Anda di halaman 1dari 74

Ahmad Shahir b Mohd Azman 11-2012-053

Demam Typhoid

Identitas
Nama : Ny S Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat /tanggal lahir

: Solo, Kebangsaan : Indonesia

07 Januari 1985
Status Perkawinan : Sudah Menikah Pekerjaan : Guru Alamat : Jalan Seropati no 58 LK 1 Harapan Jaya Sukarame Bandar Lampung Pendidikan : S1 Tanggal Masuk Rumah Sakit : November 2013 Agama : Islam

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Sabtu, tanggal 6 Maret 2013, pukul 0800 WIB.

Keluhan Utama:
Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang : 4 hari sebelum masuk rumah sakit,pasien mulai merasa demam.Demamnya disertai keringat dingin dan menggigil. Demam dirasakan meninggi terutama pada waktu malam,dan menurun pada waktu pagi. 1 hari sebelumnya,pasien merasa nyeri kepala,batuk dan pilek setelah pulang dari kerja. Batuknya tidak berdahak dan tidak berdarah. Pasien konsumsi obat warong untuk menghilangkan nyeri kepalanya namun tiada perbaikan. 3 hari sebelum masuk rumah sakit,pasien berobat jalan di bidan untuk demamnya namun tiada perbaikan.Karena belum sembuh,pasien kemudian ke rumah sakit Imanuel.

Pada hari pasien masuk rumah sakit,pasien mulai merasa adanya mual dan nyeri pada perut.Tidak ada muntah,nyeri waktu menelan dan kesulitan untuk menelan. Buang air kecil lancar. Frekuensi rata-rata 3 kali sehari. Tidak ada darah dan nyeri saat buang air kecil. Buang air besar juga lancar. Rata-rata 1 kali sehari dengan konsistensi lunak,tidak ada darah,tidak berlendir. Pasien tidak ada riwayat pernah ke kawasan endemis malaria. Tidak ada riwayat gusi berdarah atau mimisan. Tidak ada riwayat sakit maag. Pasien tidak pernah mengambil narkoba dan bertukar-tukar pasangan seksual. Pasien sering makan makanan yang dijual dorongan.

Riwayat penyakit dahulu

( - ) Cacar
( - ) Cacar air ( - ) Penyakit Ginjal ( - ) Difteri ( - ) Penyakit Prostat

( - ) Malaria
( - ) Disentri ( - ) Hepatitis

( - ) Batu Ginjal / Saluran Kemih

( - ) Batuk Rejan ( - ) Wasir ( - ) Campak ( - ) Diabetes ( - ) Influenza

( - ) Tifus Abdominalis ( - ) Malaria ( - ) Sifilis ( - ) Gonore

( - ) Alergi
( - ) Tonsilitis ( - ) Tumor

( - ) Khorea

( - ) Hipertensi

( - ) Penyakit Pembuluh
( - ) Demam Rematik Akut ( - ) Ulkus Ventrikuli ( - ) Pneumonia ( - ) Psikosis ( - )Perdarahan Otak ( - ) Ulkus Duodenum

( - ) Pleuritis ( - ) Tuberkulosis

( - ) Gastritis ( - ) Batu Empedu

( - ) Neurosis

Lain-lain:

( - ) Operasi
(+)

( - ) Kecelakaan

Gastroenteritis tahun 2006

Riwayat penyakit keluarga


Hubungan Umur (Tahun) Jenis Kelamin Keadaan Kesehatan Penyebab Meninggal

Kakek Nenek Ayah Ibu

Tidak diketahui Tidak diketahui 50 45

Lelaki Perempuan Lelaki Perempuan

Sehat Meninggal Sehat Sehat

Pendarahan aku trauma -

Saudara

26 20 8

Lelaki Perempuan Laki-laki

Sehat Sehat Sehat

Anak

Penyakit Alergi Asma Tuberkulosis Arthritis Rematisme Hipertensi Jantung Ginjal Lambung

Ya -

Tidak

Hubungan Anak

Anamnesa sistem

Kulit : keringat dingin


Kepala : sakit kepala Hidung : sekret dan pilek Mulut : lidah kotor Dada : Batuk Abdomen : nyeri perut

BERAT BADAN Berat badan rata-rata (Kg) : 45 kg Berat tertinggi (Kg) : 47 kg Berat badan sekarang (Kg) : 45 kg

Riwayat Makanan Frekuensi / Hari Jumlah / Hari : 3x/hari : 2 piring

Variasi / Hari
Nafsu makan

: variasi
: baik

Pemeriksaan jasmani(6 Maret 2013)


Pemeriksaan Umum Tinggi badan : 154 cm

Berat badan
Tekanan darah Nadi Suhu

: 45 kg
: 110/60 mmHg : 80x / menit, isi cukup,regular, ekual : 36.1 oC : 20x / menit ;

Indek massa tubuh: 18.99 (normal)

Pernapasan (Frekuensi dan tipe) thorakoabdominal Keadaan gizi : Normal

Kesadaran Sianosis Udema umum Habitus

: compos mentis : Tidak ada : Tidak ada : Atletikus

Cara berjalan

: normal

Mobilitas (Aktif / Pasif) : aktif Umur menurut taksiran pemeriksa : sesuai dengan usia sebenarnya

Aspek Kejiwaan Tingkah laku : wajar

Alam perasaan
Proses pikir

: biasa
: wajar

Kulit

Warna Effloresensi Jaringan parut Pigmentasi

: sawo matang : tidak ada : tidak ada : tidak ada

Pertumbuhan rambut
Pembuluh darah Suhu raba Lembab / kering

: merata
: teraba pulsasi : hangat : lembap

Keringat Turgor Ikterus Lapisan lemak Edema Lain-lain

: Umum (+) Setempat(-) : normal : tidak ada : merata : tidak ada : Rose Spots (-) Ptekiae (-)

Kelenjar Getah Bening Submandibula : tidak teraba membesar Leher Ketiak Lipat paha : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar Supraklavikula : tidak teraba membesar

Kepala Ekspresi wajah : tenang Simetri muka : simetris

Rambut

: hitam dan distribusi merata

Pembuluh darah temporal: teraba pulsasi

Mata Exophthalmus : tidak ada Enopthalmus Kelopak : tidak ada : normal

Lensa
Visus

: normal
: anemis -/: normal

Konjungtiva

Sklera Gerakan mata Tekanan bola mata Nystagmus

: ikterik -/: normal : normal : tidak ada

Lapangan penglihatan: normal

Subkonjungtival bleeding : -/-

Telinga Tuli Lubang : -/: +/+ Selaput pendengaran Penyumbatan : utuh : -/-

Serumen
Cairan

: -/: -/-

Perdarahan

: -/-

Hidung Bentuk Septum Sekret : normal :deviasi septum tidak ada : sekret ada

Mulut Bibir Langit-langit Gigi geligi Faring : normal : normal : carries (-) :tidak hiperemis

Lidah
Tonsil Trismus

: kotor (selaput putih,tepi hiperemis,tremor)


: T1-T1 tenang : (-)

Bau Pernapasan : normal Selaput lendir : normal

Leher Tekanan vena Jugularis (JVP) : 5 0 cmH2O Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar Kelenjar Limfe : tidak teraba membesar

Dada
Bentuk : simetris Pembuluh darah : tidak tampak

Depan

Belakang dan Simetris saat statis dan dinamis

Paru-paru
Inspeksi Kiri Simetris dinamis, sela iga Kanan Simetris dinamis, sela iga saat Tidak statis ada dan Simetris saat statis dan dinamis retraksi saat Tidak statis ada retraksi

Palpasi

Kiri
Kanan

- Tidak ada penonjolan iga


- Fremitus taktil simetris - Tidak ada penonjolan iga - Fremitus taktil simetris Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru - Suara vesikuler

Fremitus taktil simetris


Fremitus taktil simetris Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru - Suara vesikuler

Perkusi

Kiri Kanan

Auskulta

Kiri Kanan

si

- Wheezing (-), Ronki (-)


- Suara vesikuler - Wheezing (-), Ronki (-)

- Wheezing (-), Ronki (-)


- Suara vesikuler - Wheezing (-), Ronki (-)

Inpeksi Palpasi Perkusi

Ictus cordis tidak tampak Ictus cordis teraba pada sela iga V linea midclavicula kiri Batas kanan jantung Linea sternalis kanan

Batas kiri jantung

Linea midclavicula kiri

Batas atas jantung Auskultasi Katup aorta

Sela iga 2 linea parasternal kiri - A2 > A1 reguler murni - Murmur (-), Gallop (-)

Katup pulmonal

- P2 > P1 reguler murni


- Murmur (-), Gallop (-)

Katup mitral

- M1 > M2 reguler murni - Murmur (-), Gallop (-)

Katup trikuspid

- T1 > T2 reguler murni - Murmur (-), Gallop (-)

Pembuluh darah Arteri Temporalis : teraba pulsasi

Arteri Karotis
Arteri Brakhialis Arteri Radialis Arteri Femoralis Arteri Poplitea

: teraba pulsasi
: teraba pulsasi : teraba pulsasi : teraba pulsasi : teraba pulsasi : teraba pulsasi

Arteri Tibialis Posterior: teraba pulsasi Arteri Dorsalis Pedis

Abdomen
Inspeksi - Simetris - Jaringan parut (-) - Vena kolateral (-)

Palpasi

Dinding perut Hati Limpa Ginjal

Datar, supel, nyeri tekan(+) epigastrium Tidak teraba membesar Tidak teraba membesar - Ballotement (-/-) - Nyeri ketok costovertebral (-/-)

Lain-lain Perkusi Auskulta si

Murphy sign (-)

Shifting dullness (-) Traube Space : Kosong Bising usus (+) normal

Anggota Gerak
Lengan Tonus Massa Kanan Normotonus Normal Kiri Normotonus Normal

Sendi
Gerakan Kekuatan Lain- lain:

Normal
Aktif +5 -

Normal
Aktif +5 -

Tungkai dan Kaki Luka Varisces

Kanan Tidak ada Tidak ada

Kiri Tidak ada Tidak ada

Tonus
Massa Sendi Gerakan Kekuatan Oedem

Normotonus
Normal Normal Aktif +5 -

Normotonus
Normal Normal Aktif +5 -

Refleks

Kanan

Kiri

Bisep

Trisep

Patella

Achilles

Refleks Patologis

Diagnosa Klinis
Demam tifoid Dasar diagnosis : -Demam 4 hari,meninggi pada malam hari -Nyeri perut pada epigastrium dan mual

-Sering makan makanan jajanan


-Lidah kotor -Nyeri tekan epigastrium

Diagnosa diferensial
Demam malaria

Demam dengue
Demam influenza Karena demamnya baru berlangsung 4 hari,jadi untuk mendeteksi penyebab demam dengan benar agak sulit. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dan pemantauan perjalanan penyakit bagi menentukan penyebab demam pada pasien ini.

Pemeriksaan yang dianjurkan


1) Hitung Darah Lengkap 2) Tes IgM anti Salmonella 3)Tes widal(tidak dilakukan) 4) Tes hapus darah tepi(tidak dilakukan) 5) Anti-Dengue IgG/IgM(tidak dilakukan) *untuk demam lebih 4 hari 6) NS1 Ag Dengue(tidak dilakukan) *untuk demam kurang 4 hari

Laboratorium & Pemeriksaan penunjang


Tanggal 4/03/2013
Hasil 14.1 43 Satuan g/dL % Pemeriksaan Hemoglobin ( Hb) Hematokrit

Eritrosit
Trombosit Lekosit

4.75
210 000 4800

Juta/uL
/L /L

Pemeriksaan Segmen Limfosit

Hasil 64 % 25 %

Nilai Rujukan 50-70 20-40

Monosit
MCHC MCH MCV MPV

11 %
33 g/dl 30 pg 81 fl 11 fl

2-8
31-36 27-32 77-94 6-12

Gambaran

Eritrosit : normal Trombosit : cukup

Infeksi lain
IgM anti Salmonella SKALA 4

Kesan : Leukositopeni dengan leukosit 4800/ul Suspek typhoid fever dengan IgM anti Salmonella SKALA 4

Ringkasan

Seorang wanita berusia 28 tahun datang dengan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam diawali dengan nyeri kepala,batuk dan pilek. Besoknya pasien berkeringat dingin dan menggigil serta mual. Demam meninggi waktu malam dan menurun pada waktu pagi. Pasien sering makan makanan yang dijual dorongan.

Pemeriksaan Fisik : Tekanan darah 110/60 mmHg ; Nadi 80x /menit, isi cukup, regular, ekual ; Suhu : 36.1oC ; Pernapasan (Frekuensi dan tipe) : 20x / menit ; torakoabdominal ; Lidah kotor ; Nyeri tekan epigastrium Pemeriksaan Penunjang : Lekosit : 4800 /uL (leukositosis), Monosit : 11 %, Ig M anti Salmonella : Skala 4

Diagnosa Kerja
Typhoid Fever Dasar diagnosa :
Demam 4 hari,meninggi pada malam hari Nyeri perut pada epigastrium dan mual Sering makan makanan jajanan Lidah kotor Nyeri tekan epigastrium IgM anti Salmonella Skala 4

Diagnosa Diferensial

Demam ec Demam Berdarah Demam ec Inluenza

Demam ec Malaria

Rencana Pengelolaan
Farmakologis :
Fevrin 500mg 4 x 1 tab Parasetamol-antipiretik Dexanta suspensi 4 x 10cc Al(OH)3 + Mg(OH)2 + Simethicone antasida dan menghilangkan kembung Cyprofloxacin 500mg 2 x 1 tab pc antibiotik Ranitidine 2 x 50mg IV hambat sekresi asam lambung(H2 Ondansetron Inj 3 x 1 ampul Antii emetik Dextrosin 3 x 7.5 cc Dextromethorphan HBr 15 mg, Phenylpropanolamin HCl 12,5 mg, Diphenhydramine HCl 5 mg, Glyceryl Guaiacolate 50 mg Obat batuk antagonis)

Pencegahan
Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan khusus/imunisasi.

Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah). Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi.
Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman/makanan

Ada dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama adalah vaksin yang diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi. Yang kedua adalah vaksin yang dilemahkan (attenuated) yang diberikan secara oral. Pemberian vaksin tifoid secara rutin tidak direkomendasikan, vaksin tifoid hanya direkomendasikan untuk pelancong yang berkunjung ke tempat-tempat yang demam tifoid sering terjadi, orang yang kontak dengan penderita karier tifoid dan pekerja laboratorium

Prognosis

Ad vitam Ad functionam

: dubia ad bonam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

PEMBAHASAN
1) Pendekatan Pada Pasien Dengan Demam

DEMAM

Akut

Kronis

Infeksi Virus Bakteri Parasit Jamur

Non-infeksi Peradangan Autoimun Keganasan Trauma

Fever Unknown Origin

Anamnesa,Pemeriksaan Fisik dan Penunjang sesuai kecurigaan penyebab demam

Asetaminofen/anti inflamasi non-steroid/kortikosteroid

Demam Suhu > 37.5C

Kurang dari 1 minggu

Lebih dari 1 minggu

Dengan localizing signs

Tanpa Localizing signs

Fever of Unknown Origin

Demam adalah terjadinya peningkatan termoregulatori set point dari pusat hipotalamus DAN peningkatan suhu tubuh 1C atau lebih besar di atas nilai rata-rata suhu normal.

Tempat pengukuran

Jenis termometer

Rentang; rerata normal (oC)

suhu Demam (oC)

Aksila

Air raksa, elektronik

34,7 37,3; 36,4

37,4

Sublingual

Air raksa, elektronik

35,5 37,5; 36,6

37,6

Rektal

Air raksa, elektronik

36,6 37,9; 37

38

Telinga

Emisi infra merah

35,7 37,5; 36,6

37,6

Demam dengan localizing signs


Demam biasanya berlangsung singkat, baik karena mereda secara spontan atau karena pengobatan spesifik seperti pemberian antibiotik. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dan dipastikan dengan pemeriksaan sederhana seperti pemeriksaan foto rontgen dada.

Penyebab utama demam karena penyakit localized signs


Kelompok Infeksi atas Pulmonal Gastrointestinal Bronkiolitis, pneumonia Gastroenteritis, hepatitis, appendisitis saluran Penyakit nafas ISPA virus, otitis media, tonsillitis, laryngitis, stomatitis herpetika

Sistem saraf pusat

Meningitis, encephalitis

Eksantem Kolagen Neoplasma Tropis

Campak, cacar air Rheumathoid arthritis, penyakit Kawasaki Leukemia, lymphoma Kala azar, cickle cell anemia

Demam tanpa localizing signs Penyebab tersering adalah infeksi virus, terutama terjadi selama beberapa tahun pertama kehidupan. Infeksi seperti ini harus dipikirkan hanya setelah menyingkirkan infeksi saluran kemih dan bakteremia. Demam tanpa localizing signs umumnya memiliki awitan akut, berlangsung kurang dari 1 minggu.

