Anda di halaman 1dari 3

Trakoma

Trakoma umumnya bilateral. penyakit ini menyebar melalui kontak langsung atau bahan pencemar., umumnya dari anggota keluarga yang lain (saudara atau orang tua), yang juga harus diperiksa. Vektor serangga, khususnya lalat, dapat berperan dalam transmisi. Bentuk akut penyakita ini lebih infeksius daripada bentuk sikatriksnya; makin besar inokulumny, makin berat penyakitnya. Penyebaran sering dihubungkan dengan epidemic konjungtivitisbakterial dan musim kemarau di negara tropis dan subtropis.

Temuan klinis Tanda dan gejala

trakoma mulanya adalah suatu konjungtivitis folikuler pada masa kanak-kanak, yang berkembang hingga terjadinya parut konjuntiva. Pada kasus berat pembalikan bulu mata ke dalam terjadi pada masa dewasa muda sebagai akibat parut konjungtiva yang berat. Abrasi terus menerus oleh bulu mata yang membalik dan deflek film air mata menyebabkan parut kornea, umumnya setelah usia 30 tahun. Masa inkubasi trakoma rata-rata 7 hari, tetapi bervariasi dari 5-14 hari. Pada bayi atau anak, biasanya timbul diam-diam, dan penyakit itu dapat sembuh dengan sedikit atau tanpa komplikasi. Pada orang dewasa, timbulnya sering akut atau subakut., dan komplikasi cepat berkembang. Pada saat timbulnya, trakoma sering menyerupai konjungtivitis bakterial, tanda dan gejala biasanya terdiri atas berair mata, fotofobia, nyeri, eksudasi, edema palpebra, kimosis konjungtiva bulbaris, hiperemia, hipertrofi papila, folikel tarsal dan limbal, keratitis superior, pembentukan pannus, dan sebuah nodus presurikular kecil yangf nyeri tekan. Pada trakoma yang sudah terdiagnosis, mungkin juga terdapat keratitis epitel superior, keratitis subepitel, pannus, folikel limbus superior, dan akhirnya sikatriks patognomonik sis folikel-folikel ini yang dikenal sebagai sumur-sumur Herbert depresi kecil pada jaringan ikat di batas limbus-kornea yang ditutupi epitel. Pannus yang dimaksud adalah membran fibrovaskular yang mucul dari limbus, dengan lengkung-lengkung vaskular yang meluas ke atas kornea. Semua tanda trakoma lebih berat pada konjungtiva dan kornea bagian atas daripada bagian bawah. Untuk memastikan trakoma endemik di sebuah okeluarga atau masyarakat, sejumlah anak harus menunjukkan sekurang-kurangnya dua tanda berikut: 1. Lima atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal rata yang melapisi palpebra superior.

2. Parut konjungtiva yang khas di konjungtiva tarsal superior. 3. Folikel limbus atau sekulernya (sumur Herbert) 4. Perluasan pembuluh darah ke atas kornea, paling jelas di limbus batas.

Temuan Laboratorium Inklusi klamidia dapat ditemukan pada kerokan konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa, tetapi tidak selalu ada. Pada sediaan pulasan Giemsa, inklusi tampak sebagai massa sitoplasma biru atau ungu gelap yang sangat halus, yang menutupi inti epitel. Pulasan antibodi fluorecien dan uji immunoassay enzim tersedia di pasaran dan banyak dipakai di laboratorium klinis. Uji baru ini dan uji-uji lainnya termasuk, polymerase chain reaction (PCR), telah menggantikan apus konjungtiva dengan pulasan Giemsa dan isolasi agen klamidial dalam biakan sel. Secara morfologis, agen trakoma mirip dengan agen konjungtivitis inklusi, tetapi keduanya dapat dibedakan dengan serologis dengan mikroimmunofloresens. Trakoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serotipe A, B, Ba tau C.

Komplikasi dan Sekuele Parut di konjungtiva adalah komplikasi yang sering terjadi pada trakoma dan dapat merusak kelenjar lakrimal. aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini mengurangi komponen akueosa dalam film air mata parakornea secara drastis, dan komponen mukosanya sering berkurang karena hilangnya sebagaian sel goblet. Luka parut itu juga mengubah bentuk palpebra superior, berupa membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis) atau seluruh tepian palpebra (entropion) sehingga bulu mata terus menerus menggesek kornea. Kondisi ini sering mengakibatkan ulserasi kornea. Ptosis, obstruksi duktus nasolakrimalis, dan dakriosistitis adalah komplikasi trakoma lainnya yang sering dijumpai.

Terapi Perbaikan klinis yang mencolok umumnya dapat dicapai dengan teratsiklin, 1 1.5 g/hari per oral dalam empat dosis terbagi selama 3-4 minggu.; doxycycline, 100mg per oral dua kali sehari selama 3 minggu; atau erythromycin 1 g/hari per oral dibagi dalam empat dosis selama 34 minggu. Kadang-kadang diperlukan beberapa periode pengobatan agar benar-benar sembuh.

Tetrasiklin sistemik jangan diberikan pada anak di bawah umur 7 tahun atau wanita hamil karena dapat mengikat kalsium pada gigi yang sedang berkembang dan tulang yang tumbuh. Hal ini akan mengakibatkan perubahan warna gigi yang permanen menjadi kekuningan dan kelainan kerangka (mis, klavikula). Berbagai studi terakhir ini menunjukkan bahwa azithromycine 1g per oral merupakan terapi yang efektif bagi trakoma pada anak. Karena efek sampingnya minimal dan mudah diberikan, antibiotic makrolida ini menjadi obat pilihan pada kampanye pengobatan missal. Salep atau tetes topikal, termasuk preparat sulfonamide, tetracycline, erythromycin, dan rifampin, 4 kali sehari selama 6 minggu, sama efektifnya. Sejak dimulainya terapi, efek maksimum biasanya belum dicapai dalam 10-12 minggu. Karena itu, tetap adanya folikel pada tarsus superior selama beberapa minggu setelah terapi berjalan jangan dipakai sebagai bukti kegagalan terapi. Koreksi-bedah harus dilakukan pada bulu mata yang membalik ke dalam untuk mencegah parut trakoma lanjut di negara berkembang. Tindakan bedah ini kadang-kadang dilakukan oleh dokter bukan ahli mata atau oleh orang yang dilatih khusus.

Perjalanan penyakit dan prognosis Trakoma, secara karakteristik merupakan penyakit kronik yang berlangsung lama. Dengan kondisi hygiene yang baik (khususnya mencuci muka pada anak-anak), penyakit ini sembuh atau bertambah ringan sehingga sekuele berat terhindarkan. Sekitar 6-9 juta orang di dunia telah kehilangan pengelihatannya karena trakoma.

Anda mungkin juga menyukai