Anda di halaman 1dari 13

WATER TREATMENT

1. Tujuan Percobaan a. Minggu I - Dapat mengoperasikan Jarr Test - Dapat menentukan dosis optimum koagulan yang digunakan b. Minggu II - Mahasiswa dapat memahami dan menggambarkan proses pengolahan air baku menjadi air bersih - Mahasiswa dapat menghitung laju alir koagulan yang digunakan - Mahasiswa mampu menganalisa air disetiap bak 2. Bahan yang Digunakan - Air - Koagulan (Tawas, Kaporit, AGS, dll) - Ericrom Black T - EDTA 3. Alat yang Digunakan - Jarr Test - Turbidity Meter - Buret - Erlenmeyer - Gelas Ukur - Pipet Ukur - Pipet Tetes - Bume Meter - Labu Takar 4. Dasar Teori Proses Pengolahan Air Proses pengolahan air bertujuan agar didapatkan air yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai air bersih. Pengolahan air bersih melalui beberapa tahapan proses yaitu : 1. Proses Penyaringan 2. Proses Koagulasi 3. Proses Flokulasi 4. Sedimentasi 5. Aerasi 6. Penyaringan 7. Proses Penambahan Desinfektan Air baku yang biasanya digunakan untuk keperluan domestik atau industri berasal dari air sungai, air danau, air laut dan air sumur. Kualitas air baku dari

berbagai sumber tersebut mempunyai karakteristik kualitas dan kuantitas yang berbeda-beda. Air baku digunakan selain untuk keperluan sehari-hari seperti makan dan minum di beberapa sektor kegiatan digunakan sebagai air pendingin. Air umpan boiler dan air untuk keperluan proses produksi. Adanya kualitas air yang berbedabeda dari berbagai sumber air yang ada, menghendaki suatu sistem pengolahan air yang berbeda pula dan tergantung dari penggunaan air tersebut. Air yang digunakan sebagai air umpan boiler mempunyai karakteristik kualitas tertentu, sehingga untuk penyediaan air biasanya dilakukan 3 tahap pengolahan yaitu : a. Pengolahan Air Baku b. Pengolahan Air Secara External c. Pengolahan Air Secara Internal Jenis pengolahan air baku tergantung dari asal bakunya. Pengolahan air baku biasanya terdiri dari pengolahan fisika seperti penyaringan dan sedimentasi. Serta pengolahan secara kimia yang meliputi flokulasi, koagulasi dan netralisasi. Dalam makalah ini hanya akan diuraikan tentang pengolahan tahap kedua dan ketiga. Karena pengolahan tahap pertama yaitu pengolahan air baku sudah banyak dibahas dalam penyediaan air bersih pada umumnya. I. Karakteristik Kualitas Air Baku a. Air Tanah Air tanah tersedia sebagai air tanah dangkal dan air tanah ddalam. Air tanah dangkal berada dalam lapisan pembawa air yang bagian atasnya tidak dilapisi oleh lapisan yang impermeable sehingga kualitas dan kuantitas air tanah dangkal juga dipengaruhi oleh aktivitas yang ada dipermukaan tanah bagian atasnya. Air tanah dalam beberapa dalam lapisan pembawa air yang terletak lebih bawah, biasanya lebih dari 60 m permukaan tanah setempat. Lapisan pembawa airnya dilapisi oleh suatu lapisan bantuan impermeable sehingga tidak memungkinkan air dari permukaan bagian atas menyerap sampai ke lapisan pembawa air tanah dalam. Kualitas maupun kuantitas air tanah tidak tergantung pada aktivitas di permukaan atas, tetapi pada daerah catchment area (daerah tangkapan hujan) yang berhubungan dengan lapian pembawa air yang bersangkutan. Kualitas air tanah banyak dipengaruhi struktur geologi setempat. Parameter dominan yang biasanya muncul adalah mineral seperti Ca, Mg, dan Fe serta gas terlarut seperti CO2. Air tanah biasanya hanya sedikit mengandung padatan tersuspensi. b. Air Laut Air laut tersedia dalam jumlah yang melimpah dengan kualitas air yang hampir sama dan tetap untuk jangka waktu tertentu. Parameter dominan yang ada di air laut adalah garam mineral seperti NaCl (biasanya ditunjukkan dalam kadar salinitas) yang sangat korosit terhadap peralatan proses produksi.

c. Air Permukaan Air permukaan yang sering dimanfaatkan adalah air danau dan air sungai. Kualitasnya sangat tergantung dari aktifitas manusia yang berada di daerah aliran sungai. Parameter yang cukup menonjol adalah mikroorganisme dan kadar padatan tersuspensi atau kekeruhan. II. Parameter Kualitas Air a. Padatan Tersuspensi (suspended solid/SS) Sumber dari padatan tersuspensi berasal dari : - Padatan anorganik; seperti lempung, kerikil dan padatan buangan industri - Padatan organik; seperti serat tumbuhan, mikroba, sisa buangan domestik dan industri - Cairan tak larut seperti minyak dan lemak Pengukuran padatan tersuspensi dilakukan secara gravmetri dengan satuan mp, lt. Ukuran diameter partikel dari padatan tersuspensi antara 1100 am. b. Kekeruhan (turbidity) Parameter kekeruhan biasa dilakukan untuk analisis kualitas air bersih bukan air limbah. Nilai kekeruhan bisa menunjukkan tingkat atau kadar padatan tersuspensi di dalam air. Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan metode photometri dengan cara menentukan persentase cahaya yang diserap atau dihamburkan oleh cairan jika diberikan cahaya dengan intensitas tertentu 1 Jackson turbidity unit (JTU) sama dengan kekeruhan yang dihasilkan oleh 1 mg SiO2 dalam liter air distilasi. Satuan kekeruhan yang lain adalah Nephelometri turbidity unit (NTU) yang didasarkan pada prinsip penghambatan cahaya. c. Alkalinitas Definisi: jumlah anion dlam air yang akan bereaksi untuk menetralisi ion II. Merupakan suatu ukuran kemampuan air menetralisi asam. Parameter yang tergolong alkalinitas: - CO32-, HCO3-, H2BO3-, HS-, CO2 - OH-, HsiO3-, H2PO4-, NH3 Parameter yang pada umumnya diperhatikan sebagai alkalinitas adalah sebagai bicarbonat (HCO3), carbonat (CO3) dan hidroksida (OH-). Sumber alkalinitas antara lain disolusi garam bicarbonat. Gas CO 2 yang terlarut dalam air berasal dari transfer CO2 dari udara dan respirasi mikroorganisme. Gas CO2 ini akan melarutkan mineral magnesium dan calcium dalam bentuk CaCO3 atau MgCO3 dan menghasilkan komponen hardness dan alkalinitas menurut reaksi: H2O + CO2 + MgCO3 Mg (HCO3)2 Mg2+ + 2(HCO3-) H2O + CO2 + CaCO3 Mg (HCO3)2 Ca2+ + 2(HCO3-)

Pengukuran alkalinitas dilakukan dengan titrasi dengan asam. Jika digunakan 0.02N H2SO4 sebagai titran, maka 1 ml asam dapat menetralisir 1 mg alkalinitas sebagai CaCO3. Ion H+ dari asam bereaksi dengan komponen alkalinitas menurut persamaan reaksi: H+ + OHH2O + 2H + CO3 HCO3H+ + HCO3H2CO3Jika asam sebagai titran ditambahkan perlahan-lahan ke air yang mengandung alkalinitas, maka gambaran penurunan pH air bisa dilihat di kurva berikut:

Konversi karbonat menjadi bicarbonat pada prinsipnya sempurna pada pH = 8,9. Tetapi karena bicarbonat juga merupakan spesi alkalinitas sehingga masih dibutuhkan sejumlah asam yang sama untuk menyempurnakan netralisasi. Sehingga netralisasi CO3- pada pH = 8,3 hanya setengahnya. Konversi OH- menjadi air erlangsung sempurna pada pH = 8,3 sehingga semua OH- dan setengah CO3- ikut terukur pada pH = 8,3. Pada pH 4,5 semua bicarbonat telah terkonversi menjadi asam carbonat termasuk bicarbonat hasil netralisasi karbonat. Sehingga jumlah asam yang diperlukan untuk menitrasi contoh air sampai pH 4,5 eqivalent dengan alkalinitas total (CO32-, HCO3-, OH-) dalam air. P-Alkalinitas adalah nilai alkalinitas yang ditunjukkan oleh jumlah asam yang diperlukan untuk mencapai pH air contoh menjadi 8,3 sedangkan M-Alkalinitas adalah nilai alkalinitas yang ditunjukkan oleh jumlah asam yang diperlukan untuk mencapai pH air contoh dari 8,3 menjadi 4,5. Hubungan umum bentuk-bentuk alkalinitas: pH 8,3 netralisasi OH-, CO32 pH 8,3 netralisasi sisa CO32 dan HCO3 asal/murni P=M semua alkalinitas adalah OH P=M semua alkalinitas Carbonat P = 0 (pH dibawah 8,3) semua alkalinitas HCO3

d. Kesadahan (hardness) Difinisi: - Konsentrasi kation metal valen dalam larutan - Dapat bereaksi dengan anion dan timbul prespitasi padatan - Biasanya dinyatakan dalam mg lt CaCO3 Kesadahan dikenal dua macam, yaitu karbonat dan non karbonat. a. Carbonat : Bersifat sementara karena akan hilang terendapkan jika mengalami pemanasan. Contoh : - Ca bikarbonat Ca (HCO3)2 - Mg bikarbonat

atau

b. Non Carbonat : Kesadahan tetap tidak hilang mengendap jika dipanaskan. Contoh : Ca atau Mg sulfat, clorida, nitrat Ca (HCO3)2 CaCO3 (S) + CO2 + H2O Pengukuran kesadahan dilakukan dengan cara titrasi oleh EDTA dengan indicator EBT (Eriochrome Black T) membentuk komplek warna merah. Jika digunakan 0.01 M EDTA. 1 liter titran menunjukkan 1 mg kesadahan sebagai CaCO3. Klasifikasi Air Sadah : Air Lunak Air Sadah Sedang Air Sadah Air Sangat Sadah

50 50-150 150-300 >300

mg/l sebagai CaCO3 mg/l mg/l mg/l

Air sadah yang jika digunakan memerlukan lebih banyak sabun agar tetap berbusa. Menurut standar WHO kesadahan maksimum untuk air minum adalah 500 mg/l sebagai CaCO3. Demikian juga menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/90 untuk syarat kualitas air minum. Konversi : 1 gennan degree = 17,9 mg/l CaCO3 e. O2 (gas oksigen) Salah satu gas yang banyak mendapat perhatian dalam pengolahan air umpan boiler adalah gas O2 yang larut dalam air baku. Daftar kesetimbangan nilai oksigen terlarut sebagai fungsi dari suhu dan konsentrasi CT (salinitas) disajikan di tabel berikut.

Tabel C-3 Equilibrium Concentrations (mg/L) of dissolved oxygen *as a function of temperature and chloride Chloride Concentrations (mg/L) Temperature o C 0 5.000 10.000 15.000 20.000 0 14,64 13,79 12,97 12.14 11,32 1 14,23 13.41 12,61 11,82 11,03 2 13,84 13,05 12,28 11,51 10,76 3 13,48 12,72 11,98 11,24 10,50 4 13,13 12,41 11,69 10,97 10,25 5 12,80 12,09 11,39 10,70 10,01 6 12,48 11,79 11,12 10,45 9,78 7 12,17 11,51 10,85 10,21 9,57 8 11,87 11,24 10,61 9,98 9,36 9 11,59 10,97 10,36 9,76 9,17 10 11,33 10,73 10,13 9,55 8,98 11 11,08 10,49 9,92 9,35 8,80 12 10,83 10,28 9,72 9,17 8,62 13 10,60 10,05 9,52 8,98 8,46 14 10,37 9,95 9,32 8,80 8,30 15 10,15 9,65 9,14 8,63 8,14 16 9,95 9,46 8,96 8,47 7,99 17 9,74 9,26 8,78 8,30 7,84 18 9,54 9,07 8,62 8,15 7,70 19 9,35 8,89 8,45 8,00 7,56 20 9,17 8,73 8,30 7,86 7,42 21 8,99 8,57 8,14 7,71 7,28 22 8,83 8,42 7,99 7,57 7,14 23 8,68 8,27 7,85 7,43 7,00 24 8,53 8,12 7,71 7,30 6,87 25 8,38 7,96 7,56 7,15 6,74 26 8,22 7,81 7,42 7,02 6,61 27 8,07 7,60 7,28 6,88 6,49 28 7,92 7,53 7,14 6,75 6,37 29 7,77 7,39 7,00 6,62 6,25 30 7,63 7,25 7,86 6,49 6,13 Satuan untuk parameter kualitas air biasanya dinyatakan dalam mg/l atau ppm (part per million). Untuk parameter kesadahan dan alkalinitas selain satuan tersebut juga sering dinyatakan dalam satuan mg/l sebagai CaCO3. Konsentrasi senyawa A dapat dinyatakan sebagai konsentrasi eqivalent dari senyawa B dengan rumus: [g/l]A x [g/eqivalent]B = [g/l]A dinyatakan sebagai B [g/eqivalent]A Faktor Konversi Contoh : Nyatakan dalam konsentrasi eqivalent CaCO3 untuk 117 mg/l NaCl

Jawab : 1 eqivalent CaCO3 = 40 + 12 + 3 (16) = 50 g/eqivalent 2 1 eqivalent NaCl = 23 + 35,5 = 58,5 g/eqivalent 117 mg/l x 50 g/eqivalent = 100 mg/l NaCl sebagai CaCO3 58,5 g/eqivalent Faktor-faktor konversi untuk berbagai senyawa disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.2 Calcium Carbonat (CaCO2) Eqivalent of Common Substance

Formula Compounds Alumunium Sulfate (anhydrous) Alumunium Sulfate (hydrated) Alumunium Hidroxide Alumunium Oxide (Alumina) Sodium Aluminate Barium Sulfate Calcium Bicarbonate Calcium Carbonate Calcium Chloride Calcium Hydroxide Calcium Oxide Calcium Sulfate (anhydrous) Calcium Sulfate (gypsum) Calcium Phosphate Ferric Sulfate Ferrous Sulfate (anhydrous) Magnesium Oxide Magnesium Bicarbonate Magnesium Carbonate Magnesium Chloride Magnesium Hydroxide Magnesium Phosphate Al2(SO4)3 Al2(SO4)3 H2O Al2(OH)2 Al2O2 Na2Al2O4 BaSO4 Ca(HCO)2 CaCO3 CaCI2 Ca(OH)2 CaO CaSO4 CaSO4 2H2O Ca2(PO4)2 Fe2(SO4)3 FeSO4 MgO Mg (HCO3)2 MgCO3 MgCl2 Mg(OH)2 Mg3(PO4)2 14

Molecular Weight 342,1 600,0 78,0 101,9 163,9 233,4 162,1 100,1 111,0 74,1 56,1 136,1 172,2 310,3 399,9 151,9 40,3 146,3 84,3 95,2 58,3 262,9

Substance to CaCO3 Equivalent equivalent Weight (muluplvbv) 37,0 100,0 26,0 17,0 27,3 116,7 81,1 50,0 55,5 37,1 28,0 68,1 86,1 51,7 66,7 76,0 20,2 73,2 42,2 47,6 29,2 43,8 0,88 0,5 1,92 2,94 1,83 0,43 0,62 1,00 0,90 1,35 1,79 0,74 0,58 0,97 0,75 0,66 2,48 0,68 1,19 1,05 1,71 1,14

CaCO3 equivalent to substance (muluplvbv) 1,14 2,0 0,32 0,34 0,55 2,33 1,62 1,00 1,11 0,74 0,56 1,36 1,72 1,03 1,33 1,52 0,40 1,46 0,84 0,95 0,58 0,88

Magnesium Sulfate (anhydrous) Magnesium Sulfate (epsomsalts) Manganese Chloride Manganese Hydroxide Potassium Iodide Silver Chloride Silver Nitrate Silica Sodium Bicarbonate Sodium Carbonate Sodium Chloride Sodium Hydroxide Sodium Nitrate Tri-sodium Phos Tri-sodium Phos (anhydrous) Disodium Phos Disodium Phos (anhydrous) Monosodium Phos Monosodium Phos (anhydrous) Sodium Metaphosphate Sodium Sulfate Sodium Sulfite Positive Lons Aluminum Ammonium

MgSO4 MgSO4 7H2O MnCl2 Mn(OH)2 KI AgCl AgNO3 SiO2 NaHCO2 Na2CO2 NaCI NaOH NaNO3 Na3PO4 12H2O Na3PO4 Na2HPO4 12H2O Na2HPO4 NaH2PO4H2O NaH2PO4 NaPO3 Na2SO4 Na2SO3 Al-3 NH4-

120,4 246,5 125,8 89,0 166,0 143,3 169,9 60,1 84,0 106,0 58,5 40,0 85,0 380,2 164,0 358,2 142,0 138,1 120,0 102,1 142,1 126,1 27,0 18,0

60,2 123,3 62,9 44,4 166,0 143,3 169,9 30,0 84,0 53,0 58,5 40,0 85,0 126,7 34,7 119,4 47,3 46,0 40,0 34,0 71,0 63,0 9,0 18,0

0,83 0,41 0,80 1,13 0,30 0,35 0,29 1,67 0,60 0,94 0,85 1,25 0,59 0,40 0,91 0,42 1,06 1,09 1,25 1,47 0,70 0,70 5,56 2,78

1,20 2,47 1,26 0,89 3,32 2,87 3,40 0,60 1,68 1,06 1,17 0,80 1,70 2,53 1,09 2,39 0,95 0,92 0,80 0,68 1,42 1,26 0,18 0,36

Perhitungan Menghitung banyaknya alum yang harus ditambahkan pada bak fakulator Dari lampiran 1, tabel 4:

a. Diketahui: D = Dosis Allum 17 mg/l K = Konsentrasi Allum pada 3, BE = 4,6% = 46 mg/cc Q = Debit air pada ketinggin 32 cm = 82,1 l/dtk MakaAllum yang harus ditambahkan adalah : P=

P=

P = 30,34

P = 303,4 Karena terdapat dua keran aliran penambahan, maka perhitungan Allum yang harus ditambahkan dibagi dua. P= P = 151,7 cc/10 detik b. Diketahui: D = Dosis Allum 21 mg/l K= Konsentrasi Allum pada 3, BE = 4,6% = 46 mg/l Q = Debit air pada ketinggian 32 cm = 82,1 l/detik MakaAllum yang harus ditambahkan adalah : P=

P=

P = 37,02

P = 370,2

Karena terdapat dua keran aliran penambahan, maka perhitungan Allum yang harus ditambahkan dibagi dua. P= P = 185,2 cc/10 detik

Cara Menetukan Penambahan Allum pada Bak Flokulator A. Penentuan Dosis Allum 1. Alat-alat yang digunakan : Peralatan Jar Test Beaker Glass 100 ml (4 buah) Pipet Ukur 10 ml (1 buah) 2. Bahan yang digunakan : Air baku 4000 ml Allum 3. Langkah Kerja : 1. Masukkan 1000 ml air baku ke dalam masing-masing beaker glass. 2. Menambahkan Allum ke dalam setiap beaker glass dengan dosis yang berlainan. 3. Menghubungkan peralatan jar-test ke sumur listrik 4. Kecepatan pengadukan : 1 menit = 100 rpm 5 menit = 60 rpm 15 menit = didiamkan 5. Dari percobaan ini dapat ditentukan dosis optimum penambahan Allum 6. pH diukur setelah flok-flok mengendap B. Pemeriksaan pH Air permukaan di daerah tropis sering keruh dan mengandung zat-zat penyebab warna. Kekeruhan dapat berasal dari erosi tanah, pertumbuhan ganggang atau kotoran hewan yang terbawa air sewaktu mengalir dipermukaan bumi. Warna dapat disebabkan oleh subtansi yang berasal dari pembusukan zat-zat organik, daun atau tanah seperti gambut. Koagulan yang umum digunakan adalah aluminium sulfat (Al2(SO4)3) dimana ion-ion aluminium sulfat bermuatan positif tig merupakan agen netralisai. Untuk mendapatkan kogulasi yang baik, koagulan dengan dosis optimum harus dibubuhkan dalam air dan dicampurkan secara baik. Dasis optimum akan bervariasi tergantung pada sifat alamiah air baku dan komposisi keseluruhan (pH, kekeruhan, komposisi kimia) adalah tidak mungkin untuk menghitung dosis koagulan optimum untuk air baku tertentu.

C. Proses Pengolahan Air Dalam pengolahan air, agar diperoleh air bersih maka dilakukan proses tahap demi tahap, yaitu mulai dari pengambilan air baku sampai air bersih yang sudah siap untuk didistribusi ke konsumen. Air bersih dan air buangan mempunyai karakteristik tertentu seperti sifat fisik, kimia dan biologi. Dalam proses pengolahan air ini harus disesuaikan dengan ketidakmurnian dari air itu sendiri. Pengolahan air bersih maksudnya adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk merubah sifat-sifat suatu zat. Dengan adanya pengolahan air bersih ini maka akan didapatkan suatu air bersih yang memenuhi standar kesehatan yang telah ditentukan. Dalam proses pengolahan air ini pada umumnya dikenal dengan dua cara, yaitu : 1. Pengolahan Lengkap (Complete Treatment Process) Pengolahan lengkap yaitu air akan mengalami pengolahan lengkap, baik fisik, kimiawi dan biologi. Pengolahan ini biasanya dilakukan terhadap air sungai kotor atau keruh. Pada hakekatnya, pengolahan lengkap ini dibagi dalam 3 lingkungan pengolahan, yaitu : a. Pengolahan Fisik Pengolahan fisik ini untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir serta mengurangi kadar organik yang ada didalam air yang akan diolah. b. Pengolahan Kimia Pengolahan kimia yaitu pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk membantu proses selanjutnya. Misalnya dengan pembubuhan alumunium sulfat. c. Pengolahan Bakteriologi Pengolahan ini bertujuan memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung didalam air dengan jalan membuktikan desinfektan. Desinfektan yang digunakan adalah kaporite. 2. Pengolahan Sebagian (Patril Treatment Process) Pengolahan sebagian ini merupakan pengolahan air dimana hanya dilakukan pengolahan kimiawi atau pengolahan bekteriologi saja. Pengolahan ini umumnya dilakukan untuk : a. Mata air bersih b. Air sumur yang dangkal D. Koagulan Aluminium Sulfat Dalam bidang pengolahan air bersih, penambahan dari beberapa bahan kimia digunakan untuk berbagai proses. Pada pengolahan ir bersih di PDAM Instalasi Lahat 1 menggunakan aluminium sulfat sebagai pembentukan koagulan yang berfungsi membentuk partikel padat lebih besar (flok) agar bisa diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal), selanjutnya proses pengolahan air dapat dilanjutkan. Aluminium sulfat atau tawa mempunyai rumus kimia Al2(SO4)3 18 H2O dengan berat molekul 666,4 gram/mol dan density 1,69 gram/liter. Alum larut

sempurna dalam air, daya larutnya 500 gram/liter pada 15 oC. Aluum lebih banyak digunakan sebagai bahan penggumpal karena : 1. Berbentuk serbuk dan kristal 2. Lebih efektif untuk menurunkan kadar karbonat 3. Harganya murah 4. Mudah disimpan

E. Pembentukan Larutan Aluminium Sulfat Aluminium sulfat terdapat dalam bentuk butiran halus dalam kantong. Aluminium sulfat berwarna putih keabu-abuan sampai coklat muda yang merupakan material asam berkristal dan bersifat korosif, metode pembubuhan aluminium sulfat yang paling umum adalah dalam bentuk larutan. Suatu larutan dibuat dalam sebuah tangki dengan kapasitas yang cukup untuk pembubuhan koagulan 10 jam atau lebih. Diperlukan satu sampai dua tangki beroperasi sementara larutan disiapkan pada yang lainnya. Contoh : Bila kita ingin membuat 5% larutan aluminium sulfat sebanyak 1000 liter, yaitu sebagai berikut : 1. Menimbang aluminium sulfat 5% x 1000 liter = 50 kg 2. Memasukkan aluminium sulfat kedalam bak aluminium sulfat yang telah ditimbang 3. Mengisi bak dengan air sepertiga dari bak dan mengaduk sampai homogen 4. Mengisi terus bak sampai larutan menjadi 1000 liter F. Koagulasi (Pengumpalan) Koagulasi merupakan salah satu tahapan proses dalam pengolahan air yang menggunakan bahan penggumpal. Koagulasi berasal dari bahasa latin Coagulare yang berarti bergerak bersama. Dalam proses kimia koagulasi dapat diartikan sebagai mekanisme penetralan. Koagulasi adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air akan membantu pada proses pengendapan partikel-partikel. Alat pembubuhan koagulasi ini dibedakan pada cara pembubuhan, yaitu: 1. Memakai pompa, pembubuhan zat kimia dengan bantuan pompa. 2. Secara gravitasi, dimana zat kimia (larutan) mengendap dengan sendirinya karena gravitasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi: a. Dosis Koagulasi b. Kecepatan Pengadukan c. pH dan Waktu

Air baku yang akan diolah ditambahkan bahan kimia penggumpal. Bahan kimia penggumpal yang lebih intensif dalam pengolahan air adalah aluminium sulfat atau yang dikenal dengan tawas. Tujuan dari penggumpalan untuk memudahkan air lebih homogen sehingga terbentuk flok-flok. Agar pengalirannya dan pembentukan flok-flok yang lebih besar dibutuhkan pengadukan yang lambat dengan adanya bantuan sekat-sekat pada bak penggumpalan. Dengan adanya sekat-sekat ini berarti waktu pengalirannya agak lama, sehingga campuran akan semakin merata dan mempercepat terbentuknya butiranbutiran yang lebih besar agar memudahkan terjadinya pengendapan pada proses berikutnya. G. Sedimentasi (Pengendapan) Proses ini terjadi berdasarkan gaya gravitasi bumi terhadap flok-flok yang telah terbentuk flok-flok yang mempunyai density yang lebih besar daripada air akan mengendap dengan sendirinya. Pada bak ini sebagian besar kotoran air akan dipisahkan tetapi tidak semuanya mengendap seperti kotoran-kotoran halus yang melayang akan disaring pada proses selanjutnya. H. Filtrasi (Penyaringan) Proses penyaringan merupakan proses pembersihan dari sisa-sisa kotoran kecil yang masih melayang-layang di dalam air setelah proses pengendapan. Filter yang biasa terdiri dari selapis pasir atau pasir dan batu dan batu krikil. Bila air lolos melalui filter tersebut, partikel-partikel terapung dan bahan-bahan penggumpal akan bersentuhan dengan butir-butir pasir dan melekat ke pasir tersebut. Hal ini akan memperkecil ukuran celah-celah yang dapat di lalui air dan menghasilkan daya penyaring. Dengan lewatnya maka akan semakin banyak bahan yang terperangkap oleh tumpukan pasir. Dan air tersebut akan ditambahkan bahan kimia pada proses desinfeksi. I. Desinfeksi Desinfeksi bertujuan membunuh kuman-kuman yang terdapat dalam air dapat menimbulkan bibit penyakit. Jenis bahan kimia yang dipergunakan untuk di proses desinfeksi antara lain larutan kaporit dan gas chlor. J. Pemeriksaan Dosis Aluminium Sulfat Dengan Jar Test Jar test adalah suatu metode untuk mengevaluasi proses koagulasi. Apabila percobaan dilakukan secara tepat maka akan diperoleh informasi yang dapat membantu operator instalasi dalam mengoptimalkan proses penjernihan air. Jar test memberikan data mengenai kondisi optimum untuk parameterparameter: a. Dosis Koagulasi b. pH sebelum dan sesudah proses c. Metode pembubuhan bahan kimia

Anda mungkin juga menyukai