Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

EPISODE DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK (F.32.2)

Oleh : Adisti Yuliandini I1A008069

Pembimbing: dr. H.Yulizar Darwis, Sp.KJ, MM

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unlam-RSUD Ulin Banjarmasin September, 2012

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

I. IDENTITAS PASIEN Nama Usia Jenis Kelamin Alamat Pendidikan Pekerjaan Agama Suku Bangsa Status Perkawinan MRS Tanggal : Tn. AR : 20 tahun : Laki-laki : MES BUMA KM7 Tanjung : SMK : Operator alat berat : Islam : Jawa : Indonesia : Belum kawin : 10 September 2012

II. RIWAYAT PSIKIATRIK Diperoleh dari autoamnesis pada tanggal 10 September 2012 di Poli Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin pukul 10.00 WITA. Alloanamnesis tidak didapatkan karena pasien tinggal seorang diri dan semua keluarga semua berada di jombang, Jawa timur. A. KELUHAN UTAMA Sulit tidur

KELUHAN TAMBAHAN Nyeri kepala, nyeri ulu hati, mual, kurang nafsu makan dan lemas.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Kurang lebih 3 bulan yang lalu, Juni 2012 pasien menjalani pengangkatan benjolan di leher berupa pembesaran kelenjar getah bening dan merupakan keganasan. Sesudah menjalani operasi tersebut pasien mengeluhkan adanya kesulitan tidur. Pasien mengeluhkan untuk memulai tidur. Namun, pasien tidak mengeluhkan adanya sering terbangun saat malam hari. Selain itu pasien mengeluhkan sakit kepala, sakit kepala bersifat hilang timbul dan bersifat menyebar. Sakit kepala ini muncul terutama ketika pasien memikirkan mengenai penyakit yang dideritanya. Pasien khawatir karena setelah diperiksa ternyata benjolan tersebut cenderung kearah keganasan. Setiap kali pasien mengeluhkan sakit kepala, pasien meminum obat bodrex namun, sakit kepala yang dirasakan tidak kunjung membaik. Pasien merasa setiap kali efek obatnya hilang keluhan sakit kepala kembali muncul, karenanya pasien memeriksakan diri ke dokter. Selama 3 bulan ini, pasien juga mengeluh kurang nafsu makan dan minum. Pasien juga tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas di pekerjaan karena sakit kepalanya sering kali muncul. Pasien pun mengaku konsentrasinya mulai terganggu.

Pasien kembali mengeluhkan sakit kepala yang semakin memberat dalam 1 minggu ini. Sakit kepala hilang timbul dan dirasakan seperti menusuk-nusuk, di bagian leher hingga puncak kepala. Ketika sakit kepala, pasien mengeluh adanya perasaan mual tetapi tidak muntah. Pasien juga merasakan nyeri di bagian ulu hati, tangan dan kakinya dingin serta lemas seperti ingin pingsan. Pasien mengalami kesulitan untuk memulai tidur ketika sakit kepala muncul. Bila gejala-gejala tersebut muncul, pasien tidak bisa melakukan pekerjaannyasehari-hari dirumah dan bahkan pasien tidak bekerja seperti biasanya karena pasien tidak dapat berkonsentrasi secara optimal. Pasien mengaku tidak pernah mendengar bisikan-bisikan atau melihat bayangan-bayangan. Pasien juga masih ingat dengan identitas dan orang-orang di sekelilingnya.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala. Pasien memiliki riwayat demam tinggi dan kejang satu kali saat pasien masih bayi. D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI 1. Riwayat Prenatal Tidak didapatkan data yang cukup mendukung. 2. Riwayat Masa Bayi (0-1 Tahun)

Basic trust vs basic mistrust: tidak didapatkan data yang cukup mendukung. 3. Riwayat masa Kanak-kanak (1-12 tahun) Autonomy vs shame and doubt (1-3 tahun): tidak didapatkan data yang cukup mendukung. Initiative vs guilt (3-6 tahun): tidak didapatkan data yang cukup mendukung. Industry vs inferiority (6-11 tahun): tidak didapatkan data yang cukup mendukung. 4. Riwayat Masa Remaja Identity vs Role Diffusion (9 tahun-akhir). Pasien masih berusaha memantapkan keputusannya dalam hal pekerjaan yang pasien pilih. Pasien termasuk remaja yang pendiam, penyendiri, mempunyai sedikit teman akrab. Pasien juga merasa mudah tegang dan takut. 5. Riwayat Pendidikan Pasien mulai bersekolah di SD pada usia 6 tahun (tahun 1998). Pasien melanjutkan ke SMP pada tahun 2004. Pasien kemudian melanjutkan penididikan di SMK pada tahun 2007. Setelah pasien lulus pasien tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena faktor ekonomi. 6. Riwayat Pekerjaan Pasien saat ini bekerja sebagai operator alat berat disebuah perusahaan tambang. 7. Riwayat Perkawinan

Pasien beum menikah.

E. RIWAYAT KELUARGA Genogram:

Herediter (-) Keterangan Laki-laki Perempuan Pasien Meninggal : : : : :

Pasien adalah anak kedua dari 3 orang bersaudara. Tidak terdapat riwayat gangguan jiwa dalam keluarga pasien.

F.

RIWAYAT SITUASI SEKARANG Saat ini pasien tinggal di Mes Perusahaan di kota Tanjung terpisah dari keluarga yang seluruhnya tinggal di Jombang, Jawa Timur.

G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA Pasien merasa bahwa dirinya sakit kepala, tetapi menyalahkan faktor organik sebagai penyebabnya III. STATUS MENTAL A. DESKRIPSI UMUM 1. Penampilan Pada 10 September 2012, seorang laki-laki, umur 20 tahun, berpakaian kaos warna hitam lengan pendek dan celana panjang

warna hitam , bertubuh tidak terlalu gemuk, tinggi sedang, kulit sawo matang, rambut agak panjang berwarna hitam. Saat ditanya oleh pemeriksa maka pasien segera menjawab dengan suara pelan, menjawab lancar dan menceritakan tentang keluhan yang

dirasakannya. Pasien bersikap kooperatif, terdapat kontak antara pasien dan pemeriksa yang wajar dan dapat dipertahankan. Selama wawancara pasien terlihat lebih banyak diam, murung dan sedih. Saat ditanya hari ini hari apa, tanggal berapa, siang atau malam, pasien menjawab hari Senin, 10 September 2012 siang hari. Pasien ditanya ini sedang berada dimana, dan menjawab ini di Rumah Sakit.

Pasien ditanyakan diantar oleh siapa, pasien menjawab datang seorang diri. Pasien mengetahui bahwa dirinya adalah seorang pasien dan pemeriksa adalah tenaga kesehatan. Kemudian pasien diminta untuk mengurangi 100-5, dijawab 95, dikurangi 5 pasien menjawab 90, dikurangi 5 pasien menjawab 85, dikurangi 5 menjadi 80, dan dikurangi 5 lagi 75. Ini menandakan konsentrasi pasien baik. Saat ditanya pasien kesini jam berapa dan diantar oleh siapa pasien menjawab kesini jam 9 dan datang seorang diri. Saat ditanya tempat tanggal lahir ibu, pasien menjawab Jombang, 4 April 1960. Saat diminta menyebutkan kata meja, buku, kertas dan diminta mengulang kemudian ditanyakan hal lain dan diminta mengulang, pasien mampu mengulang kata-kata tersebut. Saat ditanya arti meja hijau itu apa, pasien menjawab bahwa itu maksudnya adalah persidangan. Saat ditanyakan mengenai pernah mendengar bisikan, melihat bayangan, merasa sesuatu atau tubuh pasien maupun lingkungan pasien berubah, pasien menjawab tidak ada. Saat ditanyakan apakah pasien pernah merasa dirinya Tuhan, nabi atau orang lain, pasien menjawab tidak. 2. Kesadaran

Komposmentis

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor Normoaktif 4. Pembicaraan Koheren. Suara pelan, lancar menjawab dan menceritakan tentang keluhan yang dirasakannya. 5. Sikap terhadap Pemeriksa Kooperatif 6. Kontak Psikis Kontak ada, wajar, dan dapat dipertahankan. B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF KESERASIAN SERTA HIDUP EMOSI 1. Afek (mood) 2. Ekspresi afektif 3. Keserasian 4. Hidup emosi Stabilitas : stabil, pasien menunjukkan reaksi emosi yang ada dalam hatinya Pengendalian : terkendali : hipothym : murung, sedih : serasi

Sungguh-sunnguh/tidak : Sungguh-sungguh Empati Dalam-dangkal : dapat dirabarasakan : normal

Skala diferensiasi : luas Arus emosi : cepat

C. FUNGSI KOGNITIF 1. Kesadaran 2. Orientasi - Waktu - Tempat - Orang - Situasi 3. Konsentrasi 4. Daya Ingat : Jangka pendek Jangka panjang Segera : baik : baik : baik : baik : baik : baik : baik : baik : komposmentis

5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum : baik 6. Pikiran abstrak : baik

D. GANGGUAN PERSEPSI 1. Halusinasi: o Auditorik dan visual : tidak ada o Ilusi : tidak ada 2. Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada

E. PROSES PIKIR 1. Arus pikir a. Produktivitas : pasien menjawab pertanyaan dari

pemeriksa dan mampu menjelaskan keluhannya. b. Kontinuitas : koheren dan berkesinambungan

c. Hendaya berbahasa : tidak ada 2. Isi Pikir a. Preocupasi : (-) b. Gangguan pikiran : waham (-)

F. PENGENDALIAN IMPULS Terkendali

G. DAYA NILAI 1. Daya nilai sosial 2. Uji Daya nilai 3. Penilaian Realita : baik : baik : baik

H. TILIKAN Derajat 3 : menyadari keadaan sakitnya tetapi menyalahkan orang lain atau faktor luar lainnya atau faktor organik sebagai penyebabnya.

10

I.

TARAF DAPAT DIPERCAYA Dapat dipercaya

IV.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT 1. STATUS INTERNUS Keadaan umum Gizi Tanda vital : tampak sakit ringan : baik : TD = 140/90 mmHg N = 84 x/m RR = 20x/m T Kepala Mata : Tidak ada kelainan : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, refleks cahaya (+/+) Telinga Hidung Mulut : Bentuk normal, sekret tidak ada : Bentuk normal, tidak ada epistaksis : Mukosa bibir tidak kering dan tidak pucat, lidah tidak tremor Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar = 36,4 C

Thoraks Inspeksi Palpasi : bentuk simetris : fremitus raba simetris

11

Perkusi

: Pulmo : sonor Cor : batas jantung normal

Auskultasi : Pulmo : vesikuler, Rhonki/wheezing -/Cor : S1S2 tunggal

Abdomen Inspeksi : simetris

Auskultasi : BU (+) normal Palpasi Perkusi : hepar/lien/massa tidak teraba : timpani

Ekstremitas Superior : edema -/- parese -/- tremor -/Inferior : edema -/- parese -/- tremor -/-

2. STATUS NEUROLOGIKUS N I XII Gejala rangsang meningeal Gejala TIK meningkat Refleks Fisiologis Refleks patologis : Tidak ada kelainan : Tidak ada : Tidak ada : Normal : Tidak ada

V.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Autoanamnesa:

12

Stressor: Sesudah menjalani operasi pada bulan Juni 2012 dan mengetahui bahwa benjolan yang ada di leher pasien merupakan keganasan.

Cephalgia: sejak 3 bulan yang lalu (Juni 2012) bersifat hilang timbul,sedikit berkurang jika pasien minum obat Bodrex.

Insomnia: sejak 3 bulan yang lalu (Juni 2012), muncul bersamaan dengan sakit kepala. Pasien kesulitan untuk memulai tidur.

Penurunan nafsu makan: sejak sejak 3 bulan yang lalu (Juni 2012), hilang timbul.

Cephalgia memberat 1 minggu ini, terasa seperti menusuk-nusuk di bagian leher hingga puncak kepala.

Sindrom dispepsia: muncul sejak 1 minggu yang lalu, hilang timbul disertai tangan dan kakinya dingin serta lemas seperti ingin pingsan.

Saat keluhan muncul, konsentrasi pasien terganggu sehingga tidak beraktivitas seperti biasanya.

Afek Ekspresi afektif Tilikan Taraf dapat dipercaya

: hipotym : murung, sedih : derajat 3 : dapat dipercaya

VI.

EVALUASI MULTIAKSIAL 1. AKSIS I : Episode Depresi Sedang dengan Gejala Somatik (F 32.11)

13

2. AKSIS II : Gangguan Kepribadian Skizoid 3. AKSIS III : None 4. AKSIS IV : Neoplasma 5. AKSIS V : GAF scale 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi,

disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll)

VII.

DAFTAR MASALAH 1. ORGANOBIOLOGIK Status interna : tidak ada gangguan Status neurologik : tidak ada gangguan

2. PSIKOLOGIK Afek hipothym, ekspresi afektif yang sedih dan murung, empati dapat dirabarasakan, taraf dapat dipercaya, dan tilikan derajat 3.

3. SOSIAL/KELUARGA Stressor dalam sosial dan keluarga tidak ada.

VIII. PROGNOSIS Diagnosis penyakit Perjalanan penyakit Ciri kepribadian Stressor psikososial : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

14

Riwayat herediter Usia saat menderita Pendidikan Perkawinan Ekonomi Lingkungan sosial Organobiologi Pengobatan psikiatrik Ketaatan berobat Kesimpulan

: dubia ad bonam : dubia ad malam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad malam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

IX.

RENCANA TERAPI Psikofarmaka : Kalxetin 10 mg 2x1 Clobazam 10 mg 2x1 Psikoterapi : Suportif terhadap penderita dan keluarga dengan cara sugesti. Laboratorium : Darah rutin dan kimia darah

X.

DISKUSI Depresi adalah suatu gangguan kedaan tonus perasaan yang secara umum

ditandai oleh rasa kesedihan, apati, pesimisme, dan kesepian. Keadaan ini sering disebutkan dengan istilah kesedihan (sadness), murung (blue), dan kesengsaraan.

15

Depresi merupakan salah satu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa kosong, dan tidak ada harapan, berpusat pada kegagalan dan menuduh diri, dan sering disertai iri dan pikiran bunuh diri, penderita tidak berminat pada pemeliharaan diri dan aktivitas sehari-hari. Menurut PPDGJ III depresi adalah gangguan yang memiliki karakteristik: a. Gejala Utama Afek depresif Kehilangan minat dan kegembiraan Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas. b. Gejala lainnya a) Konsentrasi dan perhatian berkurang b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri f) Tidur terganggu g) Nafsu makan berkurang Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan berat (F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode

16

depresi berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan depresi berulang (F.33). 1. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan (g). 2. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaik-baiknya 4) dari gejala lainnya Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan ataupun rumah tangga. 3. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik Semua 3 gejala utama depresi harus ada Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.

17

Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

4. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2) tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Pada kasus ini, pasien masuk dalam kategori Episode depresi sedang dengan gejala somatik karena didapatkannya 2 dari 3 gejala utama yaitu afek depresif dan berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas, dan 3 atau 4 dari gejala lainnya (tidur terganggu, nafsu dan makan berkurang, konsentrasi dan perhatian berkurang). Pasien ini mengalami keluhan ini sudah sejak 3 bulan yang lalu, sesuai dengan kriteria depresi sedang yaitu lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu. Pasien tidak bisa beraktivitas jika keluhan yang dirasakannya muncul, sesuai dengan kriteria depresi sedang, yaitu yaitu menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga. Pasien mengeluhkan sakit

18

kepala yang terasa seperti menusuk-nusuk, hilang timbul disertai mual dan nyeri ulu hati. Keluhan ini merupakan gejala gangguan somatik. Etiologi depresi yang pasti belum diketahui. Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan terjadinya depresi: 1. Berbagai penyakit fisik 2. Faktor psikis 3. Faktor sosial dan lingkungan 4. Faktor obat 5. Faktor usia 6. Faktor genetik Pada pasien ini faktor depresi yang berpengaruh adalah faktor psikis yaitu sesudah menjalani operasi pada bulan Juni 2012 dan mengetahui bahwa benjolan yang ada di leher pasien merupakan keganasan. Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksa pada saat wawancara diperoleh perilaku dan aktifitas psikomotor hipoaktif, kontak psikis ada, wajar dan dapat dipertahankan, afek hipotym, ekspresi afektif murung dan sedih, empati dapat dirabarasakan, halusinasi tidak ada, waham tidak ada, daya ingat bagus, penialian realitas baik, jadi pasien ini tidak ada mengarah ke diagnosis psikosis. Obat depresi terbagi dalam golongan sebagai berikut: 1. Golongan penghambat pelepasan selektif Serotonin (SSRI) : Citalopram, Fluoxetine, Paroxetine, Sertraline, Fluvoxamine. Golongan obat depresi ini lebih sedikit efek sampingnya dibanding yang lain. Efek samping dari obat ini