Penyebab umum demam tanpa localizing signs


Penyebab Infeksi Contoh Bakteremia/sepsis Sebagian besar virus (HH-6) Infeksi saluran kemih Malaria Petunjuk diagnosis Tampak sakit, CRP tinggi, leukositosis Tampak baik, CRP normal, leukosit normal Dipstik urine Di daerah malaria

PUO

(persistent Juvenile idiopathic arthritis

Pre-articular, ruam, splenomegali, antinuclear factor tinggi, CRP tinggi

pyrexia of unknown origin) atau FUO Pasca vaksinasi Vaksinasi triple, campak

Waktu demam terjadi berhubungan dengan waktu vaksinasi

Drug fever

Sebagian besar obat

Riwayat minum obat, diagnosis eksklusi

Persistent Pyrexia of Unknown Origin (PUO)/Fever of Unknown Disease Persistent pyrexia of unknown origin, atau lebih dikenal sebagai fever of unknown origin (FUO) didefinisikan sebagai demam yang berlangsung selama minimal 3 minggu dan tidak ada kepastian diagnosis setelah investigasi 1 minggu di rumah sakit.

FUO Klasik Penderita telah diperiksa di rumah sakit atau klinik selama 3 hari berturutturut tanpa dapat ditetapkan penyebab demam. FUO Nosokomial Penderita yang pada permulaan dirawat tanpa infeksi di rumah sakit dan kemudian menderita demam >38,30 C dan sudah diperiksa secara intensif untuk menentukan penyebab demam tanpa hasil yang jelas.

FUO Neutropenik Penderita yang memiliki hitung jenis neutrofil <500 L dengan demam >38,30 C dan sudah diusahakan pemeriksaan intensif selama 3 hari tanpa hasil yang jelas.

FUO HIV Penderita HIV yang menderita demam >38,30 C selama 4 minggu pada rawat jalan tanpa dapat menentukan penyebabnya atau pada penderita yang dirawat di RS yang mengalami demam selama lebih dari 3 hari dan telah dilakukan pemeriksaan tanpa hasil yang jelas.

Anamnesa Ditanyakan gejala konstitusi demam seperti kelelahan, mialgia, kehilangan nafsu makan, mual,sakit kepala, dll Ditanyakan gejala sesuai keterlibatan organ tertentu:
Tonsillo-faring : sakit tenggorokan, batuk, dan sakit saat menelan Maksilaris / Frontal sinus : rhinitis, hidung tersumbat, sakit kepala. Otak dan meninges : sakit kepala, muntah. Paru-paru dan pleura : batuk, produksi sputum, hemoptisis, sesak napas, dan nyeri dada Myopericardium : nyeri dada, sesak napas, dan palpitasi Hati : muntah, nyeri epigastrium atau hypochondrial kanan, ikterus Kandung empedu dan saluran empedu : sakit perut dan muntah Appendix : nyeri perut kanan bawah, muntah, dan / atau konstipasi atau diare.

Saluran kemih : nyeri saat berkemih dan nyeri pinggang Sendi : sendi nyeri dan pembengkakan. Jaringan lunak : Pembengkakkan, perubahan warna, kemerahan dan sakit pada jaringan lunak Kelenjar getah bening perifer : Pembengkakan ekstremitas

Bila pada anamnesis tidak didapatkan focus organ infeksi Demam berdarah : kulit petechiae dan perdarahan gingiva, nyeri sendi. Malaria : demam dengan menggigil dan penurunan suhu normal spontan setelah demam tinggi, jaundice, penurunan jumlah urin dan kejang. Demam tifoid : adanya perubahan pola defekasi (awalnya diare selanjutnya bisa terjadi konstipasi), nyeri perut. Leptospirosis : myalgia, penurunan produksi urin, jaundice

Awal presentasi TB dan penyebab lain demam berkepanjangan

Selain itu,ditanyakan juga komorbiditas seperti:


Usia lanjut Diabetes Penyakit hati kronis atau penyakit ginjal

Gagal jantung
Terapi imunosupresif Penyakit paru-paru kronis Baru dirawat di rumah sakit

Kesan : Pada pasien ini,karena demamnya baru 5 hari dan masih berlangsung,tidak dapat dikelompokkan kategori demamnya,namun berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik,kemungkinan besar demam ini berasal dari non-localizing signs yang mengarah kepada demam oleh karena typhoid.

2) Derajat Demam Tifoid

The first stage, when infection is symptomatic, may include malaise, dry coughing, headache, myalgia, and a fever of steadily increasing temperature. However, the other symptoms will often precede the fever. While fever is a classic symptom of enteric fever, it will not always occur in symptomatic cases, which can further complicate the diagnosis.

In the second stage of symptomatic infection, the fever typically levels off at a high temperature (between 39 and 40 degrees C) and is maintained over a prolonged period, often until the fourth week of infection. During this stage, hepatomegaly and/or splenomegaly appear with or without associated abdominal pain. Diarrhea and/or constipation are common gastroenteritis signs in the second stage, though diarrhea is more common in children and constipation is more common in adults. Delirium is also a frequent characteristic of enteric fever that usually manifests around the second week of infection in about 20% of symptomatic cases. In about 30% of cases, a mild rash consisting of flat rose spots appears on the chest and abdomen. Elevated liver enzymes, leukopenia, thrombocytopenia, and anemia are common laboratory findings by this stage.

The third stage, if it occurs, typically coincides with the 3rd week of infection. This is the time when more serious complications can present.
A more intensive delirium is a common complication with individuals demonstrating increasing agitation and advanced stupor. Intestinal bleeding is common (up to 20% of cases), and intestinal perforation, while not as common (up to 3% of cases), is associated with high case-fatality because of the septicemia that follows. Encephalitis, meningitis, osteitis, endocarditis, and pericarditis are all potential complications of enteric fever, reflecting the wide dissemination and broad tropism exhibited by Salmonella Typhi

The fourth stage is characterized by recovery. The fever and delirium begin to recede during this stage at week four (or even toward the end of the third week) in a slow progressive convalescence, which can last up to 2 or more months.

Kesan : Pada pasien ini,gejala gejala masih ringan. Pasien belum diare atau konstipasi,demamnya belum begitu tinggi,tidak terdapat hepatomegali,kesadaran juga masih bagus.Jadi,pasien ini masih dalam first stage.

3) Komplikasi Demam Typhoid

Komplikasi intestinal

a.
b. c.

Perdarahan usus
Perforasi usus Ileus paralitik

Komplikasi ekstra-intestinal a. Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.

b.

Komplikasi Darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan/atau disseminated intravascular coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik

c. d. e. f. g.

Komplikasi paru: pneumonia, empiema dan pleuritis Komplikasi hepar dan kandung empedu: hepatitis dan kolesistitis Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrom GuillainBarre, psikosis dan sindrom katatonia

Kesan : Pada pasien ini,belum terjadi komplikasi maupun ekstra intestinal ataupun intra intestinal.

4) Penanganan Demam Typhoid

Terapi pada demam tifoid adalah untuk menncapai keadaan bebas demam dan gejala, mencegah komplikasi, dan menghindari kematian.
Yang juga tidak kalah penting adalah eradikasi total bakeri untuk mencegah kekambuhan dan keadaan carrier. Untuk typhoid,antibiotik golongan fluoroquinolone merupakan terapi yang efektif dengan angka kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu penurunan demam 4hari, dan angka kekambuhan dan fecal carrier kurang dari 2%.1 .Namun hati2 pada anak-anak karena bisa menghambat pertumbuhan dan merusakkan sendi.

Selain pemberian antibiotik, penderita perlu istirahat total serta terapi suportif. Yang diberikan antara lain cairan untuk mengkoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan antipiretik Nutrisi yang adekuat melalui total parenteral nutrition(TPN) dilanjutkan dengan diet makanan yang lembut dan mudah dicerna secepat keadaan mengizinkan. Kesan : Pada pasien ini,diberikan antibiotik jenis fluoroquinolone iaitu ciprofloxacin. Selain itu,untuk antipiretiknya diberikan fevrin iaitu parasetamol.Untuk mengurangkan gejala intestinalnya diberikan dexanta,ondansetron dan ranitidine. Untuk batuknya diberikan dextrosin

Anda mungkin juga menyukai