Anda di halaman 1dari 15

PERGESERAN DAN PEMERTAHANAN BAHASA JAWA DAN SUNDA DI DEPOK: STUDI KASUS PEDAGANG KANTIN FAKULTAS TEKNIK UI DEPOK

Heidyanne R. Kaeni Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
E-mail: heidyanne.r.kaeni@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbandingan atas tingkat pergeseran dan pemertahanan bahasa Jawa dan bahasa Sunda serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di kalangan pedagang kantin Fakultas Teknik UI Depok. Teori yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah pandangan yang dikemukakan oleh Sumarsono. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara metode kuantitatif sederhana dengan metode deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian, diperkirakan tingkat pemertahanan bahasa di kalangan responden penutur jati bahasa Sunda lebih tinggi daripada di kalangan responden penutur jati bahasa Jawa.

Abstract
The level of language shift and language maintenance of Javanese and Sundanese language of canteen vendors in Faculty of Engineering UI Depok along with factors that influenced them has been compared. The study has been conducted by using theoretical frame work offered by Sumarsono and employing both quantitative and qualititative descriptive methods. The result of the research has shown that languange maintenance level in group of Sundanese native speakers is higher than those of Javanese group. Keywords: pergeseran bahasa, pemertahanan bahasa, pemakaian bahasa, bahasa Jawa, bahasa Sunda.

1. Pendahuluan
Pergeseran bahasa adalah proses yang terjadi ketika anggota masyarakat multilingual mengabaikan bahasa ibu mereka dan menggunakan bahasa lainnya (Kandler, 2010). Hal ini biasanya terjadi pada seorang atau sekelompok penutur suatu bahasa yang berpindah ke daerah lain yang memberi harapan untuk kehidupan sosial ekonomi. Di daerah yang didatangi tersebut, sebuah bahasa atau beberapa bahasa lain digunakan. Untuk dapat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, para pendatang harus menyesuaikan diri dengan menggunakan bahasa penduduk setempat. Depok merupakan sebuah yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Sebagai salah satu kota tujuan urbanisasi, penduduk Depok berasal dari beragam kelompok etnis dengan latar belakang bahasa ibu yang berbeda-beda. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa perantara menjadi pun menjadi penting agar komunikasi dapat terjalin dengan lancar. Di antara penduduk Kota Depok yang didominasi oleh masyarakat bahasa Betawi, terdapat kelompok-kelompok pendatang yang merupakan penutur jati bahasa Jawa dan bahasa Sunda.

Atas dasar asumsi tersebut, saya tertarik melakukan penelitian terhadap perbandingan pergeseran bahasa yang terjadi pada masyarakat bahasa Jawa dan bahasa Sunda yang tinggal di tengah-tengah masyarakat bahasa lainnya di Depok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pergeseran bahasa Jawa dan Sunda pada kalangan pedagang di Kota Depok dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Metode Penelitian
Penelitian mengenai pergeseran bahasa merupakan penelitian kebahasaan sekaligus penelitian sosial karena berfokus pada fenomena kebahasaan berdasarkan data lapangan maupun data kepustakaan, tetapi juga juga didasarkan pada pada pengamatan gejala sosial budaya suatu kelompok masyarakat (Ginting, 2004: 45). Pengumpulan data dilakukan dengan cara dan wawancara dan pengisian kuesioner. Kuesioner survei sebagai instrumen penelitian disusun berdasarkan tujuan penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dirancang bersifat terbuka agar responden dapat mengungkapkan pemikiran atau perasaannya secara lebih leluasa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu kategori pertanyaan mengenai data pribadi responden, kategori pertanyaan yang berhubungan dengan pemakaian bahasa responden, serta kategori pertanyaan mengenai sikap responden terhadap bahasa yang digunakannya. Objek pengamatan dalam penelitian ini adalah penutur jati bahasa Jawa dan penutur jati bahasa Sunda yang berprofesi sebagai pedagang di Kantin Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Responden dipilih berdasarkan kriteria bahwa mereka adalah orang dewasa yang merupakan penutur jati bahasa Jawa atau bahasa Sunda dan telah bertempat tinggal di Kota Depok selama lebih dari satu tahun. Kriteria masa domisili di Depok ini ditetapkan berdasarkan asumsi bahwa di atas masa tersebut, seorang pendatang telah cukup menyesuaikan diri dalam hal berkomunikasi dengan masyarakat setempat. Karena waktu penelitian yang sempit, jumlah responden dibatasi hanya hingga 10 orang dan dibagi rata dalam dua kelompok responden: 5 orang penutur jati bahasa Jawa dan 5 orang penutur Jati bahasa Sunda. Karena jumlah responden yang sangat sedikit ini, pengelompokan lebih lanjut berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain tidak akan dilakukan dalam penelitian ini. Metode analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang dikombinasikan dengan metode kuantitatif sederhana.

3. Analisis dan Interpretasi Data


Studi mengenai pergeseran dan pemertahanan berangkat dari pertanyaan Mengapa suatu bahasa bertahan sementara yang lain bergeser? (Ginting, 2004: 33). Menurut Kandler (2010), pergeseran bahasa adalah proses yang terjadi ketika anggota masyarakat multilingual mengabaikan bahasa ibu mereka dan menggunakan bahasa lainnya. Teori yang diacu dalam menganalisis pergeseran dan pemertahanan bahasa dalam penelitian ini adalah pandangan yang dikemukakan oleh Sumarsono (dalam Ginting, 2004: 35) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan pemertahanan suatu bahasa adalah loyalitas yang tinggi terhadap bahasa ibu dan kesediaan masyarakat bahasa tersebut untuk menurunkan bahasa ibu kepada generasi mudanya. 3.1 Responden penutur jati bahasa Jawa Responden yang merupakan penutur jati bahasa Jawa berasal dari Wonosobo, Jogja, Solo, dan Madiun. Mereka tinggal di daerah asal masing-masing antara 13 hingga 20 tahun dan empat di antara lima responden menyatakan pernah merantau ke daerah lain sebelum akhirnya kini menetap di Depok. Berdasarkan data usia dan informasi tentang lama menetap di setiap daerah yang pernah ditinggali, diketahui bahwa kelima responden telah lebih lama menetap di perantauan daripada di kampung halaman mereka masing-masing. Semua responden yang diwawancarai dalam penelitian ini secara kebetulan telah berkeluarga dan umumnya kini tinggal bersama pasangan dan anak-anak mereka. Hanya satu orang di antara lima responden penutur jati bahasa Jawa yang tidak tinggal bersama keluarganya karena masing-masing merantau ke daerah yang berbeda.

Kelima responden mengaku masih menjalin komunikasi secara rutin dengan orangtua yang masih tinggal di daerah asal. Komunikasi dilakukan dengan 2 cara: berbicara melalui telepon atau bertemu langsung. Tidak ada responden yang memilih komunikasi secara tertulis. Pilihan ini berhubungan dengan kenyamanan mereka sendiri dan pertimbangan atas faktor usia orangtua mereka yang dianggap sudah terlalu tua untuk melakukan komunikasi secara tertulis. Frekuensi komunikasi melalui telepon paling sering dilakukan oleh seorang responden yang dapat mencapai 2-3 kali dalam sehari. Hal ini berkaitan dengan faktor kesehatan orangtuanya sehingga karena responden merasa perlu untuk terus memantau aktivitasnya sehari-hari. Sementara itu, frekuensi komunikasi dengan cara bertemu langsung rata-rata dilakukan 1-2 kali setahun oleh para responden. Dalam hal kegiatan masyarakat di kota domisili saat ini, kelima responden menyatakan bahwa mereka mengikutinya. Empat orang responden wanita menceritakan bahwa secara rutin mereka mengikuti kegiatan berupa pengajian dan arisan RT, sementara seorang responden pria mengaku bahwa ia aktif dalam kegiatankegiatan yang dilakukan di masjid maupun di lingkungan RT/RW-nya. Semua responden penutur jati bahasa Jawa telah fasih berbahasa Indonesia. Hal ini dapat disimpulkan melalui pengamatan saya sebagai peneliti selama melakukan wawancara terhadap para responden. Hal ini mungkin disebabkan oleh masa tinggal para responden di tengah-tengah masyarakat multilingual di Kota Depok yang telah mencapai puluhan tahun. Tiga orang responden yang berusia antara 30-40 tahun mengaku bahwa mereka pertama kali mengenal bahasa Indonesia saat bersekolah di bangku Sekolah Dasar (SD). Sementara itu, dua orang responden berusia di atas 50 tahun mengatakan bahwa mereka mulai mengenal bahasa Indonesia saat bersekolah di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, semua responden menyatakan bahwa kefasihan bahasa Indonesia diperoleh sejak mereka mulai merantau ke daerah yang terdiri atas masyarakat multietnis dan multilingual. Dua dari empat responden yang saat ini tinggal bersama keluarganya menyatakan bahwa mereka menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dengan pasangan dan anak-anaknya. Ada satu orang responden yang selalu menggunakan bahasa Jawa terhadap keluarganya dan satu orang lainnya menggunakan kombinasi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Sementara itu, satu responden yang tidak tinggal bersama keluarganya mengatakan bahwa ia menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dengan pasangan dan anak-anaknya. Umumnya responden menyatakan bahwa mereka pernah mengajarkan bahasa Jawa kepada anak-anak mereka, tetapi jarang di antara anak-anak mereka tersebut yang mencapai tingkat fasih dalam berbahasa Jawa. Hal ini diperkirakan karena pengaruh lingkungan tempat tinggal mereka saat ini yang lebih didominasi oleh penggunaan bahasa Indonesia. Dalam kegiatan berdagang yang menjadi mata pencaharian mereka, para responden juga lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Namun, dalam beberapa kesempatan, mereka juga menggunakan bahasa Jawa saat berkomunikasi dengan sesama pedagang dan beberapa pembeli yang juga merupakan penutur jati bahasa Jawa. Bahkan, empat dari lima responden menyatakan bahwa mereka selalu menggunakan bahasa Jawa ketika berbicara dengan pemasok bahan baku dagangan mereka yang kebetulan juga merupakan penutur jati bahasa Jawa. Bahasa Jawa juga selalu digunakan sepenuhnya oleh para responden ketika berkomunikasi dengan orangtua mereka di daerah asal, baik melalui telepon maupun ketika bertemu langsung (lihat Tabel 1). Selain itu, tiga dari lima respoden mengaku mengikuti arisan paguyuban, yaitu sebuah acara perkumpulan oleh orang-orang perantauan yang berasal dari daerah atau suku yang sama. Dalam acara tersebut, responden tidak menggunakan bahasa selain bahasa Jawa. Tabel 1. Pilihan pemakaian bahasa oleh responden penutur jati bahasa Jawa Bahasa dengan keluarga di tempat tinggal saat ini (4 responden) dengan keluarga di daerah asal Bahasa Jawa 25% Bahasa Indonesia 75% Campuran bahasa Indonesia & Jawa 20% 0% Bahasa asing atau bahasa daerah lain 0% 0%

100%

0%

dengan pembeli yang bukan penutur bahasa Jawa dengan pembeli yang merupakan penutur bahasa Jawa dengan sesama pedagang yang bukan penutur bahasa Jawa Dengan sesama pedagang yang merupakan penutur bahasa Jawa dalam kegiatan paguyuban (3 responden) dalam kegiatan masyarakat lainnya

0% 100% 0% 40% 100%


0%

100%
0%

0% 0% 0% 0% 0% 0%

0% 0% 0% 0% 0% 0%

100%
60%

0%
100%

Ketika ditanyai mengenai penguasaan bahasa Jawa yang merupakan bahasa ibu mereka, semua responden penutur jati bahasa Jawa berpendapat bahwa mereka masih lancar menggunakannya karena bahasa tersebut masih digunakan secara rutin dalam situasi-situasi tertenu. Namun, hanya satu di antara lima responden yang menyatakan bahwa bahasa Jawa masih penting untuk dikuasai, terutama oleh keturunannya. Empat responden lainnya mengatakan bahwa bahasa yang lebih penting untuk dikuasai adalah bahasa yang lebih banyak digunakan di lingkungan tempat tinggal seseorang. Jadi, karena saat ini sebagian besar dari mereka tinggal bersama keluarganya di Kota Depok yang terdiri atas masyarakat multietnis dan multilingual, umumnya mereka merasa bahwa bahasa Indonesia sebagai lingua franca-lah yang paling penting untuk dikuasai. 3.2 Responden penutur jati bahasa Sunda Responden yang merupakan penutur jati bahasa Sunda berasal dari Bandung, Kuningan, Garut, Sumedang, dan Bogor. Mereka tinggal di daerah asal masing-masing antara 20 hingga 35 tahun dan hanya dua di antara lima responden yang menyatakan pernah merantau ke daerah lain sebelum akhirnya kini menetap di Depok. Berdasarkan data usia dan informasi tentang lama menetap di setiap daerah yang pernah ditinggali, diketahui bahwa hanya satu responden yang telah lebih lama menetap di perantauan daripada di kampung halamannya. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pemaparan mengenai respoden penutur jati bahasa Jawa, semua responden penutur jati bahasa Sunda juga telah berkeluarga dan umumnya kini tinggal bersama pasangan dan anak-anak mereka. Hanya ada satu responden yang saat ini hanya menyewa kamar untuk tinggal seorang diri sementara pasangan dan anak-anaknya tinggal di daerah asal. Kelima responden mengaku masih menjalin komunikasi secara rutin dengan keluarga yang masih tinggal di daerah asal. Keluarga responden yang tinggal di daerah asal tidak hanya terdiri atas orangtua mereka. Beberapa responden mengatakan bahwa anak-anak mereka juga tinggal di daerah asal dan ada satu responden yang mengatakan bahwa pasangannya pun tidak ikut merantau bersamanya. Namun, umumnya responden menjalin komunikasi secara rutin dengan keluarga yang tinggal di daerah asal. Sama halnya dengan responden penutur jati bahasa Jawa, responden penutur komunikasi dilakukan dengan 2 cara: berbicara melalui telepon atau bertemu langsung. Alasan responden untuk lebih memilih komunikasi lisan daripada tertulis juga berhubungan dengan kenyamanan diri sendiri dan pertimbangan atas faktor usia orangtua mereka yang dianggap sudah terlalu tua untuk melakukan komunikasi secara tertulis. Frekuensi komunikasi melalui telepon paling sering dilakukan oleh seorang responden yang dapat mencapai 3 kali dalam sehari. Hal ini berhubungan dengan tidak adanya keluarga yang tinggal bersama responden yang bersangkutan di tempat tinggal saat ini (Depok) sehingga komunikasi sehari-hari dengan keluarga harus dilakukan melalui telepon. Sementara itu, frekuensi komunikasi dengan cara bertemu langsung rata-rata dilakukan dalam hitungan bulan para responden. Hanya satu orang responden yang mengaku hanya dapat pulang ke daerah asal dua tahun sekali karena kendala biaya. Dalam hal kegiatan masyarakat di kota domisili saat ini, umumnya responden penutur jati bahasa Sunda menyatakan bahwa mereka tidak sempat mengikutinya. Hanya ada seorang responden pria yang mengaku bahwa ia aktif dalam kegiatan kerja bakti yang dilakukan di lingkungan tempat tinggalnya.

Sama halnya dengan hasil pengamatan saya terhadap responden penutur jati bahasa Jawa, semua responden penutur jati bahasa Sunda juga telah fasih berbahasa Indonesia. Semua responden yang berusia di atas 50 tahun mengaku bahwa mereka pertama kali mengenal bahasa Indonesia saat bersekolah di bangku Sekolah Dasar (SD). Tiga dari lima responden menyatakan bahwa kefasihan bahasa Indonesia diperoleh sejak mereka mulai bepergian atau merantau ke daerah yang terdiri atas masyarakat multietnis dan multilingual. Sementara itu, dua responden lainnya mengaku lancar berbahasa Indonesia sejak bersekolah di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tiga dari empat responden yang saat ini tinggal bersama keluarganya menyatakan bahwa mereka menggunakan bahasa Sunda saat berbicara dengan pasangan dan anak-anaknya, sedangkan satu orang lainnya menggunakan bahasa Indonesia (lihat Tabel 2). Umumnya responden menyatakan bahwa mereka mengajarkan bahasa Sunda kepada anak-anak mereka dan menggunakannya secara konsisten. Hanya satu dari lima responden yang mengaku tidak menerapkan hal tersebut. Namun dalam hal berkomunikasi dengan keluarga yang tinggal di daerah asal, kelima responden mengaku selalu menggunakan bahasa Sunda. Dalam kegiatan berdagang yang menjadi mata pencaharian mereka, para responden juga lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Namun, dalam beberapa kesempatan, mereka juga menggunakan bahasa Sunda saat berkomunikasi dengan sesama pedagang dan beberapa pembeli yang juga merupakan penutur jati bahasa Sunda. Bahkan, dua dari lima responden menyatakan bahwa mereka selalu menggunakan bahasa Sunda ketika berbicara dengan pemasok bahan baku dagangan mereka yang kebetulan juga merupakan penutur jati bahasa Sunda. Tabel 2. Pilihan pemakaian bahasa oleh responden penutur jati bahasa Sunda Bahasa dengan keluarga di tempat tinggal saat ini (4 responden) dengan keluarga di daerah asal dengan pembeli yang bukan penutur bahasa Sunda dengan pembeli yang merupakan penutur bahasa Sunda dengan sesama pedagang yang bukan penutur bahasa Sunda dengan sesama pedagang yang merupakan penutur bahasa Sunda dalam kegiatan masyarakat lainnya (1 responden) Bahasa Sunda 75% Bahasa Indonesia 25% Campuran bahasa Indonesia & Jawa 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% Bahasa asing atau bahasa daerah lain 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

100% 0% 100% 0% 100%


0%

0% 100%
0%

100%
0% 100%

Dalam hal penguasaan bahasa Sunda yang merupakan bahasa ibu mereka, semua responden penutur jati bahasa Sunda berpendapat bahwa mereka masih lancar menggunakannya karena bahasa tersebut masih digunakan secara rutin dalam berbagai kesempatan tertentu.. Namun, satu di antara lima responden mengakui bahwa kefasihannya berbahasa Sunda menurun karena tidak menggunakannya secara aktif di lingkungan keluarga inti (dengan pasangan dan anak-anaknya). Sementara itu, empat responden lainnya mengatakan bahwa bahasa Sunda penting untuk diajarkan kepada anak-anak dan terus digunakan dalam lingkungan keluarga karena berkaitan dengan jati diri mereka sebagai keturunan suku Sunda.

3.3 Perbandingan pergeseran dan pemertahanan bahasa ibu antara responden penutur jati bahasa Jawa dan responden penutur jati bahasa Sunda Tabel 4 di bawah menunjukkan perbandingan bahasa yang digunakan oleh responden penutur jati bahasa Jawa dan responden penutur jati bahasa Sunda ketika berkomunikasi dengan anggota keluarga yang tinggal bersama mereka saat ini. Baik di antara responden penutur jati bahasa Jawa maupun responden penutur jati bahasa Sunda, terdapat satu orang responden yang tidak tinggal bersama keluarganya di tempat tinggal saat ini. Karena itu, total persentase masing-masing kelompok responden di atas hanya mencapai 80%. Perbedaan terlihat jelas dalam hal pilihan bahasa responden ketika berkomunikasi dengan keluarga di tempat tinggal saat ini. Kecenderungan untuk menggunakan bahasa daerah asal lebih daripada bahasa Indonesia ditunjukkan oleh responden penutur ati bahasa Sunda. Penggunaan campuran bahasa Indonesia dan bahasa daerah asal pun hanya ditemukan di kalangan responden penutur jati bahasa Jawa. Hal ini berkaitan dengan sikap bahasa yang dinyatakan oleh responden. Dalam wawancara, umumnya para penutur jati bahasa Sunda mengaku bahwa pengajaran bahasa Sunda kepada anak-anak mereka sangat penting dimana pun mereka berada karena berkaitan dengan jati diri mereka sebagai bagian dari suku Sunda. Sementara itu, para penutur jati bahasa Jawa umumnya berpendapat bahwa bahasa Jawa lebih sulit diajarkan jika tidak tinggal di daerah asal bahasa tersebut di mana lingkungan lebih didominasi oleh masyarakat bahasa Jawa. Tabel 3. Bahasa yang digunakan responden dengan keluarga di tempat tinggal saat ini Murni bahasa Responden penutur jati bahasa Jawa Responden penutur jati bahasa Sunda daerah asal 20% 60% Murni bahasa Indonesia 40% 20% Campuran bahasa Indonesia & bahasa daerah asal 20% -

Baik responden penutur jati bahasa Jawa maupun responden penutur jati bahasa Sunda memiliki kesamaan dalam hal kecenderungan pemakaian bahasa dengan keluarga di daerah asal dan dalam aktivitas sehari-hari. Semua anggotadari masing-masing kelompok responden memilih untuk menggunakan bahasa daerah asal ketika berkomunikasi dengan keluarga yang masih tinggal di daerah asal tersebut. Dalam melakukan kegiatan dagang, para responden dari kedua kelompok juga menunjukkan perilaku yang sama: lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan karena mereka lebih banyak berinteraksi dengan orangorang yang tidak dapat menggunakan bahasa daerah yang sama dengan mereka. Namun, meskipun jarang, ada kalanya mereka bertemu dengan orang-orang yang menggunakan bahasa daerah yang sama sehingga mereka dapat menggunakan bahasa daerah asal mereka untuk berkomunikasi. Semua hal ini menunjukkan bahwa meskipun tidak tinggal daerah asalnya, responden mendapatkan beberapa peluang atau kesempatan khusus untuk dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibu mereka. Peluang ini tidak sama untuk semua responden (lihat Tabel 4). Perbedaan inilah yang mempengaruhi frekuensi penggunaan bahasa daerah asal oleh masing-masing responden. Tabel 4. Peluang khusus bagi responden dalam menggunakan bahasa daerah asal Peluang memiliki pasangan (suami/istri) yang dapat menggunakan bahasa daerah asal masih menjalin komunikasi dengan keluarga di daerah asal berlangganan dengan pemasok bahan baku yang dapat menggunakan bahasa daerah asal mengikuti acara perkumpulan paguyuban Penutur jati bahasa Jawa 40% 100% Penutur jati bahasa Sunda 80% 80%

80%
80%

40% 0%

Dari tabel 4 di atas, terlihat bahwa secara keseluruhan peluang untuk menggunakan bahasa daerah asal lebih banyak dimiliki kelompok responden bahasa Jawa. Perbedaan kesempatan yang paling signifikan adalah dalam hal keikutsertaan dalam acara perkumpulan paguyuban. Tidak satu pun respoden penutur jati bahasa Sunda yang mengikuti acara sejenis, sementara sebagian besar responden penutur jati bahasa Jawa selalu mengikutinya secara rutin. Namun, peluang lebih besar dimiliki kelompok responden penutur jati bahasa Sunda dalam hal penggunaan bahasa daerah dalam lingkup keluarga inti (pasangan dan anak-anak) karena jika dibandingkan dengan responden penutur jati bahasa Jawa, lebih banyak di antara para penutur jati bahasa Sunda yang menikah dengan orang dari daerah asal yang sama. Responden penutur jati bahasa Jawa dan responden penutur jati bahasa Sunda memiliki peluang yang sama dalam memilih bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pembeli maupun sesama pedagang di kantin Fakultas Teknik UI. Pembeli yang datang pada setiap pedagangnya berasal dari berbagai macam daerah yang berbeda sehingga pada umumnya bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Lain halnya dengan sesama pedagang di kantin tersebut. Karena penelitian ini hanya melibatkan responden di kantin tersebut, pada akhirnya saya mengetahui bahwa pedagang di kantin Fakultas Teknik UI didominasi oleh pedagang suku Jawa dan Sunda secara berimbang. Dengan demikian, masing-masing kelompok responden memiliki kesempatan yang sama dalam hal menggunakan bahasa daerahnya untuk berkomunikasi dengan sesama pedagang. Namun, ternyata peluang ini disikapi secara berbeda oleh masing-masing kelompok. Kelompok responden penutur jati bahasa Sunda dengan tegas menyatakan bahwa mereka pasti selalu menggunakan bahasa Sunda ketika berkomunikasi dengan pedagang yang juga berasal dari suku Sunda. Sementara itu, sebagian responden penutur jati bahasa Jawa merasa ragu-ragu ketika mengatakan bahwa dalam beberapa kesempatan tersebut, mereka menggunakan bahasa Jawa. Hal yang menarik terdapat pada alasan mereka. Para responden penutur jati bahasa Sunda berpendapat bahwa mereka harus menggunakan bahasa Sunda dengan orang yang berasal dari suku yang sama karena jika tidak, mereka akan dianggap sombong oleh saudara sesuku mereka tersebut. Sementara itu, responden penutur jati bahasa Jawa lebih banyak yang memilih untuk tetap berbahasa Indonesia dengan sesama pedagang suku Jawa karena khawatir akan prasangka pedagang lain yang tidak memahami bahasa Jawa. Para responden ini khawatir para pedagang dari suku lain tersebut menganggap bahwa keburukan mereka sedang dibicarakan. Dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang dapat dimengerti semua orang, para responden penutur jati bahasa Jawa merasa bahwa mereka sedang menjaga perasaan pedagang lain yang tidak dapat berbahasa Jawa. Tabel 5. Bahasa yang digunakan responden dengan sesama pedagang dari daerah asal yang sama Dengan pedagang yang merupakan penutur bahasa daerah asal yang sama bahasa daerah asal bahasa Indonesia 40% 60% 100% 0%

Responden penutur jati bahasa Jawa Responden penutur jati bahasa Sunda

Salah satu perbedaan lain yang signifikan antara kelompok responden penutur jati bahasa Jawa dan bahasa Sunda dalam penelitian ini adalah sikap bahasa yang mereka ungkapkan. Umumnya responden penutur jati bahaas Jawa berpendapat bahwa bahasa lebih penting untuk dikuasai oleh anak-anak mereka yang saat ini tinggal bersama dengan mereka dengan alasan bahwa lingkungan tempat tinggal mereka terdiri atas masyarakat multietnis dan multilingual. Karena itu, untuk dapat berbaur dan bergaul dengan baik dengan masyarakat, penguasaan atas bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dikuasai umumnya masyarakat lebih penting daripada penguasaan bahasa Jawa. Sementara itu, umumnya responden penutur jati bahasa Sunda berpendapat bahwa bahasa Sunda lebih penting untuk diajarkan kepada anak-anak mereka dan terus digunakan dalam lingkungan keluarga karena berkaitan dengan jati diri mereka sebagai keturunan suku Sunda.

4. Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut yang berhubungan dengan kasus kebahasaan di kalangan penutur jati bahasa Jawa dan penutur jati bahasa Sunda yang berprofesi sebagai pedagang di kantin Fakultas Teknik UI. 1. Semua responden dari kelompok penutur jati bahasa Jawa maupun kelompok penutur jati bahasa Sunda telah fasih berbahasa Indonesia dan masih menguasai bahasa daerah asal mereka masing-masing. 2. Masing-masing kelompok responden diperkirakan memiliki tingkat pergeseran dan pemertahanan yang berbeda terhadap bahasa daerah asal masing-masing dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda pula. 3. Peluang pemertahanan bahasa daerah asal diperkirakan lebih banyak dimiliki kelompok responden penutur jati bahasa Jawa daripada kelompok responden penutur jati bahasa Sunda , yaitu karena pemasok bahan baku dagangan yang lebih banyak berasal dari suku Jawa dan keikutsertaan responden dalam arisan paguyuban sebagai ajang perkumpulan orang-orang dari suku Jawa di Depok. 4. Pergeseran bahasa daerah asal diperkirakan terjadi pada generasi berikutnya atau anak-anak dari kelompok responden penutur jati bahasa Jawa karena mereka cenderung memprioritaskan penggunaan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah asal dengan mempertimbangkan kepentingan pergaulan di masyarakat. 5. Meskipun peluang pemertahanan bahasa daerah asal lebih banyak dimiliki kelompok responden penutur jati bahasa Jawa, kelompok responden penutur jati bahasa Sunda cenderung lebih bersemangat dalam mempertahankan bahasa daerah mereka. Hal ini terlihat dari sebagian besar responden penutur jati bahasa Sunda yang mengajarkan bahasa Sunda kepada anak-anak mereka dan menggunakannya secara konsisten. Menurut mereka, bahasa Sunda penting untuk tetap dikuasai mereka dan anak-anak mereka karena berkaitan dengan jati diri sebagai keturunan suku Sunda. Temuan ini sesuai dengan teori Sumarsono (dalam Ginting, 2004: 35) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan pemertahanan suatu bahasa adalah loyalitas yang tinggi terhadap bahasa ibu dan kesediaan masyarakat bahasa tersebut untuk menurunkan bahasa ibu kepada generasi mudanya. 6. Kelompok responden penutur jati bahasa Jawa cenderung memiliki sikap bahasa yang berbeda dengan kelompok responden penutur jati bahasa Sunda. Selain memiliki pandangan yang berbeda dalam hal penguasaan bahasa yang terpenting bagi anak-anak, perbedaan juga ditemukan ketika responden mendapat kesempatan berkomunikasi dengan sesama pedagang dari daerah asal yang sama. Umumnya responden penutur bahasa Jawa cenderung ragu untuk menggunakan bahasa Jawa dengan sesama pedagang dari daerah asal yang sama dengan alasan menjaga perasaan penutur bahasa lain, sementara sebagian besar responden penutur bahasa Sunda menegaskan bahwa mereka harus berbahasa Sunda ketika berkomunikasi dengan sesama pedagang dari daerah asal yang sama agar tidak dianggap sombong oleh saudara sesuku mereka tersebut.

5. Daftar Acuan
Aitchison, Jean. 2004. LANGUAGE CHANGE: Progress or Decay. Cambridge: Cambridge University Press Chaer, Abdul. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta. Ginting, Erni Farida. 2004. Pemertahanan dan Penggeseran Bahasa: kasus Guyub Bugis di Cilincing, Jakarta Utara . Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Kandler, Anne . Roman Unger dand James Steele. 2010. Language shift, bilingualism and the future of Britain's Celtic Languages, dalam < http://rstb.royalsocietypublishing.org/content/365/1559/3855.full > diakses 10 Januari 2013. Suratminto, Lilie. 2008. Depok dari Masa Prakolonial ke Masa Kolonial Model Otda a la Chalestein dan Perkembangannya, dalam <http://www.fib.ui.ac.id/indekx.php?option=com_content&view=article&id= 131:depok-dari-masa-pra-kolonial&catid=47:artikel-sejarah&Itemid=122&lang=> diakses 9 Januari 2013. Trask, R.L. 2010. Why do Languages Change?. New York: Cambridge University Press. Weinreich, Uriel. 1968. LANGUAGES IN CONTACT: Findings and Problems. New York: Mouton Publishers.

Lampiran 1. Data pribadi responden penutur jati bahasa Jawa Inisial Responden Asal Jenis kelamin Usia Lama tinggal di daerah asal Lama tinggal di Depok Merantau daerah Depok Berkeluarga Asal Pasangan Saat ini tinggal bersama keluarga Keluarga daerah asal telepon tertulis (surat, sms, e-mail, dll) bertemu langsung berdagang tempat lain mengikuti kegiatan masyarakat Komunikasi dengan keluarga di daerah asal 2 kali 2 kali 1 kali 1 kali sebulan tidak 6 bulan seminggu tidak Setahun sebulan tidak 6 bulan seminggu tidak Setahun sekali 2-3 kali sehari tidak Setahun sekali di Orangtua Orangtua Bapak Ibu Orangtua Ya Lampung Ya Ya Bekasi Ya Ya Solo Ya ke selain Nfs Wonosobo Wanita 52 tahun 20 tahun 30 tahun Lampung (2 th) Tti Jogja Wanita 37 tahun 13 tahun 20 tahun Bekasi (4 th) Smi Solo Wanita 47 tahun 17 tahun 30 tahun Tidak Ksm Madiun Pria 56 tahun 13 tahun 33 tahun Malang (2 th), Surabaya (7th), Jakarta (1th) Ya Madiun Ya Ash Solo Wanita 46 tahun 18 tahun 27 tahun Bogor (3th),