19

adalah mulut kering, mual, kecemasan, insomnia, masalah seksual dan sakit kepala. 2. Golongan Trisiklik : Amitriptyline, Imipramine, Nortriptyline, Clomitramine. Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan mulut kering, tremor ringan, takikardi, konstipasi, mengantuk, dan bertambah berat badan. Khususnya pada penderita yang lebih tua, dapat menyebabkan kebingungan, menjadi lambat atau terhenti sewaktu berkemih, pingsan bila tekanan darah rendah, dan koma. 3. Golongan Atypical: Trazodone, Mirtazapine,Venlafaxine 4. Golongan penghambat Monoamin oksidase: Moclobemide

Golongan ini sudah jarang diresepkan sekarang ini. Golongan ini memiliki efek samping hipotensi ortostatik yang lebih sering.Jika anda setuju untuk minum obat golongan obat ini dokter anda akan memberikan daftar makanan yang harus dihindari. 5. Golongan Tetrasiklik Amoxapine, Maprotiline. Mengingat profil efek sampingnya pada penggunaan Sindrom Depresi Ringan dan Sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan kesehatan umum, pemilihan obat anti depresi sebaiknya mengikuti urutan Step 1 : Golongan SSRI (Fluoxetine, Sertraline) Step 2 : Golongan Trisiklik (Amitriptiline) Step 3 : Golongan Tetrasiklik (Maprotiline) Golongan Atypical (Trazodone)

20

Golongan MAOI Reversibel ( Moclobemide) Pasien ini mendapat pengobatan Kalxetin 10 mg 2x1 dan Clobazam 10 mg 2x1. Kalxetin merupakan obat antidepresan golongan SRRI (selective serotonin reuptake inhibitor) dan Clobazam adalah antianxietas golongan benzodiazepin. Mekanisme kerja Obat Anti-depresi, adalah menghambat re-uptake aminergic neurotransmitter, menghambat penghancuran oleh enzirn Monoamine Oxidase Sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada sinaps neuron di SSP. Efek samping Obal Anti-depresi dapat berupa : Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif rnenurun) Efek Antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur., konstipasi, sinus takikardia, dsb) Efek Anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi) Efek Nuurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi,insomnia) Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2-3 minggu. SSRI dipilih mengingat efek samping yang ditimbulkan relatif lebih ringan. Contoh obat golongan ini adalah fluoxetine, sertraline, paroxetine, citalopram, fluvoxamine. Pada keadaan overodosis/intoksikasi trisilik dapat timbul Atropine Toxic Syndrome dengan gejala : eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic confusional state (confusion, delirium dan disorientasi). Tindakan untuk keadaan tersebut :

21

1. Gastric lavage (hemodialisis tidak bermanfaat oleh karena obat trisiklik bersifat protein binding, forced diuresis juga tidak bermanfaatoleh karena renal excretion of free drug rendah) 2. Diazepam 10 mg (im) untuk mengatasi konvulsi 3. Prostigmine0,55-1,0 (im) untuk mengatasi efek anti kolinergik (dapat diulangi setiap 30-45 sampai gejala mereda) 4. Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung Efek samping obat anti-anxietas dapat berupa : Sedasi (Rasa mengantuk,kewaspadaan kurang,kinerja psikomotor yang menurun, kemampuan kognitif melemah) Relaksasi otot Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari Narkotika. Penghentian obat mendadak akan menimbulkan gejala putus obat. Pasien menjadi irritable, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin dan konvulsi. Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar benzodiazepin dalam plasma. Untukdi obat benzodiazepin dengan waktu paruh pendek lebih cepat dan hebat gejala putus obatnya dibanding obat benzodiazepin dengan aktu parah panjang misalnya Clobazam yangsangat minimal dalam menimbulkan gejala putus obat. Psikoterapi juga perlu diberikan pada pasien ini.Semua terapi diatas

sangat menunjang kesembuhan pasien. Sedangkan pemeriksaan laboratorium darah dimaksudkan untuk mengetahui fungsi hepar dan ginjal karena efek samping dari terapi psikofarmaka adalah hepatotoksik dan nefrotoksik.

22

REFERENSI

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001. 2. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press, 2005. 3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.

23

Anda mungkin juga menyukai