Anda di halaman 1dari 2

Pesona Tabuk (1) Saat itu musim paceklik melanda Madinah, ekonomi sedang sulit, puncak musim panas

membawa angin panas yang mendera kulit, debu2 berterbangan mengancam mata dan pernafasan kaum muslimin. Musim seperti ini tentunya sangat menyenangkan jika berada di dalam rumah bersama keluarga atau dalam kebun2 kurma yang lebat nan rindang sambil memetik buah kurma yang masih muda. Namun kala itu . Alloh memerintahkan kaun muslimin untuk keluar menuju Perang TabukKaum mukminin, berbondong2 dari seluruh penjuru menuju Madinah untuk memenuhi panggilan jihad bersama Rosululloh SAW, bagaimana mereka tidak berangkat jihad sedangkan gerbang sorga yang luasnya seluas langit dan bumi ada dihadapan mereka, bagaimana mereka tidak berangkat jihad sedangkan Alloh berfirman, Wahai orang2 beriman maukah aku tunjukkan kalian pada perdagangan yang bisa menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih, beriman kalian dengan Alloh dan RosulNya dan berjihad dijalan Alloh. Terngiang-ngiang ditelinga mereka ayat2 jihad. Alloh telah membeli jiwa dan harta dari orang2 yg beriman, digantikan untuk mereka itu surga, yakni dengan mereka berjihad dan membunuh atau terbunuh.. Kita . wahai saudaraku Memiliki segalanya, hidup dirumah dengan dinginnya AC tidak kepanasan seperti pengungsi2 palestine, keluarga sehat wal afiat tidak ada yang sakit, makanan tersediatidak kelaparan seperti di somalia, Ada ketenangan tidak berperang seperti perang di Iraq dan Afghanisthan. Namun demikian bersamaan dengan itu seringkali kita masih mengeluhkan hidup. Semiskin-miskinnya kita, makan juga 2-3 kali. Belumlah lagi ucapan syukur kita ucapkan tapi justru keluhan yang kita dahulukan bukankah seringkali demikian? Lantas dimana syukur kita atas segala kenikmatan diatas? Namun mereka (para sahabat nabi) . wahai saudaraku Ajakan itu mereka jawab dengan keridhoan mereka, ayat2 Alloh hadir dalam hati mereka, kenapa? Bukankah ayat2 itu juga sampai ke telinga kita sebagaimana sampai ke telinga mereka? Karena telah hadir akhirat dalam kehidupan mereka sedangkan kita kabut begitu tebal akan akherat.. dunia masih menjadi harapan terbesar kita. Memang badan kaki mereka masih menyentuh tanah namun jiwa mereka telah menjejaki akhirat, begitulah seharusnya kaum muslimin, mengutamakan akherat yang kekal dari sekedar kehidupan dunia yang fana, senyaman2nya orang menikmati dunia paling sampai 50 thn, setelah itu tua, belum lagi kalo sakit, belum lagi kalo anak yang kita besarkan dengan kasih sayang ternyata tidak mau merawat kita yang telah renta, apakah setelah itu baru kita mengingat akherat..setelah raga tidak kuat lagi beribadah dengan baik?.....setelah mulut tidak lagi fasih mengucapkan kalimat-kalimat dzikir? Setelah akal tidak lagi kuat menelaah ayat-ayat Alloh?

Seandainya setiap muslim benar benar menghadirkan akherat dalam kehidupan mereka maka akan terjadi keserasian hidup.... Yang miskin akan hidup dengan qonaah sesuai rejeki yang telah Alloh berikan dan si kaya hidup dengan kedermawanan dari apa yang Alloh telah berikan kepadanya. Tapi seandainya dunia mengusai kita maka akan terjadi kebalikannya .. yang kaya hidup dengan ketamakan dan kebakhilan..... si miskin hidup dengan menengadahkan tangan ..menunggu serta rakus terhadap harta yang ada ditangan orang2 kaya. Maka Islam memberikan konsep bahwa semua bentuk dunia ini harus dilandasi dengan akherat

Tidak selamanya memberi harus dengan materi......tidak selamanya memberi hanya milik orang2 yang berharta...... dengan keterbatasan yang kita miliki kita bisa berbuat untuk Islam. Siroh

Anda mungkin juga menyukai