Anda di halaman 1dari 21

BAB I STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI Nama Mahasiswa

NIM : Naman Khlaid : 030.07.176

Dokter Pembimbing : dr. Dina Siti Daliyanti Sp.A

I.

IDENTITAS Data Nama Pasien An.M 02 April 2011 / 2 tahun Perempuan Ayah Tn. S 29 tahun Laki-laki Ibu Ny. S 23 tahun Perempuan

Tanggal Lahir / Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Suku Bangsa Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Keterangan

Jln. Kp dua Rt 002/015 Jakasampurna,bekasi Islam Jawa Hubungan dgn orangtua anak Islam Jawa SMA Pegawai 1.000.000 Islam Jawa SMP Ibu Rumah Tangga -

kandung.

II.

ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis dengan ibu penderita pada hari Jumat, tanggal 19 April 2013, pukul 10.00 WIB

A. Keluhan Utama Kejang B. Keluhan Tambahan Demam, batuk berdahak, pilek, muntah Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien menderita demam yang tidak terlalu tinggi namun menetap. Selain demam, pasien juga sering terlihat batuk hingga merasa sesak dan nafsu makan pasien menurun. Tiga hari yang lalu, pasien dibawa ke IGD RSUD Kota Bekasi karena kejang dan demam yang tinggi. Kejang kelonjotan terjadi pada seluruh tubuh dengan mata pasien terlihat mengalami deviasi ke atas, terjadi 2 kali dalam sehari dengan selang waktu 3 jam, masing-masing berlangsung 15 menit, dan setelah kejang pasien tertidur. Pasien belum pernah mengalami kejang seperti ini sebelumnya. Sudah kurang lebih seminggu pasien mengeluh batuk dan pilek. Saat ini pasien dirawat inap di RSUD Bekasi, dan selama itu tidak pernah lagi mengalami kejang namun batuk pasien semakin sering dan berdahak kental berwarna putih serta terlihat sesak.Pagi ini pasien muntah satu kali berisi susu dan masih terdapat gejala batuk. Pola defekasi dan buang air kecil pasien sejak masuk RS hingga saat ini lancar. C. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat operasi maupun dirawat dirumah sakit sebelumnya disangkal oleh pasien.

D. Riwayat Penyakit Keluarga Di keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan hal yang sama seperti pasien saat ini. Tidak ada riwayat alergi.

III.

RIWAYAT PASIEN Pasien adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Kakak pasien berumur 4 tahun dan pasien berumur 2 tahun.

A. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Kehamilan Perawatan Antenatal Penyakit Kehamilan Kelahiran Tempat kelahiran Penolong persalinan Cara persalinan Masa gestasi Keadaan bayi Berat badan lahir Panjang badan lahir Lingkar kepala Langsung menangis Nilai APGAR Kelainan bawaan : 3800 gram : 49 cm :: ya : :: Bidan : Bidan : Spontan pervaginam : Cukup bulan (9 bulan) : Rutin periksa ke bidan : Tidak ada

Kesan : riwayat kelahiran dan kehamilan baik

B. Riwayat Tumbuh Kembang Pertumbuhan gigi pertama Psikomotor Tengkurap dan berbalik sendiri Duduk : 6 bulan : 7 bulan : 7 bulan

Merangkak Berdiri Berjalan Berbicara Membaca

: 8 bulan : 9 bulan : 10 bulan : 12 bulan : 5 tahun :-

Gangguan perkembangan

Kesan : Baik ( Perkembangan sesuai dengan usia)

C. Riwayat Makanan Umur (bulan ) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-10 10-12 ASI PASI ASI ASI PASI PASI PASI PASI BUAH BISKUIT BUBUR SUSU NASI TIM

Kesan : Pasien mendapatkan ASI sesuai dengan usianya dan diganti dengan PASI setelah usia 6 bulan. Pasien mendapatkan makanan tambahan sesuai dengan usianya

Umur lebih dari 1 tahun JENIS MAKANAN Nasi / pengganti Sayur Daging Telur Tempe dan tahu Susu ( merk/ takaran ) FREKUENSI DAN JUMLAHNYA 3 x sehari 2 x sehari 2 x sebulan 2 x seminggu 4x seminggu Indomilk susu cair 3-4 x seminggu

Kesulitan makan Kesimpulan Riwayat Makanan

: Tidak ada : Baik

D. Riwayat Imunisasi VAKSIN BCG DPT/ DT POLIO CAMPAK HEPATITIS B MMR TIPA 2 bulan 2 bulan 9 bulan 0 bulan DASAR (umur) 2 bulan 4 bulan 4 bulan 1 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 18 bulan 18 bulan ULANGAN (umur) 6 tahun -

Kesan : Imunisasi dasar lengkap akan tetapi keluarga pasien tidak ingat kapan dilakukannya imunisasi.

E. Riwayat Keluarga Corak Reproduksi No Tanggal Lahir 1. 14 Agustus 2009 2. 14 April 2011 Hidup Sehat Jenis Kelamin Hidup Hidup Lahir Mati Sehat Abortus Mati Keterangan

Riwayat Pernikahan AYAH/ WALI Nama Pernikahan keTn.S 1 IBU/WALI Ny. S 1

Umur saat menikah Pendidikan terakhir Agama Suku Bangsa Keadaan kesehatan

23 SMA Islam Jawa Baik

17 SMP Islam Jawa Baik

Riwayat keluarga orang tua pasien Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan sama seperti pasien, penyakit paru dan tidak ada yang menderita penyakit menular. Riwayat anggota keluarga lain yang serumah Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan sama seperti pasien.

F. Riwayat Lingkungan Perumahan Kepemilikan Rumah : Rumah Orang Tua Keadaan Rumah :

Rumah terdiri dari satu lantai yang terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi dan mempunyai halaman yang tidak luas. Rumah beratapkan genteng yang terbuat dari batu bata, mempunyai tembok yang terbuat dari bata, kapur dan semen yang dicat dan lantai dari keramik. Jendela tidak ada (sirkulasi udara buruk). Sumber Air : PAM

Keadaan Lingkungan : Daerah rumah padat penduduk Dibelakang rumah terdapat tanah kosong yang tidak terawat Keadaan disekeliling rumah cukup bersih.

G. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita PENYAKIT Diare Otitis Radang paru UMUR 6 bulan PENYAKIT Morbili Parotitis Demam berdarah UMUR PENYAKIT Darah Jantung Cacar UMUR -

Tuberkulosis Kejang Ginjal

Demam tifoid Cacingan Alergi

Difteri Kecelakaan Operasi

IV. Tanggal Waktu

PEMERIKSAAN FISIK : 19 April 2013 : 10.00 WIB

PEMERIKASAAN UMUM Status generalis a. Keadaan Umum b. Kesadaran c. Tanda Vital o Frekuensi Nadi o Suhu Tubuh d. Data Antropometri :
o o o Umur ( bulan ) Berat badan (BB) Tinggi badan (TB) : 28 bulan : 10 kg : 83 cm

: tampak sakit sedang : compos mentis : : 96x/menit

o Frekuensi Pernafasan : 24 x/menit : 36,8C

Status gizi Menurut kurva WHO BMI: 10/0.832 = 14.5(diantara -1 s/d +1) Kesimpulan : gizi baik(normal)

PEMERIKSAAN SISTEMATIS Kepala o Bentuk o Rambut : : Normocephali : Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata.

o Mata

: Palpebra tidak cekung, pupil bulat isokor, diameter

3mm/3mm, reflek cahaya langsung dan tidak langsung positif pada kedua mata, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik o Telinga o Hidung o Mulut : Normotia, liang telinga lapang/lapang, serumen -/-. : Bentuk biasa, lapang/lapang, sekret(+/+). : Mukosa bibir kering, sianosis (-), lidah tidak kotor dan tidak kering, Faring hiperemis, Tonsil T1-T1 hiperemis Leher : Trakea lurus ditengah, tiroid tidak membesar, KGB tidak membesar Thoraks o Jantung Inspeksi Palpasi : Ictus cordis tidak terlihat :Ictus cordis teraba 1 cm medial dari linea :

midclavicularis sinistra pada ICS V Perkusi Auskultasi o Pulmo Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Abdomen o Inspeksi o Auskultasi o Palpasi o Perkusi Anus Genitalia : Simetris dalam keadaan statis & dinamis : Vocal fremitus sama di kedua hemithorax : Sonor di kedua hemithorax : Suara napas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/: : Perut tampak datar, tidak tampak benjolan : Bising usus (+) 3x/menit. : Supel, nyeri tekan (+) epigastrium, hepar dan lien tidak teraba membesar. : Timpani, nyeri ketok (+). : Tidak ada kelainan pada anus dan sekitarnya : Jenis kelamin laki-laki, tidak tampak fimosis, edema : Tidak dilakukan : S1 S2 reguler, murmur (-) gallop (-)

atau kelainan disekitar penis.

Ekstremitas Lengan Kanan -Tonus: -Massa: Sendi: Gerakan: Oedema: Lain-lain : Memar: Otot normotonus eutrofi tidak bengkak aktif tidak ada petekie (-) normotonus eutrofi tidak bengkak aktif tidak ada (-) tidak ada Kiri tidak ada

tidak terdapat kelainan kongenital.

Tungkai dan kaki Kanan -Tonus: -Massa: Sendi: Gerakan: Oedema: Lain-lain : Memar: Otot normotonus eutrofi tidak bengkak aktif tidak ada petekie (-) normotonus eutrofi tidak bengkak aktif tidak ada (-) tidak ada Kiri tidak ada

tidak terdapat kelainan kongenital

Kulit : Warna Jaringan parut Pigmentasi Pertumbuhan rambut Lembab / kering Suhu raba Turgor Keringat Umum Ikterus : sawo matang : tidak ada : tidak ada : merata : lembab : hangat : baik :+ : -

Status Neurologis Kaku kuduk Perasat Brudzinski I Perasat Brubzinski II Perasat Kernig : tidak ada :(-) :(-) :(-)

Hasil pemeriksaan laboratorium (Tanggal 16 April 2012) Darah tepi: Hb Ht Tr L : 11.8 g/dl : 38 % : 199.000 /uL : 10.200 /uL

Glukosa sewaktu : 153 mg/dl Elektrolit: Na : 141 mmol/L

K Cl V. RESUME

: 3,76 mmol/L : 104 mmol/L

Pasien seorang anak perempuan umur 2 tahun, berat badan 10 kg, datang ke UGD RSUD bekai dengan keluhan utama kejang dan keluhan tambahan demam dan batuk, pilek dan muntah. Keadaan pada saat di IGD tanggal 19 April 2013 Nadi : 100 x/menit, Suhu : 38,1 C, Pernapasan : 24 x/menit, Telah dilakukan pemeriksaan fisik dengan hasil : Kesadaran : compos mentis

Faring : hiperemis Tonsil : T1-T1 hiperemis Telah dilakukan pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 16 April 2013 dengan hasil Darah tepi : Hb Eritrosit Leukosit Trombosit Hematokrit : 11.8 g/dL : 5700/uL : 10.200 /uL : 199.000 /uL : 38 %

Gula darah sewaktu : 153 mg/dl Elektrolit : Na K Cl VI. : 141 mmol/L : 3,76 mmol/L : 104 mmol/L

Diagnosa Kerja Kejang Demam Kompleks

VII.

Diagnosa Banding

Kejang demam kompleks Meningitis Ensephalitis VIII. Anjuran Pemeriksaan Penunjang Darah tepi Elektrolit Gula darah sewaktu Urinalisis EEG

IX.

Penatalaksanaan

Pengobatan: Rawat inap IVFD : KAEN 3 B 8 tetes per menit Cefotaxime 3 X 400 mg PCT 3 X 1 Cth Stesolid( Diazepam)

X.

Prognosis Ad Vitam : Bonam

Ad Fungsionam : Bonam Ad Sanasionam : Bonam

Analisa Kasus
Pada pasien ini ditegakkan diagnosa kerja Kejang Demam berdasarkan dari : Dari anamnesa didapatkan 1. Usia pasien 2 tahun yang sesuai dengan statement on febrile seizure yang menyatakan bahwa kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasa terjadi pada umur 6 bulan sampai 5 tahun. 2. Dari anamnesa juga didapatkan bahwa gejalapasien merupakan gejala kejang demam komplek : - Kejang lama lebih dari 15 menit - Kejang fokal atau Parsial 1 sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial - Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Tinjauan Pustaka Kejang Demam


I. DEFINISI Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Infeksi ekstrakranial yang paling banyak didapatkan yakni dari saluran pernapasan bagian atas, dan merupakan 70% dari seluruh penyebab kejang demam.

II.

EPIDEMIOLOGI Diperkirakan 3% anak-anak dibawah usia 6 tahun pernah menderita kejang demam. Anak laki-

laki lebih sering pada anak perempuan dengan perbandingan 1,4 : 1,0. Menurut ras maka kulit putih lebih banyak daripada kulit berwarna. Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas juga memegang peranan. Lennox Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang sempurna. Dan 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%.

III.

ETIOLOGI Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering disebabkan

infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang. Konvulsi jauh lebih sering terjadi dalam 2 tahun pertama dibanding masa kehidupan lainnya. Cedera intrakranial saat lahir termasuk pengaruh anoksia dan perdarahan serta cacat kongenital pada otak, merupakan penyebab tersering pada bayi kecil. Pada masa bayi lanjut dan awal masa kanak-kanak, penyebab tersering adalah infeksi akut (ekstra dan intrakranial). Penyebab yang lebih jarang pada bayi adalah tetani, epilepsi idiopatik, hipoglikemia, tumor otak, insufisiensi ginjal, keracunan, asfiksia, perdarahan intrakranial spontan dan trombosis, trauma postnatal,dan lain-lain.

Mendekati pertengahan masa kanak-kanak, infeksi ekstrakranial akut semakin jarang menyebabkan konvulsi, tapi epilepsi idiopatik yang pertama kali tampil sebagai penyebab penting pada tahun ketiga kehidupan, menjadi faktor paling umum. Penyebab lain setelah masa bayi adalah kelainan kongenital otak, sisa kerusakan otak akibat trauma, infeksi, keracunan timbal, tumor otak, glomerulonefritis akut dan kronik, penyakit degeneratif otak tertentu dan menelan obat.

IV.

PATOFISIOLOGI Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak dperlukan suatu energi yang

didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya: 1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler 2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya 3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadan demam kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas mutan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut dengan neurotransmiter dan terjadilah kejang.

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 oC sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Sehingga beberapa hipotesa dikemukakan mengenai patofisiologi sebenarnya dari kejang demam, yaitu:

Menurunnya nilai ambang kejang pada suhu tertentu. Cepatnya kenaikan suhu. Gangguan keseimbangan cairan dan terjadi retensi cairan. Metabolisme meninggi, kebutuhan otak akan O2 meningkat sehingga sirkulasi darah bertambah dan Dasar patofisiologi terjadinya kejang demam adalah belum berfungsinya dengan baik susunan

terjadi ketidakseimbangan.

saraf pusat (korteks serebri). V. GEJALA KLINIS Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akuta, bronkitis, furunklosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Secara umum, gejala klinis kejang demam adalah sebagai berikut : Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba) Kejang tonik-klonik atau grand mal Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam) Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik) Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama biasanya berlangsung 1-2 menit Lidah atau pipinya tergigit Gigi atau rahangnya terkatup rapat

Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya) Gangguan pernafasan Apneu (henti nafas) Kulitnya kebiruan. Setelah mengalami kejang biasanya: Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi) maupun sakit kepala. Mengantuk Linglung (sementara dan sifatnya ringan) Jika kejang tunggal berlangsung kurang dari 5 menit, maka kemungkinan terjadinya cedera otak atau kejang menahun adalah kecil.

VI.

KRITERIA KEJANG DEMAM Untuk itu Livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu:

1. Kejang demam sederhana (Simple febril convulsion) 2. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (Epilepsy triggered of by fever) Kriteria kejang demam menurut Livingtone adalah: 1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun. 2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit. 3. Kejang bersifat umum 4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam. 5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal. 6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan. 7. Frekuensi bangkitan kejang didalam 1 tahun tidak melebihi 4x. Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria modifikasi Livingston diatas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus saja.

VII.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Suhu tubuh yang diukur dengan cara memasukkan thermometer ke dalam lubang dubur, menunjukkan angka lebih besar dari 38,9 oC. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah: EEG (perekaman aktivitas listrik di otak) CT scan kepala Pungsi lumbal Pemeriksaan neurologis.

VIII.

DIAGNOSA BANDING Diagnosa banding kejang demam adalah :

Epilepsi Trigger Of by Fever (ETOF) Meningitis Ensefalitis Abses otak

IX.

PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan pencegahan kejang.

1.

Penanganan Pada Saat Kejang Menghentikan kejang: Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,40,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.

Turunkan demam: Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari Kompres: suhu >39 oC: air hangat ; suhu >38 oC: air biasa

Pengobatan penyebab: antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya Penanganan suportif lainnya meliputi: Bebaskan jalan nafas Pemberian oksigen Menjaga keseimbangan air dan elektrolit Pertahankan keseimbangan tekanan darah

2.

Pencegahan Kejang Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15-40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis

X.

KOMPLIKASI Komplikasi yg paling umum dari kejang demam, adalah adanya kejang demam berulang. Sekitar

33% anak akan mengalami kejang berulang jika mereka demam kembali. Resiko terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika, Pada kejang yang pertama, anak anda hanya mengalami demam yg tidak terlalu tinggi. Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yg sempit Ada faktor turunan dari ayah-ibunya Namun begitu, faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah usia. Semakin muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan semakin besar kemungkinan mengalami kejang berulang.

XI.

PROGNOSA Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi: Kejang demam berulang Epilepsi Kelainan motorik Gangguan mental dan belajar

XII.

KESIMPULAN Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih

dari 38 C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizure (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Kejang (konvulsi ) merupakan akibat dari pembebasan

listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks cerebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran, aktifitas motorik dan atau gangguan fenomena sensori. Diagnosis kejang demam dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang baik dan benar. Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan pencegahan kejang. Dan kejang demam harus diterapi dengan baik, sebab bila kejang demam tidak diterapi dengan baik, maka dapat berkembang menjadi kejang demam berulang, epilepsi, kelainan motorik, serta gangguan mental dan belajar.

Anda mungkin juga menyukai