Tangerang (2th), Semarang (1th), Tanzania (5th) Ya Jakarta Tidak

sekali sekali sekali Aktivitas di luar rumah selain berdagang di Fakultas Teknik UI di Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Pengajian dan arisan RT Pengajian, arisan RT, arisan paguyuban Pengajian, arisan RT, arisan paguyuban Kegiatan dewan masjid dan pengurus Pengajian, arisan RT, paguyuban arisan

RT/RW Lampiran 2. Data pemakaian bahasa responden penutur jati bahasa Jawa Inisial responden Bahasa yang pernah dikuasai Nfs Jawa, Indonesia Tti Jawa, Indonesia Smi Jawa, Indonesia Ksm Jawa, Indonesia Ash Jawa, Indonesia, Swahili, Inggris

Pertama kali mengenal bahasa Indonesia Mulai menggunakan Indonesia Bahasa keluarga di lancar bahasa dengan tempat

Saat bersekolah di SMA Sejak merantau ke Lampung Indonesia

Saat bersekolah di SD Sejak merantau ke Bekasi Indonesia

Saat bersekolah di SD Sejak merantau ke Depok Indonesia & Jawa

Saat bersekolah di SMA Sejak merantau ke Jakarta Jawa

Saat bersekolah di SD Sejak merantau ke Bogor -

tinggal saat ini Bahasa dengan keluarga di daerah asal Bahasa dengan pembeli Bahasa dengan

Jawa Indonesia & Jawa Jawa Indonesia & Jawa Indonesia

Jawa Indonesia & Jawa Indonesia & Jawa Indonesia & Jawa Jawa Indonesia

Jawa Indonesia & Jawa Jawa Indonesia & Jawa Jawa Indonesia

Jawa Indonesia & Jawa Indonesia & Jawa Indonesia & Jawa Indonesia

Jawa Indonesia & Jawa Indonesia Indonesia & Jawa Jawa Indonesia

pemasok Bahasa dengan sesama pedagang Bahasa dalam kegiatan paguyuban Bahasa dalam kegiatan masyarakat lainnya

Lampiran 3. Data pribadi responden penutur jati bahasa Sunda Inisial Responden Asal Jenis kelamin Usia Lama tinggal di daerah asal Lama tinggal di Depok Merantau daerah Depok Berkeluarga Asal pasangan Saat ini tinggal bersama keluarga Keluarga daerah asal telepon tertulis (surat, sms, e-mail, dll) bertemu langsung berdagang tempat lain mengikuti kegiatan masyarakat 2 sehari tidak 2 minggu di Ibu Orangtua & anak Orangtua Anak & mertua Istri & orangtua Ya Jakarta Ya Ya Kuningan Ya ke selain Rsy Bandung Wanita 52 tahun 28 tahun 24 tahun Tidak Ski Kuningan Wanita 50 tahun 20 tahun 30 tahun Tidak Kdi Garut Pria 53 tahun 35 tahun 5 tahun Jak-Tim (3th), Bandung (10th) Ya Garut Ya Ya Sumedang Ya Ya Bogor Tidak Ujg Sumedang Pria 56 tahun 35 tahun 19 tahun Tasik (2th) Rsd Bogor Wanita 56 tahun 31 tahun 25 tahun Tidak

Komunikasi dengan keluarga di daerah asal kali 2 kali 1 kali sehari tidak 2 tahun sekali sehari tidak 4 bulan Tidak Sebulan sekali

2-3 kali sehari tidak Seminggu sekali

sekali sekali Aktivitas di luar rumah selain berdagang di Fakultas Teknik UI di Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak

Lampiran 4. Data Pemakaian bahasa responden penutur jati bahasa Sunda Inisial responden Bahasa yang pernah dipelajari Rsy Sunda, Indonesia, Inggris, Arab SD Sejak SMP Ski Sunda, Indonesia, Kdi Sunda, Indonesia, Ujg Sunda, Indonesia, Betawi, Jawa SD Sejak sering mengunjungi Sunda Cirebon Sunda Rsd Sunda, Indonesia,

Pertama kali mengenal bahasa Indonesia Mulai lancar menggunakan Indonesia Bahasa keluarga di bahasa dengan tempat

SD Sejak merantau ke Depok Sunda

SD Sejak SMP

SD Sejak merantau ke Depok -

Indonesia

tinggal saat ini Bahasa dengan keluarga di daerah asal Bahasa dengan pembeli Bahasa pemasok Bahasa dengan sesama pedagang Bahasa dalam kegiatan paguyuban Bahasa dalam kegiatan masyarakat lainnya dengan

