Anda di halaman 1dari 19

STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama Tanggal masuk RS Tanggal keluar RS : An.

M W : 1 tahun 5 bulan : laki-laki : Jl. P Jayakarta : Islam : 17 Agustus 2006 : 23 Agustus 2006

IDENTITAS ORANG TUA Nama Ayah Umur Pendidikan terakhir Pekerjaan Penghasilan II. ANAMNESIS Alloanamnesis dari ibu pasien tanggal 17 Agustus 2006 Keluhan utama Keluhan tambahan : Kejang sejak 3 jam SMRS : Demam, mencret, muntah batuk : Tn. A : 22 tahun : SMA : Buruh : 1.000.000 Nama Ibu Umur Pekerjaan Penghasilan : Ny. M : 21 tahun : Ibu rumah tangga :-

Pendidikan terakhir : SMA

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Sejak 7 hari SMRS, pasien batuk- batuk dan tidak berdahak. Sejak 5 hari SMRS, pasien demam, terus menerus tidak pernah turun ( tidak diukur dengan termometer), tidak tidak terlalu tinggi, demam didahului dengan sumeng-sumeng, tidak ada mimisan, tidak berdarah saat sikat gigi, tidak ada bintik kemerahan di kulit. Sejak 1 hari SMRS pasien buang air besar cair sebanyak 3 kali dengan cairan lebih banyak daripada ampas. Tiap kali buang air besar, jumlahnya kira-kira gelas aqua, warna kekuningan, tidak ada lendir, tidak ada darah dan tidak bau amis. Pasien juga muntah-muntah sebanyak 3 kali, gelas aqua, muntah berisi makanan. Pada saat

menangis pasien masih menangis kuat dan masih mengeluarkan air mata. Buang air kecil masih banyak. Berat badan tidak menurun. Tidak ada sesak napas. Sejak 3 jam SMRS, pasien kejang sebanyak 4 kali dalam satu hari dengan lamanya kejang 10-15 menit, diantara serangan kejang pasien sadar. Kejang terjadi pada seluruh anggota badan. Kejang tidak dimulai pada salah satu sisi tangan ataupun kaki. Saat kejang pasien mendelik keatas dan badan kelojotan. Pasien tidak pernah kejang sebelumnya. Sesampai di unit gawat darurat pasien kejang lagi, lalu diberi obat dari dubur dan kejang berhenti, kejang tidak lebih dari 5 menit. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Campak pada usia 1 tahun. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Tidak ada anggota keluarga atau lingkungan sekitar yang mengalami sakit seperti ini RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN a. Antenatal care c. Ditolong oleh d. Cara persalinan : Teratur : Dokter : Spontan f. Masa gestasi g. Berat badan lahir i. Sianosis j. Ikterus : Cukup bulan : 3100 gram : Tidak ada : Tidak ada b. Tempat kelahiran : Rumah bersalin

h. Panjang badan lahir: 47 cm

e. Penyakit kehamilan : Tidak ada

Kesan : Neonatus cukup bulan dan sesuai masa kehamilan CORAK REPRODUKSI Pasien anak pertama dalam keluarga DATA PERUMAHAN Kepemilikan rumah Keadaan rumah : Rumah milik sendiri : Satu rumah ditinggali 3 orang. Luas bangunan 8 cm x 10 cm, dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang tamu. Cahaya matahari dapat masuk ruangan. Ventilasi terdiri 2

jendela disetiap ruangan. Rumah mempunyai 1 buah pintu masuk. RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi Waktu Pemberian Bulan 0 1 2 3 4 I I II I II II I II Tahun 5 6

6 III IV III

15

18

12

BCG DPT Polio (OPV) Hepatitis B Campak

Kesan : Imunisasi dasar lengkap , namun booster tidak dilakukan dan imunisasi tambahan (non-PPI) belum dilakukan. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pertumbuhan gigi pertama Psikomotor - Tengkurap: 3 bulan - Duduk : 6 bulan : 10 bulan - Merangkak: 7 bulan - Berdiri : 8 bulan - Berbicara : 15 bulan - Membaca dan menulis : belum - Berjalan : 9 bulan Berlari : 5 bulan

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia. RIWAYAT MAKANAN a. Usia 0 - 4 bulan b. Usia 4 - 6 bulan c. Usia 6 - 10 bulan : ASI ad libitum : ASI ad libitum dan bubur susu 1 x, mangkuk kecil, buah 2x ( pepaya/ pisang ) :ASI ad libitum ditambah bubur susu 1x mangkuk kecil, nasi tim 1x mangkuk kecil, buah (pisang/apel/pepaya) 2x f. Usia 10 - 12 bulan : ASI ad libitum ditambah PASI (SGM) 2 x 200 cc, nasi tim 3 x, buah 2x

g.Usia 1 tahun sampai sekarang : pasien minum PASI ( SGM ) 4-5 x 200cc ditambah menu keluarga : nasi 3x @ 1 piring kecil + sayur (bayam/katuk/labu) 1x Kesan : Kualitas cukup III. PEMERIKSAAN FISIK Tanggal 17 Agustus 2006 Status Generalis Keadaan umum Kesadaran Tanda vital : Tampak sakit sedang : Compos mentis , Kontak aktif (+) : - Tekanan darah - Nadi - Suhu - Pernapasan Data Antropometri Berat badan Panjang badan Lingkar kepala Lingkar lengan atas : 10 Kg : 80 cm : 46 cm : 15 cm : 80/60 mmHg : 114 x / menit : 38,40C : 36 x / menit kuantitas : cukup + lauk (1 potong ikan/daging/telur/ ayam/tempe) porsi makan dihabiskan. Buah pepaya/pisang/apel

- Berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan berat badan terletak di persentil 10 dan 25. - Berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan panjang badan terletak di persentil 25 dan 50. Kesan : status Gizi cukup Pemeriksaan Sistematis Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut. Ubun-ubun besar sudah menutup

Mata

: Bentuk normal, palpebra superior dan inferior tidak cekung, kedudukan bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva kanan dan kiri tidak anemis, sclera kanan dan kiri tidak ikterik, kornea kanan dan kiri jernih, kedua pupil bulat isokor diameter 3 mm, refleks cahaya +/+.

Telinga Hidung Mulut

: Bentuk normal, CAE lapang, serumen -/-, sekret -/: Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada. : Bentuk tidak ada kelainan, bibir merah tidak kering, sianosis tidak ada, lidah kotor dengan tepi hiperemis, tidak ada tremor, tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis, gigi geligi tidak ada karies V IV III II I V IV III II I I II III IV V I II III IV V

Leher Thorax

: Tidak ada kelainan, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, trakea di tengah.

Paru-paru - Inspeksi - Palpasi - Perkusi - Auskultasi Jantung - Inspeksi - Palpasi clavicula sinistra. - Perkusi - Auskultasi Abdomen - Inspeksi - Palpasi : Datar, tidak tampak gambaran vena kolateral, : Supel, hepar teraba 1/3-1/3, tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan rata, nyeri tekan (-), nyeri tekan epigastrium (-), lien tidak teraba. - Perkusi : Timpani, shifting dullness (-) : Tidak di lakukan : Bunyi jantung I - II reguler, murmur (-), gallop (-) : Tidak tampak pulsasi ictus cordis : Teraba pulsasi ictus cordis di sela iga V linea mid : bentuk normal, simetris keadaan stasis dan dinamis. : Fremitus kanan sama dengan kiri : Sonor pada kedua lapang paru. : Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.

- Auskultasi Genitalia eksterna Ekstremitas Kulit

: Bising usus (+) : Laki-laki, tidak ada tanda radang, fimosis(-), hernia (-). : akral hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema : warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae

Pemeriksaan neurologist : kaku kuduk (-), kerniq (-), laseque (-), refleks fisiologis : normo refleksi, refleks patologis: PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium tanggal 17 Agustus 2006 : Hematologi - Hemoglobin - Hematokrit - Eritrosit - Leukosit - Trombosit - Kalium - Natrium - Klorida RESUME Pasien anak laki-laki umur 1 tahun 5 bulan, berat badan 10 Kg datang dengan keluhan kejang sejak 3 jam SMRS, kejang sebanyak 4 kali dalam satu hari, lamanya kejang 10 sampai 15 menit, diantara serangan kejang pasien sadar. Pasien mengalami kejang di unit gawat darurat selama 5 menit dan diberi obat melalui dubur dan kejang berhenti. Kejang seluruh badan, tidak pada salah satu sisi saja. Kejang didahului oleh demam yang terjadi 5 hari SMRS, demam menetap sepanjang waktu, demam tidak begitu tinggi (tidak diukur dengan termometer), demam didahului dengan sumeng-sumeng. Sejak 1 hari SMRS pasien buang air besar dengan konsistensi cair, sebanyak 3 kali/hari,sebanyak gelas aqua dengan cairan lebih banyak daripada ampas. Pasien juga muntah-muntah berisi makanan sebanyak gelas aqua. Pemeriksaan fisik : : 11 g / dl : 32 Vol % : 4,2juta / l : 9500 / l : 324.000 / l : 4,13 : 132 : 105 (11-15 g / dl) (37-47 Vol %) (4,8-6,2 juta / l) (5-10 x 10 3 / l) (150-350 x 103 / l)

Tanda vital

: - Tekanan darah - Nadi - Suhu - Pernapasan

: 80/60 mmHg : 114 x / menit : 38,40C : 36 x / menit

Mata : Bentuk normal, palpebra superior dan inferior tidak cekung, kedudukan bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva kanan dan kiri tidak anemis, sclera kanan dan kiri tidak ikterik. Kulit : warna sawo matang, turgor kulit baik, petechiae(-) Pemeriksaan neurologist : kaku kuduk (-), kerniq (-), laseque (-). Pemeriksaan laboratorium Hematologi ( 17/8/06) - Hemoglobin - Hematokrit - Eritrosit - Leukosit - Trombosit - Kalium - Natrium - Klorida : 11 g / dl : 32 Vol % : 4,2juta / l : 9500 / l : 324.000 / l : 4,13 : 132 : 105 (11-15 g / dl) (37-47 Vol %) (4,8-6,2 juta / l) (5-10 x 10 3 / l) (150-350 x 103 / l)

DIAGNOSIS KERJA Kejang demam Diare cair akut DIAGNOSA BANDING Tidak ada PEMERIKSAAN ANJURAN Darah lengkap ( MCV, MCH, MCHC ) , elektrolit, glukosa darah.

Urinalisa lengkap. Feses lengkap.

PENATALAKSANAAN 1. IVFD KAEN 3A Maintenance : 10 x 100 = 1000 cc Koreksi suhu : 1,4 x 12% x 1000 = 168 cc 1700 cc/ 24 jam 2. Untuk kejangnya dapat diberikan diazepam rektal 5 mg. 3. Antipiretrik : paracetamol 100 mg/kali pemberian. 4. Diazepam oral 3 mg tiap 8 jam. 5. Untuk rumatan berikan asam valproat 150 mg/hari. 6. Ganti susu sgm dengan LLM atau FL. 7. Diet lunak rendah serat, kebutuhan kalori : 1000 Kkal dan protein 20 gram PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam Ad fungsionam: dubia ad bonam Ad sanationam : bonam FOLLOW UP 18/8/2006 S: O: demam masih ada, kejang tidak ada lagi, BAB 10x mencret, muntah 1 x. Tanda- tanda vital : Hasil laboratorium : Urinalisa : warna : kuning Berat jenis : 1,005 Protein : Kejernihan : jernih PH :6 Reduksi : Tensi : 90/50 mmhg suhu : 39,2 C Nadi : 125x/menit napas : 33x/menit

Bilirubin : Urobilinogen : Sedimen urin : Leukosit : 2 Epitel : + Kristal : Silinder : Granuler : 0 Trichomonas : Feses : Makroskopis Warna : kekuningan Pus : Darah : Mikroskopis Eritrosit : 0 E.coli : Telur cacing ascaris : A : kejang demam dan diare cair akut. 19/8/06 S: O:

Nitrit : -

Eritrosit : 0 Bakteri : -

Hyalin : 0 Jamur : konsistensi : cair Lendir : +

leukosit : 0 E. histolytica : Ankylostoma : -

demam +, BAB cair 4x, kejang , muntah -. Tensi : 100/60 mmhg Napas : 26x/menit nadi : 112 x/menit suhu : 37,2C

A : kejang demam dan diare cair akut. 20/8/06 S: O: demam +, BAB cair 2x, kejang ,muntah 1x. Tensi : 100/70 mmhg Napas : 28x/menit nadi : 120x/menit suhu : 36,4C

A : kejang demam dan diare cair akut.

21/8/06 S: O: demam +, BAB cair 3x, kejang , muntah Tensi : 90/60 mmhg Napas : 26x/menit nadi : 118x/menit suhu : 36,8C

A : kejang demam dan diare cair akut.

22/8/06 S: O: panas +, BAB 2x, lunak, kejang Tensi : 90/60 mmhg Napas : 26x/menit Hasil laboratorium - Hemoglobin - Hematokrit - Eritrosit - Leukosit - Trombosit - LED - Hitung jenis A: kejang demam 23/8/06 S: O: panas -, BAB 1x, padat, kejang ,muntah Tensi : 100/60 mmhg Napas : 27x/menit nadi : 118x/menit suhu : 37C : 11,8 g / dl : 35 Vol % : 4,5juta / l : 8600 / l : 355.000 / l : 30 mm/jam :1/6/0/0/64/0 nadi : 112x/menit suhu : 37,6C

A : kejang demam boleh pulang

KEJANG DEMAM
DEFINISI Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak kurang dari 6 bulan atau lebih dari lima tahun mengalami kejang didahului demam,pikirkan kemungkinan lainnya misalnya infeksi SSP, epilepsi, yang kebetulan terjadi bersama demam.1 EPIDEMIOLOGI Kejang demam terjadi pada 2%-4 % dari populasi anak 6 bulan sampai 5 tahun. 80 % adalah kejang demam sederhana sedangkan 20 % kasus adalah kejang demam kompleks. 8 % berlangsung lama (lebih dari 15 menit). 16 % berulang dalam waktu 24 jam. Kejang pertama terbanyak diantara 17-23 bulan. Anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam kedua 50 %, dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan menurun menjadi 30 %. Setelah kejang demam pertama, 2%-4% anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali risikonya di bandingkan populasi umum. PATOFISIOLOGI Sumber utama dari otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal sel neuron muidah dilewati oleh kalium tetapi tidak mudah dilewati natrium akibatnya terdapat perbedaan potensial diluar sel dan didalam sel. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bentuan enzim Na-K ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10 %-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada kenaikan suhu tubuh tertentu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrirm melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepasnya muatan listrik ini begitu besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel melalui perantaraan neurotransmiter dan terjadilah kejang. Lamanya kejang sangat bervariasi, kejang yang lebih lama dari 15 menit biasanya terjadi apnea, hipoksemia ,hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot otak selama berlangsungnya kejang lama.2 Serangan kejang dapat juga terjadi karena adanya suatu awitan hipertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus.3 KLASIFIKASI 1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) 2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure) Kejang demam sederhana adalah kejang dengan salah satu ciri berikut : o Lamanya kejang < 15 menit , dan umumnya akan berhenti sendiri. o Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik,tanpa gerakan fokal. o Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam kompleks adalah kejang dengan salah satu ciri sebagai berikut : o Kejang lama >15 menit, o Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial. o Kejang berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. selanjutnya mengakibatkan metabolisme otak meningkat,kajaidian ini merupakan proses terjadinya kerusakan neuron

Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Faktor risiko berulanya kejang demam adalah : 1. Riwayat kejang demam dalam keluarga 2. Usia kurang dari 12 bulan. 3. Temperatur yang rendah saat kejang. 4. Cepatnya kejang setelah demam. DIAGNOSIS BANDING Apabila terjadi kejang, harus dipikirkan apakah penyebabnya dari dalam atau dari luar susunan saraf pusat. Kelainan dalam otak biasanya karena infeksi misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yan dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah. 2. Pungsi lumbal Pemeriksaan adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi sulit untuk menegakan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada : 1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan. 2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan. 3. Bayi > 18 bulan tidak rutin. Bila yakin meningitis secara klinis,tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. cairan serebrospinal dilakukann untuk menegakan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis

3. Elektroensefalografi Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksikan berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya : kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal. 4. Pencitraan Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti : 1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) 2. Paresis nervus VI 3. Papiledema. PROGNOSIS Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus dan biasanya terjadi pada kejang lama atau kejang berulang. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan. PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM 1. Saat kejang Dalam keadaan kejang obat yang paling cepat dalam menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosisnya adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahanlahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Diazepam dalam bentuk rektal dapat diberikan dirumah saat kejang. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Kejang yang belum

berhenti dengan diazepam rektal dapat diulangi dengan cara dan dosis yang sama dalam interval waktu 5 menit. Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dan dapat diberikan diazepam intravena dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang masih belum berhenti diberikan fenitoin intravena dengan dosis awal 10-20 mg/ kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/ kg / menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah dosis selanjutnya adalah 4-8mg/kg/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demamnya dan faktor risikonya. 2. Saat Demam Pemberian obat saat demam dapat digunakan antipiretik dan antikonvulsan. Antipiretik sangat dianjurkan,walaupun tidak ada bukti bahwa penggunaanya dapat mengurangi risiko terjadnya kejang demam. Dapat diberikan asetaminofen berkisar 10-15 mg/kg/kali diberikan kali sehari den tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang, dapat juga diberikan diazepam rektal 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C. Fenobarbital, karbamazepin, fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam. 3. Pengobatan Rumatan Pengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukan ciri sebagai berikut : 1. kejang lama > 15 menit. 2. adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus. 3. kejang fokal. 4. pengobatan rumatan dipertimbangkan bila: o Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam. o Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan. o Kejang demam 4 kali per tahun.

Obat pilihan untuk rumatan adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari 2-3 dosis. Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang lalu dihentikan bertahap selam 1-2 bulan. VAKSINASI Sejauh ini tidak ada kontra indikasi dengan standar vaksinasi. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.00 anak yang divaksinasi sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per 100.000. Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan acetaminofen pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.

BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM KEJANG 1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau Berat Badan < 10 kg : 5 mg Berat Badan > 10 kg : 10 mg 2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB

KEJANG Diazepam rektal (5 menit) Di Rumah Sakit

KEJANG Diazepam IV Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit) (Depresi pernapasan dapat terjadi)

KEJANG Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB. Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/menit (Pastikan ventilasi adekuat)

KEJANG Transfer ke ICU Keterangan : 1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermiten atau rumatan diberikan berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya. 2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.

PEMBAHASAN KHUSUS Pada pasien ini di diagnosis kejang demam karena : 1. kejang di dahului riwayat demam. 2. kejang terjadi pada anak usia 1 tahun. 3. anak ini belum pernah mengalami kejang tanpa demam. 4. pada pemeriksaan fisik didpatkan suhu > 37,2 C Pada pasien ini di diagnosa kejang demam kompleks karena : 1. kejang lama > 15 menit. 2. kejang berulang (sebanyak 4 kali ) dalam 24 jam. Kejang demam ini tidak di diagnosa diffrential karena : 1. meningitis karena pada pemeriksaan neurologis tidak tampak tanda rangsang meningeal. 2. ensefalitis tidak terdapat gejala penurunan kesadaran, pada pemeriksaan neurologis, tidak ada paresis. 3. abses otak tidak ada keluhan nyaeri kepala yang sangat sebelumnya. Pada pasien ini di diagnosa diare cair akut karena : 1. terjadi secara akut, < 14 hari. 2. tinja lunak tanpa darah. Pada pasien ini tidak dilakukan lumbal pungsi, karena pada pemeriksaan neurologis tidak ditemukan adanya rangsangan meningeal.

Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai