kendali yang kuat dalam pelaksanaan perayaan
menggunakan acara Resepsi. dimana yang dulunya peranan tokoh adat dan
tokoh agama sangat berpengaruh terhadap jalannya prosesi acara. Namun
setelah bergeser menjadi Resepsi, maka dalam hal ini tidak mendahulukan
tokoh adat atau bukan, tapi memerlukan oreng yang lebih berpengalaman di
bidangnya dibandingkan yang lainnya. Misalnya saja para masyarakat yang
sudah terbiasa dengan budaya asing dan memahami pola pergerakannya, atau
masyarakat yang tinggal di kota yang sudah terbiasa dalam acara resepsi. orang
yang memiliki pengetehuan lebih memang sangat penting keberadaannya
dalam proses acara resepsi.
Dengan adanya pergeseran acara Nyambai Muli-Mekhanai yang

menjadi Resepsi pada masyarakat Ranau sekarang ini, tentunya telah
memberikan dampak yang begitu baik dalam hal gaya hidup yang modern bagi
masyarakat setempat. Karena dengan menggunakan acara Resepsi, maka telah
menunjukkan kemajuan ke arah yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Hal tersebut sebenarnya tidak terlepas dari keterbukaan masyarakat

yang sangat mudah menerima masuknya budaya luar yang selalu membawa
inovasi bagi budaya lokal. Masyarakat pada umumnya memang cenderung
untuk menirukan hal-hal baru yang dianggap canggih, menarik dan


64



menyenangkan. Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi yang

memudahkan setiap orang berkomunikasi dengan orang lain antar daerah, antar
pulau, antar negara bahkan antar benua tidak menutup kemungkinan masuknya
kebudayaan kebudayaan asing kedalam suatu masyarakat dan berbaur dengan
pola hidup masyarakat.
Perkembangan teknologi dan komunikasi yang menjadikan kebiasaan
dan kenyamana (plenty and comfort) telah menimbulkan berbagai realitas.
Misalnya lahirnya pikiran-pikiran dan kemungkinan-kemungkinan alternatif
yang merestrukturalisasi budaya dan kekhasanahan di dalam suatu masyarakat.
Hal ini dapat terlihat jika kebudayaan asing yang masuk tampak lebih
modern dan lebih menarik. Sebagai contoh masyarakat ibu kota yang

melakukan migrasi ke daerah, cenderung memamerkan hal hal baru yang
dimiliki dan membawa kebudayaan kota yang biasa dilakukannya ke
daerahnya yang baru. Hal ini ditunjang oleh kemajuan teknologi yang terjadi
saat ini. Teknologi yang pada hakekatnya merupakan alat dan cara yang
digunakan dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan digunakan
untuk kepentingan pembangunan yang berhasil guna dan berdaya guna.
Teknologi telah mampu membuat masyarakat daerah tertarik dan cenderung
mengikuti pola hidup serta adat kebiasaan dari kebudayaan asing tersebut.
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan

pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi





65



lebih mudah dalam beraktivitas serta mendorong untuk berpikir lebih maju dan

meningkatkan taraf hidup masyarakat.


























































66



BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Budaya merupakan sebuah aset yang menunjukkan identitas dan jati
diri suatu bangsa. Dalam era global ini tentunya budaya kita tidak terlepas dari
terpaan budaya luar sehingga mengalami pergeseran. Walaupun demikian,
jangan sampai budaya kita akan hilang dan terkikis begitu saja dengan
masuknya budaya asing. Secara tidak langsung tentunya modernisasi telah
mempengaruhi budaya lokal kita, maka kita harus merespon dengan adanya hal
tersebut. Tampaknya kita harus lebih memperhatikan akan besarnya pengaruh
budaya luar terhadap budaya lokal kita.
Budaya Nyambai Muli-Mekhanai pada perayaan pernikahan masyarakat

Ranau, merupakan salah satu aset bangsa dan peninggalan nenek moyang sejak
dahulu kala. Namun seiring dengan berkembangnya zaman serta pesatnya
pengaruh budaya luar dari berbagai aspek, maka budaya nyambai pada
masyarakaat Ranau telah mengalami pergeseran menjadi Resepsi. Walaupun
dengan adanya pergeseran tersebut, dalam proses pelaksanaannya masih
menunjukkan adanya eksistensi budaya lokal yang masih dipertahankan.
Masyarakat Ranau pada umumnya telah menerima pergeseran yang
terjadi tersebut, karena masyarakat menyadari bahwa perkembangan teknologi,
modernisasi, dan globalisasi merupakan suatu gejala yang tidak bisa kita
hindari. Masyarakat juga yakin bahwa pergeseran tersebut mempunyai manfaat
yang lebih baik daripada sebelumnya.



67



Sikap keterbukaan masyarakat telah menunjukkan bahwa masyarakat

membuka diri untuk menerima masuknya budaya luar untuk mempengaruhi
budaya lokal, sehingga budaya lokalpun mengalami pergeseran. Namun
demikian, hal tersebut tentunya melalui proses yang sangat panjang.
Perubahan yang disebabkan oleh teknologi, modernisasi, dan
globalisasi merupakan suatu proses yang sangat besar kaitannya dengan
perubahan sosial dan budaya dalam kehidupan kita sehari-hari. Terlebih lagi
jika perubahan yang dihasilkan lebih menunjukkan ke arah yang lebih baik
serta memiliki manfaat yang besar bagi suatu masyarakat, maka perubahan
yang demikian akan sangat diterima oleh masyarakat dengan baik.



B. Saran-Saran

Dari sedikit pengetahuan yang didapatkan selama melakukan penelitian
tentang Pergesaran Perayaan Pernikahan Nyambai Muli Mekhanai yang
diperoleh melalui wawancara, dokumen dan literatur pendukung, ada sedikit
saran antara lain :
1. Di dalam setiap kelompok masyarakat pasti memiliki ciri khas dan
kekhasanahan budaya. Hal tersebut telah menjadi identitas kultural
pada setiap daerah di Indonesia. Oleh sebab itu, walaupun dengan
adanya perkembangan teknologi dan arus globalisasi yang menjadikan
adanya modernisasi hendaknya kita sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki keanekaragaman budaya haruslah menjaga dan





68



melestarikannya. Agar budaya yang telah ada sejak nenek moyang

terdahulu kita tetap hidup seiring dengan berkembangnya zaman.

2. Pentingnya mengembangkan dan melestarikan Upacara Perayaan
Pernikahan Nyambai Muli Mekhanai yang lebih intensif agar mampu
dimanfaatkan dari berbagai segi seperti sebagai wisata budaya, supaya
budaya leluhur ini tidak terkikis oleh masuknya budaya luar.
3. Perlunya publikasi dan sosialisai tentang pentingnya kesadaran
mencintai budaya bangsa Indonesia yang memiliki ciri dan
kekhasanahan tersendiri sehingga mampu menumbuhkan rasa bangga
terhadap budaya sendiri yang dimulai sejak dini.
4. Hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan
dimasa mendatang ada peneliti yang berusaha menggali apa-apa yang
belum terungkap dalam skripsi ini.




























69



DAFTAR PUSTAKA




Abraham, Francis. Modernisasi di Dunia Ketiga, diterjemahkan oleh M. Rusli
Karim, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1991.

Azami dkk. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sumatera Barat, Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1997.

Berry, David. Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, diterjemahkan Oleh Paulus
wirutomo, Cetakan ke 4, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003.

Campbell, Tom. Tujuh Teori Sosial, Yogyakarta, Kanisius, 1994.

Hadikusuma, Hilman dan kawan-kawan. Adat Istiadat Daerah Lampung, Jakarta,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983.

Jacob, T. Manusia Ilmu dan Teknologi, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1993.

Lakebo, Berthyn dkk. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sulawesi Tenggara,
Jakarta, PN Balai Pustaka, 1979.
Mulyana, Deddy, Komunikasi Antar budaya, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1996.
Munawir, Imam. Modernisasi di Indonesia, Suatu kajian Kritis, Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama, 1992.

Nasution. Metode Research Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara, 2004.

Ngurah Agung, Gusti. Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama,
1992.

Pertiwi Y, Wiwik dan wisnu Subagijo. Pandangan Generasi Muda Terhadap
Upacara Perkawinan Adat Di Kota Ujung Pandang, Jakarta, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998.

Rahardjo, Mudjia. Sosiologi Pedasaan, studi perubahan sosial, Malang, UIN-
Malang Press, 2007.

Rusli Karim, Muhammad, Seluk Beluk Perubahan Sosial, Surabaya,
Usaha Nasional, 1990.

Schoorl, JW. Modernisasi, Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara
Sedang Berkembang, diterjemahkan oleh R.G Soekadijo, Jakarta, Gramedia,
1984.


70



Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Pers, 1990.

Soemardjan, Selo dan Soelaiman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta,
Yayasan Badan Penerbit Universitas Indinesia, 1964.

Suprapti, Mc dan Sumarsono, Budaya Masyarakat Perbatasan, Jakarta, Bufara
Nugraha, 1996.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Kencana, 2005.
Sztompka, piotr. Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta, Prenada, 2004.
Triwulan Tutik, Titik dan Trianto, Dimensi transendental dan Transformasi Sosial
Budaya, Jakarta, Lintas Pustaka, 2008.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta,
Bumi Aksara, 1996.

Wiyasa Bratawidjaja, Thomas. Upacara Perkawinan Adat Sunda, Jakarta, Pustaka
Sinar Harapan, 2002.




































71




























LAMPIRAN






























72

73




74





75


76


77


78


79




80












81



82


83


84


85


86

87


88



89










































































90


91

Anda mungkin juga menyukai