Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oklusi adalah setiap kontak antara gigi atas dan bawah.

Pertumbuhan dan perkembangan orokraniofacial dan gigi geligi dapat mempengaruhi pembentukan oklusi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan oklusi yang tidak baik. Salah satunya adalah kebiasaan. Maloklusi adalah tidak benarnya hubungan antar lengkung disetiap bidang sagital atau posisi yang abnormal. Anomali adalah sesuatu yang tampak berbeda atau menyimpang dari kelainan. Dental anomali merupakan penyimpangan jaringam gigi dan oleh karena itu terdapat / ditemukan pada enamel, dentin atau sementum. Abnormalitas dapat disebabkan oleh dua fator, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah heriditer, disfungsi metabolik dan mutasi. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti trauma fisis atau kimia, agen biologis, defisiensi nutrisi, stress, kebiasaan atau kondisi lingkungan. 1.2 Batasan Topik A. Gigi geligi a. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan b. Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan serta penanggulangannya c. Gambaran Radiograf Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan d. Penanggulangan Kelainan B. Oklusi a. Definisi b. Macam macam C. Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah a. Macam macam bentuk wajah b. Proses Perkembangan Bentuk Wajah

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Gigi Geligi A. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan1 1. Tahap awal ( 6 7 minggu ) Proses utama meliputi induksi. Lapisan ectoderm stomedeum naik ke epithelium oral dan kemudian ke lamina dura, berbatasan ke bagian terdalam ectomesenychyne yang dipengaruhi oleh puncak sel daraf. Kedua jaringan terpisah oleh membrane dasar. 2. Bud stage ( 8 minggu ) Proses utama meliputi proliferasi Pertumbuhan lamina dura menjadi kuncup menembus pertumbuhan ectomesenchyme 3. Cap stage ( 9 10 minggu ) Proses utama meliputi proliferasi, diferensiasi morphogenesis Organ enamel menjadi topi disekeliling masa dari papilla dan dari ectomesenchyme dan dikelilingi oleh masa dental, juga dari ectomesenchyme. Pembentukan benih gigi. 4. Bell stage ( 12 minggu ) Proses utama meliputi proliferasi, diferensiasi morphogenesis Diferensiasi organ enamel menjadi loncengan dengan litipecel dan dental papila kedalam 2 tipe sel. 5. Apposisi ( variasi tiap gigi ) Proses utama meliputi induksi, proliferasi Jaringan gigi mengeluarkan matrix dalam lapisan gigi berturut turut 6. Maturasi ( variasi tiap gigi )
1

Dental Embryologi, Histologi, & Anatomy, Mary bath. Balogh & Margaret J. Fehrenbach. 2006. 2 th edition. Elsevrer. USA.

Proses utama meliputi maturasi Jaringan gigi mineralisasi lengkap ditingkat maturasi. B. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi serta penanggulangannya2 Anomali adalah sesuatu yang tampak berbeda atau menyimpang dari kelainan. Dental anomali merupakan penyimpangan jaringam gigi dan oleh karena itu terdapat / ditemukan pada enamel, dentin atau sementum. Abnormalitas dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah heriditer, disfungsi metabolik dan mutasi. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti trauma fisis atau kimia, agen biologis, defisiensi nutrisi, stress, kebiasaan atau kondisi lingkungan. Klasifikasi anomali dental 1. Jumlah dari gigi a. Supernumerary teeth Sinonim : hyperdontia, distodens, mesiodens, parateeth, pesidens dan supplemental teeth. Supernumerary teeth merupakan perkembangan tambahan terhadap jumlah / komplemen normal. Gigi yang terbentuk bisa normal atau abnormal. Ketika ekstra teeth memiliki morfologi yang normal disebut supplemental. Supernumerary teeth yang terjadi antara insisor sentral maksila adalah mesiodens, yang terjadi pada area molar adalah parateeth. Yang tumbuh pada distal M3 dinamakan distodens atau distomolar teeth. Supernumerary teeth yang erupsi secara ectopikal baik secara bukal atau lingual pada lengkung rahang normal dinamakan peridens. Etiologi : Penyebab belum diketahui, kecenderungannya adalah familiar. Kebanyakan kasus adalah polygenetik dan adanya mutasi gen spontan initial. Ketika anomali hanya terbatas pada supernumerary teeth, maka merupakan inherited sebagai sifat resesif autosomal.

Anatomy Of Orofacial. 7th edition. Richad IV. Brand. 2003. Mosby. Philadelphia. Hal : 68 - 77

Gambaran klinis : Kadang kadang pasien secara klinis tampak hilang satu atau lebih giginya. Bagaimanapun, pemeriksaan radiografik yang tepat dapat menunjukan campuran gigi supernumerary dengan erupsi gigi normal. Ketika supernumerary teeth erupsi, secara klinis posisinya umumnya diluar lengkung rahang yang normal karena adanya ruang (space). Penanggulangan : Penanggulangan gigi supernumerary bergantung pada banyak faktor, termasuk efek potensialnya pada perkembangan gigi normal. Jika gigi supernumerary erupsi, maka dapat menyebabkan malaligmen / ketidak sejajaran gigi normal. Jika gigi tersebut tetap dalam rahang dapat menyebabkan resorpsi akar atau mengganggu rangkaian / susunan erupsi normal. Gigi supernumerary tidak erupsi kadang kadang berkembang menjadi kista dentigerous. Semua faktor faktor yang terdahulu mempengaruhi keputusan untuk menghilangkan gigi supernumerary atau membiarkan di bawah pengawasan. b. Missing teeth Sinonim : hypodontia, oligodontia dan anodontia. Missing teeth adalah ekspresi dari perkembangan hilangya gigi mulai dari absennya satu atau sedikit gigi ( hypodontia ) sampai absennya sejumlah gigi ( oligodontia ) sampai gagalnya semua gigi untuk berkembang ( anodontia ). Etiologi : Perkembangan hilangnya gigi dapat diakibatkan oleh sejumlah mekanisme patologik. Gagalnya benih gigi untuk berkembang pada waktu yang optomal, kurangnya space ( ruang ) yang dibutuhkan yang disebabkan oleh kesalahan bentuk rahang dan ketidakseimbangan proporsi antara massa gigi dan ukuran rahang. Gambaran klinis : Hypodontia pada gigi permanen, pertumbuhan M3, ditemukan pada 3% - 10% populasi. Hypodontia sering ditemukan pada orang Asia dan penduduk pribumi Amerika. Walaupun missing primary teeth relatif tidak umum, ketika satu gigi hilang, biasanya insisor maksila. Gigi yang paling umum hilang adalah M 3 dan P2,

dan insisor sentral mandibula. Absennya bisa unilateral atau bilateral. Anak anak yang memiliki lebih dari satu gigi yang absen dan lebih dari satu kelompok morfologi yang terliputi ( insisor, premolar, dan molar ). Penanggulangan : Missing teeth, oklusi abnormal atau perubahan bentuk facial dapat menyebabkan gangguan psikologik pasien. Jika adanya hypodontia yang ringan, perubahan yang diasosiasikan juga ringan dan dapat di tangani dengan orthodontik. Jika kasusnya parah maka memerlukan restorassi, implan dan prosedur prosthetik. 2. Ukuran dari gigi Adanya korelasi positif antara ukuran gigi. Laki laki memiliki gigi primer dan permanen yang lebih besar dari wanita. Berdasarkan variasi normal, bagaimanapun, individu kadang memiliki perkembangan gigi yang besar atau kecil yang tidak lazim. a. Macrodontia Macrodontia adalah gigi yang lebih besar dari normal. Ketika ukuran gigi normal, tetapi terjadi dalam rahang yang lebih kecil dari normal, kondisi ini merupakan relatif makrodontia. Makrodontia jarang ada diseluruh gigi, tetapi lebih sering meliputi sekelompok gigi, individual contra lateral teeth atau single tooth. Etiologi : Belum diketahui Gambaran klinis : Ukuran yang besar dari gigi tampak pada pemeriksaan klinis. Diasosiasikan dangan crowding, maloklusi atau impaksi dapat terjadi. Kebanyakan kasus makrodontia tidak memerlukan perawatan. Perawatan orthodontik mungkin dibutuhkan pada kasus maloklusi. b. Mikrodontia Mikrodontia adalah gigi lebih kecil dari normal. Sama dengan makrodontia, mikrodontia dapat meliputi semua gigi atau terbatas terhadap single tooth atau sekelompok gigi. Relatif mikrodontia juga dapat terjadi. Pada kondisi ini gigi berukuran normal berkembang pada individu dengan rahang yang yang besar. Umumnya mikrodontia yang ekstrim jarang.

Gambaran klinis : Gigi yang terlibat kecil dan mengalami perubahan morfologi. Molar mikrodontia bisa mengalami perubahan bentuk dari 5 menjadi 4 cusp. Pada molar mandibula dari 4 menjadi 3 cusp, pada molar maksila mikrodontia lateral insisor juga lebih kecil dan peg shape ( berbentuk pasak ). Penanggulangan : Restoratif atau perawatan prosthetik dianggap dapat membuat gigi tapak lebih normal, khususnya ketika anggapan estetik diperlukan pada gigi anterior. 3. Erupsi gigi Transposisi Transposisi merupakan kondisi dimana dua gigi mengalami perubahan posisi. Gambaran klinis : Gigi yang paling bertransposisi adalah kaninus dan premolar 1 permanen ( lebih sering dari pada insisor lateral ). Premolar 2 sering berada di antara molar 1 dan molar 2. transposisi dari insisor lateral dan sentral jarang. Tidak ada laporan transposisi pada gigi primer. Transposisi dapat terjadi dengan hypodontia, gigi supernumerary atau menetapnya gigi susu ( gigi susu tidak tanggal ) Penanggulangan : Gigi yang bertransposisi memerlukan perubahan secara prosthetik untuk memperbaiki fungsi dan estetik. 4. Perubahan morfologi gigi a. Fusi Sinonim : synodontia Fusi dari gigi disebabkan dari kombinasi benih gigi yang berdekatan, menyebabkan penyatuan dari gigi yang berkembang. Etiologi : Beberapa penulis percaya bahwa fusi disebabkan ketika dua benih gigi berkembang terlalu dekat bersama waktu tumbuh, gigi gigi tersebut berkontak dan berfusi sebelum kalsifikasi. Pendapat lain bahwa tekanan atau gaya fisik dihasilkan selama perkembangan menyebabkan kontak dari tooth bud yang berdekatan. Dasar genetik terhadap anomali mungkin autosomal dominan dengan

penurunan penetrasi. Jumlah fusi pada wanita dan pria sama, insiden lebih tinggi pada orang Asia dan Americans. Gambaran klinis : Fusi biasanya menyebabkan pengurangan jumlah gigi pada lengkung rahang. Fusi bisa terjadi pada gigi sulung dan permanen, walaupun lebih sering antara gigi gigi desidue. Ketika kaninus dan insisor lateral decidue berfusi, koresponding / hubungan insisor lateral permanen bisa absen. Fusi sering pada gigi anterior baik pada gigi sulung dan permanen. Fusi bisa total atau partial bergantung pada tahap odontogenesis dan kedekatan gigi yang berkembang. Hasilnya bisa bervariasi dari single tooth dengan ukuran yang normal sampai 2 gigi yang dekat dengan ukuran normal. Mahkota dari gigi berfusi biasanya tampak besar dan single atau groove incisocervical dengan kedalaman yang bervariasi atau terjadinya bifid crown. Penanggulangan : Penanggulangan kasus fusi bergantung pada gigi yang terlibat, derajat fusi dan morfologi yang dihasilkan. Pada beberapa kasus keputusan paling bijak adalah membiarkan saja gigi tersebut. b. Concrescence Concrescence terjadi ketika akar dari dua atau lebih pada gigi dipersatukan oleh sementum. Concrescence bisa melibatkan gigi sulung atau gigi sekunder. Etiologi : Belum diketahui, tetapi beberapa pengarang mengira bahwa space restriction selama perkembangan, trauma lokal, tekanan oklusal yang berlebihan atau infeksi lokal setelah perkembangan memiliki peran penting. Jika kondisi terjadi selama perkembangan disebut true concrescence, jika terjadi setelah perkembangan disebut acquired concrescence. Gambaran klinis : Molar maksila gigi yang paling sering terlibat, khususnya M 3 dan gigi supernumerary. Gigi yang terlibat bisa gagal untuk erupsi atau erupsi tetapi tidak sempurna.

Penanggulangan : Concrescence mempengaruhi perawatan hanya ketika diputuskan untuk memindahkan satu atau dua gigi yang terliputi. Kondisi ini merupakan komplicates dari ekstraksi. Dokter gigi harus memperingatkan pasien bahwa upaya untuk memindahkan satu bisa menyebabkan pemindahan gigi lain yang tidak dimaksudkan untuk di cabut. C. Gambaran Radiograf Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan3 a. Supernumerary Terdapat variasi ukuran tetapi biasanya lebih kecil. Gigi supernumeray dapat di interpretasi dengan erupsi yang normal. Dari radiograf menunjukkan pertumbuhan gigi sesudah 3 4 tahun ketika gigi decidue terbentuk. b. Missing Teeth Missing teeth diketahui dengan mengidentifikasi dan menghitung jumlah gigi yang ada. Bagaimanapun harus diingat bahwa perkembangan gigi dapat bervariasi pada setiap pasien. Erupsi beberapa gigi bisa perkembangannya terlambat / tertunda dalam beberapa tahun setelah dari waktu yang diterapkan ( khususnya mandibular second bicuspids ) dan lainnya menunjukkan perkembangan terlambat setelah contra lateral tooth. c. Makrodontia Peningkatan ukuran, pada dimensi mesiodistal ( molar ) pada I1 menunjukkan pembesaran pada dimensi mesiodistal dan lingual. d. Mikrodontia Peg shape ( berbentuk pasak ) e. Gemination Radiopak enamel outline ( celah ) dan invaginasi, kamar pulpa biasanya tunggal. f. Fusi Biasanya disebabkan oleh berkurangya jumlah gigi dalam rahang g. Dens in dente Lapisan enamel lebih radiopak dari struktur gigi
3

White S. C. Pharoah M. J. Oral Radiology Principles and Interpretation. 4th Ed. Mosby Inc. 2000

h. Concrescense Pemeriksaan radiografik tidak selalu membedakan antara concrescence dan gigi yang close contact atau simply superimposed. 2.2 Oklusi Oklusi adalah setiap kontak antara gigi atas dan bawah.4 Angle ( 1899 ) mendefinisikan oklusi statis pada posisi inter oklusal sebagai5 hubungan sosial dari gigi molar pertama atas dan bawah tetap pada bidang sagital. Andrew ( 1972 ) menyebutkan 6 kunci oklusi normal, yaitu dengan ciri sebagai berikut : 1. hubungan yang tepat dari gigi gigi molar pertama tetap pada bidang sagital 2. angulasi mahkota gigi insisiv yang tepat pada bidang transpersal 3. inklinasi mahkota gigi gigi insisiv yang tapat pada bidang sagital 4. tidak ada rotasi gigi indivisual 5. kontak yang akurat dari gigi gigi individual dalam masing masing lengkung gigi, tanpa celah maupun berjejal jejal 6. bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung Maloklusi adalah tidak benarnya hubungan antar lengkung disetiap bidang sagital atau posisi yang abnormal. Etiologi Maloklusi6 A. Primary etiologi sites 1. Sistem neuromuscular Beberapa pola konstraksi meuromuskular dapat beradaptasi terhadap ketidakseimbangan skeletal / malposisi gigi. Pola ketiakseimbangan kontraksi adalah suatu bagian penting dari semua maloklusi. 2. Tulang Maxilla dan mandibula adalah dasar dari lengkung gigi, sehingga kesalahan morfologi dan pertumbuhannya dapat mengubah hubungan

4 5

Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Narlan. S T. D. Foster. Buku Ajar Orthodonsi. 3 Ed. 6 Moyers R. E. Handbook of Orthontics, Chapter 6, 7 Year BookMedical Publiser, Inc. Chicago 4th ed, 1988. Hal : 149 - 162

oklusal dan fungsi. Sebagian besar maloklusi yang sangat serius adalah diakibatkan oleh ketidakseimbangan. 3. Gigi geligi Variasi ukuran, bentuk, jumlah atau posisi gigi dapat mengakibatkan maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisi gigi dapat menyebabkan malfungsi dan secara tidak langsung malfungsi dapat merubah pertumbuhan tulang. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah gigi yang ukurannya terlalu besar untuk lengkung rahang yang terlalu kecil untuk gigi geligi. 4. Bagian bagian lunak Walau bagaimanapun, maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit periodontal dan kehilangan perlekatan, serta berbagai macam lesi jaringan lunak termasuk struktur TMJ. B. Cause and clinical entitles 1. Keturunan Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetik dapat menyebabkan tampaknya gigi sebelum lahir / mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun setelah kelahiran. 2. Defect perkembagan atau asal yang tidak diketahui Istilah yang diterapkan terhadap banyaknya kerusakan dari tipe yang jarang, yang mungkin bersumber dari kegagalan. 3. Trauma a. Trauma prenatal dan injuri semasa kelahiran Hipoplasia mandibula, akibat tekanan intra uterin ( kandungan ) / trauma selama proses kelahiran Vagelgesight, akibat trauma. Asimetri : lutut / kaki menekan muka sehingga menyebabkan ketidakseimbangan pertumbuhan muka penghambat pertumbuhan mandibula ankylosis TMJ, bisa saja suatu defect perkembangan atau

10

b. Trauma post natal 4. Agen fisik a. Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung b. Makanan 5. Kebiasaan a. Mengisap jempol / jari, biasanya pada usia 3 4 tahun. Hal yang perlu diingat bahwa tipe maloklusi yang dapat berkembang pada anak yang memiliki kebiasaan seperti ini ditentukan oleh banyak variabel : posisi jari, kontraksi otot otot orofacial, posisi mandibula saat mengisap jari, morfologi facial skeletal, durasi mengisap, dan lain lain. b. Desakan lidah terdapat 2 tipe, yaitu : Simple tongue Gerakan lidah yang berhubungan dengan gigi, sekalian menelan. Komplek tongue Anak menelan secara normal dengan gigi pada keadaan oklusi, bibir mudah menutup dan lidah berada pada palatal dibelakang gigi anterior. c. Menghisap dan menggigit bibir Menghisap dan menggigit bibir dapat mengakibatkan open bite, terkadang labio versi maksila / mandibula d. Postur lidah e. Menggigit kuku f. Kebiasaan lain : menggigit pensil, dan lain lain retak tulang dan rahang kebiasaan dapat menyebabkan mikro trauma trauma TMJ dapat menghalangi pertumbuhan dan fungsi menuju asimetri dan disfungsi TMJ

11

6. Penyakit a. Penyakit Sistemik Akibat sekunder dari gangguan neuropathi dan neuromuscular b. Gangguan endokrin Disfungsi endokrin selama prenatal berpengaruh pada hipoplasie gigi. Secara post natal, biasanya tidak mengubah arah pertumbuhan wajah tapi berpengaruh terhadap waktu erupsi gigi dan resorpsi gigi sulung. c. Penyakit lokal 7. Malnutrisi Berefek pada kualitas jaringan dan kecepatan arkalsifikasi. 2.3 Facial7 1. facial profile Profil diperiksa dari sisi dengan membuat pasien melihat objek yang jauh, dengan bidang paralel terhadap lantai. Secara klinis atau pada foto ekstraoral, profil dapat dihasilkan oleh pertemuan garis pedoman : a. garis pedoman dahi dan titik A jaringan lunak b. garis pertemuan titik A dan pogonion jaringan lunak ada 3 tipe proil : a. lurus / profil orthognathig profil orthognathig adalah dua garis membentuk sebuah garis lurus b. profil konvex penyakit nasopharyngeal dan gangguan fungsi pernapasan gingival dan penyakit periodontal tumor karies

Diagnostic Aids case History and Clinical Examination. Tapasya Juneja & Gurkeerat Singh

12

dua garis membentuk sudut tajam dengan konkavitas wajah. Tipe profil ini terlihat pada pasien kelas II divisi I dimana maksila protruded dan mandibula retruded. c. profil concave dua garis membentuk sudut tumpul / obtuse dengan konveksitas jaringan wajah. Tipe profil ini terlihat pada pasien kelas III dimana mandibula protruded dan maksila retruded. Divergensi facial Lower face bisa lurus atau berinklinasi relatif secara anterior dan posterior terhadap dahi. Inklinasi ini dinamakan dengan facial divergence, yang bisa dipengaruhi oleh latar nelakang ras dan etnik pasien. Garis digambarkan dari dahi ke dagu untuk menentukan arah apakah wajah : anterior divergent : garis berinklinasi secara anterior posterior divergent : garis berinklinasi secara posterio straight / orthognathic : garis lurus, tidak terlihat kemiringan. Mesocephalic head ( oval ) Brachycephalic ( roundish ) Dolicocephalic ( long oval ) Dolicocephalic face Mesocephalic face Brachycephalic face

2. Klasifikasi tipe kepala :

Klasifikasi tipe wajah :

3. Proses perkembangan bentuk wajah Prinsip pertumbuhan craniofacial a. Tipe jaringan dasar dan fungsi yang terdiri dari kepala dan wajah yang berbeda waktu pertumbuhan Jaringan saraf terbentuk pada tahap awal, berbeda dengan jaringan umum tubuh seperti otot, tulang dan jaringan penghubung mature lebih lambat. Jaringan saraf terbentuk 60% - 70% saat lahir dan disempurnakan 95% saat middle childhood. Pertumbuhan tulang juga memiliki variasi waktu. Craniofacial disempurnakan

13

45% saat lahir dan 70% saat 7 tahun. Berbeda dengan kartilago yang dikepala dan wajah mencapai 75% saat lahir dan 95% saat 7 tahun. b. Pertumbuhan dari tulang rawan utama dan fungsinya, dan pengaruh langsungnya dari perubahan bentuk craniofacial Menurut Enlow, bentuknya sama dengan craniofacial, mempunyai kapitas untuk tumbuh dari dalam ( pertumbuhan interstitial ), merupakan toleransi terhadap tekanan, nonkalsifikasi, fleksibel dan nonvascular dan tidak membutuhkan membran nutrient untuk kehidupan. Kartilago prime ditemukan dalam kepala dan wajah yang identik terhadap pertumbuhan lempengan kartilago dari tulang panjang. Scott ( 1953 ) kartilago primer merupakan predisposisi secara genetik, bertindak selama pertumbuhan sebagai jaringan autosomal dan dapat secra langsung mempengaruhi bentuk craniofacial. Dokumen Sperber kartilago primer pertama kali tampak dalam kepala selama minggu ke-5 prenatal. Minggu ke 7 prenatal, adanya massa kartilago yang disebut chondrocranium dan merupakan tanda terbentuknya tengkorak anak dan struktur nasal dan otic. Saatmiddle childhood, kebanyakan kartilago primer digantikan oleh tulang yang merupakan sebuah proses yang disebut endochondral bone formation. c. Perubahan mandibula condylar cartilage, craniofacial sutures dan appositional resorptive bone Koski mengidentifikasi mendibula condlyes, selama perubahan orocraniofacial mandibula diposisikan kembali untuk keuntungan fungsional terbaik kompensasi pertumbuhan dari kartilago kondylar sekunder merupakan satu mekanisme yang memberikan pemeliharaan dari postur mandibula. Koski : sutura craniofacial merupakan tempat pertumbuhan penting yang memberikan fasilitas pertumbuhan calvarial dan midface. Calvarial sutures menutup pada usia 5 tahun, tetapi sutura facial tetap sampai pubertas. 4.Pertumbuhan dari wajah dan kepala cenderung ditunjukkan relatif sama

14

BAB III PENUTUP Kesimpulan Proses pertumbuhan orokraniofacial dan gigi geligi dapat mempengaruhi pembentukan oklusi. Maloklusi yang tidak sesuai bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya kebiasaan.

15

DAFTAR PUSTAKA 1. Dental Embryologi, Histologi, & Anatomy, Mary bath. Balogh & Margaret J. Fehrenbach. 2006. 2th edition. Elsevrer. USA. 2. Anatomy Of Orofacial. 7th edition. Richad IV. Brand. 2003. Mosby. Philadelphia. Hal : 68 77 3. White S. C. Pharoah M. J. Oral Radiology Principles and Interpretation. 4 th Ed. Mosby Inc. 2000 4. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Narlan. S 5. T. D. Foster. Buku Ajar Orthodonsi. 3 Ed. 6. Moyers R. E. Handbook of Orthontics, Chapter 6, 7 Year BookMedical Publiser, Inc. Chicago 4th ed, 1988. Hal : 149 162 7. Diagnostic Aids case History and Clinical Examination. Tapasya Juneja & Gurkeerat Singh

16

Anda mungkin juga menyukai