Anda di halaman 1dari 19

Imunoserologi RESPON IMUN

Kelompok 2 : 1. Aan Nuryana Putra 2. Cita Agusmia 3. Dwi Rizki Masula 4. Khaerul Umam 5. Mada Imam 6. Nur Fahmi Rahmawati 7. Septari Eka Nurfadini 8. Tiara Desynta

Respon Imun
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.

Respon Imun terdiri atas :

Respon Imun non spesifik

Respon imun spesifik

A. Respon Imun non spesifik


Disebut respon imun non-spesifik dikarenakan respon imun yang timbul terjadi pada jaringan tubuh yang rusak/luka bukan terhadap penyebab kerusakan itu sendiri. Respon imun nonspesifik berupa inflamasi dan fagositosis. B. Respon Imun spesifik Disebut respon imun spesifik dikarenakan respon imun yang terjadi akan melindungi tubuh dari serangan pathogen dan memastikan pathogen tersebut tidak berbaik melawan jaringan tubuh itu sendiri. Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang.

Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu yaitu antigen yang merupakan ligannya. Di samping itu, respons imun spesifik juga menimbulkan memori imunologis yang akan cepat bereaksi bila host terpajan lagi dengan antigen yang sama di kemudian hari.

A.Inflamasi Pembengkakan jaringan (inflamasi) merupakan reaksi cepat terhadap kerusakan jaringan. Terjadinya inflamasi ditandai dengan: Timbulnya warna kemerahan Timbulnya rasa panas Terjadinya pembengkakan Timbulnya rasa sakit

Perhatikan penggambaran respon peradangan yang disederhanakan berikut ini:

Keterangan: 1. Respon yang terlokalisasi dipicu ketika sel-sel jaringan

yang rusak oleh bakteri atau kerusakan fisik membebaskan sinyal kimiawi seperti histamin dan prostaglandin. 2. Sinyal tersebut merangsang pembesaran kapiler (yang mengakibatkan peningkatan aliran darah) dan meningkatkan permeabilitas kapiler di daerah yang terserang. Sel-sel jaringan juga membebaskan zat kimia yang mengandng fagositik dan limfosit. 3. Ketika fagosit tiba ditempat luka, mereka memakan patogen dan serpihan-serpihan sel dan jaringan itu sembuh.

B.Fagositosis Fagositosis dilakukan oleh leukosit jenis neutrofil dan monosit. Neutrofil menyusun sekitar 60%-70% dari semua leukosit. Sel-sel yang dirusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal kimiawi yang menarik neutrofil dari darah untuk memasuki jaringan yang terinfeksi, lalu menelan dan merusak mikroba tersebut. Akan tetapi neutrofil cendrung akan merusak diri sendiri ketika neutrofil tersebut memfagositasi pathogen. Masa hidup neutrofil ratarata hanya beberapa hari

Monosit menyusun sekitar 5% dari seluruh leukosit. Monosit bersirkulasi dalam darah hanya beberapa jam kemudian bermigrasi kedalam jaringan dan berkembang menjadi makrofag. Makrofag ini merupakan sel fagositik terbesar, sangat efektif dan berumur panjang. Sel ini akan menjulurkan pseudopodianya yang dapat menempel pada polisakarida permukaan mikroba, menelan mikroba dan mencernanya dengan enzim-enzim lisozim tersebut.

Fase-fase fagositosis adalah sbb :


Kemotaksis : faktor yang menarik fagosit, berasal dari jaringan rusak sehingga gagosit bergerak ke arah tempat dimana bahan tersebut dihasilkan. Persinggungan : pada waktu terjadi persinggungan antara membran fagosit dengan kuman, fagosit akan membentuk mikro pseudopodia. Melalui mikropseudopia inilah seluruh partikel ditangkap dan dimasukkan ke dalam satu vakuola yang dinamakan fagosom.

Pembunuhan intraseluler : fagosom menyatu dengan lisosom sehingga terbentuk fagolisosom. Pada waktu yang bersamaan dilepaskan bahan-bahan yang mampu membunuh kuman, berupa lisosom hidrogen pereksidase dan myeloperoksidase. Pencernaan intra seluler : setelah kuman dibunuh oleh berbagai enzim di dalam fagolisosom, terjadilah pencernaan intraseluler dari protein, polisakarida, lipid dan asam nuklest dan enzim lisozim.

Dikatakan respon imun spesifik dikarenakan respon imun yang terjadi akan melindungi tubuh dari serangan pathogen dan memastikan pathogen tersebut tidak berbaik melawan jaringan tubuh itu sendiri. Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang.

Respon imun spesifik dibedakan menjadi :

1. Imunitas Seluler imunitas yang diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya. Imunitas yang dihasilkan bila dalam tubuh ada antigen yang masuk ,yaitu : antigen akan mengaktifkan sel imunokompeten bila sel ini mendapat bantuan dari sel Th melalui zat yang dilepaskan oleh sel Th aktif. Limfosit Th umumnya baru mengenal antigen bila dipresentasikan bersama molekul produk MHC (major histocompatibility complex) kelas II yaitu molekul yang antara lain terdapat pada membran sel makrofag. Setelah diproses oleh makrofag, antigen akan dipresentasikan bersama molekul kelas II MHC kepada sel Th sehingga terjadi ikatan antara TCR dengan antigen. Ikatan tersebut terjadi sedemikian rupa dan menimbulkan aktivasi enzim dalam sel limfosit T sehingga terjadi transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel Th aktif dan sel Tc memori.

Sel Th aktif juga dapat merangsang sel Td untuk mengalami transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel Td memori dan sel Td aktif yang melepaskan limfokin yang dapat merekrut makrofag ke tempat antigen. Limfokin akan mengaktifkan makrofag dengan menginduksi pembentukan reseptor Fc dan C3B pada permukaan makrofag sehingga mempermudah melihat antigen yang telah berikatan dengan antibodi atau komplemen, dan dengan sendirinya mempermudah fagositosis.

Gambar. Interaksi sel T dengan molekul antigen (MHC)

1.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai