Case1 JD
Case1 JD
Demam Typhoid
Identitas
Nama : Ny S Jenis Kelamin : Perempuan
07 Januari 1985
Status Perkawinan : Sudah Menikah Pekerjaan : Guru Alamat : Jalan Seropati no 58 LK 1 Harapan Jaya Sukarame Bandar Lampung Pendidikan : S1 Tanggal Masuk Rumah Sakit : November 2013 Agama : Islam
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Sabtu, tanggal 6 Maret 2013, pukul 0800 WIB.
Keluhan Utama:
Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang : 4 hari sebelum masuk rumah sakit,pasien mulai merasa demam.Demamnya disertai keringat dingin dan menggigil. Demam dirasakan meninggi terutama pada waktu malam,dan menurun pada waktu pagi. 1 hari sebelumnya,pasien merasa nyeri kepala,batuk dan pilek setelah pulang dari kerja. Batuknya tidak berdahak dan tidak berdarah. Pasien konsumsi obat warong untuk menghilangkan nyeri kepalanya namun tiada perbaikan. 3 hari sebelum masuk rumah sakit,pasien berobat jalan di bidan untuk demamnya namun tiada perbaikan.Karena belum sembuh,pasien kemudian ke rumah sakit Imanuel.
Pada hari pasien masuk rumah sakit,pasien mulai merasa adanya mual dan nyeri pada perut.Tidak ada muntah,nyeri waktu menelan dan kesulitan untuk menelan. Buang air kecil lancar. Frekuensi rata-rata 3 kali sehari. Tidak ada darah dan nyeri saat buang air kecil. Buang air besar juga lancar. Rata-rata 1 kali sehari dengan konsistensi lunak,tidak ada darah,tidak berlendir. Pasien tidak ada riwayat pernah ke kawasan endemis malaria. Tidak ada riwayat gusi berdarah atau mimisan. Tidak ada riwayat sakit maag. Pasien tidak pernah mengambil narkoba dan bertukar-tukar pasangan seksual. Pasien sering makan makanan yang dijual dorongan.
( - ) Cacar
( - ) Cacar air ( - ) Penyakit Ginjal ( - ) Difteri ( - ) Penyakit Prostat
( - ) Malaria
( - ) Disentri ( - ) Hepatitis
( - ) Alergi
( - ) Tonsilitis ( - ) Tumor
( - ) Khorea
( - ) Hipertensi
( - ) Penyakit Pembuluh
( - ) Demam Rematik Akut ( - ) Ulkus Ventrikuli ( - ) Pneumonia ( - ) Psikosis ( - )Perdarahan Otak ( - ) Ulkus Duodenum
( - ) Pleuritis ( - ) Tuberkulosis
( - ) Neurosis
Lain-lain:
( - ) Operasi
(+)
( - ) Kecelakaan
Saudara
26 20 8
Anak
Penyakit Alergi Asma Tuberkulosis Arthritis Rematisme Hipertensi Jantung Ginjal Lambung
Ya -
Tidak
Hubungan Anak
Anamnesa sistem
BERAT BADAN Berat badan rata-rata (Kg) : 45 kg Berat tertinggi (Kg) : 47 kg Berat badan sekarang (Kg) : 45 kg
Variasi / Hari
Nafsu makan
: variasi
: baik
Berat badan
Tekanan darah Nadi Suhu
: 45 kg
: 110/60 mmHg : 80x / menit, isi cukup,regular, ekual : 36.1 oC : 20x / menit ;
Cara berjalan
: normal
Mobilitas (Aktif / Pasif) : aktif Umur menurut taksiran pemeriksa : sesuai dengan usia sebenarnya
Alam perasaan
Proses pikir
: biasa
: wajar
Kulit
Pertumbuhan rambut
Pembuluh darah Suhu raba Lembab / kering
: merata
: teraba pulsasi : hangat : lembap
: Umum (+) Setempat(-) : normal : tidak ada : merata : tidak ada : Rose Spots (-) Ptekiae (-)
Kelenjar Getah Bening Submandibula : tidak teraba membesar Leher Ketiak Lipat paha : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar Supraklavikula : tidak teraba membesar
Rambut
Lensa
Visus
: normal
: anemis -/: normal
Konjungtiva
Telinga Tuli Lubang : -/: +/+ Selaput pendengaran Penyumbatan : utuh : -/-
Serumen
Cairan
: -/: -/-
Perdarahan
: -/-
Hidung Bentuk Septum Sekret : normal :deviasi septum tidak ada : sekret ada
Mulut Bibir Langit-langit Gigi geligi Faring : normal : normal : carries (-) :tidak hiperemis
Lidah
Tonsil Trismus
Leher Tekanan vena Jugularis (JVP) : 5 0 cmH2O Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar Kelenjar Limfe : tidak teraba membesar
Dada
Bentuk : simetris Pembuluh darah : tidak tampak
Depan
Paru-paru
Inspeksi Kiri Simetris dinamis, sela iga Kanan Simetris dinamis, sela iga saat Tidak statis ada dan Simetris saat statis dan dinamis retraksi saat Tidak statis ada retraksi
Palpasi
Kiri
Kanan
Perkusi
Kiri Kanan
Auskulta
Kiri Kanan
si
Ictus cordis tidak tampak Ictus cordis teraba pada sela iga V linea midclavicula kiri Batas kanan jantung Linea sternalis kanan
Sela iga 2 linea parasternal kiri - A2 > A1 reguler murni - Murmur (-), Gallop (-)
Katup pulmonal
Katup mitral
Katup trikuspid
Arteri Karotis
Arteri Brakhialis Arteri Radialis Arteri Femoralis Arteri Poplitea
: teraba pulsasi
: teraba pulsasi : teraba pulsasi : teraba pulsasi : teraba pulsasi : teraba pulsasi
Abdomen
Inspeksi - Simetris - Jaringan parut (-) - Vena kolateral (-)
Palpasi
Datar, supel, nyeri tekan(+) epigastrium Tidak teraba membesar Tidak teraba membesar - Ballotement (-/-) - Nyeri ketok costovertebral (-/-)
Shifting dullness (-) Traube Space : Kosong Bising usus (+) normal
Anggota Gerak
Lengan Tonus Massa Kanan Normotonus Normal Kiri Normotonus Normal
Sendi
Gerakan Kekuatan Lain- lain:
Normal
Aktif +5 -
Normal
Aktif +5 -
Tonus
Massa Sendi Gerakan Kekuatan Oedem
Normotonus
Normal Normal Aktif +5 -
Normotonus
Normal Normal Aktif +5 -
Refleks
Kanan
Kiri
Bisep
Trisep
Patella
Achilles
Refleks Patologis
Diagnosa Klinis
Demam tifoid Dasar diagnosis : -Demam 4 hari,meninggi pada malam hari -Nyeri perut pada epigastrium dan mual
Diagnosa diferensial
Demam malaria
Demam dengue
Demam influenza Karena demamnya baru berlangsung 4 hari,jadi untuk mendeteksi penyebab demam dengan benar agak sulit. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dan pemantauan perjalanan penyakit bagi menentukan penyebab demam pada pasien ini.
Eritrosit
Trombosit Lekosit
4.75
210 000 4800
Juta/uL
/L /L
Hasil 64 % 25 %
Monosit
MCHC MCH MCV MPV
11 %
33 g/dl 30 pg 81 fl 11 fl
2-8
31-36 27-32 77-94 6-12
Gambaran
Infeksi lain
IgM anti Salmonella SKALA 4
Kesan : Leukositopeni dengan leukosit 4800/ul Suspek typhoid fever dengan IgM anti Salmonella SKALA 4
Ringkasan
Seorang wanita berusia 28 tahun datang dengan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam diawali dengan nyeri kepala,batuk dan pilek. Besoknya pasien berkeringat dingin dan menggigil serta mual. Demam meninggi waktu malam dan menurun pada waktu pagi. Pasien sering makan makanan yang dijual dorongan.
Pemeriksaan Fisik : Tekanan darah 110/60 mmHg ; Nadi 80x /menit, isi cukup, regular, ekual ; Suhu : 36.1oC ; Pernapasan (Frekuensi dan tipe) : 20x / menit ; torakoabdominal ; Lidah kotor ; Nyeri tekan epigastrium Pemeriksaan Penunjang : Lekosit : 4800 /uL (leukositosis), Monosit : 11 %, Ig M anti Salmonella : Skala 4
Diagnosa Kerja
Typhoid Fever Dasar diagnosa :
Demam 4 hari,meninggi pada malam hari Nyeri perut pada epigastrium dan mual Sering makan makanan jajanan Lidah kotor Nyeri tekan epigastrium IgM anti Salmonella Skala 4
Diagnosa Diferensial
Demam ec Malaria
Rencana Pengelolaan
Farmakologis :
Fevrin 500mg 4 x 1 tab Parasetamol-antipiretik Dexanta suspensi 4 x 10cc Al(OH)3 + Mg(OH)2 + Simethicone antasida dan menghilangkan kembung Cyprofloxacin 500mg 2 x 1 tab pc antibiotik Ranitidine 2 x 50mg IV hambat sekresi asam lambung(H2 Ondansetron Inj 3 x 1 ampul Antii emetik Dextrosin 3 x 7.5 cc Dextromethorphan HBr 15 mg, Phenylpropanolamin HCl 12,5 mg, Diphenhydramine HCl 5 mg, Glyceryl Guaiacolate 50 mg Obat batuk antagonis)
Pencegahan
Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan khusus/imunisasi.
Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah). Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi.
Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman/makanan
Ada dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama adalah vaksin yang diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi. Yang kedua adalah vaksin yang dilemahkan (attenuated) yang diberikan secara oral. Pemberian vaksin tifoid secara rutin tidak direkomendasikan, vaksin tifoid hanya direkomendasikan untuk pelancong yang berkunjung ke tempat-tempat yang demam tifoid sering terjadi, orang yang kontak dengan penderita karier tifoid dan pekerja laboratorium
Prognosis
Ad vitam Ad functionam
PEMBAHASAN
1) Pendekatan Pada Pasien Dengan Demam
DEMAM
Akut
Kronis
Demam adalah terjadinya peningkatan termoregulatori set point dari pusat hipotalamus DAN peningkatan suhu tubuh 1C atau lebih besar di atas nilai rata-rata suhu normal.
Tempat pengukuran
Jenis termometer
Aksila
37,4
Sublingual
37,6
Rektal
36,6 37,9; 37
38
Telinga
37,6
Meningitis, encephalitis
Campak, cacar air Rheumathoid arthritis, penyakit Kawasaki Leukemia, lymphoma Kala azar, cickle cell anemia
Demam tanpa localizing signs Penyebab tersering adalah infeksi virus, terutama terjadi selama beberapa tahun pertama kehidupan. Infeksi seperti ini harus dipikirkan hanya setelah menyingkirkan infeksi saluran kemih dan bakteremia. Demam tanpa localizing signs umumnya memiliki awitan akut, berlangsung kurang dari 1 minggu.
PUO
pyrexia of unknown origin) atau FUO Pasca vaksinasi Vaksinasi triple, campak
Drug fever
Persistent Pyrexia of Unknown Origin (PUO)/Fever of Unknown Disease Persistent pyrexia of unknown origin, atau lebih dikenal sebagai fever of unknown origin (FUO) didefinisikan sebagai demam yang berlangsung selama minimal 3 minggu dan tidak ada kepastian diagnosis setelah investigasi 1 minggu di rumah sakit.
FUO Klasik Penderita telah diperiksa di rumah sakit atau klinik selama 3 hari berturutturut tanpa dapat ditetapkan penyebab demam. FUO Nosokomial Penderita yang pada permulaan dirawat tanpa infeksi di rumah sakit dan kemudian menderita demam >38,30 C dan sudah diperiksa secara intensif untuk menentukan penyebab demam tanpa hasil yang jelas.
FUO Neutropenik Penderita yang memiliki hitung jenis neutrofil <500 L dengan demam >38,30 C dan sudah diusahakan pemeriksaan intensif selama 3 hari tanpa hasil yang jelas.
FUO HIV Penderita HIV yang menderita demam >38,30 C selama 4 minggu pada rawat jalan tanpa dapat menentukan penyebabnya atau pada penderita yang dirawat di RS yang mengalami demam selama lebih dari 3 hari dan telah dilakukan pemeriksaan tanpa hasil yang jelas.
Anamnesa Ditanyakan gejala konstitusi demam seperti kelelahan, mialgia, kehilangan nafsu makan, mual,sakit kepala, dll Ditanyakan gejala sesuai keterlibatan organ tertentu:
Tonsillo-faring : sakit tenggorokan, batuk, dan sakit saat menelan Maksilaris / Frontal sinus : rhinitis, hidung tersumbat, sakit kepala. Otak dan meninges : sakit kepala, muntah. Paru-paru dan pleura : batuk, produksi sputum, hemoptisis, sesak napas, dan nyeri dada Myopericardium : nyeri dada, sesak napas, dan palpitasi Hati : muntah, nyeri epigastrium atau hypochondrial kanan, ikterus Kandung empedu dan saluran empedu : sakit perut dan muntah Appendix : nyeri perut kanan bawah, muntah, dan / atau konstipasi atau diare.
