Anda di halaman 1dari 17

1.

Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung. Misalnya: kakek-nenek pembinaan dan pengembangan laki bini belajar atau bekerja 2. Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan. Misalnya: perjalanan panjang hari libur Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif. 3. Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan. Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai. Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai Susi, ., sangat pandai. ., anak Pak Saleh sangat pandai. Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).

. Frase Eksosentrik Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
B Misalnya:

Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.

Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut: Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di . Siswa kelas 1A sedang bergotong royong . kelas

. Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.


C 1. Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal. Misalnya: baju baru, rumah sakit 2. Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal. Misalnya: akan berlayar 3. Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan. Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping 4. Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan. Misalnya: tadi pagi, besok sore

5. Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya. Misalnya: di halaman sekolah, dari desa D. Frase Ambigu Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu. Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku. Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda: 1. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita. 2. Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.

. Klausa Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya: banyak orang mengatakan. Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
B Penggolongan klausa: 1. Berdasarkan unsur intinya 2. Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat 3. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat

1. Pengertian Klausa

Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnyaterdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat
(Kiridalaksana, 1993:110). Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat. Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan O, Pel, dan Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. tetapi, dalam praktiknya

unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat plural) dan dalam kalimat yang merupakan jawaban. (Ramlan 1987:89). Misalnya :

(1) Bersama dengan istrinya, Bapak Soleh datang membawa oleh-oleh.

Kalimat (1) terdiri atas tiga klausa, yaitu klausa (a) bersama dengan istrinya, klausa (b) Bapak Soleh datang, dan klausa (c) membawa oleh-oleh. Klausa (a) terdiri atas unsur P, diikuti Pel, klausa (b) terdiri atas S dan P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O. Akibat penggabungan ketiga klausa tersebut, S pada klausa (a) dan (c) dilesapkan.

2. Ciri-ciri Klausa Adapun ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut: (1) dalam klausa terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang; (2) klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi final; (3) dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat; (4) klausa dapat diperluas dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi yang belum terdapat dalam klausa tersebut; selain dengan penambahan konstituen atribut pada salah satu atau setiap fungsi sintaktis yang ada.

3. Jenis-jenis Klausa Klausa dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu (1) kelengkapan unsur internalnya: klausa lengkap dan klausa tak lengkap, (2) adatidaknya kata yang menegatifkan P: klausa negative dan klausa positif, (3) kategori primer predikatnya: klausa verbal dan klausa nonverbal, (4) dan kemungkinan kemandiriannya untuk menjadi sebuah kalimat: klausa mandiri, klausa tergabung.

a. Klausa Lengkap dan Klausa Tak Lengkap Berdasarkan kelengkapan unsur internalnya, klausa dibedakan menjadi dua yaitu, klausa lengkap dan klausa tak lengkap. Klausa lengkap ialah klausa yang memiliki unsur internal lengkap, yaitu S dan P. Klausa lengkap ini berdasarkan struktur internalnya, dibedakan lagi menjadi dua yaitu klausa susun biasa dan klausa lengkap susun balik.

Klausa lengkap susun biasa ialah klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P. adapun klausa lengkap susun balik atau klausa lengkap inversi ialah klausa lengkap yang S-nya berada di belakang P, misalnya : (2) Tulisan Hendi sangat berbobot. Klausa (2) disebut klausa lengkap susun biasa karena S-nya yaitu tulisan Hendi berada di depan P, sangat berbobot. Klausa tak lenngkap atau dalam istilah Verhaar (1999:279) klausa buntung merupakan klausa yang unsure internalnya tidak lengkap karena di dalamnya tidak terdapat unsur S dan hanya terdapat unsur P, baik disertai maupun tidak disertai unsur P, Pel, dan Ket. Misalnya : (3) terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu Klausa (3) bisa berubah menjadi klausa lengkap jika di sebelah kirinya ditambah S, misalnya ditambah frasa istri saya sehingga menjadi (3) Istri saya terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu.

b. Klausa Negatif dan Klausa Positif Berdasarkan ada tidaknya kata negatif pada P, klausa dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu klausa negatif dan klausa positif. Klausa negatif ialah klausa yang di dalamnya terdapat kata negative, yang menegasikan P.menurut Ramlan (1987: 137), yang termasuk kata negatif, yang menegasikan P ialah tidak, tak, tiada, bukan, dan belum. Berikut ini adalah contoh klausa negative : (4) Deni tidak mengurus kenaikan pangkatnya. Klausa (4) merupakan klausa negatif karena terdapat kata tidak yang menegasikan mengurus.

c.

KLausa Verbal dan Klausa Nonverbal Berdasarkan kategori primer kata atau frasa yang menduduki fungsi P pada konstruksinya, klausa dibedakan atas klausa verbal dan klausa nonverbal. Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V. dilihat dari golongan verbanya klausa verbal dibagi lagi menjadi klausa verbal intransitif dan klausa verbal transitif. Klausa verbal transitif ialah klausa yang mengandung verba transitif, dan klausa verbal intransitif ialah klausa yang mengandung verba intransitif.

Contoh klausa verbal intransitif ialah sebagai berikut : (5) Taufik Hidayat tampil tidak maksimal di Jepang. (6) Pengidap AIDS bertambah. Klausa verbal transitif, dilihat dari wujud ketransitifan P-nya dapat dibedakan menjadi (1) klausa aktif, (2) klausa pasif, (3) klausa reflektif, dan (4) klausa resiprokal (Ramlan, 1987: 145149). Klausa aktif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif aktif. Klausa pasif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif pasif. Klausa reflektif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif reflektif, yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya verba itu berprefiks meng- yang diikuti kata diri. Adapun klausa resiprokal adalah klausa yang P-nya berupa verba transitif resiprokal, yaitu verba yang menyatakan kesalingan. Klausa nonverbal ialah klausa yang berpredikat selain verba. Klausa nonverbal masih bisa dibedakan lagi menjadi (1) klausa nominal, (2) klausa adjektival, (3) klausa preposisional, (4) klausa numeral, dan (5) klausa adverbial. Contoh: (7) Yang kita bela kebenaran (8) Budi pekertinya mulia (9) Aku bagai nelayan yang kehilangan arah (10) (11) Yang dikorupsi 300 juta rupiah Kedatangannya kemarin sore

d. Klausa Mandiri dan Klausa Tergabung Klausa mandiri merupakan klausa yang kehadirannya dapat berdiri sendiri. Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya : (12) Merokok dapat menyebabkan kanker Klausa tergabung a) Klausa Mandiri Klausa mandiri atau klausa bebas merupakan klausa yan kehadirannya dapat berdiri sendiri. Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya: Merokok dapat menyebabkan kanker Nirina sedang belajar b) Klausa Tergabung

Klausa tergabung atau klausa terikat adalah klausa yang kehadirannya untuk menjadi sebuah kalimat plural tergabung dengan klausa lainnya. Dalam kalimat plural, klausa tergabung dapat berupa klausa koordinatif, atau klausa subordinatif. Contoh: (1) Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. (2a) Nirina sedang belajar ketika terjadi gempa itu. (2b) Karena baru pulang sesudah tugasnya selesai, Sri tidak dapat menghadiri rapat. Jika dicermati, konstruksi (1) berbeda dengan konstruksi (2). Dalam konatruksi (1) terdapat klausa-klausa tergabung secara koordinatif, sedangkan dalam konstruksi (2) terdapat klausaklausa tergabung secara subordinatif. Klausa Koordinatif Klausa koordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural atau majemuk setara. Dalam kalimat plural atau majemuk setara, semua klausanya berupa klausa koordinatif. Klausa tersebut dinamakan klausa koordinatif karena secara gramatik dihubungka secara koordinatif oleh penghubung-penghubung koordinatif dan, atau, tetapi, lagi pula, lalu, namun, sebaliknya, malahan, dan lain-lain. Klausa koordinatif terdiri atas (1) koordinasi netral, (2) koordinasi kontrastif, (3) koordinasi alternatif, (4) koordinasi konsekutif, yang berturut-turut dapat dilihat dalam contoh-contoh kalimat berikut. (1) Saya menulis artikel itu, menyunting, dan mengirimkannya ke media massa (2) Mencari ilmu itu sulit, tetapi mengamalkannyajauh lebih sulit (3) Saudara mau bekerja atau melanjutkan studi ke jenjang S-2? (3) Harga sepeda motor itu relative mahal, jadi perlu diangsur. Klausa Subordinatif Klausa subordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural bertingkat. Jadi, dalam kalimat plural bertingkat selain terdapat klausa atasan yang biasa dikenal dengan klausa induk, Klausa inti, atau klausa matriks terdapat pula klausa bawahan atau klausa sematan atau klausa subordinatif. Klausa bawahan dapat dibedakan lagi menjadi klausa berbatasan dan klausa terkandung. Klausa berbatasan, merupakan klausa bawahan yang tidak wajib hadir dalam kalimat plural. Klausa berbatasan dapat dibedakan menjadi enam tipe yaitu klausa-klausa berbatasan: (1) final, contoh

Irfan rajin mengaji agar tidak menyesal dalam kehidupan setelah mati. (2) kausal, contoh Rombogan Suciwati merasa kecewa karena tidak diperkenankan menjenguk Presiden Soeharto (3) kondisional, contoh Jika diundang, ia mau datang. (4) konsekutif, contoh Pendapatannya kecil, sehingga sampai sekarang belum mampu membeli mobil. (5) konsesif, contoh Orang itu tetap rendah hati meskipun telah menyandang banyak prestasi. (6) temporal, contoh Rui Costa, playmaker asal Portugal datang ke La Viola setelah tiga musim memperkuat Benfica. Dalam contoh-contoh tersebut, klausa yang dimulai dengan konjungsi subordinatif seperti agar, karena, jika, sehingga, meskipun, dan setelah-lah yang berturut-turut dinamakan sebagai klausa berbatasan.

Klausa terkandung, merupakan klausa bawahan yang kehadirannya bersifat wajib. Berdasarkan fungsinya dalam kalimat plural bertingkat, klausa terkandung dapat dikelompokkan menjadi klausa pewatas atau klausa modifikasi dan klausa pemerlengkap. Klausa pewatas Klausa pewatas atau klausa pewatasan ialah klausa subordinatif yang kehadirannya berfungsi mewatasi atau mempertegas makna kata atau frasa yang diikutinya. Contohnya ialah beberapa klausa dari sejumlah klausa dalam kalimat plural berikut: Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Rombongan Suciwati tidak diperkenankan menjenguk mantan presiden Soeharto yang sedang berbaring di Rumah Sakit Pusat Pertamina Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Klausa Pemerlengkap Klausa pemerlengkap atau klausa pemerlengkapan merupakan klausa yang berfungsi melengkapi (atau menerangkan spesifikasi hubungan yang terkandung dalam) verba matriks. Klausa pemerlengkap dibedakan lagi menjadi: (1) klausa pemerlengkap preposisional, (2) klausa pemerlengkap eventif, (3) klausa pemerlengkap perbuatan.

Klausa pemerlengkap dikatakan bersifat preposisional karena klausa tersebut biasanya berpenanda kata bahwa yang menyatakan suatu proposisi. Contoh: Dokter berkata, ASI sangat baik untuk anak. Dokter berkata bahwa ASI sangat baik untuk anak. Berita bahwa mahasiswa Unnes juara I dalam LKTIM bidang sosial, tingkat wilayah B, pada tanggal 22-23 Mei 2006 menjadi sorotan media kampus. Klausa eventif meliputi klausa yang menyatakan peristiwa dan klausa yang menyatakan proses. Misalnya ialah klausa yang dimulai dengan kata peristiwa dan proses pada kalimat-kalimat berikut. Peristiwa Joko mengundurkan diri (Peristiwa pengunduran diri Joko) dari pekerjannya sudah terduga sebelumnya. Proses orang menyusun sebuah artikel (Proses penyusunan sebuah artikel) hanya diketahui oleh para penulis. Adapun klausa perbuatan dapat dibedakan lagi menjadi klausa perbuatan yang dilakukan, klausa perbuatan yang tidak dilakukan, dan klausa perbuatan yang mungkin dilakukan. Klausa perbuatan yang dilakukan dapat ditandai oleh verba melihat, menyaksikan, mengetahui, berhasil, berhenti, dan mulai. Misalnya: Saya melihat (perbuatan) Zahra mendorong Ela Zahra mendorong Ela Prof. Dr. Fathur Rokhman mulai meneliti masalah itu pada tahun yang lalu Prof. Dr. Fathur Rokhman meneliti masalah itu Klausa perbuatan yang tidak dilakukan dapat ditandai oleh verba mencegah, menolak, gagal, dan lupa. Misalnya: Ayah mencegah kami membawa uang saku ke sekolah Kami tidak membawa uang saku ke sekolah Imron gagal mengikuti lomba Imron tidak mengikuti lomba Adapun klausa perbuatan yang mungkin dilakukan dapat ditandai oleh verba bermaksud, berniat, bertekad, merencanakan, menganjurkan, dan menyarankan. Misalnya: Farah bermaksud memohon izin untuk tidak datang ke kampus Farah memohon izin; Farah tidak memohon izin

Samdum mengajak Dian pergi ke Mal Ciputra Dian pergi ke Mal Ciputra; Dian tidak pergi ke Mal Ciputra

Jenis-jenis Klausa A. Jenis Klausa Berdasarkan Distribusi Satuannya Berdasarkan Distribusi Satuannya klausa terbagi menjadi: 1) Klausa bebas, yakni klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat mayor (kalimat sempurna) dalam bahasa yang bersangkutan. Contoh: Fajarwati sedang menulis. 2) Klausa tidak bebas, yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mayor, meskipun diberi intonasi final sebagai kalimat minor. Contoh: Meskipun krisis ekonomi belum berakhir. Berdasarkan struktur interennya, klausa bebas dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Klausa transitif, yang mengandung predikat berobjek. Contoh: Ibu membuat sayur asam. 2) Klausa intransitif, yang berpredikat verbalnya tidak dapat berobjek. Contoh: Adik duduk di kursi. 3) Klausa ekuatif atau persamaan yang mengandung unsur ekuatif, baik terlihat (misalnya dengan kata adalah est, is, are) atau tidak. Contoh: Ibu Hani Bidan. Berdasarkan struktur interennya, klausa tak bebas dibagi menjadi beberapa jenis, yakni: 1) Klausa nominal, yang dapat bertindak sebagai subjek atau objek klausa, dan sebagai objek kata depan dalam tingkat frasa menggantikan kata nominal (seperti, Agus menceritakan bahwa ia belum selesai mendata nilai mahasiswa; dan klausa yang belum selesai administrasi tidak diperkenankan mengikuti ujian; pakar itu akan mempresentasikan tentang masalah yang sangat krusial saat ini). 2) Klausa adjektiva, yang menggantikan kedudukan kata adjektif (seperti, Mahasiswa yang berpakaian tidak sopan itu; Aang baru saja menemukan buka yang hilang kemarin itu). 3) Klausa adverbial, yang menggantikan kedudukan adverbial yang bertugas menunjukkan waktu, tempat atau cara (Kapan saja kau bisa, kau harus cari kaset itu; Ia sungguh tak tahu kemana akan pergi, ia hanya mengikuti kata hati; Dengan tergesa-gesa ia berlari menjauhiku). Berdasarkan jenis kata predikatnya, klausa bebas dapat dibedakan menjadi:

1) Klausa verbal, yang merupakan klausa berpredikat kata verbal (seperti, Ia pergi mengajar). 2) Klausa nonverbal, (seperti, Bapak Dulakhir karyawan di Untirta; Sekretariat Kafe Ide besar dan mewah; Gaji Veronika hanya seratus ribu rupiah; Saudara tirinya ada di kantin). Klausa nonverbal terbagi lagi menjadi: 1) Klausa statif, yakni klausa yang berpredikat adjektif atau yang dapat disamakan dengan adjektif (seperti, Kota Serang sangat damai dewasa ini). 2) Klausa ekuasional, yakni klausa yang berpredikat nomina (seperti, Ayah saya seorang pegawai negeri). Berdasarkan strukturnya, klausa verbal terbagi menjadi: 1) Klausa transitif, yang merupakan klausa yang mengandung kata kerja yang berkapasitas memiliki satu atau lebih objek atau klausa yang verba (predikatnya) membutuhkan kehadiran objek (seperti, Ibu membeli sebuah buku Statistika). 2) Klausa intransitif, yakni klausa yang berpredikat (atau verbanya) tidak memerlukan kehadiran objek (seperti, Pendidikan orang Indonesia belum merata). Klausa transitif masih dapat dibagi lagi menjadi: 1) Klausa semi transitif dengan objek fakultatif. 2) Klausa transitif dengan objek wajib. 3) Klausa ditransitif dengan objek lebih dari satu. B. Jenis Klausa Berdasarkan Hubungan Aktor-Aksi Berdasarkan hubungan aktor-aksi, klausa dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Klausa aktif, yakni klausa yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau aktor (seperti, Para mahasiswa melakukan audiensi dengan pihak rektorat). 2) Klausa pasif, yakni klausa yang subjeknya berperan sebagai penderita (seperti, Saya yakin bahwa dalam pilihan ketua RW itu Pak Asep telah dicurangi). 3) Klausa medial, yakni klausa yang subjeknya berperan sebagai pelaku maupun sebagai penderita (seperti, Siti Hikmah telah melukai hatinya sendiri dengan bersifat munafik). 4) Klausa resiprokal atau refleksif, yakni klausa yang subjeknya melakukan suatu perbuatan yang berbalasan (seperti, Masyarakat Garut saling memberi pertolongan dengan sesama warga yang terkena banjir). C. Jenis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa Pengisi Predikat

Berdasarkan kategori kata atau frasa yang menjadi pengisi predikat, klausa dapat dibedakan menjadi: 1) Klausa nominal, yakni klausa yang predikatnya merupakan kata atau frasa berkategori kata benda (nominal). 2) Klausa verbal, yakni klausa yang predikatnya merupakan kata atau frasa berkategori kata kerja (verbal). 3) Klausa numeral, yakni klausa yang predikatnya berupa kata atau frasa yang berkategori bilangan (nominal). 4) Klausa preposisional, yakni klausa yang predikatnya berupa kata atau frasa yang berkategori kata depan (preposisi).

Definisi, jenis & macam Klausa - "klausa" itu adalah judul dari artikel kita kali ini. Apakah teman teman tahu apa arti ( definisi ) klausa itu? apa konstruksi, kategori, kelas, macam dari klausa itu? Apakah teman teman tahu? semua itu akan kamu bahas dalam artikel dibawah ini. Pastikan teman teman benar benar membaca arikel " Definisi, jenis & macam Klausa "ini ^_^. Definisi ( Pengertian ) Klausa Arti Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas SP baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada. Contoh: Ketika orang-orang mulai menyukai ayam bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran. Kalimat di atas terdiri dari empat klausa, yaitu: 1. (ketika) orang-orang mulai (SP); 2. menyukai ayam bekisar (PO); 3. Edwin sudah memelihara (SP); dan 4. untuk dijual di pasaran (PKet.).

I. Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa

Perhatikan kalimat di bawah ini! Toni belum sempat mengunjungi kakeknya kemarin. Klausa kalimat tersebut jika dianalisis secara fungsional, hasilnya sebagai berikut.

II. Klausa Berdasarkan Struktur

Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar. 1. Klausa Berdasarkan Struktur Intern Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian, S sering kali dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan P disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tidak lengkap. Contoh: - Din tidak masuk sekolah karena din sakit. Subjek din dalam anak kalimat dapat dihilangkan akibat penggabungan klausa din tidak masuk sekolah dan din sakit. - Sedang bermain-main. Sebagai jawaban pertanyaan Anak-anak itu sedang apa? Klausa dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Klausa lengkap, berdasarkan struktur internnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P, dan klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P. Klausa yang S-nya terletak di depan P disebut klausa lengkap susun biasa. Klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P disebut klausa lengkap susun balik atau klausa inversi.

Contoh: Klausa lengkap susun biasa

Klausa lengkap susun balik

Klausa tidak lengkap sudah tentu hanya terdiri atas unsur P, disertai O, PEL, atau KET. Contoh: e. sedang bermain-main f. menulis surat

g. telah berangkat ke Jakarta Klausa e terdiri atas P, klausa f terdiri atas P diikuti O, dan klausa g terdiri atas P diikuti KET.

2. Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Kata Negatif yang secara Gramatik Menegatifkan P a. Klausa Positif Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P. Contoh: - Mereka diliputi oleh perasaan senang. - Mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya. b. Klausa Negatif Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P. Kata-katanegatif itu ialah tiada, tak, bukan, belum, dan jangan. Contoh: - Orang tuanya sudah tiada. - Yang dicari bukan dia. 3. Penggolongan Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P P mungkin terdiri atas kata atau frasa golongan N, V, Bil, dan FD. Berdasarkan golongan atau kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan. a. Klausa Nominal Klausa nominal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan N. Contoh: - Ia guru. - Yang dibeli orang itu sepeda. Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik mempunyai perilaku sebagai berikut. - Pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, dan O. - Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai aksisnya. b. Klausa Verbal Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V. Contoh: - Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun. - Dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid.

Kata golongan V ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frasa dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya kata-kata berdiri, gugup, menoleh, berhati-hati, membaca, tidur, dan kurus. Berdasarkan golongan kata verbal itu, klausa verbal dapat digolongkan sebagai berikut. 1) Klausa verbal adjektif Klausa ini P-nya terdiri atas kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri atas frasa golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat. Contoh: -- Udaranya panas sekali. -- Harga buku sangat mahal. 2) Klausa verbal intransitif Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif. Contoh: -- Burung-burung beterbangan di atas permukaan air laut. -- Anak-anak sedang bermain-main di teras belakang. 3) Klausa verbal aktif Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif. Contoh: -- Arifin menghirup kopinya. -- Ahmad sedang membaca buku novel. 4) Klausa verbal pasif Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif. Contoh: -- Tepat di muka pintu, aku disambut oleh seorang petugas. -- Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun. 5) Klausa verbal yang refleksif Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu kata kerja yang menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya kata kerja ini berbentuk kata kerja meN- diikuti kata diri. Contoh: -- Anak-anak itu menyembunyikan diri. -- Mereka sedang memanaskan diri. 6) Klausa verbal yang resiprokal Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah (saling) meN-, saling ber-an dengan proses pengulangan atau tidak dan saling meN-. Contoh:

-- Pemuda dan gadis itu berpandang-pandangan. -- Mereka saling memukul.

c. Klausa Bilangan Klausa bilangan atau klausa numeral ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan bilangan. Contoh: - Roda truk itu ada enam. - Kerbau petani itu hanya dua ekor. Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penyukat. rang, ekor, batang, keping, buah, kodi, helai, dan masih banyak lagi. Misalnya kata satu, dua, dan seterusnya; kedua, ketiga, dan seterusnya; beberapa, setiap, dan sebagainya; sedangkan frasa bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalnya dua ekor, tiga batang, lima buah, setiap jengkal, beberapa butir, dan sebagainya.

4. Klausa Depan Klausa depan atau klausa preposisional ialah klausa yang Pnya terdiri atas frasa depan, yaitu frasa yang diawali oleh kata depan sebagai penanda. Contoh: a. Kredit itu untuk para pengusaha lemah. b. Pegawai itu ke kantor setiap hari. Dalam kalimat tertentu, klausa memiliki dua bagian, yakni klausa induk (induk kalimat) dan klausa subordinatif (anak kalimat). Keberadaan klausa induk dan klausa anak ini mensyaratkan konstruksi tataran sintaksis yang lebih besar. Perhatikan contoh berikut ini!

Penggabungan klausa induk dan klausa anak berarti klausa tersebut memasuki tahap struktur kalimat. Penghubungan antar klausa ini mensyaratkan kehadiran konjungsi (kata sambung). Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu konjungsi koordinatif (dan, serta, atau, tetapi, . . .); konjungsi korelatif (baik . . . maupun . . .; entah . . . entah . . .; tidak hanya . . ., tetapi juga . . .; . . .); konjungsi subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan, . . . .); dan konjungsi antarkalimat (meskipun demikian begitu, kemudian, oleh karena itu, bahkan, lagi pula, . . .).

Contoh: a. Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu. b. Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya. c. Narto harus belajar giat agar naik kelas. d. - Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya. d. - Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya. Konjungsi-konjungsi itu dapat menghubungkan kata, frasa, ataupun klausa. Dalam hubungannya dengan kata dan frasa, bentuk konjungsi bertindak sebagai preposisi. Dalam hubungannya dengan klausa, bentuk konjungsi bertindak sebagai murni konjungsi. Dengan demikian, kalimat frasa dan klausa pun dapat diidentifikasi. Contoh:

Klausa Ibu tidak berbelanja sebagai klausa induk dan klausa uangnya habis sebagai klausa anak. Konjungsi karena sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang menghubungkan dua klausa atau lebih dengan status sintaksis tidak sama. Jadi, ada klausa induk dan klausa anak.

Anda mungkin juga menyukai