Anda di halaman 1dari 5

Obat-obat yang digunakan pada kejang parsial dan tonik klonik umum 1.

Fenitoin Merupakan antiepilepsi nonsedatif tertua di dunia. Mempengaruhi berbagai efek fisiologis, fenitoin mengubah konduktan Na, k, Ca, potensi membran, konsentrasi asam amino, neurotransmiter norepinefrin, asetilkolin, GABA, menghambat potensial pasca tetanik dalam sumsum tulang belakang. Dalam konsentrasi tinggi, fenitoin juga menghambat pelepasan serotonin, memacu ambilan dopamin, menghambat kerja monoamin oksidase, berinteraksi dengan lipid membran sehingga menstabilkan membran. Fenitoin paling efektif untuk kejang parsial dan tonik-klonik umum, efektif terhadap serangan primer atau sekunder dari jenis kejang lainnya. Absorpsi dari saluran cerna hampir sempurna, banyak terikat oleh protein plasma. Konsentrasi obat dalam cairan serebrospinal sebanding dengan kadar obat dalam plasma, menumpuk dan terikat pada retikulum endoplasma sel-sel otak, hati, dan jaringan lemak. Metabolit tidak aktif dikeluarkan melalui urin. Waktu paruh obat antara 12-36 jam dengan ratarata 24 jam. Dosis orang dewasa biasanya 300mg/hari, jika kejang berlanjut diberikan dosis lebih tinggi. Pada anak-anak dosis yang diberikan 5mg/kgbb/hari. Karena fenitoin terikat plasma jadi fenitoin akan berinteraksi dengan obatobat yang memiliki afinitas tinggi terhadap protein plasma seperti fenilbutazon dan sulfonamid. Fenitoin memiliki afinitas tinggi terhadap TBG sehingga dapat mengacaukan hasil tes fungsi tiroid. Mefenitoin, Etotoin, dan Fanasemid merupakan obat turunan dari fenitoin. Etotoin dianjuurkan kepada pasien yang hipersensitif terhadap fenitoin, fanasemid digunakan sebagai obat kejang parsial yang refrakter. 2. Karbamazepin Karbamazepin merupakan senyawa trisiklik yang efektif terhadap pengobatan depresi bipolar. Mekanisme kerja karbamazepin serupa dengan fenitoin, menutup saluran natrium, karbamazepin juga bekerja presinaptik menurunkan transmisi sinaptikkarbamazepin juga menghambat ambilan ambilan dan pelepasan dari norepinefrin dari sinaptosom otak tetapi tidak tidak mempengaruhi ambilan GABA. Karbamazepin sering dianggap sebagai obat pilihan kejang parsial, dan para dokter juga menggunakan sebagai obat kejang tonik-klonik, selain itu obat ini juga efektif untuk neuroglia trigeminal. Kadar puncak tercapai pada 6-8 jam, obat lambat diabsorpsi jika diberikan setelah maka. Waktu paruh 36 jam untuk pasien dosis tunggal pertama kemudian menurun menjadi 20 jam. Karbamazepin diberikan secara oral dengan dosis untuk anak 15-25 mg/kgbb/hari, untuk dewasa 1-2 g.

Okskarbazepin merupakan obat baru yang berhubungan dekat dengan karbamazepin digunakan untuk tipe kejang yang sama tapi dengan toksisitas lebih kecil. 3. Fenobarbital Banyak yang menganggap barbiturat oabt pilihan untuk kejang terhadap bayi. Mekanisme kerja belum diketahui secara pasti, tetapi memacu proses penghambatan dan mengurangi transmisi eksitasi, dapat menekan saraf abnormal secara selektif, menghambat pelepasan dan penyebaran dari fokus. Sepert fenitoin, dalam dosis tinggi, fenobarbital menekan kejang melalui konduksi Na, lepasnya frekuensi tinggi rejatan saraf berulang dari dalam kultur. Pada konsentrasi tinggi barbiturat menghambat arus Ca ( tipe L dan M), meningkatkan penghambatan melaui GABA dan reduksi eksitasi melalui asam glutamat. Fenobarbital umumnya digunakan pada serangan kejang parsial dan tonik-klonik umum, meskipun obat ini digunakan untuk setiap jenis kejang, terutama pada kejang yang sulit dikendalikan. Para dokter lebih menyukai metarbital atau mefobarbital karena efek samping lebih sedikit. Kadar terapi 10-40 g/ml. 4. Primidon Meskipun primidon akan diubah menjadi fenobarbital tetapi mekanisme kerjanya sendiri meyerupai fenitoin. Primidon efektif terhadap kejang parsial dan kejang tonik-klonik serta mungkin sedikit lebih efektif daripada fenobarbital. primidon efektif pada kejang yang terjadi pada bayi baru lahir dimana enzim untuk metabolit obat belum sempurna, selain itu primidon efektif untuk pasien berumur tua. Primidon diabsorpsi sempurna, konsentrasi puncak tercapai setelah 3 jam pemberian oral. Dosis yang diberikan 10-20 mg/kgbb/hari, diberikan dalam dosis rendah untuk pemberian pertama dan dinaikan secara bertahap dalam beberapa hari atau minggu. 5. Vigabatrin Penelitian terakhir untuk dapat meningkatkan efek GABA, termasuk untuk mendapatkan agonis GABA dan prodrug, inhibitor GABA transaminase, dan inhibitor ambilan GABA. Vigabatrin menunjukan kemampuan meningkatkan efek inhibisi GABA,namun baru dipasarkan di Eropa dan Amerika Selatan. Vigabatrin merupakan penghambat ireversibel dari GABA aminotransferase (GABA-T), yaitu enzim yang membantu dalam menguraikan GABA, obat ini menigkatkan GABA sinap. Vigabtrin terutama digunakan untuk kejang parsial dan sindrom West. Dosis dewasa mulai dari 500 mg 2 kali sehari, jumlah total 1,5 g perhari. 6. Lamotrigin

Mekanisme kerja belum diketahui secara pasti, tetapi seperti fenitoin, dapat mencegah rangsangan berulang dengan perpanjangan inaktivasi saluran natrium. Waktu paruh obat kira-kira 24 jam. Lamotrigin efektif untuk kejang parsial pada dewasa, dengan dosis 100-300 mg/hari. Obat ini juga efektif untuk absence dan kejang mioklonik anak. 7. Felbamat dan Gabapentin Felbamat merupakan obat terbaru, efektif pada pasien kejang parsial, mempunyai waktu paruh 20 jam, namun obat ini ditarik dari pasaran karena memiliki efek anemia aplastik. Gabapentin analog dengan GABA dan juga efekti terhadap kejang parsial. Waktu paruh 6 jam. Obat-obat yang digunakan dalam kejang umum 1. Etosuksimid Obat ini dikenal sebagai obat petit mal murni, merupakan obat pilihan utama untuk anti-absence karena indiosinkrasi hepatotoksik lebih kecil daripada asam valproat. Mekanisne kerja melibatkan saluran natrium, menghambat Na/K ATPase, menekan kecepatan metabolisme serebral, menghambat GABAaminotransferase, memiliki peran penting pada arus Ca, menurunkan arus nilai ambang rendah (tipe T). Arus kalsium tipe T merupakan arus yang menimbulkan pemacu pada saraf talamus sehingga terjadi gelombang korteks yang ritmis dari serangan absence. Absorpsi obat sempurna melalui oral, kadar puncak tercapai setelah 3-7 jam pemberian. Dosis yan diberikan 750-1500mg/hari biasanya diberikan 2 kali dalam sehari. 2. Fensuksimid dan Metsuksimid Merupakan fenilsuksinimid yang dikembangkan dan dipasarkan sebelum etoksuksimid. Digunakan sebagai obat anti-absenceberbeda dengan etosuksimid kedua senyawa ini mampu mengatasi kejang elektrosyok maksimal dan metsuksimid sudah diteliti untuk digunakan pada kejang parsial. 3. Asam Valproat dan Natrium Valproat Asam valproat afektif terhadapa kejang anti pentilantetrazol dan elektrosyok maksimal, seperti fenitoin dan karbamazepin, valproat menghambat cetusan berulang frekuensi tinggi. Kemampuannya terhadap kejang parsial barangkali akibat efeknya terhadap arus Na, beberapa penelitian juga menunjukan adanya peningkatan GABA saat menggunakan obat asam valproat, obat ini juga memiliki efek menghambat GABA aminotransferase, pada konsentrasi tinggi dapat meningkatkan konduktan membran kalium, pada konsentrasi rendah dapat menimbulkan hiperpolarisasi potensial membran.

Efektif digunakan untuk serangan absence, meskipun etosuksimed meruapakan obat pilihan, valproat lebih sering digunaskan sebagai obat tunggal kejang tonik-klonik umum. Valproat memiliki kemampuan mengontrol kejang mioklonik. Dosis yang diberikan 25-30 mg/kgbb/hari kadang diperlukan dosis sampai 60 mg/kgbb/hari. Pada beberapa penelitian penggunaaan valproat meningkatkan angka kejadian spina bifida saat digunakan pada masa kehamilan. 4. Oksazolidinedion Trimetadion merupakan aksazolidinedion pertama yang dikenal sebagai obat antiepilepsi. Penggunaan oksazolidinedion sangat terbatas pada waktu ini ( trimetadion, parametadion, dimetadion). Senyawa ini aktif terhadap kejang akibat akibat pentilantetrazol. Meningkatkan ambang letup untuk kejang akibat stimulasi talamus berulang, mengurangi aliran kalsium tipe T. Obat ini cepat diabsorpsi dengan kadar puncak 1 jam setelah pemberian. Dosis yang diberikan pada orang dewasa 30 mg/kgbb/hari. Obat-obat lain yang digunakan pada epilepsi 1. Benzodiazepin Ada dua aspek yang membatasi penggunaan benzodiazepin. Pertama banzodizepin memiliki efek sedasi yang berlebihan yang tidak menguntukan untuk terapi jangka panjang. Kedua yaitu toleransi. a. Diazepam Diberikan melalui IV untuk menghentikan kejang kontinu, terutama kejang tonik-klonik status epilepsi. b. Lorazepam Jika diberikan secara IV lebih efektif dasn bekerja lebih lama jika dibandingkan dengan diazepam. c. Klonazepam Merupakan obat kerja panjang yang efektif terhadap kejang absence, merupakan salah satu antiepilepsi paling kuat, obat ini juga efektif pada kejang mioklonik. Dosis yang diberikan 0,1-0,2 mg/kgbb. d. Klorazepat dipotasium e. Nitrazepam f. Klobazam 2. Asetozolamid

Merupakan diuretik dengan kerja menghambat karbonik anhidrase. Akumulasi karbon dioksida di otak mungkin merupakan mekanisme obat sebagai antiepilepsi atau mungkin bekerja melalui efek neuronal langsung. 3. Bromid Berguna pada pasien profiria, yang merupakan kontraindikasi penggunaan obat lain. Waktu paruh 12 hari, dengan dosis pada dewasa 3-6 g/hari.

Anda mungkin juga menyukai