Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI MENGURANGI KENAIKAN TOTAL MOITURE KARENA PENGARUH CUACA

Teori Moisture
Moisture yang terdapat dalam batubara pada prinsipnya terdiri dari dua jenis, yaitu Inherent Moisture dan Extraneous Moisture. Inherent moisture nilainya relatif tetap, tidak fluktuatif dan tidak terpengaruh oleh humiditas dan juga tidak dapat dihilangkan dengan air drying pada ambient temperature. Inherent moisture ini hanya bisa dihilangkan dengan pemanasan dengan temperatur diatas 100C. Sedangkan Extraneous moisture adalah moisture yang berasal dari luar seperti dari air hujan, air siraman, air genangan dan lain-lain. Moisture ini sering juga disebut surface moisture karena dianggap moisture ini hanya berada di permukaan partikel batubara. Moisture ini ada di dalam batubara setelah batubara terbentuk. Nilai dari moisture ini berubahubah sesuai dengan perubahan humiditas dimana batubara tersebut berada. Adapun faktor lain yang mempengaruhi naik turunnya nilai moisture ini adalah :
1. Luas permukaan batubara 2. Banyak air yang tercurah ke dalam batubara tersebut Total Moisture adalah jumlah dari kedua jenis moisture tersebut. TM = IM + EM ................................................................................................. (persamaan 1) Istilah TM, IM dan EM diatas adalah merupakan istilah pengertian atau filosofi, bukan merupakan istilah parameter. Metoda penentuan moisture bermacam-macam jenis parameternya tergantung dari interpretasi dari nilai moisture yang diinginkan. Beberapa contoh parameter dari moisture adalah sebagai berikut :

Total Moisture (disebut juga ; as received moisture, as sampled moisture) Air dried moisture (disebut juga ; Inherent moisture (AS standard), moisture in the analysis sample, as determined moisture, as analysed moisture) Equilibrium moisture (EQM) (disebut juga ; Inherent moisture (ASTM), insitu moisture, bed moisture, Moisture Holding Ccapacity (MHC dalam ISO) ) Transportable moisture / flow moisture

Selain istilah-istilah moisture diatas yang merupakan parameter, ada juga istilah lain yang merupakan tahapan penentuan TM, yaitu Air dry loss moisture, free moisture, dan residual moisture. Akan tetapi nilainya tidak biasa dilaporkan secara individual melainkan dilaporkan sebagai gabungan yaitu sebagai Total moisture.

Teori Surfactant Humactant-Emulsi Polimer


Teori Surfactant
Surfactant berfungsi untuk meningkatkan wetability dari batubara, karena seperti kita ketahui bahwa batubara adalah organik yang bersifat non polar sehingga tegangan permukaan pada batubara besar sekali. Akibatnya batubara susah sekali dibasahi dengan air. Dengan surfactant yang pada gugus molekulnya memiliki radikalradikal hydrophilic dan hydrophobic mampu menurunkan tegangan permukaan sehingga batubara tersebut dapat terbasahi air dengan baik, dan oleh karena itu partikel-partikel fine coal akan terikat dengan air yang sekaligus akan mengontrol debu batubara. Mekanisme fungsi dari surfactant dapat secara kimia dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada waktu surfactant menyentuh permukaan batubara yang sulit terbasahi, radikal hydrophobic akan terserap dipermukaan batubara tersebut sedangkan radikal hydrophilicnya akan membentuk permukaan yang mudah dibasahi, sehingga permukaan batubara tersebut menjadi mudah dibasahi.

Radikal

hydrophilic

Radikal

hydrophobic

Permukaan Hydrophilic

Gambar 1. Struktur surfactant (kiri) dan penyerapan surfactant pada batubara (kanan)

Dengan permukaan yang menjadi hydrophilic, maka sudut kontak antara air dan batubara menjadi lebih kecil seperti digambarkan pada gambar 2.

Partikel air ( tetes air )

Partikel larutan surfactant

Gambar 2. Pembasahan batubara dengan air (kiri) dan pembasahan batubara dengan air yang mengandung surfactant (kanan)

Teori Humectant
Fungsi dari humectant adalah pendukung dari fungsi surfactant, dimana fungsi humectant adalah untuk mengontrol penguapan air dan memperpanjang pembasahan di permukaan batubara. Efek dari fungsi surfactant apabila tanpa humectant hanya

akan ditunjukkan selama air berada di permukaan batubara. Apabila air tersebut hilang karena penguapan dan permukaan menjadi kering, maka dengan mudah partikel partikel fine coal beterbangan kembali dan menimbulkan masalah debu kembali. Jadi fungsi humectant adalah sebagai pengontrol penguapan sekaligus untuk mendukung efek dan fungsi surfactant. Selain itu dikarenakan oleh lapisan air yang dihasilkan oleh larutan tersebut, maka oksidasi pada temperatur rendah dan penguapan air dapat terkontrol. Teori Emulsi Polymer Emulsi polymer ini berfungsi sebagai pengikat setiap partikel-partikel powder (fine coal) dan pembentuk lapisan mantel pada permukaan batubara, sehingga ini akan berfungsi mencegah terjadinya debu. Selain itu, pemasukan udara ke dalam pile batubara dikontrol oleh emulsi polymer ini sehingga ini berfungsi untuk mengontrol oksidasi pada temperatur rendah. Yang perlu dicatat bahwa dengan emulsi polymer ini menyebabkan larutan PIC menjadi resist terhadap air dan tidak larut dalam air pada waktu membentuk lapisan mantel oleh pengeringan diudara (gambar 3).

Partikel Polymer

Penguapan air

Chemical

Coalescence partikel polymer

Resin polymer

Gambar 3. Model adhesi powder batubara (fine coal)

Dengan melihat fungsi dari larutan emulsi polimer, jelas sekali bahwa larutan tersebut membantu dalam penanggulangan masalah debu dan juga menghambat terjadinya oksidasi pada suhu rendah yang merupakan inisial dari terjadinya pemanasan sendiri (self heating) dan juga dapat menghambat penambahan extraneous moisture.

Aplikasi
Di dalam industri perbatubaraan nilai moisture merupakan parameter yang pasti ada dalam transaksi jual beli batubara dan sangat diperhatikan dikarenakan oleh pengaruh negatif dari nilai moisture ini. Pengaruh negatif secara komersial adalah : 1. Mengurangi volume batubara itu sendiri secara kuantitas

2. Menambah energi untuk menaikan temperatur baik pada primary air maupun secondary air pada saat injeksi PCI fuel dilakukan ke dalam boiler. Biasanya hal ini terjadi apabila batubara yang digunakan di Power station dengan cara injection. 3. Moisture adalah non combustible material dalam batubara bahkan sebaliknya ikut mengkonsumsi panas pada saat batubara tersebut dibakar sehingga mengurangi panas yang dihasilkan dari pembakaran batubara tersebut. Untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh berkurang atau bertambahnya volume batubara yang diakibatkan oleh naik turunnya moisture (no.1), di dalam kontrak jual beli batubara biasanya selalu ada price adjusment yang seiring dengan naik turunya nilai moisture. Adjustment-nya ada yang langsung ke kuantitas, yaitu dengan mengkalkulasi pertambahan moisture sebagai volume batubara yang hilang, sehingga dengan suatu formula akan didapat adjustment tonnase actual yang akan dijadikan dasar pada payment-nya. Ada pula adjustment langsung dengan pengurangan atau penambahan dasar harga per ton batubara seiring dengan naik turunnya moisture tersebut. Bahkan banyak juga yang menempatkan nilai moisture ini dalam term rejection limit. Sedangkan untuk megurangi kesalahan perkiraan nilai kalori yang dihasilkan di dalam penggunaannya (no.3), biasanya Buyer juga membuat spesifikasi nilai kalorinya dalam basis NAR (Net as received) Karena nilai kalori dalam basis inilah yang lebih mendekati ke actual calori yang dihasilkan pada saat batubara tersebut dibakar. Jadi jelaslah bahwa betapa berartinya nilai moisture dalam batubara terutama untuk tujuan komersial. Tentu saja baik Seller maupun Buyer tidak ada yang mau dirugikan atas akibat negatif dari nilai moisture ini. Kalau Buyer berusaha dengan membuat suatu spesifikasi yang ketat, sebaliknya bagi Seller harus mengupayakan bagaimana caranya untuk mengurangi akibat dari moisture ini, baik untuk mengkatrol harga dasar maupun untuk mencegah rejection yang akibatnya sangat fatal bagi Seller. Selain itu juga untuk menjaga kesan yang baik dan kepuasan bagi Customer dengan memberikan kualitas yang sama atau paling tidak mendekati guarantee specification secara konsisten. Di tambang lain telah diupayakan untuk mengurangi nilai moisture batubara terutama pada musim hujan seperti sekarang ini, adalah dengan penutupan plastik pada batubara yang sudah berada di tongkang juga pernah dilakukan diatas stockpile. Mungkin banyak orang yang masih bertanya-tanya dalam hatinya atau bahkan langsung menanyakan mengenai efektivitas dari penutupan tersebut, bahkan ada juga yang masih meragukan efektivitasnya walaupun tidak secara langsung. Menghadapi hal tersebut kami dapat memaklumi karena mungkin ada diantaranya yang belum mengerti betul mengenai dasar pemikiran dengan diputuskannya penutupan plastik. Untuk itulah kami mencoba menjelaskan tentang dasar pemikiran tersebut yang akan sekaligus menjelaskan bahwa upaya tersebut sudah diperhitungkan dan dianggap yang terbaik untuk saat ini. Kecuali ada ide lain yang secara teoritis dan praktis lebih baik dari upaya ini, dan hal tersebut sangat diharapkan sekali. Sesuai dengan teori diatas, batubara mengandung moisture dengan dua tipe atau sumber yaitu Inherent moisture dengan extraneous moisture. Untuk inherent moisture saat ini kita tidak bisa merubah atau menurunkannya dengan cara konvensional sebab sifat inheren moisture tidak bisa dihilangkan dengan air drying pada temperature ruang sedangkan kita menjual batubara pada temperatur ruang, jadi jelas hal ini tidak mungkin. Inherent moisture hanya bisa dirubah atau diturunkan dengan suatu teknologi misalkan dengan pressing (pemadatan) untuk memperkecil kapiler atau poripori renik dalam struktur batubara tersebut. Atau dengan konversi ke bentuk product lain selain sebagai batubara curah. Yang masih memungkinkan dengan upaya

konvensional adalah extraneous moisture karena sifatnya yang fluktuatif dan berubahubah tergantung pada humiditas, musim, dan sedikit banyaknya air yang tercurah pada batubara tersebut. Untuk hal ini marilah kita meninjau kembali teori moisture dalam batubara dan sifat-sifatnya; Nilai extraneous moisture dalam batubara dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satu faktor tersebut adalah luas permukaan. Sejak batubara ditambang dari Pit, sejak itu pulalah luas permukaan batubara tersebut bertambah besar dibanding dengan in-situnya atau coal in bed-nya seiring mengecilnya ukuran partikel batubara tersebut. Apalagi setelah batubara tersebut digiling ke ukuran 50mm, luas permukaanya semakin besar. Seperti kita ketahui bahwa ukuran partikel berbanding terbalik dengan luas permukaannya pada massa yang sama. Oleh sebab itu typical moisture dari suatu batubara dalam bulk adalah fungsi dari size distribution dari partikel batubara tersebut. Mengenai distribusi size ini berkenaan dengan tipe crusher dan sifat dari batubara tersebut. Hal ini memerlukan penelitian yang lebih lanjut karena sehubungan dengan masalah crusher yang tidak bisa dengan mudah dapat ditemukan jenis ataupun sistem dari crusher tersebut. Dan saat ini memang yang paling cocok untuk crushing batubara adalah tipe Double Roll Crusher. Karena nilai extraneous moisture ini adalah fungsi dari luas permukaan, maka nilainya akan semakin naik seiring dengan waktu atau umur batubara tersebut berada di storage pile. Karena seperti kita ketahui semakin lama umur di stockpile maka akan semakin rapuh batubara tersebut yang disebabkan oleh pengaruh weathered kemudian pecah dan membuat luas permukaan baru. Didalam kenyataanya di lapangan yang dihubungkan dengan sistem sampling batubara, extraneous moisture dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu surface moisture dan excess water. Surface moisture adalah maksimum air yang dapat diadsorpsi oleh permukaan partikel batubara pada saat air tersebut membasahi atau melewati permukaan batubara tersebut. Sedangkan excess water adalah air yang pada saat lewat di antara partikel batubara dalam perjalananya menuju dasar (drain) atau lebih sederhana dapat disebut sebagai air lewat. Total moisture real sebenarnya adalah hanya inherent moisture dengan surface moisture, akan tetapi karena excess water ini juga tersampling pada saat batubara tersebut diambil sample-nya maka air ini pun menjadi bagian dari TM karena sesuai dengan filosofinya as sampled moisture. Air apapun yang terambil pada saat sample itu diambil termasuk air hujan yang masuk pada sekop sample apabila sampling dilakukan pada saat hujan akan dianggap bagian dari total moisture. Sumber excess water yang jelas adalah hujan dan air dari sprayer misalnya dari dust supression. Sifat excess water dalam partikel batubara adalah mengalir seiring dengan drainage yang ada. Cepat atau lambatnya aliran excess water dalam tumpukan batubara tergantung kepada bagus tidaknya drainage di dasar tumpukan batubara. Apabila drainage di dasar tumpukan sangat bagus dan lancar, maka makin cepat pula excess water tersebut meninggalkan batubara bahkan ada akselerasi aliran yang disebabkan efek aliran dalam kapiler atau seperti halnya prinsip dari Jet pump. Tapi sebaliknya apabila drainage tidak bagus atau bahkan mampat, maka air akan tergenang didasar tumpukan bahkan ada kecenderungan menghambat turunnya excess water yang ada didalam tumpukan bagian atas. Bahkan pada saat permukaan tumpukan terjadi penguapan excess water tersebut ada kecenderungan merambat keatas dan membasahi batubara diatasnya. Sesuai dengan sifat air dalam tumpukan partikel material. Excess water inilah yang sedang diupayakan dikurangi yaitu dengan penutupan plastik. Tentu saja hal ini harus diimbangi dengan drainage yang cukup dibawahnya yaitu pada lubang-lubang drainage tongkang. Apabila tidak, maka efektivitas

penutupan plastik kurang sempurna karena apabila batubara tersebut kehujanan pada saat di stockpile, apabila batubara tersebut dimuat ke tongkang air tersebut terkurung dalam tumpukan batubara. Dengan begitu efektivitas tutup plastik hanya pada pencegahan air yang masuk kedalam tumpukan batubara sedangkan excess water yang sudah ada dalam batubara sebelum diloading tidak bisa dikeluarkan setelah masuk ke kedalam tongkang. Penutupan dengan plastik dalam rangka mencegah naiknya nilai TM, hanya efektif pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau atau panas yang lebih berperan adalah penguapan. Sehingga penutupan plastik tidak diperlukan pada musim panas. Bahkan secara teoritis makin banyaknya permukaan yang diakibatkan oleh umur batubara di stockpile maka makin besar pula daerah embarkasi penguapan sehingga pengeringan akan semakin cepat. However, dalam hal ini masalah moisture mungkin tidak dirisaukan tapi ancaman yang lain perlu dicermati dan diperhatikan yaitu masalah debu dan sponcomb. Dengan melihat basa-basi teori yang digabungkan dengan hasil observasi dan evaluasi di lapangan, maka dapat ditarik kesimpulan ataupun sari dari masalah Total Moisture diatas yaitu ; Prinsip penutupan plastik adalah Cover and Drainage sehingga dalam pelaksanaanya kedua prinsip tersebut harus betul-betul dilaksanakan untuk meningkatkan efektivitasnya. Khusus mengenai drainage, yang perlu diperhatikan bukan hanya diatas tongkang melainkan di storage pile area. Daya serap di base stockyard kurang sekali karena padatnya base stockpile tersebut. Ini bisa dilihat apabila sudah turun hujan dan tidak ada tumpukan batubara air akan tergenang cukup lama didaerah cekungancekungan. Jadi drainage di stockpile harus dibuat dengan pembuatan base stockpile dengan permukaan agak cembung atau dengan kontur yang cocok sehingga excess water dari batubara dapat mengalir ke setling pond sehingga tidak tergenang di stockpile dan juga tidak menyebabkan erosi yang kuat pada coal bedding-nya. Untuk itu maintenance stockpile atau pembuatan contur base yang sesuai serta maintenance yang konsisten juga sangat berperan dalam improving kualitas batubara khususnya moisture. Hampir di semua literatur merekomendasikan bahwa drainage yang bagus dari stockpile merupakan hal yang terpenting dalam penyimpanan batubara termasuk hubungannya dengan masalah sponcomb. Evaluasi dari efektivitas dengan cara ini harus terus dievaluasi dengan data-data yang real selain nilai TM itu sendiri, yaitu dengan menempatkan alat ukur curah hujan di tiap stockpile, dan kalau perlu dan ada setiap transhipment membawa alat ukur curah hujan portable yang praktis dibawanya sehingga data hujan di areal transhipment dapat ter-record sebagai bahan acuan evaluasi tersebut. Penutupan plastik secara manual masih belum sempurna karena masih ada pengaruh cuaca pada saat unloading. Pada saat hujan di transhipment point Barge yang sedang sandar di lambung kapal dan sedang di-unload akan tetap terkena hujan karena tidak mungkin untuk ditutup lagi. Dalam keadaan ini lagi-lagi drainase tongkang memegang peranan penting dalam mengurangi efek air hujan tersebut. Dan untuk menyempurnakannya perlu teknologi khusus yang membuat lebih praktis. Penambahan Emulsi Polimer mempunyai efek yang sama dengan penutupan plastik dimana dalam beberapa detik kandungan air dalam akan segera menguap sehingga yg tersisa adalah efek plastik dari larutan emulsi polimer yang melapisi bagian permukaan batubara sehingga dapat mencegah air masuk. Penerapan teknis ini harus disesuaikan dengan keperluannya. Jadi bukan merupakan reguler whole season. Yang pasti pada musim hujan penerapan upaya ini perlu dilakukan sampai ditemukan cara yang lebih praktis, ekonomis dan lebih efektif.

Kata Kunci: COAL COVER BARGES DRAINAGE

Anda mungkin juga menyukai