Saluran kemih : nyeri saat berkemih dan nyeri pinggang Sendi : sendi nyeri dan pembengkakan. Jaringan lunak : Pembengkakkan, perubahan warna, kemerahan dan sakit pada jaringan lunak Kelenjar getah bening perifer : Pembengkakan ekstremitas
Bila pada anamnesis tidak didapatkan focus organ infeksi Demam berdarah : kulit petechiae dan perdarahan gingiva, nyeri sendi. Malaria : demam dengan menggigil dan penurunan suhu normal spontan setelah demam tinggi, jaundice, penurunan jumlah urin dan kejang. Demam tifoid : adanya perubahan pola defekasi (awalnya diare selanjutnya bisa terjadi konstipasi), nyeri perut. Leptospirosis : myalgia, penurunan produksi urin, jaundice
Gagal jantung
Terapi imunosupresif Penyakit paru-paru kronis Baru dirawat di rumah sakit
Kesan : Pada pasien ini,karena demamnya baru 5 hari dan masih berlangsung,tidak dapat dikelompokkan kategori demamnya,namun berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik,kemungkinan besar demam ini berasal dari non-localizing signs yang mengarah kepada demam oleh karena typhoid.
The first stage, when infection is symptomatic, may include malaise, dry coughing, headache, myalgia, and a fever of steadily increasing temperature. However, the other symptoms will often precede the fever. While fever is a classic symptom of enteric fever, it will not always occur in symptomatic cases, which can further complicate the diagnosis.
In the second stage of symptomatic infection, the fever typically levels off at a high temperature (between 39 and 40 degrees C) and is maintained over a prolonged period, often until the fourth week of infection. During this stage, hepatomegaly and/or splenomegaly appear with or without associated abdominal pain. Diarrhea and/or constipation are common gastroenteritis signs in the second stage, though diarrhea is more common in children and constipation is more common in adults. Delirium is also a frequent characteristic of enteric fever that usually manifests around the second week of infection in about 20% of symptomatic cases. In about 30% of cases, a mild rash consisting of flat rose spots appears on the chest and abdomen. Elevated liver enzymes, leukopenia, thrombocytopenia, and anemia are common laboratory findings by this stage.
The third stage, if it occurs, typically coincides with the 3rd week of infection. This is the time when more serious complications can present.
A more intensive delirium is a common complication with individuals demonstrating increasing agitation and advanced stupor. Intestinal bleeding is common (up to 20% of cases), and intestinal perforation, while not as common (up to 3% of cases), is associated with high case-fatality because of the septicemia that follows. Encephalitis, meningitis, osteitis, endocarditis, and pericarditis are all potential complications of enteric fever, reflecting the wide dissemination and broad tropism exhibited by Salmonella Typhi
The fourth stage is characterized by recovery. The fever and delirium begin to recede during this stage at week four (or even toward the end of the third week) in a slow progressive convalescence, which can last up to 2 or more months.
Kesan : Pada pasien ini,gejala gejala masih ringan. Pasien belum diare atau konstipasi,demamnya belum begitu tinggi,tidak terdapat hepatomegali,kesadaran juga masih bagus.Jadi,pasien ini masih dalam first stage.
Komplikasi intestinal
a.
b. c.
Perdarahan usus
Perforasi usus Ileus paralitik
Komplikasi ekstra-intestinal a. Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
b.
Komplikasi Darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan/atau disseminated intravascular coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik
c. d. e. f. g.
Komplikasi paru: pneumonia, empiema dan pleuritis Komplikasi hepar dan kandung empedu: hepatitis dan kolesistitis Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrom GuillainBarre, psikosis dan sindrom katatonia
Kesan : Pada pasien ini,belum terjadi komplikasi maupun ekstra intestinal ataupun intra intestinal.
Terapi pada demam tifoid adalah untuk menncapai keadaan bebas demam dan gejala, mencegah komplikasi, dan menghindari kematian.
Yang juga tidak kalah penting adalah eradikasi total bakeri untuk mencegah kekambuhan dan keadaan carrier. Untuk typhoid,antibiotik golongan fluoroquinolone merupakan terapi yang efektif dengan angka kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu penurunan demam 4hari, dan angka kekambuhan dan fecal carrier kurang dari 2%.1 .Namun hati2 pada anak-anak karena bisa menghambat pertumbuhan dan merusakkan sendi.
Selain pemberian antibiotik, penderita perlu istirahat total serta terapi suportif. Yang diberikan antara lain cairan untuk mengkoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan antipiretik Nutrisi yang adekuat melalui total parenteral nutrition(TPN) dilanjutkan dengan diet makanan yang lembut dan mudah dicerna secepat keadaan mengizinkan. Kesan : Pada pasien ini,diberikan antibiotik jenis fluoroquinolone iaitu ciprofloxacin. Selain itu,untuk antipiretiknya diberikan fevrin iaitu parasetamol.Untuk mengurangkan gejala intestinalnya diberikan dexanta,ondansetron dan ranitidine. Untuk batuknya diberikan dextrosin