Anda di halaman 1dari 3

B. Sejarah Intelektual Islam Perkembangan pemikiran islam mempunyai sejarah yang panjang dalam arti seluasluasnya.

Tradisi pemikiran dikalangan ummat islam berkembang seiring dengan kemunculan islam itu sendiri. Dalam kontek masyarakat Arab sendiri, du mana islam lahir dan pertama kali berkembang di sana, kedatangannya lengkap dengan tradisi keilmuannya. Sebab masyarakat Arabpra islam belum mempunyai sistem perkembangan pemikiran secara sistematis. Pada masa awal perkembangan islam, sistem pendidikan dan pemikiran yang sistematis belum terselengara kaerena ajaran islam tidak di turunkan sekaligus. Namun demikian isyarat Al-Qur`an sudah cukup jelas meletekkan pondasi yang kokoh terhadap perkembangan ilmu dan pemikiran, sebagaimana terlihat pada ayat yang pertama diturunkan yaitu suatu perintah untuk membaca dengan nama Allah [ai-Alaq: 1]. Dalam kaitan itu dapat dipahami mengapa proses pendidikan islam pertama kali berlansung di rumah yaitu Darul Arqam. Ketika masyarakat islam dapat di selengarakan di mesjid. Proses pendidikan pada kedua tempat tersebut dilakukan dalam lingkaran besaratau disebut Halaqah. Dalam mengunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution,dilihat dari segi perkembangannya, sejarah intelektual islam dapat dikolompokkan ke dalam tiga masa yaitu masa klasik, antara tahun 650-1250 M. Masa pertengahan yaitu tahun 1250-1800 M. Dan masa modern yaitu sejak tahun 1800 M- sekarang. Pada masa klasik lahir para ulama madzhad seperti iman Hambali, Hanafi, iman syfii dan iman Malik. Selain itu, lahir pula para filosuf muslim seperti Al-Kidi, tahun 801 M, seoran filosof pertama. Pada tahun itu pula para filsof seperti Al-Rasilahir tahun 865 M, AlFarabi lahir tahun 870 M. Dia dikenal sebagai pembangun agung Ibnu Miskawaih pada tahun 930 M, pemikkirannya yang dikenal tentang Pendidikan Ahlaq kemudian Ibnu Sina tahun 1037. Ibnu Bajjah tahun 1138 M, dan Ibnu Rasyid 1126 M dll. Pada masa pertengahan yaitu tahun 1250-1800 M, di dalam catatan sejarah pemikiran islam masa ini merupakan fase kemundurankarena filsafat mulai dijauhkan dari ummat islam sehinnga ada kecendurungan akal akal dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dan akherat. Pengaruhnya masuh terasa sampai sekarang. Pemikiran yang berkembang saat itu adlah pemikiran dikotomis antaara agama dengan ilmu dan urusan dunia dan akhirat titik kulminasinya adalah ketika para ulama sudah mendekat kepada para penguasa. Sehingga fatwa-fatwa mereka tidak lagi diikuti oleh

ummatnya dan kondisi umat menjadi carut marut kehilangan figur pemimpin yang dicintai umatnya. C. Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia Di zaman modern, ada satu fenomena yang menarik untuk kita simak bersama yaitu semangat dan pemahaman sebahagian generasi muda untuk Islam khususnya mahasiswa PTU dalam mempelajari dan mengenalkan ajaran islam. Mereka berpandangan bahwa Islam yang benar adalah segala sesuatu yang ditampilkan oleh Nabi Muhammad SAW, secara utuh termasuk nilai-nilai budaya Arabnya. Kita sepakat bahwa Nabi Muhammad SAW itu adalaah rasul Allah. Kita tahu Islam itu dari beliau, dan mengingkari kerasulannnya adqalah kafir. Nabi MuhammadSAW, adalah seorang Rasul Allah dan harus diingat bahwa beliau adalah orang Arab. Dalam kajian budaya kehidupannya terdapat nilai-nilai budaya lokal. Sedangkan nilai-nilai islam itu bersifat universal. Maka dari itu sangat dimungkinkan apa yang di contoh,oleh nabi hal mu`malahaada nuansa-nuansan budaya yang dapat kita aktualisasikan dalam kehidupan modern dan disesuaikan dengan muatan budaya lokal masing-masing. Contohnya dalam car berpakaian dan cara makan. Dalam ajaran islam sendiri meniru budaya satu kaum boleh-boleh saja sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar islam apa lagi yang dutirunya adalah panutan suci Nabi Muhammad SAW, namun yang tidaqk bolehadlah mengangap bahwa nilai-nilai budaya Arabnya dipandang sebagai ajaran islam. Dalam perkembangannya dakwa islam di Indonesia melalui bahasa penyiar agama mendakwakan ajaran islam melalaui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para waali di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam menggemas ajaran islam dengan bahasa budaya setempat, sehigga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai ini telah msuk dan menjadi trdisi dalam kehidupan sehari-hari mereka. D. Mesjid Sebagai Pusat Peradaban Islam Mesjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus seperti shalat. Pada mesjid berfungsi luas dari pada sekedar tempat shalat. Sejak awal berdirinya mesjid belum bergeser dari fungsi utamanya yaitu tempat shalat. Akan tetapi perlu di ingat mesjid di zaman Nabi berfungsi sebagai pusat peradaban. Nabi SAW menyucikan jiwa kaum muslim, mengajarkan Alquran dan Al-hikmah, bermusywarah untuk menyelesikan berbagai persoalan kaum muslim, membina sikap dasar kaum muslimin terhadap orang-orang yang berbeda agama dan ras, hingga upaya-upaya meningkatkan kesejatraan ummat justru dari mesjid.mesjid dijadikan simbol persatuan umat islam. Selama sekitar 700 tahun sejak

Nabi mendirikan mesjid pertama, fungsi mesjid masih kokoh dan orisinil sebagai pusat peribadatan dan peradaban. Sekolah-sekolah dan universitas-universitas pun bermunculan, justru dari mesjid. Mesjid Al-Azhar di mesir merupakan salah satu contoh yang sangat dikenal luasmkaum muslim Indonesia. Mesjid ini pun memberikan beasiswabagi para pelajar dan mahasiswa. Bahkan merupakan program nyata bagi mesjid. Dalam syriat islam, mesjid memiliki 2 fungsi utama yaitu; pertama, sebagai pusat ibadah ritual dan kedua, sebagai pusat ibadah sosial. Dari kedua fungsi tersebut titik sentralnya bahwa fungsi utama mesjid adalah sebagai pusat pembinaan umat islam.

Anda mungkin juga menyukai