Anda di halaman 1dari 5

Hal-Hal yang Kontroversial Mengenai HAM dan Narkoba

A. Pengertian Narkoba Narkoba (Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya) adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang (pikiran, perasaan, dan perilaku), serta dapat menimbulkan ketergantungan secara fisik dan psikologis. Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba yang bukan bertujuan untuk pengobatan atau tanpa pengawasan dokter. Penyalahgunaan narkoba juga disebabkan karena penggunaan terus menerus, menyebabkan ketergantungan, dan menimbulkan gangguan fisik, mental, serta sosial. B. Macam-Macam Narkoba 1. Narkotika Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atas perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya: Heroin, Kokain, ganja, dan sebagainya 2. Psikotropika Zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contohnya: Ekstasi, Fenobarbital, Funitrazepam, dan sebagainya. 3. Zat Adiktif Yang termasuk zat adiktif adalah inhalansia, misalnya lem, aceton, ether, premix, dan sebagainya. C. Dampak Peggunaan Narkoba 1. Dimensi Kesehatan Penyalahgunaan narkoba merusak kesehatan manusia baik secara jasmani, mental, maupun emosional. Penyalahgunaan narkoba merusak susunan syaraf pusat, hati, jantung, ginjal, paru-paru, usus, dan sebagainya. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan gangguan pada daya ingat, perasaan, persepsi, dan kendali diri. Penyalahgunaan narkoba merusak sistem reproduksi yaitu produksi sperma menurun, penurunan hormon testosteron, kerusakan kromosom, kelainan sex, keguguran, dan lain-lain. Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan penyakit AIDS melalui pemakaian bersama jarum suntik, jika yang bersangkutan mengidap penyakit AIDS. Dll. 2. Dimensi Sosial Penyalahgunaan narkoba memperburuk kondisi keluarga sehingga membuat tidak harmonis.

Guna membiayai ketergantungan kepada narkoba seseorang memerlukan banyak biaya untuk membeli narkoba, sehingga para pecandu mencuri, merampok, menipu, mengedarkan narkoba, bahkan bisa membunuh untuk mendapatkan uang. Para pecandu narkoba pada umumnya menjadi orang yang anti sosial dan menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban pada lingkungannya serta merugikan masyarakat. Kerugian di bidang pendidikan juga akan terjadi seperti prestasi sekolah yang merosot karena sering tidak masuk sekolah dan tidak konsentrasi sewaktu belajar. Dll.

D. Strategi yang Telah Ditempuh Perintah dan Masyarakat Menekan Penyalahgunaan Narkoba 1. Pencegahan Upaya untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, dengan upaya-upaya yang berbasis masyarakat, mendorong dan menggugah kesadaran, kepedulian dan peran aktif seluruh komponen masyarakat, karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. 2. Penegakan Hukum Upaya terpadu dalam pemberantasan narkoba secara komprehensif terhadap organisasi kejahatan narkoba dengan menerapkan undang-undang dan peraturanperaturan secara tegas konsisten, dan dilakukan dengan sungguh-sungguh, serta adanya kerjasama antar instansi dan kerjasama internasional yang saling menguntungkan. 3. Terapi dan Rehabilitasi Upaya yang dilakukan untuk mengobati para pengguna narkoba dengan melakukan pengobatan secara medis, sosial dan spiritual. 4. Pengembangan Sistem Informasi Narkoba Upaya untuk menyediakan dan menyajikan data yang lengkap dan komprehensif tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, baik secara internasional maupun nasional. Hal tersebut dapat digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan dan strategi dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba.

Sekilas Berita 1

DPR minta penjelasan MA & Menkum HAM soal grasi gembong narkoba
Merdeka.com - Grasi Presiden kepada gembong narkoba berbuntut panjang. Komisi III DPR bakal memanggil Mahkamah Agung (MA) terkait grasi terhadap bandar narkoba jaringan internasional Deni Setia Maharwan alias Rapi Mohammed Majid yang sebelumnya divonis mati.

"Negara ini harus jelas bagaimana pemberantasan narkoba. Itu harus diwujudkan, dituangkan dalam putusan-putusan hukum. Untuk kasus pertama kita memberikan ruang, dan minta penjelasan MA akan membentuk majelis untuk memeriksa yang memberikan pengurangan hukuman, pentoleran terhadap kasus ini," kata Wakil ketua Komisi III DPR Tjatur Sapto Edy kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (16/10). Selain itu, kata Tjatur, Komisi III DPR juga berencana memanggil Menkum HAM untuk menjelaskan, karena grasi tersebut datangnya dari Menkum HAM. "Sehingga ke depan, saya berharap negara ini lebih memikirkan jangka luas dan ke depan. Jangan hanya memutuskan kepentingan sesaat saja," tegas Ketua Fraksi PAN ini. Tjatur menegaskan Presiden SBY dinilai diberi masukan-masukan yang kurang tepat dari orang dekatnya terkait grasi ini. Orang-orang di sekeliling SBY di dalam memberikan saran dan masukan tidak melihat efek jangka panjang dari penyalahgunaan narkoba. "Menurut saya masukannya kurang tepat. Makanya kita akan panggil Menkum HAM juga," kata Tjatur. Diketahui sebelumnya, 18 April 2001 lalu, Deni Setia Maharwan alias Rapi Mohammed Majid dijatuhi vonis hukuman mati karena terbukti mengedarkan narkoba dan masuk ke dalam jaringan internasional. Namun, melalui Keppres Nomor 7/G/2012 vonis mati itu kini tak berlaku. SBY memberikan grasi sehingga mengubah hukuman mati Deni menjadi hukuman seumur hidup.

Sekilas Berita 2 Liputan6.com, Jakarta: Mantan Menteri Kehakiman dan HAM Yusril Ihza Mahendra mengkritik kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi grasi atau pemberian pengampunan terhadap terpidana mati kasus narkoba. Yusril menilai saat SBY memberikan grasi kepada terpidana kasus narkoba Schapple L Corby Warga Australia, SBY beralasan karena terikat hubungan diplomasi. Namun belakangan SBY juga memberikan grasi terhadap terpidana narkoba asal Jerman bernama Peter Achim Franz Grobmann serta ua warga Indonesia diantaranya Deni Setia Maharwa alias Rapi Mohammed Majid. "Denny Indrayana dan Jubir Istana tidak jujur beri keterangan tentang grasi. Dulu mereka hanya sebut Corby dengan berbagai dalih diplomasi dengan Australia. Belakangan ada Gobmann dua nama WNA yang diberi grasi pada Desember 2011 dan Januari 2012 tidak pernah disebut-disebut," kata Yusril kepada wartawan, Jakarta, Selasa (16/10). Pakar hukum tata negara itu menambahkan, yang lebih ironis lagi pemberian grasi terhadap dua WNA kasus narkoba itu, baru terungkap setelah Mahkamah Agung membeberkannya.

Padahal Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana sempat berkilah bahwa pemberian grasi terhadap Corby telah sesuai pertimbangan. "Deny dulu berkilah bahwa grasi terhadap Corby telah sesuai pertimbangan MA. Kini, terungkap bahwa MA sarankan agar grasi pada dua WNA ditolak," ucap Yusril. Seperti diketahui, Presiden SBY baru saja memberikan grasi untuk terpidana narkoba Deni Setia Maharwan alias Rafi dan Merika Pranola alias Ola. Yusril menegaskan, sebaiknya Presiden SBY bersikap terbuka menjelaskan tentang grasi untuk napi narkoba itu. "Karena, itu akan memulihkan kepercayaan. Kalau tidak, ini tambah buruk saja seperti sekarang," tuntasnya.

Argumentasi 1

Pantaskah grasi atas nama HAM untuk pengedar Narkoba?


Pengampunan oleh presiden atau grasi yang diberikan kepada terpidana sindikat pengedar narkoba sebaiknya mempertimbangkan jumlah korban jiwa akibat tindak kejahatan yang diperbuat. Oleh karenanya, pengampunan hukuman mati dengan alasan HAM bagi pengedar butuh pendalaman lebih lanjut. "Berapa yang sudah meninggal karena pencandu? Pantaskah grasi diberikan atas nama HAM kepada pengedar?" Pernyataan tersebut terkait pemberian grasi kepada dua sindikat narkoba, Deni Setia Maharwa alias Rafi Muhammed Majid dan Meirika Pranola alias Ola, belum lama ini. Karena grasi ini, hukuman mati yang seharusnya diterima keduanya berubah menjadi penjara seumur hidup. Sebagai generasi penerus seharusnya menyerukan kepada pemerintah untuk menyatakan perang terhadap Narkoba mengancam kelangsungan generasi bangsa dan meminta kepada pemerintah untuk tidak menggunakan hak grasi bagi bagi pengedar narkoba maupun pemberian grasi terhadap produsen dan pengedar narkoba.

Argumentasi 2

Tidak ada kekeliruan soal Grasi Narkoba!


Tidak ada yang salah dalam pemberian grasi itu karena merupakan wewenang Presiden. Pemberian grasi tersebut tentunya sudah mempertimbangkan saran dan pertimbangan dari Mahkamah Agung. Presiden juga diyakini sudah mempertimbangkan dari aspek sosiologis dan hubungan internasional.

Bukan Presiden SBY Saja Ada kurang lebih sepuluh terpidana narkoba yang diberi grasi oleh Presiden-Presiden sebelum Presiden SBY, bahkan ada yang langsung bebas. Presiden bisa mempertimbangkan untuk mencabut grasi yang bersangkutan, agar grasi tersebut tidak disalahgunakan. Pertimbangan untuk mencabut grasi sangat besar kemungkinannya, karena yang bersangkutan melakukan pelanggaran jenis yang sama.

Anda mungkin juga menyukai