Anda di halaman 1dari 10

A.

OBLIGASI RITEL INDONESIA Pengertian ORI (Obligasi Ritel Indonesia) Menurut Wuri (2007), ORI (obligasi ritel Indonesia) adalah sebuah SUN (surat utang negara) yang cara penjualannya secara ritel (perorangan) kepada warga negara Indonesia (WNI). Menurut Wuri (2007), obligasi ritel Indonesia diterbitkan dengan nilai nominal per unit sebesar Rp1.000.000,00. Akan tetapi, jumlah pembelian minimal yaitu Rp5.000.000,00 untuk mendapatkan 5 unit dan dengan kelipatan 5 unit. Keuntungan Berinvestasi di ORI (Obligasi Ritel Indonesia) Menurut Wuri (2007), keuntungan berinvestasi di obligasi ritel Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Pembayaran kupon dan pokok sampai dengan jatuh tempo dijamin oleh undang-undang SUN. 2. Pada saat diterbitkan (pasar perdana), kupon ditawarkan lebih tinggi dibandingkan ratarata tingkat bunga deposito bank BUMN. 3. Kupon dengan tingkat bunga tetap sampai pada waktu jatuh tempo. 4. Kupon dibayar setiap bulan. 5. Berpotensi memperoleh capital gain jika obligasi ritel Indonesia dijual pada harga yang lebih tinggi daripada harga beli setelah memperhitungkan biaya transaksi di pasar sekunder. 6. Dapat dijaminkan atau dipinjamkan kepada pihak lain, antara lain jaminan dalam pengajuan pinjaman pada bank umum atau jaminan dalam rangka transaksi efek. 7. Dapat diperdagangkan di pasar sekunder dengan mekanisme bursa efek atau transaksi di luar bursa efek (over the counter). 8. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta mendukung pembiayaan pembangunan nasional. 9. Bunganya tinggi dan bersifat tetap. 10. Jenis investasi yang aman. 11. Risiko lebih rendah dibandingkan dengan saham. 12. Dijamin pemerintah.

Risiko Berinvestasi ORI (Obligasi Ritel Indonesia) Menurut Wuri (2007), risiko berinvestasi di obligasi ritel Indonesia terdapat tiga jenis risiko utama, adalah sebagai berikut : 1. Menurut Wuri (2007), risiko gagal bayar adalah risiko di mana investor tidak dapat memperoleh pembayaran dana yang dijanjikan oleh penerbit pada saat jatuh tempo. Obligasi ritel Indonesia tidak memiliki risiko gagal bayar karena pemerintah berdasarkan undang-undang surat utang negara (SUN) dan undang-undang APBN setiap tahunnya menjamin pembayaran kupon dan pokok SUN, termasuk obligasi ritel Indonesia sampai dengan jatuh temponya. 2. Menurut Wuri (2007), risiko pasar adalah potensi kerugian bagi investor karena adanya kecenderungan penurunan harga ORI di pasar sekunder akibat kenaikkan tingkat bunga, seperti tingkat bunga SBI (sertifikat bank Indonesia). Kerugian dapat terjadi jika investor

menjual obligasi ritel Indonesia di pasar sekunder sebelum jatuh tempo pada harga jual yang lebih rendah dari harga belinya. Risiko pasar dalam investasi obligasi ritel Indonesia dapat terhindar jika pembeli obligasi ritel Indonesia di pasar perdana tidak menjual sampai dengan jatuh tempo dan menjual apabila harga jual atau harga pasar lebih tinggi daripada harga beli setelah dikurangi biaya transaksi. Apabila harga turun, pemilik obligasi ritel Indonesia tetap mendapatkan kupon setiap bulan sampai jatuh tempo dan pemilik obligasi ritel Indonesia tetap dapat menerima pelunasan pokok sebesar 100% ketika obligasi ritel Indonesia telah jatuh tempo. 3. Menurut Wuri (2007), risiko likuiditas adalah potensi kerugian jika sebelum jatuh tempo pemilik obligasi ritel Indonesia yang memerlukan dana tunai mengalami kesulitan dalam menjual obligasi ritel Indonesia di pasar sekunder. Tingkat penjualan obligasi ritel Indonesia pada tingkat harga yang wajar. Jika pemilik obligasi ritel Indonesia membutuhkan dana, obligasi ritel Indonesia dapat dijaminkan dalam pengajuan pinjaman ke bank umum atau sebagai jaminan dalam transaksi efek di pasar modal.

