Anda di halaman 1dari 4

Khotbah Jumat (5 April 2013) Wasiat Rasulallah Doa pembuka khotbah pertama

dibanding nikmat apapun, karena dengan kedua nikmat ini insya Allah kita akan selamat di dunia sampai di akhirat kelak. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasullalloh Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan pengikut-pengikutnya yang setia sampai akhir jaman. Pada kesempatan ini saya mengajak pada diri saya sendiri dan jamaah Jumat semuanya, marilah kita selalu berusaha meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, karena takwa adalah wasiat Allah Subhanahu wa Taala seperti dalam firman-Nya

Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah (QS. An Nisa: 131) Jamaah Jumah Rohimakumulloh Takwa adalah wasiat Allah kepada seluruh manusia, baik orang-orang terdahulu, sekarang, dan di masa yang akan datang. Demikian juga takwa adalah wasiat orang-orang shalih dari kalangan umat ini. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, mewasiatkan kepada salah seorang sahabatnya yang bernama Muadz bin Jabal untuk bertakwa kepada Allah

Jamaah Jumah Rohimakumulloh Yang pertama dan utama, marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah dan kenikmatan kepada kita semua, terutama nikmat iman dan islam. Nikmat iman dan islam ini merupakan nikmat yang luar biasa

Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan iringilah perbuatan dosa dengan amal kebajikan, niscaya kebajikan tersebut akan menutupinya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik. (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987, ia berkata: hadits ini hasan shahih) Hadis ini menjelaskan tentang tiga permasalahan penting, yang mencakup bagaimana manusia beradab terhada Tuhan mereka dan berbuat baik antar sesama.Takwa dalam arti yang sebenarnya melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi larangan-

larangannya. Atau ada juga yang mengartikan takwa dengan membuat pembatas antara dirinya dengan adzab Allah. Jadi seseorang membuat batasan yang menjaga dirinya dari adzab Allah Subhanahu wa Taala. Pembatas tersebut adalah melakukan amalan-amalan ketaatan yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya dan menjauhi segala yang dilarang oleh keduanya. Ada juga para ulama yang mendefinisikan takwa dengan menaati Allah berdasarkan cahaya petunjuk dari Allah (Alquran dan hadis) disertai dengan perasaan berharap pahala dari Allah. Kemudian engkau menjauhi larangan-larangan Allah berdasarkan petunjuk dari Allah disertai rasa takut akan adzab Allah. Inilah pengertian takwa yang paling baik. Seseorang yang bertakwa ia harus mengetahui mana yang Allah perintahkan agar dia amalkan dan juga mengetahui apa yang Allah larang agar ia bisa menjauhinya. Imam Ibnu Katsir meriwayatkan sebuah kisah mengenai perihal Amirul Mukminin Umar bin Khaththab yang bertanya kepada Ubay bin Kaab. Umar bertanya tentang pengertian takwa. Umar: Wahai Ubay, apa yang dimaksud dengan takwa? Ubay: Pernahkah Anda melalui suatu jalan yang terdapat duri di jalanan tersebut? Umar: Pernah Ubay: Lalu apa yang Anda lakukan? Umar: Aku singkapkan sarungku atau pakaianku, kemudian aku berhati-hati melewati jalan tersebut (agar tidak terinjak duri). Ubay: Itulah takwa. Ubay bin Kaab mengungkapkan pengertian takwa dengan memisalkannya dengan analogi yangsangat mudah dipahami. Seseorang yang melewati jalan yang berduri tentu saja ia akan berhati-hati melewati jalan tersebut. Umar meresponnya dengan mengatakan ia angkat pakaiannya karena pakaian orang Arab adalah gamis, bagian bawahnya seperti sarung berbeda dengan celana panjang-. Ia angkat pakaiannya agar ia mengetahui dimana saja posisi duri-duri yang bisa mencelakakannya. Kalau kita realisasikan permisalan ini dengan kehidupan kita sehari-hari. Takwa adalah mengetahui hal-hal yang bisa mencelakakan kita atau membahayakan kehidupan kita di akhirat kelak, setelah kita tahu lalu kita jauhi halhal tersebut.

Jamaah Jumah Rohimakumulloh Takwa adalah sesuatu yang sangat esensi dalam akidah Islam. Allah Subhanahu wa Taala memandang kemuliaan seseorang bergantung dengan ketakwaan yang tertancap di dadanya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun masih meminta kepada Allah agar Dia menambahkan ketakwaan untuk dirinya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam sering mengucapkan doa Ya Allah, aku memhon ketakwaan dan petunjuk kepada-Mu. Apabila Nabi shallallahu alaihi wa sallam saja senantiasa meminta kepada Allah agar menambahkan ketakwaan kepada dirinya, maka kita sebagai umatnya lebih layak lagi untuk memohon kepada Allah agar menambahkan ketakwaan kepada diri kita. Kemudian di wasiat yang kedua beliau bersabda, Iringilah perbuatan dosa dengan amal kebajikan, niscaya kebajikan tersebut akan menutupinya. Jamaah Jumah Rohimakumulloh Dalam keseharian kita, tidak disangsikan lagi, kita adalah orang-orang yang senantiasa berbuat dosa menzalimi diri kita sendiri, melanggar perintah Allah atau meninggalkan kewajiban yang Dia perintahkan kepada kita. Oleh karena itu, kita sangat butuh agar dosadosa kita diampuni oleh Allah Subhanahu wa Taala, dihapuskan dari catatan amal-amal kita, agar kita menemui Allah di akhirat kelak dengan memenuhi catatan amal kabajikan kita. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan untuk menghapus catatan dosa kita adalah dengan memperbanyak berbuat kebajikan seperti yang telah Rasulullah jelaskan dalam sabdanya di atas. Kita disini duduk di masjid di rumah Allah untuk menunaikan kewajiban kita shalat Jumat berjamaah, sebelum itu kita menyimak khatib menyampaikan khutbah, menyampaikan nasihat, menyampaikan ayat-ayat Allah dan hadis-hadis Nabi-Nya, dan diantara kita

menambahi ritual kewajiban ini dengan amalan-amalan lainnya; shalat sunah, membaca Alquran, bershalawat, dll. tentu saja ini adalah kebaikan yang banyak dan agung. Kita ikhlaskan niat kita semata-mata mengharap ridha Allah, maka amalan kita saat ini insya Allah termasuk catatan kebaikan kita dan menghapuskan kesalahankesalahan kita. Jamaah Jumah Rohimakumulloh Dalam kedua wasiat yang pertama diatas adalah berhubungan dengan bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan kita dalam menjalin hubungan dengan Allah Subhanahu wa Taala dengan bertakwa dan beribadah kepada-Nya, beliau melanjutkan bagaimana hendaknya kita menjalin hubungan sosial sesama manusia dan sesama hamba Allah. Beliau bersabda, Dan bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik Beliau mewasiatkan agar kita bersosialisasi dengan baik, dengan akhlak yang mulia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga adalah bertakwa kepada Allah dan akhlak yang baik / mulia. (HR. Bukhari) Berakhlak baik kepada Allah dan kepada sesama manusia walaupun orang-orang tersebut orang yang ingkar kepada Allah. Demikianlah 3 wasiat singkat dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tiga wasiat singkat namun mencakup segala hal, mencakup permasalahan bagaimana hendaknya seseorang mengarungi kehidupan mereka di dunia untuk menjemput kehidupan yang bahagia di akhirat kelak. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Taala menambahkan ketakwaan kepada kita sehingga kita dengan ringan menjalankan kewajiban-kewajiban kita dan mudah untuk meninggalkan segala yang Dia larang. Dan semoga Allah membimbing kita agar menjadi pribadi-pribadi yang beraklak mulia. Amin ya Rabbal alamin.

Doa penutup khotbah pertama

Doa pembuka khotbah kedua

Sidang Jumah Rohimakumullah Marilah kita tutup khotbah kedua ini dengan memanjatkan doa kehadirat Allah SWT.

Doa penutup khotbah kedua

Anda mungkin juga menyukai