Anda di halaman 1dari 25

Perkembangan Industri Dunia

Revolusi Industri Industri di dunia diawali dari Revolusi Industri ( RI ) di Inggris pada abad ke-18. Pada dasarnya Revolusi Industri merupakan penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin. Dorongan terbesar terjadinya Revolusi Industri ini saat penemuan mesin uap oleh James Watts Th. 1764. Mesin ini menjadi pendorong utama tenaga mesin penggerak pada pertanian pabrik. Percepatan Revolusi Industri terjadi pada tahun 1800 dengan dikembangkannya mesin yang menggunakan bahan bakar dan listrik. RI di Inggris tidak berdiri sendiri, melainkan suatu proses yang berkaitan dengan berbagai permasalahn sosial ekonomi, budaya dan politik. Revolusi itu sendiri merupakan suatu perubahan dan pembaharuan secara radikal dan cepat pada bidang perdagangan, industri, dan teknik yang terjadi di Eropa, terutama di Inggris pada abad ke-18. Penemuan mesinmesin (meski berpenggerak manual) mendorong pemilik bermodal besar untuk memperkerjakan banyak tenaga-tenaga buruh, dan mendirikan gedung-gedung besar. Tempattempat kerja buruh yang digunakan untuk berproduksi disebut manufacture. Manufacturemanufacture inilah yang merupakan langkah awal terjadinya proses Industrialisasi. RI adalah awal dari Industrialisasi di Inggris. Didukung oleh kekayaan alam ( bijih besi, batubara ) industrialisasi berkembang semakin cepat. Perkembangan RI menorong timbulnya produksi dan pemasaran secara massal, mengawali timbulnya gagasan automatisasi, serta menimbulkan pergeseran perkembangan orientasi perekonomian dari produksi barang ke produksi jasa. Perkembangan industri dalam industrialisasi sebagai dampak RI disebabkan masalah ekonomi khususnya dan kemanusiaan umumnya, yaitu : 1. Bertambahnya penggunaan mesin 2. Efisiensi produksi batubara, besi dan baja 3. Pembangunan Jalur kereta Api, perkembangan alat transortasi dan komunikasi. 4. Meluasnya sistem perbankan dan perkreditan. Perkembangan industri di Inggris sangat ditunjang oleh luasnya daerah-daerah koloni yang dikuasai Kerajaan Inggris saat itu, yang sekaligus menjadi daerah-daerah pemasaran yang sangat potensial.

Era Industrialisasi di Amerika dimulai tahun 1804, saat Oliver Evans mengembangkan mesin uap tekanan tinggi yang dapat digunakan untuk kapal dan pabrik. Kemudian pada tahun 1813, sekelompok pedagang kaya yang terkumpul dalam Boston Associates membentuk Boston Manufacturing Company. Mereka mendirikan pabrik pertamanya di Waltham, Massachusets. Di dalam satu perusahaanberlangsung pemprosesan dari bahan mentah hingga bahan jadi. Pada tahun 1815, pabrik tekstil di New England telah berjumlah ratusan. Mereka telah meletakkan dasar bagi perkembangan industri tekstil di Amerika. Masa produksi massal telah dimulai di Amerika.

Indonesia memasuki era Industrialisasi Sejak Tahun 1826 (pada zaman penjajahan)
Era Industri Indonesia dimulai pada jaman kolonial Belanda. Yang mengejutkan, dari beberapa fakta, ternyata era Industri ini berdekatan waktunya dengan awal perkembangan Industri di Inggris dan Amerika, yaitu abad ke-18. Industri di Indonesia dimulai bersamaan dengan awal perkembangan Pabrik-pabrik Gula di Jawa. Gula merupakan komoditas utama pada jaman kolonial Belanda. Pada tahun 1667 datang sekelompok pedagang Belanda di Pulau Jawa yang mendirikan VOC. Dengan peningkatan permintaan gula di Eropa maka pada tahun 1750 pabrik milik etnis Cina disewa untuk memproduksi gula di Eropa terutama di pantai utara Jawa.

Penggilingan Tebu Tradisional pada masa Kolonial Awalnya teknologi pengolahan tebu menjadi gula begitu sederhana dan tradisional. Cairan atau sari tebu didapat dari alat pengepres berupa silinder batu atau kayu yang diletakkan berhimpitan. Salah satu silinder diberi tonggak yang digerakka secara manual oleh manusa atau ternak. Satau orang atau lebih memasukkan tebu ketengah putaran silinder. Hasil press berupa cairan sari tebu dialirkan ke kuali besar dibawahnya.

Mekanisme Penggilignan Tebu Tradisional Karena tingginya permintaan di Eropa, perlahan teknologi ini ditinggalkan. Mulailah Indonesia pada jaman Hindia Belanda memasuki Era Industrialisasi dalam arti sebenarnya, yaitu penggunaan mesin-mesin dalam melakukan proses produksi, sehingga meskipun menghasilkan volume output sangat tinggi dibanding manual, quality tetap terjaga. Dengan didukung modal besar, pada tahun 1830, pabrik gula di Jawa Barat bertenaga mesin mulai berdiri. Ini dapat dilihat dengan adanya salah satu surat dari Jessen Trail and Company yang ditujukan pada NHM ( Bank ) yang berisi : In Embarking on the enterpries we now on hand, we very sensible of the deficiency of the rude and imperfect machinery by which the manufacture of sugar was carried on here, and therefore determined to import European machinery, with skillfull men to conduct the same We now have ( 1826 ) three sets of mills. Where we employ a European horizontal mill with three cylinders, driven by a six horse power steam engine, a European eight horse power mill, with three cylinder. Worked by complete sets of iron boilers and iron and coppers clarifiers, as also three distilleries, comprising six European copper stills and a suitable complement of fermenting system for distiling the molasses inti Arak and Rum . Sumber : http://ardhipglestari.blogspot.com/2010/02/sejarah-pabrik-gula-hindia-belanda.html Terjemahan bebasnya kurang lebih seperti ini. Dalam memulai perusahaan perusahaan kita saat ini, kami sangat menyadari mesin-mesin yang digunakan untuk pembuatan gula sangat tidak efisien dan tidak sempurna, oelh karena itu kami ingin mendatangkan mesin mesin dari Eropa beserta tenaga ahlinya. Kami saat ini ( 1826 ) memiliki tiga pabrik penggilingan. Menggunakan mesin giling horisontal dari Eropa dengan tiga silinder, berpenggerak mesin uap 6 HP dan 8 HP, komplet dengan unit ketel uap (boillers), clarifiers dari tembaga dan besi, dan tiga unit mesin destilasi ( destilleries ) dan enam unit penyulingan berbahan tembaga dari Eropadan dilengkapi dengan sistem fermentasi untuk pembuatan arak dan rum.

Mesin Giling Tebu Dari surat diatas dapat kita lihat bahwa sejak tahun 1826, Indonesia pada jaman Hindia Belanda telah memiliki tiga pabrik gula menggunakan mesin mesin produksi dan Steam Engine ( Ketel Uap ). Inilah titik awal lahirnya Industri di Indonesia. Pada tahun 1837 1838 didirikan pabrik-pabrik gula meggunakan mesin-mesin yang lebih modern di wilayah wonopringgo, Sragie, dan Kalimatie. Pertumbuhan industri ini menyebabkan tingginya permintaan akan tenaga kerja. Pada masa inilah, sejarah panjang tenaga kerja kontrak ( kuli kontrak ) di mulai dan pendorong penerapan sistem tanam paksa ( cultuurstelsel ) "yang brutal" tahun 1830 untuk mendapatkan suplay tenaga kerja dan bahan baku (tebu) dengan biaya yang murah. Pesatnya pertumbuhan industri gula saat itu juga diikuti oleh pertumbuhan industri kereta api di akhir abad ke-18. Tercatat, sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km). Sedangkan diluar Jawa ( Sumatera ), pembangunan Rel KA juga dilakukan di Aceh tahun 1874, Sumatera Utara tahun 1886, Sumatera Barat tahun 1891, dan Sumatera Selatan tahun 1914. Kereta Api pada masa itu digerakkan oleh lokomotif uap ( steam engine ) hasil pembakaran batu bara atau kayu.

Lokomotif uap milik Deli Spoorweg Maatschappij (tahun 1910-an)

Kesimpulannya, beberapa faktor berikut merupakan pendorong terjadinya era industri di Indonesia ( evolusi Industri di Indonesia ) yang dimulai sejak tahun 1826 : 1. Penemuan mesin uap oleh James Watts Th. 1764 2. Berkembangnya teknologi permesinan dalam industri manufacture sebagai dampak dari Revolusi Indsutri di Inggris tahun 1800 3. Tingginya permintaan komoditas gula di Eropa 4. Ketersediaan tenaga kerja murah melalui sistem kerja kontrak oleh Pemerintah Hindia Belanda 5. Ketersediaan Bahan Baku (tebu) murah melalui sistem tanam paksa (cultuurstelsel) tahun 1830. 6. Perkembangan Indsutri Kereta Api.

Industrialisasi Dalam Ekonomi Dan Politik Indonesia Pada Era Reformasi


Dalam industri manufaktur, peningkatan terbesar masih didominasi oleh industri ringan yaitu kelompok industri padat karya dan padat kekayaan alam, padahal di masa mendatang kebijaksanaan industri yang dikaitkan dengan proteksi semakin ditinggalkan karena bertentangan dengan arah perdagangan tanpa hambatan yang kini terus digodok dan diimplementasikan melalui forum WTO. Reformasi yang dilakukan pemerintah selama lebih dari satu dasawarsa terakhir ini, termasuk menggeser orientasi agar ekonomi kita lebih melihat Out Ward Looking (pasar global), dengan hasil-hasilnya yang nyata seperti telah banyak dilaporkan dalam berbagai data statistik. Memang harus diakui bahwa dinamika pertumbuhan ekonomi pasca reformasi, sebagian besar disumbangkan oleh kinerja swasta bersama oleh pemerintah dan birokrasi yang telah terbarukan. Tapi jika kemudian kita berkesimpulan sebagaimana visi kalangan neo-liberalis bahwa semakin minimum intervensi negara akan semakin baik. Yang diperlukan sesungguhnya adalah, dalam rangka menggeser orientasi ekonomi nasional yang lebih dominan melihat keluar, suatu credible government (pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif) atau yang kini dikenal sebuah reinventing government yang kinerjanya dapat menjamin berfungsinya mekanisme pasar secara optimal. Dengan visi yang demikianlah, agenda reformasi yang diajukan kiranya akan lebih memenuhi sasaran agar supaya ekonomi nasional kita memiliki OWL (orientasi keluar) yang lebih dominan, dalam kerangka merealisasikan kepentingan ekonomi nasional kita dalam konteks untuk memanfaatkan secara proaktif dan agresif dinamika pasar global. Dengan melihat kompleksitas dan krisisnya problem pembangunan akibat dari orientasi Indonesia yang hampir total Inward Looking (IWL) dalam waktu cukup lama, dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia sejak awal tahun 80-an, kita masih melihat karakter relatif dalam perencanaan pembangunan nasional. Namun jika melihat hasil-hasil dari penyesuaian selama sekitar satu setengah decade yang setidaknya lebih terdapat policy-mix antara Inward Looking (IWL) dan Outward Looking (OWL), telah menunjukkan kinerja yang tetap tidak jelek. Pertumbuhan ekonomi dapat di pertahan kan di atas 7%.ekspor non migas, sejak tahun 1988 telah mampu menggantikan ekspor migas sebagai sumber utama penerimaaan negara. Yakni

antara lain di samping pertumbuhan lembaga perbankan dan lembaga non-bank yang sangat pesat pasca tahun1983 tercatat pula dalam perkembangan pasar modal yang tertinggi pertumbuhannya di Asia, serta begitu cepatnya pertumbuhan reksa dana selama 1996/1997 ini. Dalam saat yang sama peran sector swasta (BUMS) telah mampu menggeser peran pemerintah dan BUMN, yakni menjadi engine of growth, yang sebelumnya mutlak di pegang oleh sector negara. Dengan demikian, sesungguhnya hingga kini basis industrialisasi kita masih dominan didasarkan kepada sumber daya alam dan buruh murah. berbagai upaya untuk menjadikan knowledge, technological & human resources base industrialization secara nyata ditingkat visi, kebijakan, dan program, masih harus diyakinkan kepada semua pihak. Sebab jika kita tidak segera melakukan pergeseran paradigma yang mendorong ke arah pendalaman dan penguasaan teknologi serta peningkatan profesionalisme (SDM yang semakin tinggi kualifikasinya untuk segala level kebutuhan teknologi), maka ancaman terhadap defisit neraca transaksi berjalan (current account) dari neraca pembayaran akan terus membengkak. Reformasi yang lebih progresif, semestinya lebih diawali dengan mempercepat reformasi birokrasi dalam rangka menciptakan pemerintahan bersih dan efisien. Sebab dengan pemerintahan yang demikian memungkinkan berbagai reformasi ekonomi teknis dan ekonomi politik secara serempak dan esensial akan lebih mudah dilakukan, karena bias terhadap visi jangka pendek. Yang terlalu tergantung kepada berbagai kekuatan lobby dan kelompok kepentingan seperti tampak selama ini dapat diminimalisasi. Selanjutnya, secara lebih jelas/agenda reformasi agar ekonomi Indonesia lebih dominan bersifat orientasi ke dalam negeri, maka setidaknya terdapat beberapa langkah, sbb: Pertama, bagaimana menjadikan kinerja yang semakin efisien dan kompetitif di ukur oleh standar di pasar internasional atau setidaknya pada tahap awal di sepuluh negara ASEAN dari industri lama terutama yang menyangkut Usaha Swasta Besar (USB) yang hingga kini masih banyak mengandalkan pada struktur pasar oligopolistik serta bentuk-bentuk captive market lainnya. Kedua, bagaimana menjadikan agar industri-indusri yang berorientasi ekspor (IPE) semakin bertumpu kepada basisi iptek yang lebih tinggi dan SDM berketerampilan (knowledge, technological & human resources base industry) agar secara sistematis Indonesia bukan hanya mampu mengekspor produk-produk industri yang memiliki keunggulan komparatif (secara absolut unggul karena kelimpahan SDA & SDM yang dimiliki serta karena hasil efisiensi proses produksinya). Kemudian, karena dalam era liberalisasi perdagangan dunia dengan pemberlakuan penuh kesepakatan AFTA, APEC, dan WTO, maka jika basis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif semakin luas, maka dunia usaha kita akan lebih unggul baik di dalam negeri (menghadapi produk impor yang masuk tanpa hambatan tarif serta non-tarif) maupun dipasar regional dan global. Menurut analisis Ekonomi Rakyat Indonesia yang dikemukakan oleh Adi Sasono, menurutnya dalam kaitannya dengan Indonesia, mencakup dimensi-dimensi yang lebih luas dalam konstelasi peninggalan feodalisme dan kolonialisme. Secara terinci telah dituangkan dalam bukunya yang berjudul Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan (1998) yang baru diterbitkan CIDES. Buku ini juga mengandung aspek-aspek pelaksanaan program partisipasi rakyat banyak dalam proses pembangunan di Indonesia.yang bertujuan untuk meluruskan kesimpangsiuran dalam pengertian

system ekonomi ini. Pertama, perlu dikemukakan di sini bahwa Ilmu ekonomi atau system ekonomi harus mengandung muatan etika sosial dan ideology yang pro rakyat banyak. Ilmu ekonomi sebagai ilmu moral telah dilaksanakan secara efektif di negara-negara kapitalisme modern yang sekarang ini merupakan negara-negara maju baik di kawasan Amerika Utara, Eropa Barat,maupun di Timur Jauh dengan perkataan lain, pemikiran strukturalis atau populis menguasai pemikiran elite kekuasaan di negara-negara ini pada awal proses perkembangan masyarakat negara-negara ini menuju masyarakat kapitalisme modern yang beradab. Dasar pemikiran ini mengajukan proporsi bahwa peningkatan posisi ekonomi dan sosial rakyat banyak dalam suatu negara yang merupakan peninggalan feodalisme dan kolonialisme hanya mungkin secara efektif dan langgeng dapat diraih jikalau pra kondisi sosial dalam bentuk menghilangkan kepincangan-kepincangan atau belenggu-belenggu structural dilakukan terlebih dahulu :yaitu perombakan kelembagaan masyarakat yang ada,struktur sosial yang ada, dan permintaan efektif yang ada.sementara itu pertumbuhan ekonomi yang di programkan pada fase awal, berlandaskan dasar pemikiran ini adalah suatu pertumbuhan ekonomi di mana komposisi (composition) dan isi (content) output yang tumbuh memprioritaskan kebutuhan rakyat banyak dan dilakukan oleh rakyat banyak. Produksi nasional sebagian besar terdiri dari barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (wagegoods) dan pertumbuhan produksi barang-barang ini mendominasi pertumbuhan produksi nasional. Juga produksi merupakan hasil proses yang padat karya sebagai mencerminkan keterlibatan masal dalam proses produksi. Kebijaksanaan penentuan harga relatif faktor produksi ditentukan oleh kaidah optimisasi sosial. Dalam melaksanakan ini, redistribusi pendapatan bukan dilakukan dari pertumbuhan tetapi dilakukan bersama pertumbuhan. Etika system produksi nasional seperti yang diuraikan sebelumnya akan menjamin redistribusi pendapatan berlangsung bersamaan dengan pertumbuhan oleh karena dengan struktur ini banyak orang terlibat dalam proses produksi nasional dengan pendapatan yang layak secara manusiawi. Selama pemerintahan Orde Baru, jelas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa etika sosial atau moralitas ekonomi telah tidak menjadi landasan dalam hubungan dan proses ekonomi. Terlihat dengan nyata bahwa kita sadar atau tidak sadar telah didominasi oleh pemikiran ekonomi kapitalisme abad ke-19. ini terbukti dengan tumbuhnya secara kokoh kelas pemupuk rente dalam ekonomi Indonesia.Ketika berbicara didepan masyarakat media massa Indonesia, mantan Presiden BJ Habibie menyinggung salah satu persoalan krusial yang sedang kita hadapi. Secara langgsung dan dekat, permasalahan itu ialah bagaimana mengembalikan rasa aman kepada masyarakat warganegara Indonesia. Rasa aman mereka guncang oleh kerusuhan yang terjadi pada tanggal 13,14, dan 15 Mei98, terutama di Jakarta. Dalam kejadian itu terjadi perusakan, pembakaran, penjarahan bahkan juga tindak kekerasan fisik termasuk perkosaan terhadap kompleks pertokoan dan usaha warganegara keturunan. Rasa aman dan kepercayaan itu bertambah guncang karena pada hari-hari itu tidak tampak hadirnya pihak keamanan yang bertindak melakukan pencegahan, penindakan, dan perlindungan. Tindakan keamanan tampak dan terasa, baru setelah puncak kerusuhan lewat. Hal itu mendesak baik karena pertimbangan hak-hak asasi serta kewajiban melindungi seluruh warganegara. Hal itu juga dikaitkan dengan usaha kita secara berangsur-angsur mengembalikan keadaan normal serta memulihkan kegiatan ekonomi. Kini ketika segala sesuatu mulai reda, mau tidak mau, kita melakukan penelaahan kembali secara rasional dan proporsional. Dengan sengaja kita

katakan,secara langsung yang mendesak permasalahannya adalah mengembalikan rasa aman serta kepastian-kepastian perlindungan. Tantangan yang kita hadapi ialah mengembalikan kepercayaan dari dalam negeri dan dari luar negeri. Pulihnya kepercayaan dari dalam negeri ikut mempercepat serta memperkukuh kepercayaan dari luar negeri. Secara lebih jauh, persoalan yang kita hadapi ialah bagaimana meletakkan kembali proses nation building dan integrasi nasional bagi masyarakat bangsa kita yang majemuk, berjumlah besar serta bernegeri kepulauan. termasuk didalamnya bahkan yang dalam ulasan ini kita angkat sebagai persoalan yang mendesak adalah tempat serta proses nation-building dan integrasi nasional yang menyangkut warga keturunan. Ketika Indonesia mulai menempuh jalan ekonomi pasar untuk pembangunan, kita termasuk yang sejak dini dan berulang-ulang, mengingatkan bahwa berlakunya ekonomi pasar harus disertai strategi dan kebijakan yang efektif dalam nation building dan integrasi nasional. Sebab dalam keadaan obyektif pun, sebagai warisan sejarah, masyarakat keturunanlah yang lebih siap menggunakan kesempatan ekonomi pasar itu.apalagi, ketika berlakunya ekonomi pasar semakin terjalin dalam interaksi dengan pasar global baik di kawasan Asia maupun di kawasan dunia. Ketika kondisi ekonomi secara umum masih baik, segala faktor dan keadaan negatif itu tertutup dan tertahankan. Ketika kondisi ekonomi buruk dan krisis, segala hal negatif yang tertutup dan tertahankan itu menjadi terang benderang, masuk kedalam kesadaran krisis masyarakat dan tidak lagi dapat tertahankan. Pada waktu yang sama, menjadi semakin terang benderang pula bagaimana strategi dan kebijakan pembangunan dan perpolitikan dirusak serta dilanggar rasa fairtness, kepatuhan serta keadilannya oleh praktek KKN. Permasalahannya yang dialami oleh masyarakat keturunan memperoleh perhatian serius. Hal itu diantaranya ditunjukkan oleh maksud mantan menteri Kehakiman Muladi ia kemukakan, meskipun perundangan dan ketentuan hukum yang berlaku memberikan jaminan dan perlindungan hukum yang cukup kepada warganegara. Dalam industri manufaktur, peningkatan terbesar masih didominasi oleh industri ringan yaitu kelompok industri padat karya dan padat kekayaan alam, padahal di masa mendatang kebijaksanaan industri yang dikaitkan dengan proteksi semakin ditinggalkan karena bertentangan dengan arah perdagangan tanpa hambatan yang kini terus digodok dan diimplementasikan melalui forum WTO. Dengan diadakannya perlindungan oleh setiap negara, persaingan dalam kawasan akan makin keras terlebih lagi karena persaingan yang akan terjadi terutama adalah antar unit produksi. Oleh karena itu, efisiensi di sektor industri dan perdagangan perlu dibenahi. Peningkatan efisiensi di sector industri dan perdagangan itu juga sangat dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja, yang tercermin dalam kualitas SDM.pada saat ini kualitas SDM yang ada masih berada di bawah negara-negara tetangga yang telah lebih dulu maju dengan demikian upaya mengejar ketinggalan dalam pengembangan SDM juga merupakan tantangan agar dapat menciptakan manusia yang produktif dan berdaya saing tinggi. Sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, maka harapan tenaga kerja terhadap pekerjaan yang diinginkan akan semakin tinggi. Ini mendorong angkatan kerja untuk menunggu jenis pekerjaan yang sesuai dengan taraf pendidikannya dan secara absolut ini akan mendorong meningkatnya pengangguran bagi angkatan kerja yang berpendidikan baik SLTA maupun Universitas. Selain itu transformasi ekonomi akan mengakibatkan terjadinya pergeseran angkatan kerja dari sektor yang mempunyai

upah yang lebih tinggi.salah satu akibatnya adalah adanya urbanisasi yang semakin besar dari angkatan kerja yang ada dipedesaan ke kota-kota besar. Masalah pemerataan dapat tercermin dari masih banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan meskipun jumlahnya terus berkurang, laju penurunannya masih rendah dan lokasinya makin terpusat pada kantung-kantung kemiskinan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masalah kemiskinan secara mendasar masih merupakan tantangan yang harus dipecahkan. Selain itu masalah ketidakmerataan dapat menyebabkan kesenjangan, masalah ini jika tidak ditangani secara hati-hati dan tepat, mempunyai potensi untuk membesar dengan adanya deregulasi. Dapat disimpulkan bahawa sesungguhnya kita merasakan bahwa telah banyak reformasi yang dilakukan pemerintah selamalebih dari satu dasawarsa terakhir ini, termasuk menggeser orientasi agar ekonomi kita lebih melihat keluar (pasar global), dengan hasil-hasilnya yang nyata seperti telah banyak dilaporkan dalam berbagai data statistik. Padahal untuk suatu masyarakat bangsa dimana tingkat imperfect competition yang ber ujung kepada marketfailur nya yang besar (secara populer kita menyebutnya sebagai adanya distorsi pasar, setiap upaya reformasi yang sasaran dan hasilnya yang positif untuk level mikro-dunia usaha (seringkali juga sebagian besar hanya bermanfaat untuk kalangan USB, dan bukan untuk kalangan UKM), maka belum tentu positif dalam kerangka makro-publik bahkan tidak jarang bertentangan atau bersifat trade-off. Memang harus diakui bahwa dinamika pertumbuhan ekonomi pasca reformasi, sebagian besar disumbangkan oleh kinerja swasta bersama oleh pemerintah dan birokrasi yang telah terbarukan. Tapi jika kemudian kita berkesimpulan sebagaimana visi kalangan neo-liberalis bahwa semakin minimum intervensi negara akan semakin baik. Yang diperlukan sesungguhnya adalah, dalam rangka menggeser orientasi ekonomi nasional yang lebih dominan melihat keluar, suatu credible government (pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif) atau yang kini dikenal sebuah reinventing government yang kinerjanya dapat menjamin berfungsinya mekanisme pasar secara optimal. Dengan visi yang demikianlah, agenda reformasi yang diajukan kiranya akan lebih memenuhi sasaran agar supaya ekonomi nasional kita memiliki OWL (orientasi keluar) yang lebih dominan, dalamkerangka merealisasikan kepentingan ekonomi nasional kita dalam konteks untuk memanfaatkan secara proaktif dan agresif dinamika pasar global.
REVOLUSI HIJAU DAN INDUSTRIALISASI PADA MASA ORDE BARU REVOLUSI HIJAU

Munculnya beberapa teknik pertanian pada abad ke-17 dan abad ke-18 dapat dilacak dari jenis tanaman baru dan beberapa perubahan ekonomi. Pada masa sekarang ini di negara yang maju dan sedang berkembang terjadi perbedaan makin besar dalam taraf hidup masyarakatnya. Hal ini disebabkan perbedaan antara efisiensi teknologi pertanian dan kenaikan jumlah penduduk. Perubahan-perubahan di bidang pertanian sebenarnya telah berkali-kali terjadi dalam sejarah kehidupan manusia yang biasa dikenal dengan istilah revolusi. Perubahan dalam bidang pertanian itu dapat berupa peralatan pertanian, perubahan rotasi tanaman, dan perubahan sistem pengairan. Usaha ini ada yang cepat dan lambat. Usaha yang cepat inilah disebut revolusi, yaitu perubahan secara cepat menyangkut masalah pembaruan teknologi pertanian dan peningkatan produksi pertanian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Revolusi Hijau merupakan bagian dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem pertanian pada abad sekarang ini. Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern. Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses panjang dan akhirnya meluas ke wilayah Asia dan Afrika. Revolusi Hijau mulai mendapat perhatian setelah Thomas Robert Malthus (17661834) mulai melakukan penelitian dan memaparkan hasilnya. Malthus menyatakan bahwa kemiskinan adalah masalah yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Di Meksiko pada tahun 1944 didirikan sebuah pusat penelitian benih jagung dan gandum. Pusat penelitian ini mendapat bimbingan langsung dari Rockefeller Foundation. Hanya dalam beberapa tahun, para peneliti di lembaga tersebut berhasil menemukan beberapa varietas baru yang hasilnya jauh di atas rata-rata hasil varietas lokal Meksiko. Diilhami oleh kesuksesan hasil penelitian di

Meksiko, pada tahun 1962 Rockefeller Foundation bekerja sama dengan Ford Foundation mendirikan sebuah badan penelitian untuk tanaman padi di Filipina. Badan penelitian ini dinamakan International Rice Research Institute (IRRI) yang bertempat di Los Banos, Filipina. Pusat penelitian initernyata juga menghasilkan suatu varietas padi baru yang hasilnya jauh melebihi rata-rata hasil varietas lokal di Asia. Varietas baru tersebut merupakan hasil persilangan genetik antara varietas padi kerdil dari Taiwan yang bernama DeeGeowoogen dan varietas padi jangkung dari Indonesia yang bernama Peta.

Hasil dari persilangan tersebut diberi nama IR 8-288-3 atau biasa dikenal dengan IR-8 dan di Indonesia dikenal dengan sebutan padi PB-8. Setelah penemuan padi PB- 8, disusul oleh penemuan varietasvarietas baru yang lain. Jenis-jenis bibit dari IRRI ini di Indonesia disebut padi unggul baru (PUB). Pada tahun 1966, IR-8 mulai disebarkan ke Asia diikuti oleh penyebaran IR-5 pada tahun 1967. Pada tahun 1968 di India, Pakistan, Sri Lanka, Filipina, Malaysia, Taiwan, Vietnam, dan Indonesia telah dilaksanakan penanaman padi jenis IR atau PUB secara luas di masyarakat. Pada tahun 1976 areal sawah di Asia yang ditanami PUB sudah mencapai 24 juta hektar. Revolusi Hijau adalah proses keberhasilan para teknologi pertanian dalam melakukan persilangan (breeding) antarjenis tanaman tertentu sehingga menghasilkan jenis tanaman unggul untuk meningkatkan produksi bahan pangan. Jenis tanaman unggul itu mempunyai ciri berumur pendek, memberikan hasil produksi berlipat ganda (dibandingkan dengan jenis tradisional) dan mudah beradaptasi dalam lingkungan apapun, asal memenuhi syarat, antara lain: a. b. c. d. tersedia cukup air; pemupukan teratur; tersedia bahan kimia pemberantas hama dan penyakit; tersedia bahan kimia pemberantas rerumputan pengganggu.

PERKEMBANGAN REVOLUSI HIJAU DI INDONESIA

Perkembangan revolusi hijau yang semakin bertambah pesat, juga berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia. Sebagian besar kondisi social ekonomi masyarakat Indonesia berciri agraris. Oleh karena itu pertanian menjadi sector yang sangat penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, hal ini didasari oleh:

a. b. c.

Kebutuhan penduduk yang meningkat dengan pesat. Tingkat produksi pertanian yang masih sangat rendah. Produksi pertanian belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk.

Maka, berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan produksi pertanian dengan melakukan berbagai cara diantaranya dikenal dengan sebutan sebagai berikut: a. Intensifikasi pertanian Intensifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan pancausaha tani, panca usaha tani ini meliputi pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varitas unggul; pemupukan yang teratur; pengairan yang cukup; pemberantasan hama secara intensif; teknik penanaman yang lebih teratur.

b.

Ekstensifikasi pertanian Ekstensifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan ternak.

c.

Diversifikasi pertanian Diversifikasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan keanekaragaman usaha tani.

d.

Rehabilitasi pertanian Rehabilitasi pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan kemampuan daya produkstivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.

Dalam pelaksanaannya Revolusi Hijau dilakukan dalam bermacam bentuk dan cara. Di Indonesia misalnya Revolusi Hijau dilakukan melalui komando dan subsidi. Program BIMAS atau Bimbingan Massal tahun 1970 adalah salah satu bentuk pelaksanaan Revolusi Hijau. Bimas adalah suatu paket program pemerintah yang berupa teknologi pertanian, benih hibrida, pupuk kimia, pestisida, dan bantuan kredit. Ketika jumlah peserta BIMAS menurun, pemerintah melontarkan program baru INMAS (intensifikasi massal) yakni suatu program kredit sebagai lanjutan bagi peserta Bimas. Pada tahun 1979 sekali lagi sebuah program baru bernama INSUS (intensifikasi khusus) diluncurkan. Tujuannya adalah untuk mendorong petani menanam tanaman sambil mengontrol hama padi. Program-program yang diluncurkan pemerintah ini dibarengi dengan beberapa subsidi. Bentuk-bentuk subsidi tersebut adalah a. b. c. d. bantuan dan subsidi besar besaran terhadap harga pupuk kimia subsidi terhadap kredit pertanian pembayaran gabah oleh negara melalui operasi pembelian dengan harga dasar dan pembangunan stok persediaan meningkatkan kuantitas irigasi serta pinjaman modal melalui utang luar negeri. Hasil kuantitatif Revolusi Hijau di Indonesia memang menakjubkan. Di satu pihak pertanian di Jawa mampu memproduksi dua kali lipat padi dari hasil pertanian di Pulau Jawa tahun 1960-an. Jawa menyumbangkan lebih dari rata rata kontribusi pangan nasional, dalam arti hasil dibanding daerah lain di Indonesia, dan karena itu memainkan peran utama dalam perubahan status Indonesia dari pengimpor beras terbesar menjadi mandiri pada tahun 1985. Namun demikian jika dilihat secara kwalitatif dan kritis, terdapat berbagai persoalan yang berdampak terhadap meningkatnya kemiskinan di pedesaan, urbanisasi, serta represi politik terhadap kaum tani. (Banyak study telah dilakukan diantaranya oleh Gunawan Riyadi). Dalam rangka untuk mencegah terjadinya penolakan penyebab marginalisasi akibat dari program terebut pemerintah telah menerapkan suatu mekanisme konrol politik dengan memperkenalkan floating mass policy, yakni melarang organisasi massa dan politik berkembang di tingkat desa. Pemilihan kepala desa diganti dengan sistim penunjukan, dan sering kali dengan seorang militer untuk melengkapi Komando rayon militer di tingkat kecamatan. Pembentukan KUD sebagai satu-satuya koperasi di tingkat kecamatan, serta kebijaksanaan tentang pemerintahan desa yang berlaku sejak tahun 1979 untuk menggantikan model rembug desa, adalah juga proses pembatasan politik petani melalui penciptaan lembaga yang bisa kontrol.

Revolusi Hijau dapat memberikan keuntungan bagi kehidupan umat manusia, tetapi juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan umat manusia. Keuntungan Revolusi Hijau bagi umat manusia, antara lain sebagai berikut. a. Revolusi Hijau menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur pendek sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah (dari satu kali menjadi dua kali atau tiga kali per dua tahun). Akibatnya, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak. Demikian juga keharusan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit akan menambah kebutuhan tenaga kerja Revolusi Hijau dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan paket teknologi, biaya produksi memang bertambah. Namun, tingkat produksi yang dihasilkannya akan memberikan sisa keuntungan jauh lebih besar daripada usaha pertanian tradisional. Revolusi Hijau dapat merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya teknologi. Dalam hal ini, terkandung pandangan atau harapan bahwa dengan masuknya petani ke dalam arus utama kehidupan ekonomi, petani, dan masyarakat pada umumnya akan menjadi sejahtera. Revolusi Hijau merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan hasil melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di masyarakat. Hal ini sudah terjadi di beberapa negara, misalnya di Indonesia.

b.

c.

d.

Namun, bukan hanya danpak positif saja yang diberikan akibat adanya revolusi hijau ini, ada juga dampak negative yang muncul akibat revolusi hijau ini. Dampak negatif munculnya Revolusi Hijau bagi para petani Indonesia, antara lain sebagai berikut. a. Sistem bagi hasil mengalami perubahan. Sistem panen secara bersamasama pada masa sebelumnya mulai digeser oleh sistem upah. Pembeli memborong seluruh hasil dan biasanya menggunakan sedikit tenaga kerja. Akibatnya, kesempatan kerja di pedesaan menjadi berkurang. Pengaruh ekonomi uang di dalam berbagai hubungan sosial di daerah pedesaan makin kuat. Ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi hama juga berdampak pada tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani.d. Peningkatan produksi pangan tidak diikuti oleh pendapatan petani secara keseluruhan karena penggunaan teknologi modern hanya dirasakan oleh petani kaya.

b. c.

PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI

Perkembangan industi yang pesat dewasa ini memang tidak terlepas dari proses perjalanan panjang penemuan-penemuan baru dalam bidang industry . dimana selain penemuan-penemuan baru di bidang industry masih ada lagi factor yang menyebabkan terjadi industrialisasi, diantaranya yaitu pengaruh dari perkembangan revolusi hijau. Dimana revolusi hijau ini menyebabkan upaya untuk melakukan modernisasi yang berdampak pada perkembangan industrialisasi yang ditandai dengan adanya pemikiran ekonomi rasional. Pemikiran tersebut akan mengarah pada kapitalisme. Dengan industrialisasi juga merupakan proses budaya dimana dibagun masyarakat dari suatu pola hidup atau berbudaya agraris tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan berbudaya masyarakat industri. Perkembangan industri tidak lepas dari proses perjalanan panjang penemuan di bidang teknologi yang mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat. Industrialisasi ini juga berhasil menjerat Indonesia untuk masuk didalamnya, dimana Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh : a. b. c. d. e. Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja. Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor industri. Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang lama menuju pola-pola perilaku yang baru yang bercirikan masyarakat industri modern diantaranya rasionalisasi. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai daerah khususnya di kawasan industri. Menigkatnya kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan hasil-hasil industri baik pangan, sandang, maupun alat-alat untuk mendukung pertanian dan sebagainya. Dari hal diatas, pemerintah Indonesia mulain tertarik akan perkembangan industrialisasi di Indonesia. Untuk itu pemerintah berupaya untuk meningkatkan industrialisasi di Indoensia, upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya yaitu: a. b. c. d. Meningkatkan perkembangan jaringan informasi, komunikasi, transportasi untuk memperlancar arus komunikasi antarwilayah di Nusantara. Mengembangkan industri pertanian Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang mengalami kemajuan pesat. Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun galangan kapal di Surabaya yang dikelola olrh PT.PAL Indonesia.

e.

Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara(IPTN) yang kemudian berubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia. Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta, Cilacap, Surabaya, Medan, dan Batam. Dengan adanya tekhnologi baru dan revolusi industry, masyarakat dunia sekarang ikut menikmati segala macam barang dan jasa yang bermutu dan jumlahnya pun semakin meningkat. Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang turut menikmati kemajuan dari perkembangan industry.

a.

Industry pertanian. Industry pertanian merupakan suatu upaya untuk mengolah sumber daya hayati dengan bantuan tekhnologi industry. Tekhnologi industry itu dapat menghasilkan berbagai macam hasil yang mempunyai nilai lebih tinggi. Bentuk bentuk industry pertanian meliputi hal-hal sebagai berikut:

Industry pengolahan hasil tanaman pangan termasuk hortikultura. Industry pengolahan hasil perkebunan seperti industry minyak kelapa, industry barang-barang karet dan sebagainya. Industry pengolahan hasil perikanan seperti industry pengolahan udang, rumput laut, ubur-ubur dan lain sebagainya. Industry pengolahan hasil hutan seperti pengolahan kayu, pengolahan pulp, kertas dan ranyon, serta industry pengolahan rotan. Industry pupuk, yaitu dengn memanfaatkan gas alam, serta eksploitsi sumbersumber yang baru. Industry pestisida yang dikembangkan terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Industry mesin dan peralatan pertanian. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan industry pertanian agar lebih baik yaitu:

Melakukan panca usaha tani Penanganan pascapanen Menentukan harga yang layak bagi produsen dan konsumen. Penyediaan sarana dan prasarana Pengembangan dan pemanfaatan tekhnologi.

Pemanfaatan lahan kering, pekarangan dan rawa. Pada dasarnya perekonom ian Indonesia bersifat agraris, bahkan hamper 80% wilayah Indonesia merupakan daerahpertanian dan sebagian besar penduduk indionesia bekerja di sector pertanian. Hasil hasil pertanian yang meliputi hasil produksi pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan merupakan bahan mentah untuk kegiatan industry, seperti industry furniture, tekstil, kertas, rokok, dan lain sebagainya. Sudah tentu, pengolahan hasil produksi pertanian itu ditempuh melalui proses industry pabrtik. Beberapa pabrik industry pengolahan hasil pertanian itu antara lain pabrik ban mobil goodyear di bogor, pabrik kina di bandung, pabrik kertas di leces dan padalarang, pabrik pengolahan udang di semarang dan lain sebagainya. b. Industry nonpertanian. Industri nonpertanian adalah industri yang aktivitasnya di luar bidang pertanian, meliputi industri maritim, industri elektronika, industri pariwisata, industri pertambangan dan energi, industri semen, besi baja, perakitan kendaraan bermotor. Berbagai macam industri telah didirikan untuk meningkatkan produksinya. Pabrik semen di Gresik, Padang, Cibinong, dan Ujung Pandang. Untuk memperkuat struktur industri Indonesia yang masih lemah, mulai tahun 1984 pemerintah menyusun suatu langkah strategis yang disebut Peta Rangka Landasan bidang industri dengan sistem Pusat Pertumbuhan Industri (Industrial Growth Center) sebuah proyek percontohan di Lhok Seumawe sebagai suatu wilayah terpadu dari pusat industri petrokimia, pupuk Urea, semen, kertas, dan sebagainya. Upaya yang sama dilaksanakan di Palembang, Gresik, Kupang, dan Kalimantan Timur. Industri Pertambangan dan Energi Industri pertambangan dan industri diarahkan pada pemanfaatan dan penyediaan bahan baku bagi industri dalam negeri, dan meningkatkan ekspor. Contohnya adalah: industri tambang batu bara di Sawahlunto; industri tambang emas di Irian Jaya; industri tambang minyak bumi di Balikpapan, Palembang; industri tambang timah di Belitung; industri semen di Gresik, Padang, Cibinong, Ujung Pandang

IndustriElektronika. Perkembangan elektronika di Indonesia semakin maju seiring bermunculan perusahaan elektronika Maspion, Polytron, LG, Panasonic (sekarang National dan Panasonic bergabung menjadi Panasonic). Industri Pariwisata Indonesia (Pulau Bali) termasuk peringkat 5 setelah Hawai pada pariwisata internasional. Wilayah Indonesia termasuk wisata alam, budaya, dan teknologi. Adapun keuntungan industri wisata adalah:

mendatangkan devisa Negara memperluas lapangan kerja memacu pembangunan daerah meningkatkan rasa cinta tanah air mengembangkan kerajinan rakyat. Menurut UU No. 5 Tahun 1984, Departemen Perindustrian secara nasional membagi industri menjadi 4 kelompok,yaitu: industri mesin dan logam dasar (industri hulu); industri kimia dasar (industri hulu); kelompok aneka industri (industri hilir); industri kecil termasuk industri rumah tangga. Perkembangan industri pertanian dan nonpertanian telah membawa hasil yang cukup menggembirakan. Hasil-hasilnya telah dapat dirasakan dan dinikmati saat itu oleh masyarakat Indonesia, antara lain sebagai berikut. Swasembada Beras Kesejahteraan Penduduk Perubahan Struktur Ekonomi Perubahan Struktur Lapangan Kerja Perkembangan Investasi

PERKEMBANGAN TEKHNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi menampakkan kemajuan sekitar abad ke-19, ketika para ilmuan berhasil menemukan berbagai penemuan penting. Misalnya penemuan di bidang keasehatan yang memungkinkan kesehatan manusia menjadi lebih baik. Perkembangan itu sampai sekarang masih berlangsung dan telah mengubah cara kehidupan manusia diseluruh dunia. Namun yang paling menakjubkan dalam penemuan itu adalah perkembangan di bidang tekhnologi informasi dan komunikasi. a. System informasi dan komunikasi. Teknologi informasi merupakan gabungan antara teknologi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Pengembangan teknologi hardware cenderung menuju ukuran yang kecil dengan kemampuan serta kapasitas yang tinggi. Namun diupayakan harga yang relatif semakin murah. Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Perkembangan teknologi informasi telah memunculkan berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi, seperti : egovernment, e- commerce, e-education, e-medicine, e-laboratory, dan lainnya, yang kesemuanya itu berbasiskan elektronika. Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, meliputi : memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dengan berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas. Informasi yang dibutuhkan akan relevan, akurat, dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan ditunjang teknologi informasi telekomunikasi data dapat disebar dan diakses secara global. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran. Perkembangan teknologi informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan itu dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Sehingga sekarang sedang semarak dengan berbagai terminologi yang dimulai dengan awalan e seperti e-commerce, e-government, e-education, elibrary, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika.

Ekonomi global juga mengikuti evoluasi dari agraris dengan ciri utama tanah merupakan faktor produksi yang paling dominan. Melalui penemuan mesin uap, ekonomi global ber-evolusi ke arah ekonomi industri dengan ciri utama modal sebagai faktor produksi yang paling penting. Abad sekarang, cenderung manusia menduduki tempat sentral dalam proses produksi berdasar pada pengetahuan (knowledge based) dan berfokus pada informasi (information focused). Telekomunikasi dan informatika memegang peranan sebagai teknologi kunci (enabler technology). Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, memungkinkan diterapkannya cara-cara yang lebih efisien untuk produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa. Proses inilah yang membawa manusia ke dalam masyarakat atau ekonomi informasi sering disebut sebagai masyarakat pasca industri. Pada era informasi ini, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor penentu dalam hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga dunia ini menjadi suatu kampung global atau Global Village. b. Perkembangan media komunikasi Massa di Indonesia. Komunikasi massa dikenal di Indonesia sejak abad ke-18, tahun 1744 ketika sebuah surat kabar bernama Bataviasche Nouvelles diterbitkan oleh pengusahaan Belanda. Kemudian terbit Vendu Niews tahun 1776 yang mengutamakan diri pada berita pelelangan. Ketika memasuki abad ke-19, terbit berbagai surat kabar lainnya yang semuanya diusahakan oleh orang-orang Belanda untuk para pembaca Belanda dan segelintir kaum pribumi yang mengerti bahasa Belanda. Kemudian media massa yang dikelola oleh pribumi mulai dengan terbitnya majalah Bianglala tahun 1854 dan Bomartani 1885, keduanya di Weltevreden. Selain itu pada tahun 1856 terbit Soerat kabar Bahasa Melajoe di Surabaya. Umumnya media itu terbit di Jawa. Ini dikarenakan percetakan sebagai sarana yang sangat vital untuk menerbitkan media hanya ada di Jawa. Itu sebabnya pers di Sumatera dan pulau-pulau lainnya berkembang belakangan. Di Padang misalnya muncul terbit pertama kalinya Pelita Kecil tahun 1882 dan Partja Barat tahun 1892. Kaum pribumi kemudian mulai banyak menerbitkan media sendiri pada abad ke-20. Setelah kemerdekaan, kehidupan pers ikut menikmati kemerdekaan dengan bebas dari berbagai tekanan. Media pun bermunculan seperti cendawan di musim hujan. Seperti di Jakarta terbit Merdeka pada 1 Oktober 1945, di Yogyakarta terbit Kedaulatan Rakya tahun 1945, di Surabaya terbit Jawa Pos tahun 1949 dan Surabaya Pos tahun 1953. Tetapi suasan bebas ini hanya berlangsung selama masa Demokrasi Liberal (1945-1959). Setelah itu muncul Demokrasi terpimpin (19591965), pada masa ini banyak pembatasan terhadap kehidupan pers, kerenanya pers Indonesia pada masa itu boleh disebut sebagai pers otoriter. Kemudian pers di Indonesia kembali sedikit menerima udara bebas pada masa Orde Baru lahir tahun 1966 dan keadaan ini berlangsung hingga tahun 1974. Hal ini terlihat dengan terbitnya kembali sejumlah surat kabar yang pada masa Demokrasi Terpimpin pernah di berdel, yaitu Merdeka (Juni 1966), Berita Indonesia (Mei 1966), Indonesia

Observer (September 1966), Nusantara (Maret 1967), Indonesia Raya (Oktober 1968), Pedoman (November 1968) dan Abadi (Desember 1968). Pada masa Orde Baru pers Indonesia disebut sebagai pers pancasila, cirinya adalah bebas dan bertanggungjawab. Di mana selanjutnya mendapat penegasan dari Tap MPR No.IV/1973 dan Tap MPR No.III/1983 agar pers di Indonesia dijadikan sebagai pers sehat, yaitu pers yang menjalankan fungsinya sebagai penyebar infomasi yang objektif, menyalukan aspirasi rakyat serta memperluas komunikasi dan partisipasi rakyat. Aturan yang menindas pers itu terus dilestarikan pada era Soeharto, represi sudah dijalankan bahkan sejak pada awal era Orde Baru yang menjanjikan keterbukaan. Sejumlah Koran menjadi korban, antara lain majalah Sendi terjerat delik pers, pada 1972, karena memuat tulisan yang dianggap menghina Kepala Negara dan keluarga. Surat ijin terbit Sendi dicabut, pemimpin redaksi-nya dituntut di pengadilan. Setahun kemudian, 1973, Sinar Harapan, dilarang terbit seminggu karena dianggap membocorkan rahasia negara akibat menyiarkan Rencana Anggaran Belanja yang belum dibicarakan di parlemen. Pengekangan terhadap pers kembali terjadi pada 1978, berkaitan dengan maraknya aksi mahasiswa menentang pencalonan Soeharto sebagai presiden. Sebanyak tujuh surat kabar di Jakarta (Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos Sore) dibekukan penerbitannya untuk sementara waktu hanya melalui telepon, dan diijinkan terbit kembali setelah masing-masing pemilik Koran tersebut meminta maaf kepada pemimpin nasional (Soeharto). Pada era Soeharto terdapat tiga faktor utama penghambat kebebasan pers dan arus informasi: adanya sistem perizinan terhadap pers (SIUPP), adanya wadah tunggal organisasi pers dan wartawan, serta praktek intimidasi dan sensor terhadap pers. Faktor-faktor itulah yang telah berhasil menghambat arus informasi dan memandulkan potensi pers untuk menjadi lembaga kontrol. Jatuhnya Soeharto ternyata tidak dengan sendirinya mengakhiri berbagai persoalan. Periode transisi, di era Presiden Habibie berlanjut ke Presiden Abdurrahman Wahid, suasana keterbukaan justru memunculkan berbagai persoalan baru yang lebih kompleks, tidak sekadar hitam-putih. Rezim Habibie, tidak punya pilihan lain, selain harus melakukan liberalisasi dan itu pun bukan tanpa ancaman. Era Abdurrahman Wahid memperlihatkan kesungguhan untuk mengadopsi kebebasan pers, namun masih harus ditunggu sejauh mana keseriusan rezim Gus Dur-Megawati menegakkan kebebasan pers, mengingat basis pendukung dua pemimpin ini (Banser NU dan Satgas PDI Perjuangan) kini terbukti cenderung merongrong kebebasan pers melalui aksi-aksi intimidasi terhadap pers. Ancaman terhadap kebebasan pers yang semula datang dari pemerintah melalui berbagai aturan represif, beralih wujud melalui tekanan

massa serta ancaman internal: tumbuhnya penerbitan pers yang sensational dan tidak mengindahkan etika. Departemen Penerangan, lembaga kontrol yang dua dasawarsa lebih menjadi hantu pencabut nyawa bagi Pers, dibubarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid, pada Oktober 1999. Presiden Wahid yang baru terpilih itu menegaskan, informasi adalah urusan masyarakat, bukan lagi menjadi urusan pemerintah. Pembubaran Departemen Penerangan menandai hilangnya kontrol negara, selanjutnya siapa mengontrol pers? Babak baru perkembangan pers Indonesia sedang berlangsung, belum ketahuan ke mana arahnya, banyak catatan sejarah pers di Indonesia berada pada titik rekaman tekanan dan intimidasi. Pers Indonesia terperangkap dalam ranjau-ranjau peraturan dan sensor yang dipasang pemerintah. Pengalaman di Indonesia, kebebasan itu seakan-akan merupakan berkah atau hadiah dari penguasa baru yang muncul menggantikan penguasa otoriter sebelumnya. Kebebasan pers setelah masa reformasi membawa peluang besar bagi kelompok pengusaha. Era reformasi telah membuka kesempatan bagi pers Indonesia untuk mengekplorasi kebebasan. Dampak yang kemudian terlihat, kebebasan itu untuk sebagian media, bukannya diekplorasi melainkan dieksploitasi. Sejumlah kebingungan dan kejengkelan terhadap kebebasan pers di era reformasi ini bisa dipahami. Kini media bebas untuk mengumbar sensasi, informasi yang diedarkan adalah yang bernilai jual tinggi, dikemas dengan gaya sensasi. Akibat ketiadaan otoritas yang memiliki kewenangan untuk menegur atau menindak pers, maka publik kemudian menjalankan aksi menghukum pers sesuai tolok ukur mereka sendiri. Era reformasi kini telah memproduksi media massa berorientasi populis, mengangkat soal-soal yang digunjingkan masyarakat. Akibatnya seringkali media massa menyebarkan informasi yang sebenarnya berkualifikasi isu, rumor bahkan dugaan-dugaan (hingga cacian dan hujatan). Pada ekstrim yang lain terdapat pula pers yang diterbitkan untuk tujuan politis: mempengaruhi dan membujuk pembacanya agar sepakat dan ikut dengan ideologi dan tujuan politisnya, atau bahkan menyerang dan membungkam pihak lawan. Media massa sebagai penyalur informasi mengemas apapun yang bisa diinformasikan, asalkan itu menyenangkan dan sedang menjadi gunjingan publik. Gaya media semacam ini kemudian mendapat reaksi sepadan dari kelompok masyarakat tertentu yang cenderung radikal dan tertutup, atau kelompok-kelompok yang mengklaim kebenaran sebagai milik mereka. Jika pemberitaan media tidak menyenangkan pihaknya atau kelompoknya, maka jalan pintasnya adalah melabrak dan mengancam yang ternyata memang terbukti sangat efektif bahkan sampai pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono kondisi komunikasi massa di Indonesia tampak jauh lebih baik dari sisi penyajiannya, namun sampai saat ini banyak materi-materi yang disajikan, menyimpang dari apa yang dicita-

citakan. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya media cetak maupun elektronik hadir dikalangan masyarakat, yang orientasinya lebih kepada meraut keuntungan dunia usaha

c.

System komunikasi satelit domestic (SKSD) Palapa. Dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di Indonesia dilakukan pembangunan system komunikasi satelit domestic (SKSD) untuk keperluan komunikasi. Pembangunan satelit itu dimulai tahun 1975 dan selesai tahun 1976. Satelit itu diberi nama palapa yang diambil dari sumpah mahapatih gajah mada untuk menyatukan nusantara. SKSD Palapa merupakan suatu system satelit komunikasi yang dikendalikan oleh system pengendali yang ada di bumi, yang mempunyai fungsi sebagai sarana dalam berbagai aktivitas komunikasi. Satelit komunikasi mempunyai masa kerja tertentu, satelit yang masa kerjanya sudah habis harus diganti dengan satelit generasi baru. Generasi pertama dari SKSD Palapa adalah Palapa A-1 yang diluncurkan pada tanggal 18 juli 1976. Berturut-turut dari generasi satelit yang diluncurkan adalah

Palapa A-2 (10 Maret 1977). Palapa B-1 (19 Juni 1983). Palapa B-2 (6 February 1984). Palapa B-2P ( 20 Maret 1987). Palapa B-2R (20 Maret 1990). Palapa B-4 (7 Mei 1992). Palapa C-1 (February 1996). Palapa C-2 yang diluncuran pada tanggal 16 mei 1966. Sekarang ini, kita juga mengenal satelit komunikasi yang lain yakni telkomsel-1 dan garuda-1. Jangkauan dari satelit palapa C-2 meliputi wilayah dari Irian sampai Vladiwostok (Rusia) dan dari Australia sampai selandia baru. Melalui SKSD Palapa, hubungan komunikasi antar daerah dan antarnegara menjadi lebih mudah. System komunikasi tersebut memungkinkan bangsa Indonesia mengetahui berbagai informasi yang disajikan melalui televise secara cepat.

d.

Radio.

Radio siaran pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands IndieHindia Belanda), ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda dan berstatus swasta. Setelah BRV berdiri secara serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan yang paling terbesar dan terlengkap adalah radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung, dan Medan, karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda. Sebagai pelopor timbulnya radio siaran usaha bangsa Indonesia adalah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan di kota Solo pada tanggal 1 April 1933 oleh Mangkuneoro VII dan Ir. Sarsito Mangunkusumo. Ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang bernama Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran Hoso Kyosu saja. Namun demikian di kalangan pemuda terdapat beberapa orang dengan risiko kehilangan jiwa, secara sembunyisembunyi mendengarkan siaran luar negeri, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa pada 14 Agustus 1945 Jepang telah menyerah kepada sekutu. Dengan demikian, ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai oleh Jepang. Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB namun hanya dapat didengar oleh penduduk disekitar Jakarta. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah bersejarah itu dapat dikumandangkan keluar batas tanah air dengan risiko petugasnya diberondong senjata serdadu Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap dan berhasil berkumandang di udara radio siaran dengan station callRadio Indonesia Merdeka. Dari sinilah Wakil Presiden Mohammad Hatta dan pimpinan lainnya menyampaikan pidato melalui radio siaran yang ditujukan kepada rakyat Indonesia. Pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara para pemimpin radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran. Tanggal 11 September itu menjadi hari ulang tahun RRI (Radio Republik Indonesia). Sampe akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil adalah Siaran Pedesaan yang mulai diudarakan pada

bulan September 1969 oleh stasiun RRI Regional. Selanjutnya, stasiun RRI Regional juga membantu menginformasikan program-program pemerintah, seperti Keluarga Berencana, transmigrasi, kebersihan lingkungan, imunisasi ibu hamil dan balita. Sejalan dengan perkembangan social budaya serta teknologi, maka bermunculan beberapa radio siaran amatir yang diusahakan oleh perorangan. Keadaan ini tidak dapat dihindari, namun perlu ditertibkan. Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Karena jumlah radio siaran swasta niaga semakin lama semakin banyak, serta fungsi dan kedudukannya penting bagi masyarakat, maka pada tahun 1974 stasiunstasiun radio siaran swasta niaga berhimpun dalam wadah yang dinamakan Persatuan Radio siaran Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI). e. Televisi. Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan berlangsungnya pesta olahraga se- Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi republik Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) sampai sekarang (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999) Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar diberbagai wilayang agar dapat menerima siaran televise, maka pada tanggal 6 Agustus 1976, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi. Dalam perkembangannya satelit Palapa A selanjutnya Satelit Palapa B, Palapa B-2, Palapa B2P dan Palapa B-4 diluncurkan tahun 1992 (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999). TVRI yang berada di bawah, Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah 200 juta jiwa. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televise siaran lainnya, yakni RCTI yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televise swasta lainnya seperti SCTV, TPI, ANTV , dll. Meskipun lima stasiun televisi sudah beroperasi, televise siaran tidaka akan pernah menggeser kedududkan radio siaran, karena radio siaran memiliki karakteristik tersendiri. Televise siaran dan rasio siaran, serta media lainnya berperan salaing mengisi. Televise siaran menggeser radio siaran mungkin dalam hal porsi iklan

Anda mungkin juga menyukai