Anda di halaman 1dari 4

Laporan Tugas Akhir

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

V.I Analisa Dan Pembahasan a. pengaruh kondisi lingkungan pada dapur pemanas Dari hasil pengamatan visual tampak jelas bahwa pipa yang mengalami kegagalan adalah akibat adanya korosi erosi dimana adanya deposit didalam pipa mengakibatkan aliran fluida menjadi turbulensi. Selain itu melihat posisi bocoran pipa adalah tipikal dimana pada daerah ini yang paling tinggi temperaturnya (daerah outlet flue gas ) yang diperkirakan pada pipa pipa tersebut telah terjadi perubahan liquid menjadi 2 fase (gas dan cair) sehingga menyebabkan korosi didalam pipa. Kemungkinan adanya kontaminan dari media lain yang masuk kedalam sistem hot oil (kebocoran peralatan yang menggunakan hot oil sebagai pemanasan), hal ini meningkatkan agresivitas media sebagai penyebab korosi. Pengujian kekerasan dan metalography diperlukan dalam menganalisa distribusi kekerasan dan struktur mikro pada daerah yang mengalami kebocoran dan daerah yang jauh dari kebocoran. Terjadinya degradasi (cracking) pada media hot oil akibat temperatur tinggi mengakibatkan pembentukan endapan pada permukaan dalam tube. Endapan / scaling pada permukaan tube yang terbentuk dari media dan oksida logam tidak bersifat protektif dan mudah terlepas bila terjadi friksi akibat kecepatan aliran / turbulensi maupun kavitasi akibat terbentuknya 2 fasa (cair dan gas) pada temperatur tinggi. Akibat adanya endapan (scaling) pada permukaan dalam pipa merupakan pemicu terjadinya korosi (under deposite corrosion). Produk korosi dan endapan media pada permukaan pipa akan bersifat otokatalitik yang mengakibatkan korosi terus berlangsung, terutama pada daerah yang tertutup endapan dan memiliki temperatur yang
Teknik Material Dan Metalurgi FTI-ITS

45

Laporan Tugas Akhir

lebih tinggi (sisi nyala api, sisi pipa yang tertumpu pada hanger pipa) . Dari pengujian kekerasan didapatkan bahwa daerah yang mengalami kebocoran kekerasannya lebih tinggi, hal ini dikarenakan terjadinya penggetasan pada bagian pipa dapur pemanas yang mengalami kebocoran. Sesuai dengan teori dimana material yang semakin kuat dan keras maka material itu akan semakin getas b. Pembentukan deposit pada pipa Salah satu penyebab terjadinya fouling/scale/korosi di Refinery adalah adanya impurities dalam crude oil. Crude oil impurities ini berasal dari berbagai macam sumber, antara lain impurities tersebut memang terkandung dalam crude oil yang diambil dari perut bumi, impurities tersebut terikut akibat proses-proses yang digunakan di exploration sites, impurities tersebut terikut saat crude oil dalam perjalanan dari site ke refinery (hal ini terutama terjadi jika crude oil dibawa ke refinery dengan menggunakan kapal laut), impurities tersebut terkandung dalam recovered oils atau waste streams yang dicampur dengan crude oil sebagai crude oil umpan refinery. Crude oil impurities dapat dibagi menjadi 2 kelompok : oil soluble (juga disebut oleophilic atau oil loving) dan oil insoluble (juga disebut oleophobic atau oil hating). OLEOPHILIC : Organic sulfur compounds (0.1-5.0% wt as S) Organometallic compounds: Ni, V, Fe,As (5-400 ppm) Naphthenic acids (0.03-0.4% vol) Nitrogen compounds (0.05-15% vol) Miscellaneous oxygen compounds (0-2.0%wt as O) OLEOPHOBIC Water or brine (size : 0.5-17 micron ; 0.1-10%vol)

46

Teknik Material Dan Metalurgi FTI-ITS

Laporan Tugas Akhir

Inorganic salts (10-1000 ptb atau 39-390 g/m3); ptb=pounds per thousand barrels Sediment (size : 20-200 micron ; 0.01-1% vol) Suspended solid (size < 20 micron, biasanya 4-7 micron ; 1-500 ptb atau 3.9-180 g/m3

Dari impurities di atas yang terutama dapat menyebabkan fouling adalah salts, sediment, dan suspended solids. Air yang terkandung dalam crude oil juga dapat menjadi penyebab terjadinya fouling/scale/korosi, karena air tersebut mengandung garam-garam anorganik. Garam-garam yang paling umum adalah garam-garam klorid, sulfat, dan karbonat dari Na, Mg, dan Ca. Garam klorid adalah garam yang memproduksi asam, yang akan menghasilkan HCl yang dapat menyebabkan korosi dalam sistem pipa pada dapur pemanas. Sedangkan garam karbonat dan sulfat adalah hardness salts yang akan membentuk scale saat air menguap, terutama dalam preheat train (pada temperatur tinggi bahkan scale dapat terbentuk tanpa perlu penguapan air, karena kelarutan garam-garam ini turun dengan kenaikan temperatur). Dengan adanya garam-garam klorid dalam crude oil dan temperatur tinggi dalam Crude Distilling Unit (CDU) maka akan terjadi hidrolisis garam-garam tersebut, hal ini juga biasa terjadi pada dapur pemanas pada pipa pipa migas MgCl 2 + 2 H 2 O Mg(OH) 2 + 2 HCl (121 C) CaCl 2 + 2 H 2 O Ca(OH) 2 + 2 HCl (204-232 C) NaCl + H 2 O NaOH + HCl (>350 C) Dalam CDU hanya reaksi 1 & 2 yang mungkin terjadi, karena CDU jarang mencapai temperatur >350 C. Reaksi 3 dapat terjadi pada Vacuum unit atau pada furnace tube skin. HCl yang terbentuk akan keluar sebagai crude tower top product, sedangkan NaCl, Mg(OH) 2 , dan Ca(OH) 2 akan keluar sebagai crude tower bottom product. HCl dalam bentuk gas
Teknik Material Dan Metalurgi FTI-ITS

47

Laporan Tugas Akhir

tidak korosif, tetapi jika gas HCl bercampur dengan air maka akan menjadi senyawa yang sangat korosif, yang akan menyerang iron atau logam lain (2 HCl + Fe H 2 (g) + FeCl 2 ). Dengan kehadiran H 2 S maka akan terjadi reaksi yang berulang.

2 HCl + Fe H 2 (g) + FeCl 2 FeCl 2 + H 2 S FeS(s) + 2 HCl 2 HCl + Fe H 2 (g) + FeCl 2


Pada pengujian XRD didapatkan hasil berupa Fe 3 O 4 (magnetite), Fe 2 O 3 (hematite) dan FeS. Umumnya senyawa senyawa yang terbentuk didalam pipa adalah senyawa carbon dimana scale ini biasanya terbentuk dari reaksi pemutusan ikatan (cracking) . Reaksi ini terbentuk / terjadi pada temperatur >370 C. disamping itu bisa juga adanya pengendapan dari garam yang terlarut seperti Ca, Si, Mg. Hal ini memang biasa terjadi pada pipa pipa boiler, heat exchanger dan dapur pemanas. Kerak tersebut pada tekanan dan temperatur yang tinggi menjadikannya mudah terlepas sehingga mudah pula terjadi kegetasan pada pipa. c. Adanya hidrogen pada pengolahan migas Industri pengolahan migas tidak bisa lepas dari senyawa hidrokarbon, dan pengolahan migas selalu bekerja pada temperatur tinggi. Temperatur yang tinggi (>200oC) dan juga tekanan yang besar menyebabkan ikatan hidrogen dengan karbon terlepas sehingga membentuk molekul molekul hidrogen, dimana molekul ini dapat berdifusi kedalam logam sehingga membentuk hidrida dan menyebabkan material pipa menjadi getas (hidrogen embritlement). Pada pipa dapur pemanas 025F101 ini adanya hidrogen embritlement sangat mungkin terjadi. Dengan terkikisnya deposit maka semakin cepat proses cracking yang terjadi.

48

Teknik Material Dan Metalurgi FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai