Anda di halaman 1dari 7

1

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik LAPORAN RESMI PEMBUATAN TEMPE KEDELAI
I. Tujuan Percobaan pembuatan tempe kedelai bertujuan untuk mengetahui bahwa jamur Rizhopus Oryzae (fermipan) dapat memfermentasi kedelai, sehingga mudah dicerna oleh usus.

II. Hasil Pengamatan Berikut hasil pengamatan pada tiga variabel pembuatan tempe kedelai yang diberikan, Tabel II.1. Hasil pengamatan tempe kedelai NO Bakteri Keterangan - Permukaan atas kedelai tampak kering tanpa 1. Petridish Terbuka jamur - Permukaan bawah kedelai berwarna putih (tertutup jamur) - Seluruh permukaan kedelai tertutup jamur 2. Plastik Berlubang berwarna putih. - Ada kontaminasi berupa jamur berwarna hitam. - Kedelai merekat kuat dan padat - Pertumbuhan jamur pada bagian tengah kedelai Daun Pisang Tertutup kurang bagus - Pertumbuhan jamur terjadi dengan baik pada bagian ujung - Kedelai rapuh pada bagian tengah.

3.

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik

a.

b.

Gambar II.1 Hasil pengamatan tempe kedelai (a. Bungkus plastik berlubang, b. Bungkus daun pisang terbuka)

c.

d.

Gambar II.2 Hasil pengamatan tempe kedelai di petridish terbuka (a. Sisi atas petridish terbuka, b. Sisi bawah petridish terbuka)

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


III. Pembahasan Percobaan pembuatan (fermentasi) tempe dilakukan dengan tiga variabel yaitu fermentasi kedelai pada petridish terbuka, platik berlubang, dan daun pisang tertutup. Tempe adalah makanan hasil fermentasi dibuat dari kacang-kacangan yang diinokulasi dengan jamur Rizhous oryzae sehingga membentuk padatan kompak yang berwarna putih. Fermentasi tempe mampu menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan yang terdapat pada kedelai. melalui tahap fermentasi kedelai menjadi lebih enak dan meningkatkan nilai nutrisinya menjadi dua kali lipat. Kadar vitamin B2, vitamin B12, niasin, dan pantorenat. Bahkan, hasil analisis gizi tempe menunjukkan kandungan niasin sebesar 1.13 mg/ 100 gram berat tempe yang dapat dimakan. (www.scribd.com/doc/3464) Proses pembuatan tempe meliputi pemilihan kedelai, penimbangan,

perendaman, pengupasan kulit ari, pengukusan, penirisan, inokulasi jamur (fermipan), proses fermentasi, dan pemanenan. (www.scribd.com/doc/3464) Secara mendasar proses pembuatan tempe melibatkan tiga faktor pendukung yaitu bahan baku yang dipakai (kedelai), mikroorganisme (Rizhopus oryzae), dan keadaan lingkungan tumbuh (suhu, pH, dan kelembaban). sedangkan pada percobaan ini yang menjadi variabel adalah keadaan lingkungan seperti dijelaskan sebelumnya. (www.scribd.com/doc/3464) Pada Percobaan ini perbandingan antara berat ragi dan kedelai yang digunakan adalah 300 gram kedelai dengan 0,2 gram ragi (fermipan). keduanya dicampur hingga merata. kemudian dibagi menjadi tiga bagian (100 gram per bagian). bagian-bagian tersebut difermentasikan pada tempat yang berpeda yaitu 100 gram kedelai pada petridish terbuka, 100 gram pada bungkus plastik berlubang, dan 100 gram terakhir di dalam bungkus daun pisang tertutup. selanjutnya kedelai dimasukkan ke dalam inkubator untuk proses fermentasi pada suhu 32 C selama dua hari. Pada proses pengupasan kulit ari, kulit ari dipastikan bersih dan tidak melukai keping biji kedelai agar tidak mengganggu proses fermintasi. pengupasan kulit ari perlu dilakukan karena di dalam kulit ari kedelai terdapat senyawa anti jamur yang dapat menghambat proses fermintasi. kemudian, pengukusan dilakukan sampai 3/4 bagian kedelai matang agar jamur lebih cepat tumbuh. namun, pengukusan yang
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


terlalu matang menyebabkan kedelai cepat busuk. pada percobaan ini proses pengukusan dilakukan selama 30 menit. (www.scribd.com/doc/3464) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada petridisk terbuka pertumbuhan jamur hanya terjadi pada bagian bawah kedelai. hal ini terjadi karena pada bagian bawah, kelembaban udara pada kedelai lebih tinggi. Pada bungkus plastik berlubang ditemukan kontaminan hitam yang dimungkinkan terjadi karena adanya uap air yang tidak bisa keluar sehingga merangsang tumbuhnya kontaminan yang tidak diinginkan. Pada bungkus daun pisang tertutup juga ditemukan kontaminan yang sama yaitu jamur berwarna hitam. Data hasil pengamatan sesuai dengan literatur yang ada dan menjelaskan mengenai pembuatan tempe kedelai yaitu uap air yang tidak bisa keluar pada proses fermintasi akan merangsang kontaminan tumbuh. (www.scribd.com/doc/3464) IV. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan hasil percobaan yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Fermentasi tempe adalah proses aerob yang memerlukan lubang sirkulasi oksigen, uap air, dan karbon diokasida selama prosesnya. 2. proses pembuatan (fermentasi) tempe memerlukan perlakuan khusus pada setiap tahapannya 3. fermentasi kedelai yang baik dilakukan pada kondisi kelembaban udara tinggi dengan tetap memperhatikan sirkulasi udara.

Daftar Pustaka Julianti, Reza. 2010. "Fermentasi Tempe". Jurusan Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember Anonim. www.scribd.com/ doc/ 25474204/bioteknologi-pembuatan-tempe. diakses 22 April 2013 pukul 20.54

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik LAPORAN RESMI PEMBUATAN TAPE SINGKONG
I. Tujuan
Percobaan pembuatan tape singkong mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui cara penerapan bioteknologi dengan fermentasi singkong. 2. Mengetahui peranan oraganisme Saccharomyces cerevisiae dalam peragian.

II.

Hasil Pengamatan Berikut hasil pengamatan setelah proses fermentasi selama 2 hari, 1. Singkong berwarna kuning, ada bagian bercorak hitam, lunak dengan taburan ragi berwarna putih. 2. Seluruh permukaan singkong lunak dan berair 3. Ada beberapa potong singkong yang terasa keras pada bagian inti singkong. 4. Tape berasa asam bercampur tawar.

Gambar II.1. Hasil pengamatan tape singkong

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


III. Pembahasan Tape adalah sejenis makanan yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi). Tape biasanya dibuat dari ubi kayu dan hasilnya disebut tape singkong. Pembuatan tape memerlukan kecermatan dan kebersihan yang tinggi agar singkong dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang baik. (www.repository.usu.ac.id) Pada percobaan ini proses pembuatan tape singkong dimulai dengan pemilihan singkong, penimbangan, pengupasan kulit, perendapan, pemotongan, pengukusan, penirisan, inokulasi fermipan (Saccharomyces cerevisiae), fermentasi, dan pemanenan. Pada praktikum di lab mikrobiologi, singkong sudah dalam keadaan matang (3/4 bagian). Oleh karena itu, pada percobaan ini langsung pada tahapan penimbangan untuk menentukan berat singkong yang akan dipakai. Pada percobaan ini dipakai singkongseberat 300 gram sebagai bahan utama dan 0,6 ragi sebagai fermipan. Ragi ditaburkan pada singkong hingga merata. Komposisi antara singkong dan ragi harus diperhatikan dengan baik. Apabila pemberian ragi terlalu banyak akan membuat tape menjadi lembek dan terasa asam di lidah. Sedangkan, jika ragi kurang maka singkong akan tetap keras. fermentasi berjalan tidak baik. (www.anneahira.com/tape.html) Selanjutnya campuran ragi dan singkong dibungkus dengan daun singkong rapat-rapat. Sehingga, seirkulasi udara terjadi secukupnya. Kemudian, meletakkan singkong di dalam inkubator pada suhu 32 C selama 2 hari. Pada pembuatan tape singkong ini, proses fermentasi yang terjadi adalah fermentasi anaerob. fermentasi adalah suatu proses biokimia yang diakibatkan oleh aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang terdapat dalam bahan (singkong). dalam proses fermentasi, mikroorganisme akan merombak karbohidrat kemudia protein, dan kemudian lemak. (www.repository.usu.ac.id) Pada proses fermentasi anaerob, bahan dasar yang digunakan adalah bahan pangan yang banyak mengandung karbohidrat seperti singkong. Saccharomyces cerevisiae memiliki daya konversi glukosa/ karbohidrat yang sangat tinggi. Adapun reaksi fermentasi anaerob dapat dilihat sebagai berikut : -------> 2 C C OH + 2C + Energi

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Teknik


Setelah proses fermentasi singkong akan menjadi lunak dan menunjukkan rasa asam dan manis tergantung lama dan banyaknya ragi yang dipakai (www.repository.usu.ac.id) Berdasarkan hasil pengamatan setelah dua hari proses fermentasi diperoleh singkong rasa asam bercampur tawar (hambar). Namun, ada beberapa bagian yang berasa manis. singkong lebih lunak, berwarna kunging. hal ini sesuai literatur yang ada. (www.repository.usu.ac.id) Adanya beberapa perbedaan seperti rasa yang masih tawar dimungkinkan karena beberapa faktor selama proses fermentasi. proses fermentasi sendiri dipengaruhi oleh kadar air, suhu, pH, oksigen, dan nutrisih yang tersedia. (www.litbang.patikab.go.id) IV. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan hasil percobaan yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Saccharomyces cerevisiae adalah mikroorganisme yang dapat melakukan fermentasi pada bahan pokok yang mengandung karbohidrat seperti singkong. 2. Penerapan bioteknologi dengan proses fermentasi dapat dimanfaatkan untuk mengolah makanan seperti singkong difermentasi menjadi tape singkong.

Daftar Pustaka Anonim. www.repository.usu.ac.id/ fermentasi-tape-singkong. diakses 23 April 2013 pukul 22.04 Anonim.www.anneahira.com/tape.html, diakses 23 April 2013 pukul 22.16 Anonim. www.litbang.patikab.go.id/pembuatan-tape-dengan-bahan-baku-singkong=log. diakses 23 April 2013 pukul 22.51

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai