daerah tropis umumnya ditentukan oleh empat faktor, yaitu: genetic, lingkungan fisik, nutrisi, dan manajemen (Smith dan Akinbamijo, 2000).
Faktor Musim
Sebagai contoh, waktu yang diperlukan untuk domba-domba untuk mencapai pubertas adalah 6 bulan. -Pada domba A tidak dapat mencapai pubertas pada bulan Juni karena, pada bulan Juni merupakan musim panas. -Sedangkan B domba lahir pada bulan April akan mencapai pubertas pada bulan September, yang merupakan musim berkembang biak bagi domba yang diperkirakan pada bulan September tersebut kaya akan pakan untuk anak hewan tersebut.
tersedia sepanjang tahun tidak terbatas, maka masalah reproduksi jarang diketemukan. Beberapa penelitian (Kirkwood dkk, 1987; Manspeaker dkk, 1989) dan kajian ilmiah ( Haresign, 1984; Short dan Adams, 1988; Randel, 1990; Smith dan Somade, 1994) telah mempelajari pengaruh kuantitas pakan dan energi, juga kualitas protein dan konsumsi makronutrisi terhadap performans reproduksi. Menurut Haresign (1984) pada sapi dan domba telah dibuktikan bahwa kekurangan nutrisi pada saat pemeliharaan dapat memperlambat waktu pubertas dan pengaruh residunya terhadap fertilitas (kemampuan untuk melahirkan) pada waktu
Pada umumnya, hasil dari penelitian tersebut mengungkapkan bahwa nutrisi jelek yang disebabkan tidak cukup, kelebihan atau ketidakseimbangan konsumsi nutrisi dapat berpengaruh buruk terhadap berbagai tahap proses reproduksi mulai dari: keterlambatan pubertas, mengurangi tingkat ovulasi dan rendahnya angka konsepsi, tingginya kehilangan embrio dan fetus, panjangnya lama anestrus paska melahirkan, kurangnya air susu, tingginya kematian perinatal dan rendahnya performans anak baru lahir.
menyebabkan terlambatnya masa pubertas pada sapi potong dan dapat menghambat produksi spermatozoa. Kekurangan energi akan menghasilkan berahi tenang, tertundanya ovulasi dan folikel syst.
proteinnya dapat disuplai oleh produksi protein sendiri ( 70% ) dalam arti protein diproduksi melalui protein mikroba . Namun demikian, data dari beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat kebuntingan pada sapi dewasa dan heifer dipengaruhi oleh konsumsi protein pada waktu pra - dan paska melahirkan. Data dari sapi potong sedang laktasi dan sapi dara yang menerima ransum protein rendah dengan berbagai level energi selama periode kebuntingan mempunyai tingkat kebuntingan yang lebih rendah dibanding kelompok yang mendapat ransum protein tinggi. Hal yang sama terjadi pada kelompok sapi yang sedang menyusui, tingkat kebuntingan sangat dipengaruhi oleh kecukupan protein dalam ransumnya.
mengkonsumsi vitamin A dalam bentuk tidak aktif carotene atau Provitamin A-. Provitamin A diubah menjadi bentuk aktif vitamin A dalam usus kecil dan bersama dengan suplemen vitamin A yang telah terbentuk disimpan dalam hati, otot, telur dan susu untuk digunakan berbagai macam fungsi, termasuk yang berhubungan dengan fenomena reproduksi. Gangguan reproduksi yang dapat diamati dengan adanya kekurangan vitamin A pada ternak adalah terlambatnya pubertas, rendahnya tingkat kebuntingan, tingginya kematian embrio,