Sunda Indonesia & Sunda Indonesia Indonesia & Sunda -

Sunda Indonesia & Sunda Indonesia Indonesia & Sunda -

Sunda Indonesia & Sunda Indonesia & Sunda Indonesia & Sunda Indonesia

Sunda Indonesia & Sunda Indonesia Indonesia & Sunda -

Sunda Indonesia & Sunda Indonesia & Sunda Indonesia & Sunda -

Lampiran 5. Kuesioner Bagian A : Data Diri Responden 1. Maaf, namanya siapa, Pak/ Bu? _________________________________________________________________ 2. Bapak/ Ibu sekarang ini tinggal di mana? __________________________________________________________ 3. Bapak/ Ibu berasal dari daerah mana? ____________________________________________________________ 4. Maaf, usia Bapak/Ibu berapa? __________________________________________________________________ 5. Berapa 6. Apa Bapak/Ibu lama pernah Bapak/Ibu tinggal selain di tinggal daerah asal dan di di tempat daerah tinggal sekarang asal? ini? ______________________________________________________ ______________________ 7. Kalau pernah, di mana saja dan berapa lama Bapak/ Ibu tinggal di daerah itu? ________________________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________________________ 8. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di tempat tinggal sekarang ini? ___________________________________ 9. Apa Bapak/Ibu berkeluarga? ___________________________________________________________________ 10. Kalau ya (berkeluarga), berasal dari mana pasangan Bapak/Ibu? ____________________________________ 11. Apa Bapak/Ibu sekarang ini Bapak/Ibu tinggal bersama keluarga? ___________________________________ 12. Kalau ya, siapa saja yang tinggal bersama Bapak/Ibu? ____________________________________________ 13. Apa masih ada keluarga, saudara, atau teman Bapak/Ibu yang tinggal di daerah asal? ___________________ 14. Kalau masih, seberapa sering Bapak/Ibu menghubungi mereka (berapa kali sehari/seminggu/sebulan/setahun) dan bagaimana caranya (apakah lewat telepon, surat/sms, atau pulang mengunjungi untuk bertemu langsung)? dengan ____________________ : ____________________________________________________________ dengan ____________________ : ____________________________________________________________ 15. Dari mana produk dagangan Bapak/Ibu (apakah produksi sendiri, membeli, atau dipasok)? _________________________________________________________________________________________ 16. Apa Bapak/Ibu juga berdagang di tempat lain (selain kampus)? ________________________________________ 17. Kalau ya, di mana tempatnya dan kapan saja Bapak/Ibu berdagang di tempat itu? ____________________________________ di ____________________________________________________ ____________________________________ di ____________________________________________________ 18. Selain berdagang, apakah Bapak/Ibu juga melakukan kegiatan lain di luar rumah (misal: kerja bakti, musyawarah, pengajian atau kegiatan agama lain, dll.)? ___________________________________________ 19. Kalau ya, seberapa sering (cth: pengajian sekitar 2 kali dalam seminggu)? Kegiatan ___________________________ sekitar ___________________ kali dalam _____________________

Kegiatan ___________________________ sekitar ___________________ kali dalam _____________________ Bagian B: Pemakaian bahasa 20. Bahasa apa yang pertama kali Bapak/Ibu pakai sejak kecil? ______________________________________ 21. Dengan siapa saja Bapak/Ibu bicara pakai bahasa pertama itu? ____________________________________ 22. Apa ada bahasa lain yang Bapak/Ibu pakai waktu masih tinggal di daerah asal? ________________________ 23. Kalau ada (no. 21), bahasa apa saja? _________________________________________________________ 24. Sejak kapan dan dengan siapa saja Bapak/Ibu memakai bahasa lainnya itu (no.23)? Bahasa __________ : __________________________________________________________________ Bahasa __________ : __________________________________________________________________ 25. (Jika no.6 jawabannya "ya") : Bahasa apa yang Anda pakai saat tinggal di ________________________ (nama-nama daerah di no.7)? _____________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________ 26. Sehari-harinya sekarang ini Bapak/Ibu pakai bahasa apa saja? __________________________________ 27. Di antara itu, menurut Bapak/Ibu, bahasa mana yang paling sering dipakai? ________________________ 28. Sejak kapan dan dengan siapa saja Bapak/Ibu memakai bahasa-bahasa itu (jawaban no.26)? Bahasa __________ : ______________________________________________________________________ Bahasa __________ : ______________________________________________________________________ 29. Bahasa yang apa yang Bapak/Ibu ajarkan pada anak? ________________________________________________ 30. Mengapa Bapak/Ibu memilih untuk mengajarkan bahasa itu (no. 29) kepada anak? ___________________________________________________________________________________________ 31. Bahasa apa yang Bapak/Ibu pakai waktu berkomunikasi dengan orang-orang di daerah asal? dengan _______________: pakai Bahasa ______________________________________________________ dengan _______________: pakai Bahasa ______________________________________________________ 32. Bahasa apa yang Bapak/Ibu gunakan saat berdagang? ketika berkomunikasi dengan pembeli, pemasok bahan baku, dan sesama pedagang? _____________________________________________________________ ________________________________________________________________________________________ 33. (Jika no.18 jawabannya "ya"): Bahasa apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam kegiatan: ______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________ Bagian C: Sikap bahasa 34. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tentang pemakaian bahasa daerah asal, apakah masih benar-benar menguasai, tidak lancar, lupa beberapa kosa kata, atau sudah tidak bisa sama sekali? ___________________________________________________________________________________________

35. Menurut Bapak/Ibu, bahasa mana yang lebih penting untuk dikuasai? ___________________________________ 36. Mengapa bahasa itu (no. 35) penting untuk dikuasai? ________________________________________________

Anda mungkin juga menyukai