Anda di halaman 1dari 5

Avulsi gigi yang merupakan kelas V Ellis dan Davey adalah lepasnya gigi dari soket alveolar secara

utuh akibat trauma injuri. Susu direkomendasikan sebagai media penyimpanan karena memiliki osmolalitas yang sesuai, pH netral, kandungan nutrisi yang baik dan bebas dari bahan toksik.14 Susu dapat langsung dipakai dan lebih efektif dibandingkan dengan HBSS karena tidak perlu disimpan dalam lemari pendingin. Susu bubuk seperti Enfamil dan Similac mempunyai efektivitas sebagai media penyimpanan gigi yang lebih baik karena dapat bertahan lebih dari empat jam.3,15 Kandungan nutrisi penting yang dimiliki susu antara lain asam amino, karbohidrat dan vitamin tetapi dapat menonaktifkan enzim yang berpotensi membahayakan ligamen periodontal apabila telah disimpan selama lebih dari dua jam. Susu dapat menjaga kelangsungan hidup, mitogenitas dan kapasitas klonogenik sel-sel ligamen periodontal selama penyimpanan hingga 24 jam pada temperatur empat derajat celsius.15 Namun walaupun disimpan di dalam lemari pendingin, susu akan tetap menjadi asam dalam waktu lebih dari 48 jam, sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel pada akar gigi. Patel dkk, dalam penelitiannya menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara isotonik salin dan susu dalam mempertahankan vitalitas sel ligamen periodontal pada permukaan akar gigi selama dua jam penyimpanan. Isotonik salin dapat mempertahankan vitalitas membran periodontal karena memiliki tekanan osmolalitas yang seimbang sehingga tidak menyebabkan sel menjadi menggelembung, namun hanya dapat efektif kurang dari dua jam, setelah itu ligamen periodontal akan hancur, hal ini disebabkan karena kebutuhan glukosa untuk mempertahankan metabolisme tidak terpenuhi. Sebelum perawatan dilakukan, anak dan orang tua perlu diredakan emosinya terlebih dahulu. Karena setelah trauma terjadi, anak pasti akan merasa takut dan cemas, terutama bila dokter gigi langsung memberikan perawatan.11 Pasien yang mengalami cedera, harus benar-benar diperhatikan bagaimana kondisi saluran pernapasannya. Dasar dari usaha mempertahankan jalan napas adalah mengontrol perdarahan dari mulut atau hidung dan membersihkan orofaring.9 Untuk anak yang tidak memiliki kelainan pada pembekuan darah, perdarahan pada daerah yang avulsi biasanya tidak berakibat fatal, melakukan penekanan baik secara langsung dengan jari maupun tidak langsung menggunakan kasa atau tampon.2,9 Kasus lepasnya gigi dari soket alveolar akibat trauma injuri harus mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat, dengan tetap memperhatikan kondisi fisik anak. Pada kasus avulsi yang disebabkan oleh cedera kemungkinan terdapat komplikasi seperti laserasi pada jaringan lunak labial, bukal, palatum, lidah. Pencegahan terhadap tetanus harus dilakukan dengan membersihkan luka dengan seksama, penyingkiran benda-benda asing dan pemberian tetanus toxoid antitoxin.1,8,10 Dianjurkan untuk tidak memegang gigi avulsi pada bagian akarnya, karena dapat merusak seratserat ligamen periodontal, tetapi memegang gigi pada bagian mahkota. Pembersihan gigi dilakukan hanya jika terdapat kotoran pada gigi, namun tidak boleh mengikis atau menggosok gigi. 1,2,8,13

Penatalaksanaan gigi avulsi harus dilakukan dalam waktu seminimum mungkin untuk menjaga ligamen periodontal karena bila ligamen periodontal masih baik, derajat dan ketepatan waktu resorpsi akar akan terjaga dan kemungkinan terjadinya ankilosis akan berkurang. Resorpsi akar hampir tidak terhindarkan apabila melebihi 2 jam, waktu maksimal dilakukan replantasi adalah 48 jam setelah gigi berada diluar soket.9,18-20 Setelah replantasi perlu juga dilakukan splinting untuk menjaga stabilitas gigi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan ligamen periodontal untuk regenerasi. Kemudian dilakukan kontrol yang tepat agar hasil perawatan dapat diperoleh dengan baik 3.1 Replantasi Berdasarkan penelitian Andreasen dkk, menjelaskan bahwa waktu keberadaan gigi ekstra alveolar berhubungan dengan prediksi prognosis gigi. Durasi ekstra alveolar melebihi 5 menit dapat menurunkan kemungkinan regenerasi ligamen periodontal jika dilihat dari gambaran roentgen foto. Hasil ini mendukung penelitian Andreasen dan Bodin yang menyatakan bahwa, resorpsi akar tidak akan terjadi apabila replantasi dilakukan dalam waktu kurang dari 10 menit gigi avulsi, tapi resorpsi akar kemungkinan terjadi 50% pada replantasi gigi 10-15 menit pasca avulsi sehingga jelaslah bahwa replantasi yang segera akan mempengaruhi hasil perawatan.18 Sebelum mendapatkan tindakan perawatan pasien diinstruksikan untuk menyimpan gigi dalam media alumunium foil atau perintahkan anak untuk menggenggam dengan hati-hati gigi dalam sapu tangan ataupun kain bersih dan segera ke dokter gigi. Gigi dapat juga disimpan dalam media penyimpanan untuk menghindari dehidrasi ligamen periodontal dan kematian pulpa.20 3.1.1 Syarat Syarat replantasi adalah sebagai berikut: 1. Replantasi harus dilakukan dalam waktu seminimum mungkin yaitu kurang dari 30 menit setelah avulsi.18-20 2. Gigi harus dalam keadaan bersih, apabila gigi terlalu kotor akan mengakibatkan infeksi akibat kuman yang terbawa oleh gigi. 3. Tidak terdapat karies yang luas. 4. Tulang alveolar tidak hancur agar dapat menopang gigi yang akan direplantasi.9 5. Ligamen periodontal tidak tergores.9 Prosedur replantasi adalah sebagai berikut:19,21,22 1. Gigi dipegang pada bagian mahkota dengan kain kasa yang basah dan tidak boleh dikerok atau digosok. Jika masih ada kotoran yang tertinggal cukup dengan meletakkan gigi di bawah air mengalir atau mencelupkan pada rendaman salin (Gambar 7).8,22

2. Berikan anastesi lokal pada regio yang akan direplantasi, agar pasien tidak merasa kesakitan pada saat penanganan.19,21 3. Soket dibersihkan dengan irigasi salin, H2O2 3 % atau aquadest yang disemprotkan melalui spuit secara hati-hati untuk mengeluarkan sisa-sisa kotoran, gumpalan darah beku ataupun debris yang masih tertinggal, jangan dikuret.19 4. Lakukan replantasi, yaitu gigi dimasukkan perlahan-lahan dengan tekanan yang ringan (Gambar 8). Pastikan gigi berada pada posisi yang benar dengan berpatokan pada gigi tetangga dan kontak oklusal yang tepat. Jika terdapat sesuatu yang mengganjal pada soket, gigi diletakkan kembali ke larutan salin, periksa kembali soket dengan menggunakan instrumen tumpul dan ulangi kembali replantasi.19 5. Reposisi kembali gingiva yang tersingkap dan lakukan penjahitan jika diperlukan, terutama pada daerah servikal yang juga berguna untuk mengontrol perdarahan.21 Splinting Prosedur penting yang dilakukan setelah tahap replantasi adalah stabilisasi dengan splin. Setelah gigi ditanamkan kembali, gigi masih mobil dan kemungkinan untuk lepas sangat besar. Pada beberapa kasus, gigi yang tidak diberikan stabilisasi bisa saja akan tertelan. Splint merupakan suatu alat yang digunakan untuk mendukung, melindungi dan menstabilisasi gigi serta memberikan perlekatan pada saat proses regenerasi serat-serat ligamen periodontal.22,23 Beberapa bahan yang dapat dilakukan untuk melakukan splinting, diantaranya adalah dengan Titanium Trauma Splint (TTS), orthodontic wire splint, wire composit splint, resin splint, porselen veneers ataupun akrilik splint.22,24 Prosedur splinting menggunakan kawat Titanium Trauma Splint (TTS) adalah sebagai berikut: 1. Setelah gigi ditanamkan kembali ke dalam soket, semua permukaan gigi yang akan displin dibersihkan dari kotoran dan debris. 2. Diukur kawat TTS meliputi gigi tetangga yang akan menjadi penyangga. 3. Permukaan gigi dietsa sesuai luas kawat yang akan dipasang 4. Lanjutkan dengan aplikasi bonding dan resin komposit, kawat di tekan perlahan ke permukaan gigi sampai menyentuh resin komposit, dilanjutkan dengan polimerisasi 5. Periksa adaptasi dan kesesuaian dengan bibir pasien. Usahakan resin komposit tidak berlebihan agar tidak mengganggu penutupan bibir pasien.

6. Lakukan pengambilan roentgen foto untuk memastikan apakah prosedur replantasi yang dilakukan sudah tepat pada posisi yang seharusnya
7. Splint dilepaskan dari permukaan gigi setelah 7-10 hari pensplinan. Waktu ini sesuai dengan kebutuhan ligamen periodontal untuk beregenerasi. Pemakaian splint tidak dianjurkan lebih dari 14 hari karena dapat menyebabkan terjadinya resorpsi dan ankilosis.1,5,13,19-21

1. Ravel. Pediatric dental Health. Management of dental trauma in children..2003. <http:dentalresource.org/topic50trauma.html> (23 Oktober 2008) 2. Rutar JE. Paediatric dentistry avulsion: Case reports. Aust Dent J. 1997; 42 (6): 361-6 3. Krasner P. With the right prosedures, EPS Can Save Avulsid Teeth. 2006. <http://www.mytoothcaretips.com/article1.pdf>(23 oktober 2008) 4. King NM, Donnel DO, Ling JYK. Emergency treatment fot the child with avulsed tooth. <http://sunzil.lib.hku.hk/hkjo/view/23/2300475> (23 oktober 2008) 5. Anonymous. Tooth replantation. Encyclopedia of surgery: A guide for patient and caregivers. 2007. <http://www.ToothReplantation.html> (23 Oktober 2008) 6. <http://www.dentalindia.com/avulsion.html> (23 Oktober 2008) 7. <http://rds.yahoo.com/_ylt=A0S0202_UqJI4DkA5bajzkF/SIG> (23 Oktober 2008) 8. Peng LF. Dental, avulsed tooth. 2007. <http://www.Emergency Medicine/Topic 125.htm> (23 Oktober 2008) 9. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. 1996; Jakarta: EGC: 221-64 10. Johnson R. Traumatic injuries to the teeth and supporting structures. In: Stewart RE, Barber TK, Troutman KC, Wei SHY. Ravel D. Eds Pediatric dentistry scientific foundations and clinical practiceI. St. Louis: C. V. Mosby Company.1982; 942-57. 11. Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak. Alih Bahasa. Agus Wijaya. Ed 2. Jakarta: Widya Medika, 1992: 199-216 12. McTigue DJ. Introduction to dental traumatic Injuries in The primary Dentition. In: Pinkham JR. Eds. Pediatric dentistry infancy through adolescence. 3rd ed. St. Louis: WB Saunders.Company. 2005; 218-9 13. French S. WSAVA Contact Information. Tooth avulsion. 2001.< http://www.vin.com/proceedings/proceeding.plx?CID=WSAVA2001&CATEGORY> (23 Oktober 2008)

14. <http://www.studiodentaire.com/images/avulsion2.jpg> (23 Oktober 2008) 15. Chandha MH. Extra alveolar storage media for tooth autotransplants and replants. J Med Nus. 2006; 27 (1): 64-7 16. Savtooth.gif. <http://www.bergenhealth.org/dental/articles/mouthguards.html> 17. Sigalas E, Regan JD, Kramer PR, et al. Survival of human periodontal ligamen cells in media proposed for transport of avulsid teeth. Dent Traumatol 2004; 20:21-8 18. Kenny DJ, Barret EJ, Johnston DH, et al. Clinical management of avulsed permanen insicor using emdogain: Initial report of an investigation. J Can Dent Assoc 2000; 66: 21 19. Gregg TA, Boyd DH. UK National Clinical Guidelines in Pediatric Dentistry treatment of avulsid permanen teeth in children. Int J Ped Dent. 1997;7:267-8 20. Boyakchyan S, Davoudpour A, Fakhraei, et al. How successful is re-implanting avulsid anterior teeth in children. 2006.<http:// http://www.utoronto.ca/dentistry/newsresources/evidence_based/ReimplantingAvulsid.pdf > (23 oktober 2008) 21. Cameron AC, Widmer RF, Gregory P, et al. Trauma management. In: Cameron AC, Widmer RP, eds. Handbook of paediatric dentistry. 2nd Ed. Edinburg: Mosby. 2003: 87-8,121. 22. McTigue DJ. Managing Traumatic Injuries In The Young Permanen Dentition. In: Pinkham JR, Casamassimo PS, McTigue DJ, Fields H, Noak AJ. Eds. Paediatric dentistry: Infancy through adolescence. 4th ed. St. Louis. Elsevier Saunders. 2005; 604-5 23. Arx T. Splinting of traumatized teeth with focus on adhesive technique. J CDA. 2005; 33 (5): 409-14 24. Arx T, Filippi A, Buser D. Splinting of traumatized teeth with a new device: TTS (Titanium Trauma Splint). Denmark. Dent Traumatol. 2001; 17: 180-4. 25. Garrido G, Ribeiro L, Clapes D, et al. Avulsion of permanen teeth: Analysis of the efficacy of an informative campaign for proffesionals from elementary schools. J Appl Oral Sci 2007;15(6):534-8

Anda mungkin juga menyukai