NAMA KELOMPOK: DELLA SILVIANA (RRA1C110004) REJEKI LESTARI BOTU SITUMORANG (RRA1C110009) LILI SUSANTI (RRA1C110015) PRANANTA GIA TARIGAN (RRA1C110026) WALDI AFRIANTO (RRA1C109027)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2013
IKATAN KIMIA Jenis-jenis Ikatan Kimia Ikatan Kimia dan Jenis-jenis Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah suatu ikatan yang terjadi pada suatu unsur karena adanya gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Ikatan kimia terbentuk dari molekulmolekul dalam suatu unsur baik yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Sifat-sifat zat sebagian besar ditentukan oleh ikatan kimia antara atom-atom pembentukya. Ikatan kimia banyak sekali jenisnya. Jenis-jenis Ikatan kimia antara lain; Jenis-jenis Ikatan Kimia Jenis ikatan kimia beraneka ragam, namun setidaknya ada 8 jenis ikatan kimia yang layak untuk di ketahui. Jenis-jenis ikatan kimia tersebut antara lain: 1. Ikatan ion / ikatan elektrovalen / ikatan heteropolar 2. Ikatan kovalen / ikatan atom / ikatan homopolar 3. Ikatan kovalen koordinasi / ikatan semipolar 4. Ikatan logam 5. Ikatan Hidrogen 6. Ikatan (Gaya) Van Der Waals 7. Ikatan aromatik 8. Ikatan pisang Ikatan kimia pada prinsipnya berasal dari interaksi antar elektron-elektron yang ada pada orbit luar, atau orbit yang terisi sebagian atau orbit bebas dalam atom lainya. Ikatan kimia yang terjadi dalam suatu unsur atau senyawa berpengaruh pada sifat-sifat zat. Ikatan kimia dapat di lihat jelas pada proses perubahan kimia atau reaksi kimia. Reaksi kimia terjadi karena adanya proses penggabungan atau pemisahan atom-atom dengan cara tertentu dimana ataom yang satu dengan yang lain saling melepaskan diri dan membentuk ikatan kimia baru sehingga terbentuk zat yang berbeda dengan zat asal.
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam gaya interaksi tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Secara umum, ikatan kimia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu: A. Ikatan antar atom: 1. Ikatan ion = heteropolar Ikatan ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang mempersatukan ion-ion dalam suatu senyawa ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia ini terdiri dari ka2tion dan juga anion. Kation terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki energi ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari logam-logam alkali dan alkali tanah. Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen dan oksigen. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi oleh besarnya beda keelektronegatifan dari atom-atom pembentuk senyawa tersebut. Semakin besar beda keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan ionik tergolong ikatan kuat, dalam hal ini memiliki energi ikatan yang kuat sebagai akibat dari perbedaan keelektronegatifan ion penyusunnya. Pembentukan ikatan ionik dilakukan dengan cara transfer elektron. Dalam hal ini, kation terionisasi dan melepaskan sejumlah elektron hingga mencapai jumlah oktet yang disyaratkan dalam aturan Lewis. Selanjutnya elektron yang dilepaskan ini akan diterima oleh anion hingga mencapai jumlah oktet. Proses transfer elektron ini akan menghasilkan suatu ikatan ionik yang mempersatukan ion anion dan kation. Sifat-Sifat ikatan ionik adalah: a. Bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar b. Memiliki titik leleh yang tinggi c. Baik larutan maupun lelehannya bersifat elektrolit 2. Ikatan kovalen = homopolar
Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian elektron bersama oleh atom-atom pembentuk ikatan. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari unsurunsur non logam. Dalam ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan tertarik ke dalam nukleus kedua atom. Tarik menarik elektron inilah yang menyebabkan kedua atom terikat bersama. Ikatan kovalen terjadi ketika masing-masing atom dalam ikatan tidak mampu memenuhi aturan oktet, dengan pemakaian elektron bersama dalam ikatan kovalen, masing-masing atom memenuhi jumlah oktetnya. Hal ini mendapat pengecualian untuk atom H yang menyesuaikan diri dengan konfigurasi atom dari He (2 valensi) untuk mencapai tingkat kestabilannya. Selain itu, elektron-elektron yang tidak terlibat dalam ikatan kovalen disebut elektron bebas. Elektron bebas ini berpengaruh dalam menentukan bentuk dan geometri molekul. Ada beberapa jenis ikatan kovalen yang semuanya bergantung pada jumlah pasangan elektron yang terlibat dalam ikatan kovalen. Ikatan tunggal merupakan ikatan kovalen yang terbentuk 1 pasangan elektron. Ikatan rangkap 2 merupakan ikatan kovalen yang terbentuk dari dua pasangan elektron, beitu juga dengan ikatan rangkap 3 yang terdiri dari 3 pasangan elektron. Ikatan rangkap memiliki panjang ikatan yang lebih pendek daripada ikatan tunggal. Selain itu terdapat juga bermacam-macam jenis ikatan kovalen lain seperti ikatan sigma, pi, delta, dan lain-lain. Senyawa kovalen dapat dibagi mejadi senyawa kovalen polar dan non polar. Pada senyawa kovalen polar, atom-atom pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap elektron pasangan persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda keelektronegatifan antara atom-atom penyusunnya. Akibatnya terjadi pemisahan kutub positif dan negatif. Sementara itu pada senyawa kovalen non-polar titik muatan negatif elekton persekutuan berhimpit karena beda keelektronegatifan yang kecil atau tidak ada.
Gambar Ikatan Kovalen pada metana 3. Ikatan kovalen koordinasi = semipolar Ikatan kovalen koordinat merupakan ikatan kimia yang terjadi apabila pasangan elektron bersama yang dipakai oleh kedua atom disumbangkan oleh sala satu atom saja. Sementara itu atom yang lain hanya berfungsi sebagai penerima elektron berpasangan saja. Syarat-syarat terbentuknya ikatan kovalen koordinat: 1. Salah satu atom memiliki pasangan elektron bebas 2. Atom yang lainnya memiliki orbital kosong Susunan ikatan kovalen koordinat sepintas mirip dengan ikatan ion, namun kedua ikatan ini berbeda oleh karena beda keelektronegatifan yang kecil pada ikatan kovalen koordinat sehingga menghasilkan ikatan yang cenderung mirip kovalen. 4. Ikatan Logam Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam, pada ikatan logam ini elektron tidak hanya menjadi miliki satu atau dua atom saja, melainkan menjadi milik dari semua atom yang ada dalam ikatan logam tersebut. Elektron-elektron dapat terdelokalisasi sehingga dapat bergerak bebas dalam awan elektron yang mengelilingi atom-atom logam. Akibat dari elektron yang dapat bergerak bebas ini adalah sifat logam yang dapat menghantarkan listrik dengan mudah. Ikatan logam ini hanya ditemui pada ikatan yang seluruhnya terdiri dari atom unsur-unsur logam semata. B. Ikatan antar molekul 1. Ikatan hidrogen Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang paling kuat dibandingkan dengan ikatan antar molekul lain, namun ikatan ini masih lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan ion.
Ikatan hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O, dan F yang memiliki pasangan elektron bebas. Hidrogen dari molekul lain akan bereaksi dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besar ikatan bervariasi. Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh beda keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya. Semakin besar perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen yang dibentuknya. Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari senyawa tersebut. Semakin besar perbedaan keelektronegatifannya maka akan semakin besar titik didih dari senyawa tersebut. Namun, terdapat pengecualian untuk H2O yang memiliki dua ikatan hidrogen tiap molekulnya. Akibatnya, titik didihnya paling besar dibanding senyawa dengan ikatan hidrogen lain, bahkan lebih tinggi dari HF yang memiliki beda keelektronegatifan terbesar. 2. Ikatan van der walls Gaya Van Der Walls dahulu dipakai untuk menunjukan semua jenis gaya tarik menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol seketika. Ikatan ini merupakan jenis ikatan antar molekul yang terlemah, namun sering dijumpai diantara semua zat kimia terutama gas. Pada saat tertentu, molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol seketika ketika salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Dalam keadaa dipol ini, molekul dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipol. Gaya tarik menarik yang muncul sesaat ini merupakan gaya Van der Walls. SUSUNAN ELEKTRON STABIL Unsur-unsur gas mulia merupakan unsur-unsur yang sukar bereaksi dengan unsur lain. Sifat ini dapat dimiliki oleh unsur-unsur gas mulia karena konfigurasinya yang stabil. Konfigurasi elektron gas mulia dapat anda lihat dalam tabel. Nomor atom 2 10 18 36 Kulit elektron Elektron valensi K 2e 2e 2e 2e 8e 8e 8e 8e 18e 8e L M N O 2e 8e 8e 8e
Unsur He Ne Ar Kr
Xe
54
2e
8e
18e 18e
8e
8e
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa susunan elektron yang stabil mempunyai 8 elektron pada kulit terluar (oktet) sebagaimana yang dimiliki oleh atom-atom unsur gas mulia kecuali helium (dua elektron atau duplet). Menurut Kossel dan Lewis (1916) keadaan seperti ini merupakan keadaan paling stabil yang dimiliki atom-atom unsur gas mulia (oktet). Sehingga atom dari unsur-unsur yang lain berusaha memiliki konfigurasi elektron yang stabil seperti konfigurasi elektron atom unsur gas mulia terdekat. Adanya kecenderungan memiliki konfigurasi elektron stabil inilah yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya ikatan kimia. Usaha memiliki konfigurasi elektron yang stabil dapat dicapai dengan cara: 1. Melepaskan elektron valensinya (elektron valensi pada umumnya 3, kecuali B, H, Be, He) sehingga terbentuk ion positif yang bermuatan sejimlah elektron yang dilepaskannya. Na : 2e 8e 1e Na+ : 2e 8e + 1e
Mg : 2e 8e 2e Mg2+ : 2e 8e + 2e Al : 2e 8e 3e Al3+ : 2e 8e + 3e 1. Menarik elektron dari luar (elektron valensi pada umumnya 5) sehingga bermuatan negatif sebesar elektron yang ditariknya. F O Cl : 2e 7e + 1 e : 2e 6e + 2 e : 2e 8e 7e + 1 e F- : 2e 8e O2- : 2e 8e Cl- : 2e 8e 8e
Antara ion positif dan ion negatif yang terbentuk akan terjagi gaya tarik menarik (gaya elektrostatik) sehingga terbentuklah ikatan ion
1. Penggunaan bersama pasangan elektron di antara atom-atom yang berikatan sehingga terbentuk pasangan elektron terikat sebanyak elektron yang saling dipinjamkan. Akibat penggunaan bersama pasangan elektron ini terbentuklah ikatan kovalen. Contoh : atom hidrogen yang mempunyai 1 elektron akan saling menyumbangkan
elektronnya untuk digunakan bersama dalam molekul H2, sehingga masing-masing atom hidrogen memiliki 2 elektron H* +
o
H H *o H
1. Ikatan Kovalen Ikatan kovalen terbentuk dari dua atom non logam dan terjadi pemakaian bersama pasangan elektron. Penggambaran distribusi elektron dalam suatu struktur molekul dengan menggunakan tanda elektron disebut Struktur Lewis, yaitu berupa tanda titik dan tanda silang.
Ikatan kovalen tunggal : ikatan kovalen dengan satu garis ikatan (sepasang elektron ikatan)
Contoh : H2 + HH
Ikatan kovalen rangkap dua : ikatan dengan dua garis ikatan yang dibentuk oleh 2
O=O Ikatan kovalen rangkap tiga : ikatan dengan tiga garis ikatan yang dibentuk oleh 3 pasang elektron ikatan (PEI)
Contoh :
N2
:N N:
Catt : pasangan electron yang terlibat dalam ikatan disebut pasangan electron ikatan(PEI) dan pasangan electron yang tidak terlibat dalam ikatan disebut pasangan electron bebas (PEB).
Penyimpangan kaidah octet Beberapa senyawa bersifat stabil meskipun tidak memenuhi kaidah octet, misalnya : BH3. Atom B dengan konfigurasi electron (2 3), memiliki 3 elektron valensi. Pada senyawa BH3, electron ikatan berjumlah enam sehingga kurang dua electron untuk memenuhi kaidah octet.Jadi BH3 tidak memenuhi kaidah octet,Contoh lain : BF3 dan BCl3. Pada senyawa PCl5, electron ikatan berjumlah sepuluh. Konfigurasi electron
15P
; 2 8 5,
memiliki lima electron valensi, satu atom P mengikat lima atom Cl, sehingga electron ikatan berjumlah sepuluh, kelebihan dua electron dari kaidah octet.. Jadi senyawa PCl5 juga tidak mengikuti kaidah octet.
1. Kepolaran Ikatan Kovalen Ikatan kovalen dapat berupa ikatan kovalen polar dan non polar. Sifat ini dipengaruhi oleh perbedaan keelektronegatifan dan bentuk molekul atom-atom yang berikatan. Jika dua atom nonlogam yang memiliki perbedaan keelektronegatifan berikatan, pasangan elektron akan lebih tertarik ke arah atom yang memiliki keelektronegatifan yang lebih besar, akibatnya kedudukan pasangan electron yang dipakai bersama itu tidak selalu simetris terhadap kedua atom yang berikatan.
Dalam molekul H2, kedua electron dalam ikatan kovalennya digunakan secara seimbang oleh kedua inti atom H sehingga tidak terjadi pengutuban atau kepolaran muatan, ikatannya disebut ikatan kovalen nonpolar. Tetapi apabila dua atom tidak sejenis berikatan secara
kovalen, misalnya pada molekul HCl, maka kedua electron ikatannya akan digunakan tidak seimbang, karena keelektronegatifan Cl lebih besar dibandingkan atom H, akibatnya pasangan electron ikatan akan bergerak menuju atom Cl sehingga terjadi pengutuban /kepolaran, ikatan ini disebut ikatan kovalen polar. Contoh : H H dan H Cl
1. Ikatan Kovalen Koordinasi Adalah ikatan kovalen yang terbentuk dengan cara pemakaian bersama pasangan electron yang berasal dari salah satu atom yang memiliki pasangan electron bebas (PEB), sedangkan atom lain hanya menyediakan orbital kosong. Contoh : + ikatan NH3 dengan H+ ditulis ion NH4+
Ikatan kovalen koordinasi digambarkan dengan lambang electron yang sama (dua titik). Hal itu menunjukkan bahwa pasangan electron itu berasal dari atom yang sama. Garis ikatan kovalen koordinasi digambarkan dengan tanda panah ().
1. Ikatan Logam Adalah ikatan yang terbentuk akibat penggunaan bersama electron-elektron valensi antar atom logam sesamanya tanpa membentuk molekul. Ikatan logam sangat kuat karena elektron valensinya bergerak cepat mengitari inti atom logam sehingga satu sama lain sukar dilepaskan. Pergerakan electron itu bagaikan gelombang lautan electron yang bergerak cepat mengitari kumpulan inti atom logam. Unsur logam memiliki sedikit electron valensi, Karena itu kulit terluar atom logam relative longgar (banyak tempat kosong) sehingga electron valensinya dapat berpindah dari satu atom
ke atom lain. Elektron-elektron valensi tersebut berbaur dan membungkus ion-ion positif logam di dalamnya. Karena muatan yang berlawanan, terjadilah gaya tarik menarik (gaya elektrostatis) antara ion-ion positif logam dengan electron-elektron valensi. Kekuatan ikatan logam ditentukan oleh besarnya gaya tarik menarik antar ion positif dengan electron yang bergerak bebas. Semakin besar jumlah muatan positif ion logam berarti semakin banyak jumlah electron bebas maka semakin besar kekuatan ikatan logam.
electron-elektron ion logam bermuatan positif
1. Memprediksi Jenis Ikatan Sifat fisis suatu senyawa sangat bergantung pada jenis ikatan antar atomnya. Jenis ikatan dapat diprediksi dengan memperhatikan jenis atom yang berikatan. Jenis ikatan kimia lain a. Ikatan logam Setelah penemuan elektron, daya hantar logam yang tinggi dijelaskan dengan menggunakan model elektron bebas, yakni ide bahwa logam kaya akan elektron yang bebas bergerak dalam logam. Namun, hal ini tidak lebih dari model. Dengan kemajuan mekanika kuantum, sekitar tahun 1930, teori MO yang mirip dengan yang digunakan dalam molekul hidrogen digunakan untuk masalah kristal logam. Elektron dalam kristal logam dimiliki oleh orbital-orbital dengan nilai energi diskontinyu, dan situasinya mirip dengan elektron yang mengelilingi inti atom. Namun, dengan meingkatnya jumlah orbital atom yang berinteraksi banyak, celah energi dari teori MO menjadi lebih sempit, dan akhirnya perbedaan antar tingkat-tingkat energi menjadi dapat diabaikan. Akibatnya banyak tingkat energi akan bergabung membentuk pita energi dengan lebar tertentu. Teori ini disebut dengan teori pita. Tingkat energi logam magnesium merupakan contoh teori pita yang baik (Gambar 3.8). Elektron yang ada di orbital 1s, 2s dan 2p berada di dekat inti, dan akibatnya terlokalisasi di orbital-orbital tersebut. Hal ini ditunjukkan di bagian bawah Gambar 3.8. Namun, orbital 3s dan 3p bertumpang tindih dan bercampur satu dengan yang lain membentuk MO. MO ini
diisi elektron sebagian, sehingga elektron-elektron ini secara terus menerus dipercepat oleh medan listrik menghasilkan arus listrik. Dengan demikian, magnesium adalah konduktor. Bila orbital-orbital valensi (s) terisi penuh, elektron-elektron ini tidak dapat digerakkan oleh medan listrik kecuali elektron ini lompat dari orbital yang penuh ke orbital kosong di atasnya. Hal inilah yang terjadi dalam isolator.
b. Ikatan hidrogen Awalnya diduga bahwa alasan mengapa hidrogen fluorida HF memiliki titik didih dan titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan hidrogen halida lain (gambar 3.9) adalah bahwa HF ada dalam bentuk polimer. Alasan tepatnya tidak begitu jelas untuk kurun waktu yang panjang. Di awal tahunh 1920-an, dengan jelas diperlihatkan bahwa polimer terbentuk antara dua atom flourin yang mengapit atom hidrogen. Sangat tingginya titik didih dan titik leleh air juga merupakan masalah yang sangat menarik. Di awal tahun 1930-an, ditunjukkan bahwa dua atom oksigen membentk ikatan yang mengapit hidrogen seperti dalam kasus HF (gambar 3.9). Kemudian diketahui bahwa ikatan jenis ini umum didapatkan dan disebut dengan ikatan hidrogen.
Ikatan hidrogen dengan mudah terbentuk bila atom hidroegen terikat pada atom elektronegatif seperti oksigen atau nitrogen. Fakta bahwa beberapa senyawa organik dengan gugus hidroksi -OH atau gugus amino -NH2 relatif lebih larut dalam air disebabkan karena pembentukan ikatan hidrogen dengan molekul air. Dimerisasi asam karboksilat seperti asama asetat CH3COOH juga merupakan contoh yang sangat baik adanya ikatan hidrogen.
Ikatan Van der Waals Gaya dorong pembentukan ikatan hidrogen adalah distribusi muatan yang tak seragam dalam molekul, atau polaritas molekul (dipol permanen). Polaritas molekul adalah sebab agregasi molekul menjadi cair atau padat. Namun, molekul non polar semacam metana CH4, hidrogen H2 atau He (molekul monoatomik) dapat juga dicairkan, dan pada suhu yang sangat rendah, mungkin juga dipadatkan. Hal ini berarti bahwa ada gaya agreagasi antar molekul-molekul ini.. Gaya semacam ini disebut dengan gaya antarmolekul.
Ikatan hidrogen yang didiskusikan di atas adalah salah satu jenis gaya antarmolekul. Gaya antarmolekul khas untuk molekul non polar adalah gaya van der Waals. Asal usul gaya ini adalah distribusi muatan yang sesaat tidak seragam (dipol sesaat) yang disebabkan oleh fluktuasi awan elektron di sekitar inti. Dalam kondisi yang sama, semakin banyak jumlah elektron dalam molekul semakin mudah molekul tersebut akan dipolarisasi sebab elektronelektronnya akan tersebar luas. Bila dua awan elektron mendekati satu sama lain, dipol akan terinduksi ketika awan elektron mempolarisasi sedemikian sehingga menstabilkan yang bermuatan berlawanan. Dengan gaya van der Waals suatu sistem akan terstabilkan sebesar 1 kkal mol-1. Bandingkan harga ini dengan nilai stabilisasi yang dicapai dengan pembentukan ikatan kimia (dalam orde 100 kkal mol-1). Kimiawan kini sangat tertarik dengan supramolekul yang terbentuk dengan agregasi molekul dengan gaya antarmolekul. Latihan 3.1 Kekuatan ikatan ion Energi interaksi antara dua muatan listrik Q1 dan Q2 (keduanya adalah bilangan bulat positif atau negatif) yang dipisahkan dengan jarak r (nm) adalah E = 2,3110-19 Q1Q2/r (J nm). Hitung energi interaksi untuk kasus: (1) interaksi antara Na+ dan Cl dengan r = 0,276 nm; (2) interaksi antara Mg2+ dan O2- dengan r = 0,25 nm. 3.1 Jawab (1) E = 2,31 x 10-19 (+1)(-1)/(0,276) = -8,37 x 10-19 (J); atau untuk per mol, (2) E = 2,3110-19 (+2)(-2)/(0,205) = -4,51 x 10-18 (J); atau per mol, E(mol) = -8,37 x 10-19 x 6,022 x 1023 J = 5,04 x 105 J = 504,0 kJ. E(mol) = -4,51 x 10-18 x 6,022 x 1023 J = 2,71 x 105 J = 271,0 kJ Alasan mengapa yang kedua lebih besar adalah lebih besarnya muatan ion dan kedua karena jarak antar ionnya lebih pendek. 3.2 Kepolaran ikatan Besarnya kepolaran ikatan, yakni besarnya distribusi pasangan elektron yang tidak merata, ditentukan oleh perbedaan ke-elektronegativan dua atom yang membentuk ikatan. Susuanlah
ikatan-ikatan berikut berdasarkan kenaikan kepolarannya. Anda dapat menggunakan Tabel 5.7 untuk melihat nilai keelektronegativannya. H-H, O-H, Cl-H, S-H, F-H 3.2 Jawab H-H < S-H < Cl-H < O-H < F-H 3.3 Rumus struktur Lewis Dengan mengikuti aturan oktet, tuliskan rumus struktur Lewis senyawa-senyawa berikut: (a) hidrogen fluorida HF (b) nitrogen N2 (c) metana CH4 (d) karbon tetrafluorida CF4 (e) kation nitrosil NO+ (f) ion karbonat CO32- (g) asetaldehida HCHO 3.3 Jawab
3.4 Senyawa-senyawa boron-nitrogen Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Tuliskan konfigurasi elektron boron dalam keadaan dasar. (2) Gambarkan rumus struktur Lewis BF3. (3) Gambarkan rumus struktur Lewis NH3. (4) Reaksi antara NH3 dan BF3 menghasilkan senyawa adisi. Jelaskan mengapa reaksi ini berlangsung, dan sarankan struktur senyawa adisinya. 3.4 Jawab
(1) 1s22s23p1
Senyawa polar adalah Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda.
Senyawa non polar : Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan mempunyai nilai elektronegatifitas yang sama/hampir sama. CIRI -CIRI SENYAWA POLAR :
Dapat larut dalam air dan pelarut lain Memiliki kutub + dan kutub -, akibattidak meratanya distribusi elektron
- memiliki pasangan elektron bebas ( bila bentuk molekul diketahui ) atau memiliki perbedaan keelektronegatifan. CONTOH : alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5. GAMBAR SENYAWA POLAR
tidak larut dalam air dan pelarut polar lain tidak memiliki kutub + dan kutub , akibat meratanya distribusi elektron
- tidak memiliki pasangan elektron bebas ( bila bentuk molekul diketahui ) atau keelektronegatifannya sama. CONTOH : Cl2, PCl5, H2, N2. GAMBAR SENYAWA NON POLAR :
UKURAN KUANTITATIF TITIK DIDIH SENYAWA KONVALEN ( POLAR DAN NON POLAR )
* Senyawa polar lebih tinggi titik didihnya dari pada senyawa non polar
urutan titik didih, ikatan hidrogen > dipol-pol > non polar-non polal atau ikatan hidrogen > Van der Waals > gaya london
bila sama-sama polar/non polar, yang Mr besar titik didihnya lebih besar .
untuk senyawakarbon Mr sama, rantai C memanjang titik didih > rantai bercabang ( bulat ) SENYAWA POLAR
dapat larut dalam air memiliki pasangan elekton bebas ( bentuk tidak simetris) berakhir ganjil , kecuali BX3 dan PX5
tidak dapat larut dalam air tidak memiliki pasangan elektron bebas (bentuk simetris ) berakhir genap
PERBEDAAN SENYAWA POLAR DENGAN NON POLAR Senyawa polar dan non polar Ciri-ciri senyawa polar : dapat larut dalam air dan pelarut polar lain memiliki kutub + dan kutub - , akibat tidak meratanya distribusi elektron -memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau memiliki perbedaan keelektronegatifan Contoh : alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5
tidak larut dalam air dan pelarut polar lain Tidak memiliki kutub + dan kutub - , akibat
meratanya distribusi elektron -tidak memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul keelektronegatifannya sama Contoh : Cl2, PCl5, H2, N2 diketahui) atau
UKURAN KUANTITATIF TITIK DIDIH SENYAWA KOVALEN * Senyawa polar titik didihnya lebih tinggi daripada senyawa non polar
Urutan titik didih, ikatan hidrogen > dipol-dipol > non polar-non polar atau ikatan hidrogen > Van der Waals > gaya london
Bila sama-sama polar/non polar, yang Mr besar titik didihnya lebih besar Untuk senyawa karbon Mr sama, rantai C memanjang titik didih > rantai bercabang (bulat)
SENYAWA POLAR
dapat larut dalam air Memiliki pasangan elektron bebas (bentuk tdk simetris) Berakhir ganjil, kecuali BX3 dan PX5
Cth : NH3, PCl3, H2O, HCl, HBr, SO3, N2O5, Cl2O5 SENYAWA NON POLAR
Tdk dapat larut dalam air Tdk memiliki pasangan elektron bebas (bentuk simetris) Berakhir genap
Cth : F2, Cl2, Br2, I2, O2, H2, N2, CH4, SF6, PCl5, BCl3
Senyawa polar memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar , perbedaan harga ini mendorong timbulnya kutub kutub listrik yang permanen ( dipol permanent )
Senyawa non polar memiliki perbedaan keelektronegatifan yang kecil ,bahkan untuk senyawa biner dwiatom ( seperti O2,H2) perbedaan keelektronegatifannya = 0
Polarisasi Ikatan Kovalen Ikatan Kovalen Polar dan Ikatan Kovalen Nonpolar Berdasarkan pengetahuan keelektronegatifan yang telah diketahui maka salah satu akibat adanya perbedaan keelektronega-tifan antar dua atom unsur berbeda adalah terjadinya polarisasi ikatan kovalen. Adanya polarisasi menyebabkan ikatan kovalen dapat dibagi menjaadi ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar. Ikatan kovalen polar dapat dijumpai pada molekul hidrogen klorida sedangkan ikatan kovalen nonpolar dapat dilihat pada molekul hidrogen.
Orbital H2 dan HCl, polarisasi ikatan kovalen Pada hidrogen klorida terlihat bahwa pasangan elektron bersama lebih tertarik ke arah atom klorin karena elektronegatifitas atom klorin lebih besar dari pada elektronegatifitas atom hidrogen. Akibat hal ini adalah terjadinya polarisasi pada hidrogen klorida menuju atom klorin. Ikatan jenis ini disebut ikatan kovalen polar. Hal yang berbeda terlihat pada molekul hidrogen. Pada molekul hidrogen, pasangan elektron bersama berada ditempat yang berjarak sama diantara dua inti atom hidrogen (simetris). Ikatan yang demikian ini dikenal sebagai ikatan kovalen nonpolar. Molekul Polar dan Molekul Nonpolar Molekul yang berikatan secara kovalen nonpolar seperti H2, Cl2 dan N2 sudah tentu bersifat nonpolar. Akan tetapi molekul dengan ikatan kovalen polar dapat bersifat polar dan nonpolar yang bergantung pada bentuk geometri molekulnya. Molekul dapat bersifat nonpolar apabila molekul tersebut simetris walaupun ikatan yang digunakan adalah ikatan kovalen polar. Susunan ruang (VSEPR) BF3, H2O, NH3 dan BeCl2
Molekul H2O dan NH3 bersifat polar karena ikatan O-H dan N-H bersifat polar. Sifat polar ini disebabkan adanya perbedaan keelektronegatifan dan bentuk molekul yang tidak simetris atau elektron tidak tersebar merata. Dalam H2O, pusat muatan negatif terletak pada atom oksigen sedangkan pusat muatan positif pada kedua atom hidrogen. Dalam molekul NH3, pusat muatan negatif pada atom nitogen dan pusat muatan positif pada ketiga atom hidrogen. Molekul BeCl2 dan BF3 bersifat polar karena molekul berbentuk simetris dan elektron tersebar merata walupun juga terdapat perbedaan keelektronegatifan. Kepolaran suatu molekul dapat diduga dengan menggambarkan ikatan menggunakan suatu vektor dengan arah anak panah dari atom yang bermuatan positif menuju ke arah atom yang bermuatan negatif. Molekul dikatakan bersifat nonpolar apabila resultan vektor sama dengan nol. Sedangkan molekul bersifat polar apabila hal yang sebaliknya terjadi, resultan tidak sama dengan nol
Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke Salah 1 atom.
Contoh 1 : Molekul HCl Meskipun atom H dan Cl sama-sama menarik pasangan elektron, tetapi keelektronegatifan Cl lebih besar daripada atom H. Akibatnya atom Cl menarik pasangan elektron ikatan (PEI) lebih kuat daripada atom H sehingga letak PEI lebih dekat ke arah Cl (akibatnya terjadi semacam kutub dalam molekul HCl).
Jadi, kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan. Sebaliknya, suatu ikatan kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI tertarik sama kuat ke semua atom.
Contoh 2 : Dalam tiap molekul di atas, ke-2 atom yang berikatan menarik PEI sama kuat karena atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang sama.
Akibatnya muatan dari elektron tersebar secara merata sehingga tidak terbentuk kutub.
Contoh 3 : Meskipun atom-atom penyusun CH4 dan CO2 tidak sejenis, akan tetapi pasangan elektron tersebar secara simetris diantara atom-atom penyusun senyawa, sehingga PEI tertarik sama kuat ke semua atom (tidak terbentuk kutub).
Momen Dipol ( ) Adalah suatu besaran yang digunakan untuk menyatakan kepolaran suatu ikatan kovalen. Dirumuskan : = Q x r ; 1 D = 3,33 x 10-30 C.m keterangan : = momen dipol, satuannya debye (D) Q = selisih muatan, satuannya coulomb (C) r = jarak antara muatan positif dengan muatan negatif, satuannya meter (m)
Polaritas suatu senyawa atau molekul didasarkan pada sifat dipol yang dimilikinya.Polaritas molekuler tergantung pada perbedaan elektronegativitas antara atom-atom yang ada dalam suatu senyawa dan adanya ketidaksimetrisan struktur dari suatu senyawa. Contohnya, molekul air adalah senyawa polar karena adanya perbedaan elektron yang digunakan bersama oleh atom O dan H pada struktur senyawa air yang ternyata bentuknya bengkok, sementara metana adalah senyawa yang non polar karena adanya penggunaan bersama pasangan elektron antara atom-atom C dan atom-atom pada metana tersebut yang sama dan bentuknya simetris. Salah satu sifat polar ini dapat dimanfaatkan untuk melarutkan suatu larutan dengan larutan lain dengan menggunakan azas "like dissolves like", di mana larutan yang bersifat polar akan larut dengan larutan yang bersifat polar juga, begitu pula sebaliknya.
Keelektronegatifan Menurut Linus Pauling, keelektronegatifan merupakan kemampuan suatu atom untuk menarik elektron-elektron dari atom lain ke dalam dirinya sendiri dalam suatu molekul.
Dalam suatu senyawa, apabila atom-atomnya memiliki perbedaan nilai keelektronegatifan maka akan terbentuk ikatan kovalen polar. Ikatan ini terbentuk karena atom yang lebih elektropositif akan kekurangan rapatan elektron sehingga atom yang elektropositif tersebut akan menghasilkan muatan parsial positif (+). Sedangkan atom yang lebih elektronegatif akan menghasilkan muatan parsial negatif (- ). Muatan parsial ini akan menyebabkan timbulnya momen ikatan yang mempunyai arah dari muatan parsial positif ke muatan parsial negatif. Momen ikatan ini dapat terjadi karena perbedaan keelektronegatifan di antara dua atom yang berikatan. Sebagai contoh, momen ikatan yang terjadi pada molekul HCl.
Pengaruh momen dipol dalam kepolaran molekul anorganik Momen dipol () merupakan jumlah vektor dari momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas dalam suatu molekul.Molekul dikatakan bersifat polar jika memiliki > 0 atau 0 dan dikatakan bersifat nonpolar jika memiliki = 0 .
Molekul yang memiliki atom yang sama seperti Cl2, Br2, I2, dan H2 bersifat nonpolar karena molekul tersebut tidak memiliki momen ikatan maupun maupun momen pasangan elektron bebas (PEB) sehingga momen dipolnya bernilai 0. Tidak hanya molekul dengan atom-atom yang sama, pada molekul yang memiliki atom-atom yang berbeda pun dapat bersifat nonpolar. Misalnya pada molekul PCl5,CO2,SF6, dan COCl2. Pada molekul CO2, muatan parsial positif terdapat pada atom karbon sedangkan muatan parsial negatif terdapat pada atom oksigen, sehingga momen ikatan pada CO2 memiliki arah dari atom C yang bermuatan parsial positif ke atom O yang bermuatan parsial negatif. Momen ikatan pada molekul ini akan saling meniadakan, akibatnya momen dipolnya bernilai nol. Sehingga molekul ini dapat dikatakan sebagai molekul nonpolar.
Molekul H2O bersifat polar karena memiliki momen dipol yang bernilai 1,84 D. Nilai momen
dipol ini didapatkan berdasarkan jumlah vektor dari momen ikatan H-O dan momen PEB. Atom O lebih elektronegatif daripada atom H sehingga arah momen ikatan O-H akan mengarah ke atom O. Sedangkan untuk arah momen pasangan elektron bebas mengarah dari atom O menuju ke pasangan elektron bebas. Momen ikatan dan momen H20 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Pengaruh arah momen elektron ikatan dan momen pasangan elektron bebas terhadap kepolaran molekul anorganik Momen pasangan elektron bebas dan momen ikatan yang searah akan memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berlawanan arah . Contohnya, NH 3 dan PCl3 sama-sama bersifat polar, namun tingkat kepolarannya berbeda. Pada molekul NH3, momen ikatan N-H dan momen pasangan elektron bebas memiliki arah yang searah, sedangkan pada molekul PCl3 memiliki momen ikatan dan momen pasangan elektron bebas yang berlawanan arah , sehingga kepolaran NH3 lebih tinggi daripada PCl3.
Pada umumnya, senyawa yang terbentuk akibat penggabungan antara logam dengan nonlogam memiliki sifat senyawa ionik. Akan tetapi, tidak semua senyawa dari penggabungan ini bersifat ionik. Senyawa ini dapat lebih mengarah ke sifat kovalen ketika elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation, sehingga rapatan anion akan mengalami distorsi/penyimpangan terhadap kation.[3]. Distorsi ini dapat dilihat dari rapatan elektron yang mulanya digambarkan seperti bola akan menjadi lonjong (elektron terluar dari anion ditarik kuat oleh kation). Akibat dari distorsi ini maka senyawa yang mulanya bersifat ionik akan berubah menjadi kovalen dan akan terjadi polarisasi. Semakin besar sifat polarisasinya maka semakin besar pula derajat ikatan kovalensinya. Menurut Kasimir Fajans, ahli kimia, terdapat beberapa aturan perihal polarisasi tersebut, antara lain :
Suatu kation akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran kation tersebut kecil dengan muatan positif yang besar Mn2O7 memiliki muatan positif lebih besar dibandingkan dengan muatan positif pada MnO sehingga Mn2O7 lebih bersifat kovalen polar daripada bersifat ionik.
Suatu anion akan lebih mudah mengalami polarisasi ketika ukuran dan muatan negatif yang dimiliki anion tersebut besar. AlI3 memiliki muatan negatif yang sama namun dengan ukuran anion yang lebih besar jika dibandingkan dengan AlF3 sehingga AlI3 lebih mengarah untuk membentuk ikatan kovalen yang polar dibandingkan dengan AlF3 yang tidak bersifat polar.
Kation yang tidak memiliki konfigurasi gas mulia lebih mudah mengalami polarisasi. Kation K+ pada senyawa KCl memiliki konfigurasi gas mulia yaitu [Ar] sedangkan kation Ag+ pada AgCl tidak memiliki konfigurasi gas mulia yaitu [Kr]4d10, sehingga kation Ag+ lebih mudah mengalami polarisasi daripada kation K+.
Kepolaran yang disebabkan keberadaan molekul tetangganya Molekul nonpolar dengan molekul nonpolar
Suatu molekul monoatomik yang bersifat nonpolar akan menghasilkan muatan positif dan muatan negatif yang berimpit akibat pergerakan distribusi rata-rata inti atom dan elektron di sekitar inti. Rapatan elekton dari molekul tersebut berupa bola yang simetri.
Keadaan elektron yang selalu bergerak menyebabkan polarisasi rapatan elektron dan penyimpangan dari simetri bola. Sehingga pusat muatan positif dan muatan negatif memisah(berbentuk lonjong) dan molekul tersebut dikatakan memiliki dipol sesaat (temporary dipole)
Jika di dekat molekul yang memiliki dipol sesaat terdapat molekul nonpolar, molekul yang memilki dipol sesaat akan menginduksi (dipol induksi) molekul nonpolar tersebut. Akibat adanya dipol sesaat dan dipol induksian tersebut maka akan terbentuk gaya elektrostatik atau yang disebut gaya London di antara kedua molekul tersebut.
Kemampuan polarisasi atau polarizabilities molekul dinyatakan dengan simbol . Pada molekul-molekul dengan bentuk yang sama, bertambahnya massa molekul akan menyebabkan bertambahnya jumlah elektron. Hal ini menyebabkan pengaruh inti atom terhadap awan elektron yang semakin lemah, sehingga akan mudah dipolarisasi dan gaya London yang terjadi pun akan semakin kuat. Gaya London yang semakin kuat menyebabkan proses peleburan dan pendidihan molekul-molekul yang terlibat dalam gaya tersebut memerlukan energi yang besar untuk memperbesar jarak antarmolekul nonpolar.
Selain itu, akibat dari gaya London juga menyebabkan molekul nonpolar dapat larut dalam pelarut non polar. Misalnya, senyawa BI3 yang mempunyai kemampuan polarisasi yang tinggi akan larut dalam senyawa CCl4 yang juga mempunyai kemampuan polarisasi yang tinggi.
Molekul polar dengan molekul nonpolar Molekul polar yang memiliki dipol permanen akan menginduksi molekul nonpolar yang tidak memiliki dipol, sehingga akan terjadi gaya elektrostatik di antara keduanya atau yang disebut gaya dipol-dipol induksi. Gaya ini menyebabkan senyawa nonpolar dapat larut atau sedikit larut dalam pelarut polar. Misalnya, gaya dipol-dipol induksi antara H2O yang bersifat polar dan O2 yang bersifat nonpolar akan menyebabkan O2 dapat larut sedikt dalam H2O (gas O2 yang dilarutkan dalam 100 gram air memiliki kelarutan 0,006945 pada suhu 0 C).
Molekul polar dengan molekul polar Ketika molekul yang polar berdekatan dengan molekul yang polar, maka akan timbul gaya elektrostatik di antara keduanya. Gaya ini disebut gaya dipol-dipol. Melalui gaya ini, zat terlarut yang bersifat polar dapat larut dalam pelarut polar yang mempunyai konstanta dielektrik yang besar.
Molekul-molekul polar yang berada dalam fase cair, pusat muatan negatif akan berdekatan dengan pusat muatan positif, begitu pun sebaliknya. Peristiwa ini menyebabkan gaya tarik antar molekul akan lebih kuat daripada gaya tolaknya.
Ikatan senyawa kovalen Polar dan Non Polar Perbedaan Senyawa Polar dan Senyawa NonPolar Polar: -Bentuk dari polar sendiri tdk simetris - Terdiri atas unsur logam serta non logam - Elektronegativitas diantar-antar unsurnya besar-besar - Senyawa pada polar bisa dicampur dengan senyawa polar lainya, dan senyawa Non-polar akan berpisah dari Non-Polar lainya : - Bentuknya berbentuk simetris - Terdiri dari unsur2 Non-logam - Elektronegativitas antar unsur-unsurnya kecil
- Senyawa pada polar bisa dicampur dengan senyawa polar lainya, dan senyawa Non-polar akan berpisah
Adanya polarisasi karena adanya perbedaan keelektronegatifan antar 2 unsur atom yang berbeda yang menyebabkan ikatan kovalen dapat dibagi menjaadi ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar. Polar dapat dijumpai di molekul-molekul hidrogen klorida,dan ikatan kovalen non-polar dapat dijumpai di molekul-molekul pada hidrogen.
Akibat pasangan dari elektron-elektron lebih tertarik ke atom klorin karena elektronegatif-nya makas atom klorin lebih besar dari elektronegatif-nya, atom hidrogen adalah terjadinya polarisasi pada hidrogen klorida menuju atom klorin, Ikatan jenis ini disebut ikatan kovalen polar. Perbedaanya terlihat pada molekul hidrogen-nya. Di molekul hidrogen, pasangan elektron ada di tempat yang jaraknya sama dan berada diantara 2 inti atom hidrogen. Ini juga dikenal sebagai ikatan kovalen nonpolar.
Orbital H2 dan HCl, ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen dimana elektron yang membentuknya lebih banyak dan menghabiskan waktunya untuk berputa di salah satu atom. Dimolekul HCl elektron yang berikatan selalu lebih berdekatan pada atom klor daripada atom Hidrogen. Polaritas ikatan seperti ini bisa digambarkan dalam bentuk symbol + , -. + atau panah + , -. + adalah tanda atom lebih bersifat elektropositif di banding atom yang menjadi pasangannya. - berarti bahwa atom lebih bersifat elektronegatif daripada atom yang menjadi pasangan pada ikatannya
Non-polar atau Kovalen murni memiliki ciri-ciri titi-titkk muatan negatif elektron persekutuannya yang berhimpitan, sehingga molekul pembentuknya tidak terjadi dipol, dengan katalain bahwa elektron persekutuannya mendapat gaya tarik yang sama.
Struktur H2 dan CO2 adalah contoh ikatan kimia non polar karena daya tariknya seimbang baik antara H dengan H atau antar O dengan C kiri dan kanan seimbang. Sehingga momen dipolnya menjadi nolContoh lain adalah senyawa CH4, H2, O2, Br2 dan lain-lain Molekul Polar dan Molekul Nonpolar
Molekul yang berikatan secara kovalen nonpolar seperti H2, Cl2 dan N2 sudah tentu bersifat nonpolar. Akan tetapi molekul dengan ikatan kovalen polar dapat bersifat polar dan nonpolar yang bergantung pada bentuk geometri molekulnya. Molekul dapat bersifat nonpolar apabila molekul tersebut simetris walaupun ikatan yang digunakan adalah ikatan kovalen polar.
Susunan ruang (VSEPR) BF3, H2O, NH3 dan BeCl2Molekul H2O dan NH3 bersifat polar karena ikatan O-H dan N-H bersifat polar. Sifat polar ini disebabkan adanya perbedaan keelektronegatifan dan bentuk molekul yang tidak simetris atau elektron tidak tersebar merata. Dalam H2O, pusat muatan negatif terletak pada atom oksigen.sedangkan pusat muatan positif pada kedua atom hidrogen. Dalam molekul NH3, pusat muatan negatif pada atom nitogen dan pusat muatan positif pada ketiga atom hidrogen. Molekul BeCl2 dan BF3
bersifat polar karena molekul berbentuk simetris dan elektron tersebar merata walupun juga terdapat perbedaan keelektronegatifan.Kepolaran suatu molekul dapat diduga dengan menggambarkan ikatan menggunakan suatu vektor dengan arah anak panah dari atom yang bermuatan positif menuju ke arah atom yang bermuatan negatif. Molekul dikatakan bersifat nonpolar apabila resultan vektor sama dengan nol. Sedangkan molekul bersifat polar apabila hal yang sebaliknya terjadi, resultan tidak sama