Prosedur Pembelian ORI (Obligasi Ritel Indonesia Calon pembeli obligasi ritel Indonesia membuka rekening di bank, mendaftarkan diri kepada agen penjualan (pihak bank). Selanjutnya calon pembeli obligasi ritel menyetorkan sejumlah dana sesuai dengan jumlah investasi yang dikehendaki dan mengisi formulir. Setelah mengisi formulir, calon pembeli obligasi ritel Indonesia menyerahkan sejumlah dokumen pribadi, seperti KTP, SIM, passport, dan lain sebagainya (www.permatabank.net). Prosedur pembelian obligasi ritel Indonesia di pasar perdana, yaitu calon pembeli ORI mendatangi kantor pusat maupun kantor cabang agen penjual yang siap melayani pemesanan dan pembelian ORI. Kemudian calon pembeli ORI membuka rekening dana pada salah satu bank umum dan surat berharga pada salah satu partisipan/nasabah subregistry. Selanjutnya calon pembeli ORI menyediakan dana yang cukup untuk pembelian ORI melalui agen penjual. Mengisi formulir pemesanan dan menyampaikan formulir pemesanan, fotocopy KTP, dan bukti setor kepada agen penjual dan menerima tanda terima bukti penyerahan dokumen tersebut dari agen penjual.

Sejarah Terbitnya ORI (Obligasi Ritel Indonesia) Obligasi ritel Indonesia yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia, digunakan untuk menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Dalam menutup defisit APBN pemerintah menargetkan mendapat dana sebesar Rp2.000.000.000.000,00 dari penjualan obligasi ritel Indonesia di pasar perdana. Pasar perdana penjualan obligasi ritel Indonesia hanya ditujukan untuk investor individu warga negara Indonesia (WNI). Sejak tahun 2000 sampai dengan Juni 2006, total obligasi mencapai Rp680.000.000.000.000,00. Akan tetapi, pembelian hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan yang memiliki modal yang besar, seperti perbankan, asuransi, dana pensiun, reksadana, dan lembaga-lembaga keuangan asing. Hal ini dikarenakan penawaran satuan perdagangan obligasi ritel Indonesia antara Rp500.000.000.000,00 sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00. Pemerintah yang menyadari apabila kondisi perekonomian

merosot, maka investor akan menyelamatkan aktivanya untuk dipindahkan ke luar negeri. Sehingga hal tersebut dapat berdampak buruk bagi kestabilan nilai rupiah. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia menawarkan obigasi ritel Indonesia kepada masyarakat umum dengan satuan perdagangan yang lebih murah. Hal ini dilakukan supaya masyarakat luas dapat menjangkaunya (Wuri, 2007). Kupon ORI (Obligasi Ritel Indonesia) Pembayaran kupon dilaksanakan di Indonesia dan dibayarkan kepada pemilik obligasi ritek Indonesia yang tercatat pada tanggal kepemilikan. Pembayaran dilakukan dengan mengkredit rekening dana pemilik obligasi ritel Indonesia. Kupon ORI lebih tinggi dibandingkan dengan bunga deposito (Wuri, 2007) Biaya dan Perpajakan Menurut Depkeu (2006) dalam Wuri (2007), biaya dan pajak obligasi ritel Indonesia adlah sebagai berikut : 1. Biaya pemesanan obligasi ritel Indonesia di pasar perdana adalah biaya materai untuk membuka rekening tabungan pada bank dan biaya materai untuk membuka rekening surat berharga pada subregistry, dan biaya transfer dana untuk menampung dana pemesan obligasi ritel Indonesia. 2. Biaya penyimpanan surat berharga. 3. Biaya penyimpanan rekening surat berharga umumnya digunakan untuk perioda satu tahun dan besarnya disesuaikan dengan kebijakan masing-masing subregistry. 4. Biaya transfer bunga yang besarnya berbeda untuk tiap agen. 5. Biaya transaksi di pasar sekunder. 6. Biaya transaksi obligasi ritel Indonesia di pasar sekunder dapat berbeda-beda baik dengan mekanisme bursa efek maupun transaksi di luar bursa efek (over the counter). Biaya transaksi di pasar sekunder antara lain berupa biaya transfer surat berharga dan biaya perantara pedagang. 7. Pajak terdapat 2 (dua) jenis, yaitu pajak untuk kupon obligasi sebesar 20% dan pajak apabila terdapat capital gain, yaitu sebesar 20%.

Pelunasan Pokok ORI (Obligasi Ritel Indonesia) Pembayaran pokok obligasi ritel Indonesia dilakukan di Indonesia dan dibayar kepada pemilik obligasi ritel Indonesia yang tercatat pada tanggal pencatatan pemilik obligasi ritel Indonesia (Wuri, 2007). Saham Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, saham merupakan surat berharga sebagai bukti penilaian individu/institusi dalam suatu perusahaan (biasa dipegang perorangan/lembaga pada suatu perusahaan). Menerbitkan saham adalah salah satu cara dalam upaya pendanaan perusahaan. Akan tetapi, disisi lain saham adalah instrument investasi masyarakat umum.

Deposito Deposito adalah simpanan dana pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara deposan dan bank. Jangka waktu deposito, yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan (http://www.banksaudara.com).

Kontroversi Obligasi Ritel Indonesia (Ori) Penelitian Wuri (2007) membahas tentang obligasi ritel Indonesia sebagai salah satu alternatif pilihan investasi. Investasi dalam ORI adalah modal dasar untuk mengubah sikap masyarakat dari menabung ke orientasi investasi. ORI adalah sarana yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam membiayai APBN dan ikut memiliki serta mengelolah aktiva kekayaan negara. Wuri (2007) mengupas tentang perbedaan saham, deposito, dan ORI. Sehingga menghasilkan tabel sebagai berikut. Saham Tidak ada Deposito Ada Ada, berubah mengikuti pasar Tidak ada Tidak ada ORI Ada Ada, tetap Tidak ada Ada Ada Dapat

Jatuh tempo

Kupon (bunga) Tidak ada Dividen Ada Potensi capital gain Ada Jaminan pemerintah Tidak ada Pasar sekunder Dapat Tidak dapat Tabel 1. Perbedaan Antara Saham, Deposito, dan ORI Sumber: Pratiwi (2006) dalam Wuri (2007)

Oleh karena itu, ORI dapat dijadikan pilihan investasi yang aman dan menguntungkan. Apabila selama ini masyarakat tertarik mendiversifikasi investasi melalui deposito dan reksadana, maka pada saat ini obligasi ritel Indonesia dapat menjadi pertimbangan masyarakat. Apabila investor mempunyai masalah dalam kebutuhan pendanaan, maka investor dapat menyiasati kebutuhan pendanaannya dengan menjaminkan ORI yang dimilikinya untuk mendapatkan kredit. Sehingga investor tidak perlu menjual ORI sebelum jatuh tempo. Penerbitan ORI selain memiliki nilai strategis karena dapat mendorong dan memfasilitasi mobilisasi dana masyarakat yang digunakan untuk pembiayaan APBN, dan dapat mengarahkan masyarakat kepada kemandirian bangsa akan pembiayaan pembangunan. Widajati (2009), mengungkapkan bahwa inflasi tidak mempunyai hubungan dan pengaruh signifikan terhadap tingkat bunga. Hal ini didukung dengan teori Irving Fisher yang mengungkapkan bahwa dalam jangka panjang, tingkat inflasi tidakmempengaruhi tingkat bunga. Adanya pengaruh tidak langsung variabel inflasi terhadap harga obligasi melalui tingkat bunga SBI sebesar 10,05% tetapi dari hasil korelasi antara variabel inflasi dengan harga obligasi melalui tingkat suku bunga SBI lemah atau tidak adanya hubungan. Hal ini disebabkan tidak adanya pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat bunga. Jadi secara tidak langsung inflasi tidak mempengaruhi harga obligasi ritel Indonesia. Apabila tingkat inflasi turun dan tingkat bunga

turun maka harga obligasi naik. Peningkatan transaksi ini dipengaruhi oleh penurunan suku bunga yang membuat harga meningkat. Sedangkan obligasi ritel Indonesia akan menguntungkan dan memberikan informasi bahwa pemegang obligasi sebaiknya melihat yielddan bukan kupon obligasi.

Sesuai namanya, ORI merupakan obligasi negara yang dijual kepada individu atau perorangan Warga Negara Indonesia (WNI). ORI diterbitkan pemerintah untuk membiayai anggaran negara, diversifikasi sumber pembiayaan, mengelola portofolio utang negara, dan memperluas basis investor. Itulah sebabnya, dengan membeli ORI, selain berinvestasi investor bisa sekaligus berkontribusi meminjamkan uang kepada negara untuk membangun negeri. Karena diterbitkan negara, ORI merupakan investasi yang bebas terhadap risiko gagal bayar, yaitu kegagalan Pemerintah untuk membayar kupon dan pokok kepada investor. Pembayaran kupon dan pokok ORI dijamin oleh Undang-Undang. Batas minimal pemesanan pembelian ORI cukup terjangkau yaitu Rp5 juta dengan maksimum pembelian Rp3 miliar Pada saat menerbitkan ORI, Pemerintah menunjuk agen penjual yang terdiri atas beberapa bank dan perusahaan sekuritas. Imbal hasil ORI berupa kupon atau bunga yang dibayarkan setiap bulan sekali. Kupon ORI ditetapkan lebih tinggi dari rata-rata bunga deposito bank. Sementara jangka waktu penerbitan ORI umumnya tiga tahun. Tidak hanya bisa dibeli di pasar perdana (saat diterbitkan) dan dipegang hingga jatuh tempo, ORI dapat pula diperdagangkan di pasar sekunder. Setelah diterbitkan, ORI akan dicatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Investor bisa menjual dan membeli ORI di pasar sekunder baik melalui mekanisme bursa maupun over the counter (transaksi di luar bursa). Pemerintah juga telah menunjuk market maker dari bank dan perusahaan sekuritas untuk menetapkan kuotasi (harga penawaran beli atau harga penawaran jual) ORI, sehingga investor bisa mengetahui harga ORI yang dimilikinya. Investor memiliki dua potensi keuntungan dari investasi ORI. Keuntungan pertama berupa kupon bulanan, dan keuntungan kedua berupa capital gain yang diperoleh apabila investor menjual ORI di pasar sekunder dengan harga yang lebih tinggi dari harga pembelian. ORI Pertama (ORI-001) diterbitkan pemerintah tahun 2006, dengan kupon sebesar 12,5 persen per tahun. Sementara ORI-002 dan ORI-003 dikeluarkan pada tahun 2007, dengan nilai masingmasing kupon sebesar 9,28 persen dan 9,40 persen per tahun. ORI-004 diterbitkan tahun 2008 memberikan kupon sebesar 9,5 persen. ORI-001 sampai ORI-004 sudah jatuh tempo. Sementara yang saat ini beredar di pasar adalah ORI-005 dengan kupon 11,45 persen, ORI-006 berkupon 9,35 persen, ORI-007 dengan kupon 7,95 persen, ORI-008 yang memberikan kupon 7,35 persen, dan ORI-009 dengan kupon 6,25 persen.

Pemerintah akan terus menerbitkan ORI secara reguler. Cara membeli ORI cukup mudah. Investor bisa datang ke agen penjual ORI yang diumumkan oleh Pemerintah. Setelah mengisi formulir pemesanan dan menyerahkan dana yang ingin diinvestasikan, investor akan menerima ORI sejumlah nilai tersebut. Jika investor membeli di agen perbankan, maka akan diminta membuka rekening untuk penyetoran modal dan menerima transfer bunga setiap bulan pada rekening tersebut. Dokumen yang diperlukan saat pemesanan ORI adalah fotokopi KTP dan bukti setor.

ORI 008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Masa Penawaran Tanggal Penjatahan Tanggal Setelmen Tanggal Jatuh Tempo Minimum Pemesanan Maksimum Pemesanan Tingkat Kupon Pembayaran Kupon Pembayaran Kupon pertama kali 7 21 Oktober 2011 24 Oktober 2011 26 Oktober 2011 15 Oktober 2014 Rp 5.000.000 Rp 3.000.000.000 7,3% per tahun Tanggal 15 setiap bulan Tanggal 15 Desember 2011

ORI 009

histori kupon ORI dari tahun ke tahun : - Ori 1 : 12.05% per tahun (sudah jatuh tempo) - Ori 2 kuponnya 9.28% per tahun (sudah jatuh tempo) - Ori 3 kuponnya 9.40% per tahun (sudah jatuh tempo) - Ori 4 kupon 9.50% per tahun ( jatuh tempo 12 Maret 2012) - Ori 5 kuponnya 11.45% per tahun (jatuh tempo 15 Sept 2013 tenor 5 tahun) - Ori 6 kuponnya 9.35% per tahun (jatuh tempo 15 Agustus 2012) - Ori 7 : 7.95% per tahun (jatuh tempo 15 Agustus 2013) - Ori 8 kupon 7.3% per tahun (jatuh tempo 15 Oktober 2014)

ORI-009 dicatatkan di BEI pada 11 Oktober 2012 dan dijual melalui 22 agen penjual yang terdiri dari 17 bank dan 5 perusahaan sekuritas. 17 bank yang bertindak sebagai agen penjual ORI-009 diantaranya yaitu Citibank, N.A lndonesia Branch, PT Bank ANZ lndonesia, PT Bank Bukopin Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank ClMB Niaga Tbk, PT Bank Danamon lndonesia Tbk, PT Bank lnternasional lndonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Juga PT Bank Negara lndonesia (Persero) Tbk, PT Bank OCBC NlSP Tbk, PT Bank Panin Tbk, PT Bank Pernbangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk, PT Bank Perrnata Tbk, PT Bank Rakyat lndonesia (Persero) Tbk, PT Bank UOB lndonesia, Standard Chartered Bank, dan The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd.

Sementara itu lima perusahaan sekuritas yang juga bertindak sebagai agen penjual adalah, PT Danareksa Sekuritas, PT Mega Capital lndonesia, PT Reliance Securities Tbk, PT Trimegah Securities Tbk, dan PT Valbury Asia Securities. (TIM BEI) (wdi) Rating merupakan indikator penting dalam membeli obligasi, terutama obligasi korporasi, atau obligasi yang diterbitkan perusahaan. Mengapa penting? Karena rating merupakan penilaian atas kemampuan suatu perusahaan dalam membayar utang-utangnya. Obligasi adalah surat utang, atau bukti utang dari perusahaan yang dipegang oleh investor. Artinya, kualitas obligasi sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan penerbit obligasi dalam membayar obligasinya pada saat jatuh tempo, dan kemampuannya membayar bunga atau kupon selama jangka waktu penerbitan obligasi tersebut. Rating obligasi diberikan oleh perusahaan pemeringkat. Perusahaan pemeringkat ini harus mendapat izin resmi dari regulator di industri keuangan masing-masing negara. Ada yang berdiri sendiri, ada pula lembaga rating internasional yang beroperasi di negara lain. Di Indonesia, perusahaan yang mendapat izin sebagai lembaga rating adalah PT Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia), Fitch Rating Indonesia yang merupakan lembaga rating internasional yang membuka jaringannya di Indonesia dan ICRA (Indonesia Credit Rating Agency). Ada standarisasi rating yang diberikan lembaga rating di seluruh negara. Sehingga meskipun simbol atau angka penilaiannya berbeda, ada kesetaraan penilaian antar satu lembaga rating dengan lembagarating lain. Suatu rating terdiri dari dua bagian, yakni Rating dan Outlook. Rating adalah kemampuan membayar utang, sedangkan Outlook adalah pandangan dari perusahaan pemeringkat apakah rating akan naik, turun atau tetap pada periode penilaian berikutnya. Rating obligasi biasanya terdiri dari dua atau tiga huruf yang disertai dengan tanda atau angka tergantung perusahaan pemeringkat. Sebagai contoh urutan dari yang paling tinggi hingga paling rendah secara umum adalah sebagai berikut: Investment Grade. AAA atau Aaa. AA+, AA dan AA- atau Aa1, Aa2, dan Aa3. A+, A, dan A- atau A1, A2, dan A3. BBB+, BBB dan BBB- atau Baa1, Baa2, dan Baa3. Non Investment Grade (junk bond) dengan rating di bawah BBB atau Baa.

BB+, BB dan BB- atau Ba1, Ba2, dan Ba3. B+, B dan B- atau B1, B2, dan B3. CCC+, CCC dan CCC- atau Caa1, Caa2, dan Caa3. CC+, CC dan CC- atau Ca11, Ca2, dan Ca3. C+, C dan C- atau C1, C2, dan C3. Default. Investment Grade adalah kategori suatu perusahaan memiliki kemampuan yang cukup dalam melunasi utangnya. Investor yang mencari investasi yang aman, umumnya memilih rating Investment Grade. Sementara Non Investment Grade adalah kategori perusahaan dianggap memiliki kemampuan yang meragukan dalam memenuhi kewajibannya. Perusahaan yang masuk kategori Non Investment Gradeini biasanya cenderung sulit memperoleh pendanaan. Supaya bisa berhasil umumnya mereka memberikan kupon atau imbal hasil yang tinggi sehingga disebut juga dengan High Yield Bond. Investor yang memilih jenis obligasi ini biasanya cenderung memiliki sifat spekulatif. Sebab jika ternyata perusahaan berkomitmen melunasi seluruh kewajibannya, imbal hasil yang diterima bisa sangat tinggi. Pada prinsipnya, semakin rendah rating, berarti semakin tinggi risiko gagal bayar dan berarti semakin besar pula imbal hasil (return) yang diharapkan oleh investor. (TIM BEI) (//ade)

B. PENILAIAN SAHAM

Anda mungkin juga menyukai