Anda di halaman 1dari 3

Gejala Penyakit Disentri

Penyakit Disentri : Penyebab Disentri, Jenis-jenis disentri dan Gejala disentri Kata Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus). Jadi pengertian penyakit disentri adalah penyakit pencernaan berupa infeksi usus atau radang usus yang disebabkan oleh bakteri, yang menyebabkan diare yang cukup parah. Perjalanan penyakit setiap penderita lebih bervariasi antara individu, dimana beberapa orang yang menderita penyakit disentri memiliki gejala ringan, sedangkan yang lain mungkin mengalami diare berat dengan atau tanpa muntah yang dapat menimbulkan risiko dehidrasi. Untungnya disentri dapat dengan mudah diobati dengan antibiotik dan obat antiparasit.penyakit disentri jika tidak diobati dapat menyebabkan dehidrasi yang parah. Penyebab Disentri Penyebab disentri yang paling umum dan sering dijumpai di masyarakat adalah tidak mencuci tangan, setelah menggunakan toilet umum atau tidak mencuci tangan sebelum makan. Cukup simple memang untuk penyebab disentri sebagai kasus klasik, tapi itulah kenyataan yang sering terjadi. Secara garis besar penyebab penyakit disentri sangat erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan sekitar kita dan kebiasaan hidup bersih. Jenis-jenis Disentri Jenis penyakit disentri ini, dilihat dari bakteri yang menyerang tubuh manusia antara lain : - disentri amoeba (amoebiasis), penyebabnya adalah bakteri entamoeba histolytica, mengakibatkan diare yang cukup parah. Karena rusaknya dinding usus besar, sehingga mengakibatkan ulserasi (luka pada lapisan mukosa yang membentuk lubang ). Amuba bisa eksis untuk jangka waktu yang lama di usus besar (kolon). Biasanya menyerang kepada anak-anak dibawah 5 tahun atau balita. - disentri basiler, penyebabnya adalah bakteri shigella, escherichia coli enteroinvasif (EIEC), Salmonella, campylobacter jejuni ( terutama pada bayi ). Untuk bakteri shigella perlu diwaspadai karena 60% kasusnya termasuk berat dan dapat dirujuk ke rumah sakit serta mengancam jiwa. Gejala Disentri Gejala yang timbul pada penyakit disentri, antara lain : - rentan waktu gejala disentri dapat bertahan antara 5-7 hari atau bahkan lebih lama - penderita mengalami kram pada perut (kolik) - penderita mengalami nyeri pada saat BAB/buang air besar (tenesmus) - BAB yang disertai dengan lendir (mucus) - BAB dengan tinja yang berdarah - panas tinggi (39,5-40 derajat Celcius) - muntah-muntah - anoreksia - terkadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

Penyakit disentri Orang sering memberi nama sakit di sekitar perut dan pencernaan sebagai sakit perut saja. Tetapi sakit perut itu beragam jenisnya tergantung penyebabnya. Salah satu penyebab sakit perut adalah kuman seperti pada penyakit disentri. Disentri adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran pencernaan, khususnya di usus besar. Gejala penyakit ini antara lain mencret dan perut mulas. Kotorannya pun berlendir dan berdarah. Tak jarang pula penderita merasakan sakit di anusnya. Bagi orang di sekitar penderita disentri perlu diperhatikan bahwa penyakit ini sangat cepat menular.

Gejala dan penyebab


Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus) yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dan tinja lendir bercampur darah. Gejala-gejala disentri antara lain : Buang air besar dengan tinja berdarah Diare encer dengan volume sedikit Buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus) - Nyeri saat buang air besar (tenesmus) Ciri-ciri saat jika terkena disentri adalah sebagai berikut : Panas tinggi (39,50C 400C), appear toxic Muntah-muntah Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB Kadang disertai gejala serupa ensefalitis dan sepsis Diare disertai darah dan lendir dalam tinja Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit - Sakit berut hebat (kolik) WHO menyebutkan bahwa sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare pada anak di bawah usia 5 tahun adalah disentri. Adapun hasil survei evaluasi di Indonesia pada tahun 1989-1990 juga menunjukkan angka kejadian yang sama. Disentri menjadi penyebab panting pada kesehatan dan kematian yang dikaitkan dengan diare. Karena dampak disentri cukup berat, pada diare yang secara klinis dicurigai sebagai disentri basiler dapat diberikan antibiotik secara empiris untuk kuman Shigella, meskipun belum ada bukit baikkan bakteri pada tinja. Meskipun demikian, menurut Dr. Hegar, hal ini harus diikuti oleh pemantauan klinis, pengobatan yang diberikan harus memberikan respons pada hari ketiga. Jika dalam kurun waktu tersebut tidak terlihat respons, harus dilakukan evaluasi apakah disentri tersebut bukan disentri basiler tetapi disentri amuba atau kuman tersebut sudah resisten terhadap antibiotik yang diberikan, sehingga perlu diganti. Pengobatan disentri harus segera kalau tidak dapat membahayakan jiwa anak atau kemungkinan komplikasi bisa terjadi. Disentri cukup berat dilaporkan pada bayi yang tidak mendapat ASI dan pada anak dengan gizi kurang. Secara lebih khusus penyebab disentri adalah kuman tertentu dari kelompok Shigella atau sejenis amuba, Entamoeba Histolytica. Kadang-kadang disentri juga disebabkan infeksi parasit babi yaitu Balantidium Coli dan cacing daun (Schistosoma Japonicum) yang banyak terdapat di Sulawesi Tengah. Organisme ini disebarkan dari satu orang ke orang lainnya melalui makanan dan air yang sudah dikotori atau yang disebarkan oleh lalat. Kuman disentri ini hidup dalam usus besar manusia dan menyebabkan luka pada dinding usus. Inilah yang menyebabkan kotoran penderita seringkali tercapur nanah dan darah. Disentri Basiler biasanya dialami anak-anak yang lebih muda. Kuman penyakit ini masuk langsung ke dalam alat-alat pencernaan dan menyebabkan pembengkakan dan pemborokan dangkal. Peradangan yang hebat mungkin meliputi seluruh usus besar dan juga usus halus baigan bawah. Penyakit ini biasanya menyerang dengan tiba-tiba sekitar dua hari setelh terkena kuman terutama pada anak-anak. Setelah itu demam, anak cengeng, dan mudah mengantuk. Nafsu makannya hilang, mual, muntah, mencret, nyeri perut disentri kembung. Dua-tiga hari kemudian tinjanya mengandung darah, nanah dan lendir. Penderita mungkin mengeluarkan tinja encer 20 sampai 30 kali sehari sehingga ia bisa kekurangan cairan. Pada tahap parahnya infeksi terjadi hebat dan bisa menyebabkan kematian.

Untuk mengobatinya biasanya dilakukan dengan mengganti cairan yang keluar seperti oralit. Selain itu pemberian antioksidan sangat penting untuk membunuh kuman. Meski begitu upaya pencegahan adalah dengan menjaga kebersihan, membasmi lalat di rumah, serta jaga makanan dan minuman dari kotoran.

Anda mungkin juga menyukai